Anda di halaman 1dari 10

ALTMAN Z-SCORE SEBAGAI SALAH SATU METODE DALAM MENGANALISIS

ESTIMASI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN


(Studi Pada Perusahaan Plastik dan Kemasan yang Terdaftar (Listing) di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2010 sampai dengan 2012)

Firda Mastuti
Muhammad Saifi
Devi Farah Azizah
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang

Abstrak
Altman Z-Score adalah salah satu dari tiga metode prediksi kebangkrutan. Metode prediksi
kebangkrutan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Altman Z-Score yang telah
dilengkapi titik cut off untuk menentukan klasifikasi kebangkrutan. Altman menggunakan lima rasio
keuangan yang diperuntukkan bagi perusahaan go public yaitu Modal Kerja terhadap Total Aktiva ,
Laba Ditahan terhadap Total Aktiva , EBIT terhadap Total Aktiva , Nilai Pasar Ekuitas terhadap
Total Hutang , dan Penjualan terhadap Total Aktiva . Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang dilakukan terhadap 11 perusahaan plastik dan kemasannya yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian terhadap 5 sampel perusahaan plastik dan kemasan ini, adalah 1 perusahaan
dinyatakan dalam estimasi kebangkrutan yaitu PT. Titan Kimia Nusantara Tbk., 2 perusahaan diantaranya
dalam kondisi rawan yaitu PT. Sekawan Intipratama Tbk. dan PT. Trias Sentosa Tbk., dan 2 perusahaan
lainnya yaitu PT. Yanaprima Hastapersada Tbk. dan PT. Champion Pacific Indonesia Tbk. dalam kondisi
sehat.

Kata kunci : Altman Z-Score, Kebangkrutan

Abstract
Altman Z-Score is the one of three bankcruptcy prediction method. Bankruptcy prediction method
used in this research is Altman Z-Score method which is equipped with cut-off point to determine the
bankruptcy classification. Altman used five financial ratios that cater for companies to go public Woking
Capital to Total Assets , Retained Earnings to Total Assets , Earnings Before Interest and Taxes to
Total Assets , Market Value Equity to Book Value of Total Debt , and Sales to Total Assets .
The research is descriptive research carried out over 11 plastic-package companies listed at Indonesia
Stock Exchange. Result of research on 5 samples of plastic-package companies indicates that 1 company are
estimated as bankrupt is PT. Titan Kimia Nusantara Tbk., 2 companies in the susceptible condition
PT. Sekawan Intipratama Tbk. and PT. Trias Sentosa Tbk., and the other 2 in the healthy condition
PT. Yanaprima Hastapersada Tbk. dan PT. Champion Pacific Indonesia Tbk.

Keywords: Altman Z-Score, Bankruptcy

PENDAHULUAN perusahaan adalah untuk dapat mengantisipasi


Kesulitan keuangan (financial distress) serta menghindari atau mengurangi resiko
dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi kebangkrutan tersebut.
jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas Berbagai metode analisis dikembangkan
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan untuk memprediksi awal kebangkrutan
segera tidak dapat memenuhi kewajibannya. perusahaan. Salah satu rumusan matematis untuk
Setiap perusahaan harus mewaspadai adanya memprediksi kebangkrutan dengan tingkat
potensi kebangkrutan, oleh karena itu perusahaan kepastian yang cukup akurat dengan persentase
harus sedini mungkin melakukan analisis yang keakuratan 95% dan termasuk dalam penelitian
menyangkut kebangkrutan perusahaan. Manfaat yang paling popular karena sering digunakan oleh
dilakukannya analisis kebangkrutan bagi banyak peneliti dalam melakukan penelitian

1
serupa yaitu penelitian untuk memprediksi menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi
kebangkrutan perusahaan yang telah lingkungan. Kelemahan lain adalah bahan utama
dikembangkan oleh seorang professor bisnis dari pembuat plastik yang berasal dari minyak bumi,
New York University AS Edward I. Altman, pada yang keberadaannya semakin menipis dan tidak
tahun 1968. dapat diperbaharui.
Altman berusaha mengkombinasikan Omzet penjualan sektor industri kemasan
beberapa rasio keuangan menjadi suatu model plastik nasional mengalami penurunan hingga
prediksi dengan teknik statistik, yaitu analisis tujuh persen pada tahun ini. Hal ini terjadi sejak
diskriminan yang dapat digunakan untuk implementasi ASEAN-China Free Trade
memprediksi kebangkrutan perusahaan dari Agreement (ACFTA) pada awal 2010. Menurut
penelitiannya tersebut, Altman menggunakan lima Henky industri kemasan plastik masih terhambat
rasio keuangan yang diperuntukkan bagi oleh beberapa hal yang di antaranya adalah sekira
perusahaan go public yaitu Modal Kerja terhadap 40 persen bahan baku yang masih harus diimpor
Total Aktiva, Laba Ditahan terhadap Total Aktiva, dan tingkat bunga serta pajak yang tinggi.
EBIT terhadap Total Aktiva, Nilai Pasar Ekuitas Sementara itu, pada saat ini, industri
terhadap Total Hutang, dan Penjualan terhadap kemasan plastik nasional masih menghadapi
Total Aktiva. Dari hasil perhitungan akan masalah terkait pemberlakuan Peraturan Menteri
diperoleh nilai Z (Z-Score) yang dapat Keuangan (PMK) Nomor 241/PMK011/2010
menggambarkan posisi keuangan perusahaan tentang pembebanan tarif bea masuk (BM) atas
sedang dalam kondisi sehat, rawan atau dalam impor barang modal khususnya mesin-mesin
kondisi bangkrut. industri yang dinaikkan dari nol persen menjadi 5-
Kesulitan keuangan dan tanda-tanda awal 10 persen. (www.okezone.com)
kebangkrutan dapat diketahui melalui analisis Pelaku di sektor industri hilir plastik
terhadap data yang terdapat dalam laporan mengaku telah kehilangan potensi pendapatan
keuangan. Laporan keuangan yang diterbitkan penjualan hingga Rp2 triliun selama 2009-2010.
oleh perusahaan merupakan salah satu sumber Hal ini terjadi karena adanya pengenaan bea
informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, masuk (BM) bahan baku plastik sebesar 10-15
kinerja serta perubahan posisi keuangan persen dari negara di luar kawasan ASEAN yang
perusahaan, yang sangat berguna untuk tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan
mendukung pengambilan keputusan yang tepat. (PMK) Nomor 19/PMK 011/2009 tentang
Data keuangan pada laporan keuangan bermanfaat Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Masuk
untuk melihat kondisi kesehatan keuangan Impor Produk-Produk Tertentu. Pasalnya, apabila
perusahaan. hal tersebut tidak segera diatasi, maka akan
Salah satu cara untuk melihat kesehatan berdampak pada penutupan sekira 800 anak
keuangan perusahaan yaitu dengan menggunakan perusahaan dan pemberhentian karyawan
rasio keuangan. Beberapa penelitian telah sebanyak 500 ribu orang. (www.okezone.com)
dilakukan untuk menguji manfaat rasio keuangan Sebagaimana disebutkan ada beberapa
dalam menganalisis tingkat kesehatan keuangan kendala yang dihadapi, seperti persoalan
perusahaan. Adapun penelitian mengenai manfaat lingkungan, kurang tersedianya bahan baku dan
rasio keuangan hasilnya menunjukkan bahwa diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan
rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi mengenai penetapan kenaikan tarif bea masuk
kesehatan perusahaan bahkan bermanfaat dalam untuk mesin-mesin industri dan bahan baku
memprediksi kebangkrutan perusahaan. impor. Jika situasi ini berlangsung terus-menerus,
Industri plastik merupakan salah satu cepat atau lambat akan banyak industri plastik dan
sektor industri di Indonesia yang berkembang kemasan yang terpaksa mengurangi produksi atau
pesat sejak tahun 1960-an. Namun perkembangan menutup pabriknya. Kondisi ini memungkinkan
industri kemasan plastik di Indonesia kini perusahaan mengalami kondisi rawan terjadinya
mengalami penurunan seiring dengan tantangan kebangkrutan.
yang dihadapi industri kimia dasar yang termasuk Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
di dalamnya industri plastik. klasifikasi perusahaan Plastik dan Kemasan yang
Saat ini penggunaan plastik sebagai bahan terdaftar (listing) di BEI pada tahun 2010 sampai
pengemas menghadapi berbagai persoalan, yaitu dengan tahun 2012 berdasarkan kriteria
tidak dapat didaur ulang dan diuraikan secara kebangkrutan apabila dalam mengestimasi
alami oleh mikroba di dalam tanah, sehingga dianalisis menggunakan metode Altman (Z-Score)
terjadi penumpukan sampah plastik yang dan mengetahui gambaran secara utuh kondisi

2
kinerja keuangan perusahaan Plastik dan Kemasan usaha. Salah satu studi tentang prediksi ini adalah
yang terdaftar (listing) di BEI selama tahun 2010 Multiple Discriminant Analysis yang telah
sampai dengan 2012 berdasarkan metode Altman dilakukan oleh Altman. Penelitian yang dilakukan
(Z-Score). oleh Edward I. Altman yaitu mencari kesamaan
rasio keuangan yang biasa dipakai untuk
KAJIAN PUSTAKA memprediksi kebangkrutan untuk semua negara
Kebangkrutan studinya. Analisis Kebangkrutan Z adalah suatu
“Kesulitan usaha merupakan kondisi alat yang digunakan untuk meramalkan tingkat
kontinum mulai dari kesulitan keuangan yang kebangkrutan suatu perusahaan dengan
ringan (seperti masalah likuiditas), sampai pada menghitung nilai dari beberapa rasio lalu
kesulitan yang lebih serius, yaitu tidak solvabel kemudian dimasukkan dalam suatu persamaan
(utang lebih besar dibandingkan dengan aset). diskriminan.
Pada kondisi ini perusahaan praktis bisa Altman telah mengkombinasikan beberapa
diakatakan sudah bangkrut” (Hanafi, 2010:638). rasio menjadi model prediksi dengan teknik
Definisi kebangkrutan lainnya dikemukakan statistik yaitu analisis diskriminan yang digunakan
oleh Weston & Copeland (1997:510), bahwa untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan
kebangkrutan adalah sebagai suatu kegagalan perusahaan dengan istilah Z-Score. Z-Score
yang terjadi dalam perusahaan tersebut dapat merupakan score yang ditentukan dari hitungan
dibedakan sebagai berikut : standar yang akan menunjukkan tingkat
a. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed) kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula
Kegagalan dalam arti ekonomis bahwa Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan dari
pendapatan perusahaan tidak mampu lagi Altman merupakan sebuah multivariate formula
menutup biayanya, yang berarti bahwa tingkat yang digunakan untuk mengukur kesehatan
labanya lebih kecil daripada biaya modalnya. finansial dari sebuah perusahaan.
Definisi yang berkaitan adalah bahwa nilai Altman menemukan lima jenis rasio
sekarang dari arus kas perusahaan itu lebih keuangan yang dapat dikombinasikan untuk
kecil dari kewajibannya. melihat perbedaan antara perusahaan yang
b. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed) bangkrut dan yang tidak bangkrut. Altman
Insolvensi memiliki dua bentuk yakni Default Z-Score ditentukan dengan menggunakan rumus
teknis yang terjadi bila suatu perusahaan gagal sebagai berikut:
memenuhi salah satu atau lebih kondisi Z-Score =
didalam ketentuan hutangnya, seperti rasio
aktiva lancar dengan hutang lancar yang (Altman, 1968:594)
ditetapkan, serta kegagalan keuangan atau Keterangan :
ketidakmampuan teknik (technical insolvency) = Modal kerja terhadap Total Aktiva
yang terjadi apabila perusahaan tidak mampu (Working Capital to Total Assets)
memenuhi kewajibannya pada waktu yang = yang ditahan terhadap Total Aktiva
telah ditentukan walaupun harta totalnya (Retained Earnings to Total Assets)
melebihi hutangnya. = Pendapatan sebelum pajak dan bunga
Pada situasi tertentu, perusahaan mungkin terhadap Total Aktiva (Earnings Before
akan mengalami kesulitan keuangan. Jika tidak Interest and Taxes to Total Assets)
diselesaikan dengan benar, kesulitan keuangan = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari
kecil dapat berkembang menjadi lebih besar dan hutang (market value equity to book value
akan sampai pada kebangkrutan. Ada dua of total debt)
penyebab kegagalan perusahaan yaitu dalam segi = Penjualan terhadap Total Aktiva (Sales to
ekonomi dan segi keuangan, mulai dari Total Asset)
kekurangan pengalaman manajerial sampai (Hanafi, 2010:656)
kekurangan modal. Ada beberapa alternatif untuk Dalam model tersebut perusahaan yang
menyelesaikan kesulitan usaha seperti mempunyai skor Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai
restrukturisasi atau reorganisasi dan likuidasi. perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang
mempunyai skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai
Analisis Z-Score Altman perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor
Sejumlah studi telah dilakukan untuk antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai
mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan perusahaan pada grey area atau daerah kelabu,
dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan

3
dengan nilai “cut-off “ untuk indeks ini adalah membandingkan net current assets dengan
2,675 (Muslich, 2008:60). total assets yang dinyatakan dalam persen
Dalam penelitian ini model Altman yang (%).
pertama inilah yang akan digunakan sebagai dasar 2. Retained Earnings to Total Assets Laba
untuk mengetahui tanda-tanda kebangkrutan ditahan terhadap total aktiva digunakan untuk
dalam perusahaan. mengukur profitabilitas kumulatif dengan
Selain itu masalah lain perlu membandingkan laba ditahan dengan total
dipertimbangkan adalah banyak perusahaan yang aktiva yang dinyatakan dalam persen (%).
tidak go public sehingga tidak mempunyai nilai 3. Earnings Before Interest and Tax to Total
pasar, maka Altman mengembangkan model Assets Pendapatan sebelum pajak dan
alternatif dengan menggantikan variabel yang bunga terhadap total aktiva digunakan untuk
semula merupakan perbandingan nilai pasar mengukur produktivitas yang sebenarnya dari
ekuitas dengan nilai buku total hutang, menjadi aktiva perusahaan dengan membandingkan
perbandingan nilai buku saham biasa dan preferen laba sebelum bunga dan pajak dengan total
dengan nilai buku total hutang. Dengan demikian aktiva yang dinyatakan dalam persen (%).
model tersebut baik dipakai untuk perusahaan 4. Market Value Equity to Book Value of Total
yang tidak go public. (Hanafi, 2010:657).
Debt Nilai pasar ekuitas terhadap nilai
buku dari hutang digunakan untuk mengukur
Persamaan hasil revisi tersebut adalah :
seberapa banyak aktiva perusahaan dapat
Z-Score =
turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih
besar daripada aktivanya dan perusahaan
(Edward I. Altman, 2002:19)
menjadi pailit dengan membandingkan nilai
Keterangan :
pasar ekuitas dengan nilai buku hutang yang
= Modal kerja terhadap Total Aktiva
dinyatakan dalam persen (%).
(Working Capital to Total Assets)
= Laba yang ditahan terhadap Total Aktiva 5. Sales to Total Assets Penjualan terhadap
(Retained Earnings to Total Assets) total aktiva digunakan untuk mengukur
Pendapatan sebelum pajak dan bunga kemampuan manajemen dalam menghadapi
terhadap Total Aktiva (Earnings Before kondisi persaingan dengan membandingkan
Interest and Taxes to Total Assets) penjualan dengan total aktiva yang dinyatakan
= Nilai buku saham biasa dan saham dalam kali (x).
preferen terhadap Nilai buku total utang 6. Kelima fokus penelitian tersebut memiliki
(Market value of common and preferred hubungan dan akan digunakan dalam analisis
stock to book value of debt) prediksi kebangkrutan dengan menggunakan
Penjualan terhadap Total Aktiva (Sales to formula Altman Z-Score yaitu Z =
Total Asset)
(Hanafi, 2010:657)
Tahap-tahap analisis yang akan dilakukan
adalah :
METODE
1. Mengadakan perhitungan terhadap rasio net
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. working capital to total assets ( ) pada
“Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang seluruh kelompok perusahaan Plastik dan
dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu Kemasan yang ada di BEI dengan
untuk menjelaskan karakteristik variabel yang menggunakan rumus :
diteliti dalam suatu situasi” (Sekaran, 2009:158-
160). Menurut Sugiyono (2010:11), “Penelitian
2. Mengadakan perhitungan terhadap rasio
deskriptif adalah penelitian dilakukan untuk
retained earnings to total assets ( pada
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
seluruh kelompok perusahaan Plastik dan
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
Kemasan yang ada di BEI dengan
perbandingan, atau menghubungkan dengan
menggunakan rumus :
variabel yang lain”.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus yaitu :
1. Working Capital to Total Assets ( Modal 3. Mengadakan perhitungan terhadap rasio
kerja terhadap total aktiva digunakan earnings before interest and taxes to total
mengukur tingkat likuiditas dengan assets ( pada seluruh perusahaan Plastik
4
dan Kemasan yang ada di BEI dengan Pendapatan sebelum pajak dan bunga
menggunakan rumus : terhadap Total Aktiva (Earnings Before
Interest and Taxes to Total Assets)
= Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari
4. Mengadakan perhitungan terhadap rasio hutang (market value equity to book value
market value equity to book value of total debt of total debt)
( pada seluruh perusahaan Plastik dan Penjualan terhadap Total Aktiva (Sales to
Kemasan yang ada di BEI dengan Total Asset)
menggunakan rumus : Z = Indeks keseluruhan (overall indeks)

Dengan titik cut-off sebagai berikut :


5. Mengadakan perhitungan terhadap rasio sales Z < 1,81 = Perusahaan potensial
to total assets ( pada seluruh perusahaan bangkrut
Plastik dan Kemasan yang ada di BEI dengan 1,81 ≤ Z ≤ 2,99 = Perusahaan grey-area (dalam
menggunakan rumus : kondisi rawan bangkrut)
Z > 2,99 = Perusahaan dalam kondisi
sehat
6. Mengadakan analisis laporan keuangan
kelompok perusahaan Plastik dan Kemasan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terdaftar (listing) di BEI berdasarkan Analisis Laporan Keuangan Berdasarkan
rasio-rasio keuangan dalam model prediksi Z- Metode Prediksi Kebangkrutan Altman Z-
Score Altman dengan metode perbandingan Score
Time Series Analysis dan Cross Section Perhitungan dengan menggunakan metode
Approach. prediksi kebangkrutan Altman Z-Score pada
7. Mengadakan estimasi kebangkrutan kelompok Perusahaan Plastik dan Kemasan yang terdaftar di
perusahaan Plastik dan Kemasan yang BEI selama periode tahun 2010 sampai dengan
terdaftar (listing) di BEI berdasarkan model 2012. Dimana rumusnya :
prediksi Z-Score Altman dengan Z-Score =
menggunakan rumus :
Z-Score = Berdasarkan metode perhitungan Altman
Z-Score dimana pada prediksi perhitungan
tersebut perusahaan yang mempunyai skor
Keterangan : Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan
= Modal kerja terhadap Total Aktiva sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai
(Working Capital to Total Assets) skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan
Laba yang ditahan terhadap Total Aktiva potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,81
(Retained Earnings to Total Assets) sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan
pada grey area atau daerah kelabu.

Tabel 1 Perhitungan Dengan Metode Kebangkrutan Z-Score Altman Tahun 2010


Nama Perusahaan 1,2 1,4 3,3 0,6 1,0 Z-Score Titik Cut-off Kriteria Z-Score
PT. Titan Kimia Nusantara Tbk -0,12 -0,3 0,0 0,3 1,31 1,2 Z < 1,81 Estimasi Bangkrut
PT. Sekawan Intipratama Tbk 0,30 0,07 0,26 0,60 1,13 2,36 1,81≤Z≤2,99 Rawan
PT. Trias Sentosa Tbk 0,12 0,56 0,33 0,58 0,9 2,49 1,81≤Z≤2,99 Rawan
PT. Yanaprima Hastapersada Tbk 0,18 0,21 0,56 3,90 1,73 6,58 Z > 2,99 Sehat
PT. Champion Pacific Indonesia Tbk 0,91 0,77 0,53 2,44 1,54 6,19 Z > 2,99 Sehat
Tertinggi 0,91 0,77 0,56 3,90 1,73 7,87
Terendah -0,1 -0,3 0,0 0,3 0,9 0,8
(Sumber : Data Diolah)

Perhitungan nilai Z (Z-Score) berdasarkan dibawah titik cut-off yaitu Z < 1,81. Berdasarkan
metode Altman Z-Score selama tahun 2010 kriteria cut-off tersebut, perusahaan PT. Titan
disajikan pada Tabel 28 dan 29. Pada Tabel 29 Kimia Nusantara Tbk termasuk dalam perusahaan
tersebut dapat diketahui bahwa PT. Titan Kimia yang berada dalam estimasi kondisi bangkrut.
Nusantara Tbk pada tahun 2010 menghasilkan Nilai Z-Score tersebut berada di bawah titik cut-
nilai Z-Score berdasarkan perhitungan dengan off karena PT. Titan Kimia Nusantara Tbk
metode Altman Z-Score sebesar 1,2 atau berada memiliki empat rasio dengan nilai terendah pada
5
tahun 2010, yaitu rasio Modal Kerja terhadap namun jika perusahaan dapat memperbaiki kinerja
Total Aktiva ( 1,2)sebesar -0,12, Laba perusahaan maka akan mampu keluar dari
Ditahan terhadap Total Aktiva ( 1,4) sebesar kesulitan yang dihadapi dan terhindar dari
-0,3, EBIT terhadap Total Aktiva ( 3,3) kemungkinan kebangkrutan.
sebesar 0,0, dan Nilai Pasar Ekuitas terhadap Nilai Nilai Z-Score tertinggi selama tahun 2010
Buku Hutang ( 0,6) sebesar 0,3. dimiliki oleh PT. Yanaprima Hastapersada Tbk
Pada Tabel 29 dapat pula diketahui dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya
PT. Sekawan Intipratama Tbk pada tahun 2010 yaitu sebesar 6,58. Dengan tingginya nilai
menghasilkan nilai Z-Score sebesar 2,36 dimana Z-Score, maka perusahaan tersebut dikategorikan
nilai tersebut berada pada titik rawan sebagai perusahaan yang sehat atau tidak
kebangkrutan (grey area) karena berada pada titik berpotensi mengalami kebangkrutan karena nilai
cut off 1,81 ≤ Z ≤ 2,99. PT. Sekawan Intipratama Z-Score berada pada titik aman yaitu Z > 2,99.
Tbk. adalah perusahaan dengan nilai Z-Score lebih Nilai rasio EBIT terhadap Total Aktiva
rendah dibandingkan dengan PT. Trias Sentosa ( ), Nilai Pasar Ekuitas terhadap Nilai
Tbk. yang berada pada kondisi samapula yaitu Buku Hutang ( ), dan Penjualan terhadap
rawan kebangkrutan (grey area). Demikian pula Total Aktiva ( ) pada PT. Yanaprima
dengan PT. Trias Sentosa Tbk mempunyai nilai Hastapersada Tbk. selama tahun 2010 merupakan
Z-Score sebesar 2,49 yang berada pada titik rawan nilai rasio tertinggi dibandingkan dengan nilai
kebangkrutan karena berada pada titik cut off 1,81 rasio perusahaan sejenis lainnya dengan nilai rasio
≤ Z ≤ 2,99. ( ) sebesar 0,56, ( ) sebesar 3,90
PT. Sekawan Intipratama Tbk. mempunyai dan ( ) sebesar 1,73.
nilai rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva Sama halnya dengan PT. Yanaprima
( 1,4) dan EBIT terhadap Total Aktiva Hastapersada Tbk, PT. Champion Pacific
( 3,3) yang lebih rendah dalam kondisi Indonesia Tbk pada tahun 2010 merupakan
rawan kebangkrutan dibandingkan dengan perusahaan dengan nilai Z-Score tertinggi kedua
PT. Trias Sentosa Tbk. PT. Sekawan Intipratama yaitu sebesar 6,19. Dengan tingginya nilai
Tbk dengan nilai rasio sebesar 0,07 Z-Score, maka perusahaan tersebut dikategorikan
dan ( 3,3) sebesar 0,26. Berbanding terbalik sebagai perusahaan yang sehat atau tidak
dengan yang dimiliki oleh PT. Sekawan berpotensi mengalami kebangkrutan karena nilai
Intipratama Tbk., PT. Trias Sentosa Tbk Z-Score berada pada titik aman yaitu Z > 2,99.
mempunyai nilai rasio Modal Kerja terhadap Berbeda dengan PT. Yanaprima Hastapersada
Total Aktiva( ), Nilai Pasar Ekuitas Tbk, PT. Champion Pacific Indonesia Tbk
terhadap Nilai Buku Hutang ( ), dan merupakan perusahaan dengan nilai rasio Modal
Penjualan terhadap Total Aktiva ( ) Kerja terhadap Total Aktiva ( ) dan Laba
terendah dalam kondisi rawan kebangkrutan yaitu Ditahan terhadap Total Aktiva ( )
nilai rasio ( ) sebesar 0,12 nilai rasio tertinggi dibandingkan dengan nilai rasio
( ) sebesar 0,58 dan nilai rasio ( ) perusahaan sejenis lainnya yaitu nilai ( )
sebesar 0,9. Dalam posisi ini perusahaan berada sebesar 0,91 dan nilai rasio ( sebesar
diambang kebangkrutan jika tidak segera diambil 0,77.
kebijakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan,

Tabel 2 Perhitungan Dengan Metode Kebangkrutan Z-Score Altman Tahun 2011


Nama Perusahaan 1,2 1,4 3,3 0,6 1,0 Z-Score Titik Cut-off Kriteria Z-Score
PT. Titan Kimia Nusantara Tbk -0,1 -0,4 0,0 0,3 1,62 1,4 Z < 1,81 Estimasi Bangkrut
PT. Sekawan Intipratama Tbk 0,35 0,08 0,20 0,58 1,27 2,48 1,81≤Z≤2,99 Rawan
PT. Trias Sentosa Tbk 0,12 0,70 0,33 0,84 1,0 2,99 1,81≤Z≤2,99 Rawan
PT. Yanaprima Hastapersada Tbk 0,18 0,28 0,40 3,60 1,67 6,13 Z > 2,99 Sehat
PT. Champion Pacific Indonesia Tbk 0,30 0,71 0,63 4,60 1,44 7,68 Z > 2,99 Sehat
Tertinggi 0,35 0,71 0,63 4,60 1,67 7,96
Terendah -0,1 -0,4 0,0 0,3 1,0 0,8
(Sumber : Data Diolah)

Perhitungan nilai Z (Z-Score) selama tahun nilai Z-Score berdasarkan perhitungan dengan
2011 berdasarkan metode Altman Z-Score metode Altman Z-Score sebesar 1,4 dimana nilai
disajikan dalam Tabel 30 dan 31. Dalam Tabel 31 tersebut berada di bawah titik cut-off Z < 1,81.
tersebut dapat diketahui bahwa PT. Titan Kimia Hal tersebut mengindikasikan bahwa PT. Titan
Nusantara Tbk. pada tahun 2011 menghasilkan Kimia Nusantara Tbk. pada tahun 2011 diestimasi
6
berpotensi untuk bangkrut. Rendahnya nilai jika perusahaan dapat memperbaiki kinerja
Z-Score dikarenakan oleh dua rasio yang bernilai perusahaan maka akan mampu keluar dari
negatif dan menjadi empat rasio terendah kesulitan yang dihadapi dan terhindar dari
dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya kemungkinan kebangkrutan.
yaitu empat rasio dengan nilai terendah pada Pada PT. Champion Pacific Tbk setelah
tahun 2010, yaitu rasio Modal Kerja terhadap dilakukan perhitungan dengan menggunakan
Total Aktiva ( ) sebesar -0,1, Laba metode Altman Z-Score dapat diketahui nilai
Ditahan terhadap Total Aktiva ( ) Z-Score pada tahun 2011 merupakan perusahaan
sebesar -0,4, EBIT terhadap Total Aktiva dengan nilai Z-Score tertinggi dibandingkan
( ) sebesar 0,0, dan Nilai Pasar Ekuitas dengan perusahaan lain yang sejenis yaitu sebesar
terhadap Nilai Buku Hutang ( ) sebesar 7,68. Berdasarkan nilai tersebut, perusahaan
0,3. termasuk dalam kondisi perusahaan yang sehat
PT. Sekawan Intipratama Tbk, pada tahun dan terbebas dari kebangkrutan karena nilai
2011 menghasilkan nilai Z-Score terendah yaitu Z-Score berada pada titik aman yaitu Z > 2,99.
sebesar 2,48. Berdasarkan nilai Z-Score tersebut, Dimana nilai rasio Modal Kerja terhadap Total
perusahaan termasuk dalam kondisi rawan Aktiva ( ) sebesar 0,30, kemudian nilai
kebangkrutan (grey area) karena nilai Z-Score rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva
berada pada titik cut off 1,81 ≤ Z ≤ 2,99. ( ) sebesar 0,71, Nilai rasio EBIT terhadap
PT. Sekawan Intipratama Tbk. mempunyai nilai Total Aktiva ( ) sebesar 0,63, Nilai Pasar
rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva Ekuitas terhadap Nilai Buku Hutang
( ) sebesar 0,35, kemudian nilai rasio ( ) sebesar 4,60 dan Penjualan terhadap
Laba Ditahan terhadap Total Aktiva Total Aktiva ( ) sebesar 1,44. Dengan tiga
( ) sebesar 0,08, Nilai rasio EBIT nilai rasio tertinggi pada tahun 2011 dibandingkan
terhadap Total Aktiva ( ) sebesar 0,20, dengan perusahaan sejenis lainnya.
Nilai Pasar Ekuitas terhadap Nilai Buku Hutang PT. Yanaprima Hastapersada Tbk.
( ) sebesar 0,58 dan Penjualan terhadap mempunyai nilai Z-Score sebesar 6,13
Total Aktiva ( ) sebesar 1,27. berdasarkan perhitungan dengan menggunakan
PT. Trias Sentosa Tbk merupakan metode Altman Z-Score dimana nilai tersebut
perusahaan yang berada pula pada posisi rawan perusahaan termasuk dalam kondisi perusahaan
kebangkrutan (grey area), dengan nilai yang sehat dan terbebas dari kebangkrutan karena
Z-Score sebesar 2,99 dimana nilai Z-Score berada nilai Z-Score berada pada titik aman yaitu
pada titik cut off 1,81 ≤ Z ≤ 2,99. PT. Sekawan Z > 2,99. PT. Yanaprima Hastapersada Tbk
Intipratama Tbk. mempunyai nilai rasio Modal merupakan perusahaan dengan nilai Z-Score
Kerja terhadap Total Aktiva ( ) sebesar tertinggi kedua setelah PT. Champion Pacific
0,12, kemudian nilai rasio Laba Ditahan terhadap Indonesia Tbk. dimana nilai rasio Modal Kerja
Total Aktiva ( ) sebesar 0,70, Nilai rasio terhadap Total Aktiva ( ) sebesar 0,18,
EBIT terhadap Total Aktiva ( ) sebesar kemudian nilai rasio Laba Ditahan terhadap Total
0,33, Nilai Pasar Ekuitas terhadap Nilai Buku Aktiva ( ) sebesar 0,28, Nilai rasio EBIT
Hutang ( ) sebesar 0,84 dan Penjualan terhadap Total Aktiva ( ) sebesar 0,40,
terhadap Total Aktiva ( ) sebesar 1,0. Nilai Pasar Ekuitas terhadap Nilai Buku Hutang
Dalam posisi ini perusahaan berada diambang ( ) sebesar 3,60 dan Penjualan terhadap
kebangkrutan jika tidak segera diambil kebijakan Total Aktiva ( ) sebesar 1,67.
untuk memperbaiki kinerja perusahaan, namun

Tabel 3 Perhitungan Dengan Metode Kebangkrutan Z-Score Altman Tahun 2012


Nama Perusahaan 1,2 1,4 3,3 0,6 1,0 Z-Score Titik Cut-off Kriteria Z-Score
PT. Titan Kimia Nusantara Tbk 0,0 -0,4 0,0 0,2 1,57 1,4 Z < 1,81 Estimasi Bangkrut
PT. Sekawan Intipratama Tbk 0,13 0,08 0,20 0,55 1,18 2,14 1,81≤Z≤2,99 Rawan
PT. Trias Sentosa Tbk 0,12 0,56 0,00 0,66 0,9 2,24 1,81≤Z≤2,99 Rawan
PT. Yanaprima Hastapersada Tbk 0,14 0,24 0,26 1,44 1,18 3,26 Z > 2,99 Sehat
PT. Champion Pacific Indonesia Tbk 0,78 0,52 0,63 3,40 1,78 7,11 Z > 2,99 Sehat
Tertinggi 0,78 0,56 0,63 3,40 1,78 7,16
Terendah 0,0 -0,4 0,0 0,2 0,9 0,7
(Sumber : Data Diolah)

Perhitungan nilai Z (Z-Score) pada tahun tahun 2012 disajikan dalam Tabel 32 dan 33.
2012 berdasarkan metode Altman Z-Score selama Dalam tabel 33 tersebut dapat diketahui bahwa
7
PT. Titan Kimia Nusantara Tbk pada tahun 2012 ( ) sebesar 0,63, Nilai Pasar Ekuitas
menghasilkan nilai Z-Score berdasarkan terhadap Nilai Buku Hutang ( ) sebesar
perhitungan dengan metode Altman Z-Score 3,40 dan Penjualan terhadap Total Aktiva
sebesar 1,4 dimana nilai tersebut berada di bawah ( ) sebesar 1,78. Dengan tiga nilai rasio
titik cut-off Z < 1,81. Hal tersebut tertinggi pada tahun 2012 dibandingkan dengan
mengindikasikan bahwa PT. Titan Kimia perusahaan sejenis lainnya.
Nusantara Tbk pada tahun 2012 diestimasi PT. Yanaprima Hastapersada Tbk
berpotensi untuk bangkrut. Rendahnya nilai mempunyai nilai Z-Score sebesar 3,26
Z-Score dikarenakan oleh dua rasio yang bernilai berdasarkan perhitungan dengan menggunakan
negatif dan menjadi empat rasio terendah metode Altman Z-Score dimana nilai tersebut
dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya perusahaan termasuk dalam kondisi perusahaan
yaitu empat rasio dengan nilai terendah pada yang sehat dan terbebas dari kebangkrutan karena
tahun 2010, yaitu rasio Modal Kerja terhadap nilai Z-Score berada pada titik aman yaitu
Total Aktiva ( ) sebesar 0,0, Laba Z > 2,99. Perusahaan ini merupakan perusahaan
Ditahan terhadap Total Aktiva ( ) sebesar dengan nilai Z-Score tertinggi kedua setelah
-0,4, EBIT terhadap Total Aktiva ( ) PT. Champion Pacific Indonesia Tbk dimana nilai
sebesar 0,0, dan Nilai Pasar Ekuitas terhadap Nilai rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva
Buku Hutang ( ) sebesar 0,2. ( ) sebesar 0,14, kemudian nilai rasio Laba
PT. Sekawan Intipratama Tbk., pada tahun Ditahan terhadap Total Aktiva ( ) sebesar
2012 menghasilkan nilai Z-Score yaitu sebesar 0,24, Nilai rasio EBIT terhadap Total Aktiva
2,14. Dimana nilai Z-Score berada pada titik cut ( ) sebesar 0,26, Nilai Pasar Ekuitas
off 1,81 ≤ Z ≤ 2,99 sehingga hal tersebut terhadap Nilai Buku Hutang ( ) sebesar
mengindikasikan bahwa PT. Sekawan Intipratama 1,44 danPenjualan terhadap Total Aktiva
Tbk termasuk dalam kondisi rawan kebangkrutan ( ) sebesar 1,18.
(grey area). Dengan nilai rasio Modal Kerja
terhadap Total Aktiva ( ) sebesar 0,13, Klasifikasi Perusahaan Berdasarkan Metode
kemudian nilai rasio Laba Ditahan terhadap Total Altman Z-Score
Aktiva ( ) sebesar 0,08, Nilai rasio EBIT Klasifikasi masing-masing perusahaan
terhadap Total Aktiva ( ) sebesar 0,20, berdasarkan metode Altman Z-Score disajikan
Nilai Pasar Ekuitas terhadap Nilai Buku Hutang dalam tabel 34 dan 35. Dalam tabel 34 tersebut
( ) sebesar 0,55 dan Penjualan terhadap dapat dilihat bahwa PT. Titan Kimia Nusantara
Total Aktiva ( ) sebesar 1,18. Tbk selama tiga tahun berturut-turut terhitung
PT. Trias Sentosa Tbk merupakan sejak tahun 2010 sampai dengan 2012 diestimasi
perusahaan yang berada pula pada posisi rawan mengalami kondisi yang terestimasi bangkrut
kebangkrutan (grey area), dengan nilai Z-Score semakin besar dari tahun ke tahun karena
sebesar 2,24 dimana nilai Z-Score berada pada memiliki hasil perhitungan total Z < 1,81, dapat
titik cut off 1,81 ≤ Z ≤ 2,99. PT. Sekawan dilihat di tabel 26 total nilai Z yaitu sebesar 1,2,
Intipratama Tbk mempunyai nilai rasio Modal 1,4 dan 1,4.
Kerja terhadap Total Aktiva ( ) sebesar Tabel 4. Perhitungan Z-Score (2010-2012)
0,12, kemudian nilai rasio Laba Ditahan terhadap Nama Perusahaan Tahun
2010 2011 2012
Total Aktiva ( ) sebesar 0,56, Nilai rasio
PT. Titan Kimia Nusantara Tbk 1,2 1,4 1,4
EBIT terhadap Total Aktiva ( ) sebesar PT. Sekawan Intipratama Tbk 2,36 2,48 2,14
0,0, Nilai Pasar Ekuitas terhadap Nilai Buku PT. Trias Sentosa Tbk 2,49 2,99 2,24
Hutang ( ) sebesar 0,66 dan Penjualan PT. Yanaprima Hastapersada 6,58 6,13 3,26
terhadap Total Aktiva ( ) sebesar 0,9. Tbk
Berbeda dengan PT. Champion Pacific PT. Champion Pacific Indonesia 6,19 7,68 7,11
Tbk
Indonesia Tbk yang memiliki nilai Z-Score
Rata-rata 4,2 4,6 3,5
tertinggi pada tahun 2012 yaitu 7,11. Berdasarkan (Sumber: Data Diolah)
nilai Z-Score tersebut, perusahaanini berada pada Tabel 5. Klasifikasi Perusahaan Berdasarkan Metode
kondisi sehat karena nilai Z-Score berada pada Altman Z-Score (2010-2012)
titik aman yaitu Z > 2,99. Dimana nilai rasio Nama Perusahaan 2010 2011 2012
Modal Kerja terhadap Total Aktiva ( ) PT. Sekawan Rawan Rawan Rawan
sebesar 0,78, kemudian nilai rasio Laba Ditahan IntipratamaTbk
terhadap Total Aktiva ( ) sebesar 0,52, PT. Titan Kimia Estimasi Estimasi Estimasi
Nusantara Tbk Bangkrut Bangkrut Bangkrut
Nilai rasio EBIT terhadap Total Aktiva PT. Champion Pacific Sehat Sehat Sehat
8
Indonesia Tbk kebangkrutan, meskipun nilai Z-Score dari tahun
PT. Trias SentosaTbk Rawan Rawan Rawan ke tahun mengalami merupakan nilai Z-Score
PT. Yanaprima Sehat Sehat Sehat tertinggi yaitu sebesar 7,68 sedangkan pada tahun
Hastapersada Tbk
(Sumber: Data Diolah)
2012 menurun menjadi 7,11. Penurunan ini
disebabkan oleh menurunnya nilai rasio Laba
PT. Sekawan Intipratama Tbk selama tiga Ditahan terhadap Total Aktiva ( ) sebesar
tahun berturut-turut terhitung sejak tahun 2010 0,52, Nilai rasio EBIT terhadap Total Aktiva
sampai dengan 2012 termasuk dalam klasifikasi ( ) sebesar 0,63, Nilai Pasar Ekuitas
kondisi rawan bangkrut. Meskipun mengalami terhadap Nilai Buku Hutang ( ) sebesar
fluktuasi pada nilai Z-Score yang dimiliki, tetap 3,40.
menyebabkan perusahaan ini termasuk dalam
perusahaan dengan kondisi rawan kebangkrutan KESIMPULAN DAN SARAN
(grey area) karena memiliki hasil perhitungan Kesimpulan
1,81 ≤ Z ≤ 2,99. Dapat dilihat pada tabel 34 total Berdasarkan analisis dengan menggunakan
nilai Z yaitu 2,36 pada tahun 2010, meningkat metode Altman Z-Score terdapat 1 perusahaan
menjadi 2,48 pada tahun 2011, dan kembali yang diestimasi bangkrut atau diprediksi dalam
menurun menjadi 2,14 pada tahun 2012. kondisi buruk selama tahun 2010 sampai dengan
Sejalan dengan PT. Sekawan Intipratama 2012. Perusahaan tersebut adalah PT. Titan Kimia
Tbk, PT. Trias Sentosa Tbk selama tiga tahun Nusantara Tbk, yang memiliki nilai Z yang rendah
berturut-turut mempunyai nilai Z-Score yang dan kurang dari batas bawah rentang interval
berfluktuasi. Kondisi ini dilihat sejak tahun 2010 dalam setiap tahunnya, dimana batas bawah
sampai dengan 2012 dari perhitungan total rentang interval menentukan skor minimal bagi
1,81 ≤ Z ≤ 2,99 yaitu sebesar 2,49 pada tahun suatu perusahaan untuk dinyatakan dalam kondisi
2010, 2,99 pada tahun 2011, dan 2,24 pada tahun yang buruk. Nilai Z di bawah rentang interval
2012. Dengan demikian merupakan perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami
yang juga termasuk dalam klasifikasi kondisi kegagalan dalam pengelolaan keuangan.
rawan bangkrut. Akan tetapi dalam tabel 34 Terdapat 2 perusahaan yang diprediksi
tersebut nilai Z-Score mengalami fluktuasi yang dalam kondisi rawan terjadinya kebangkrutan
mengarah pada penurunan, kondisi ini dapat (grey area) selama tiga tahun berturut-turut
mengantarkan perusahaan pada kebangkrutan jika terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun
manajemen tidak ditangani dengan baik. Jika 2012. Perusahaan tersebut adalah PT. Sekawan
perusahaan tidak mengambil langkah untuk Intipratama Tbk dan PT. Trias Sentosa Tbk, yang
mengantisipasi, maka perusahaan akan mengalami memiliki nilai Z (Z-Score) 1,81 ≤ Z ≤ 2,99 pada
kebangkrutan. setiap tahunnya. Secara umum perusahaan-
PT. Yanaprima Hastapersada Tbk perusahaan tersebut masih belum memiliki kinerja
merupakan perusahaan yang dari tahun 2010 keuangan yang baik dan konsisten. Hal tersebut
sampai dengan 2012 berada pada kondisi sehat, ditunjukkan dengan nilai Z yang masih berada
meskipun nilai Z-Score pada perusahaan ini dari dalam rentang interval antara sehat dan buruk
tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini selama 3 tahun.
dikarenakan menurunnya kelima rasio secara Perusahaan yang merupakan perusahaan
signifikan pada tahun 2012, dimana Modal Kerja sehat dan terbebas dari kemungkinan untuk
terhadap Total Aktiva ( ) menjadi 0,14, mengalami kebangkrutan adalah PT. Yanaprima
kemudian nilai rasio Laba Ditahan terhadap Total Hastapersada Tbk dan PT. Champion Pacific
Aktiva ( ) sebesar 0,24, Nilai rasio EBIT Indonesia Tbk. Selama tahun 2010 sampai dengan
terhadap Total Aktiva ( ) sebesar 0,26, 2012 perusahaan-perusahaan ini selalu memiliki
Nilai Pasar Ekuitas terhadap Nilai Buku Hutang nilai diatas titik cut off yaitu Z > 2,99. Hal ini
( ) sebesar 1,44 dan Penjualan terhadap dikarenakan manajemen perusahaan dapat
memaksimalkan kinerja keuangannya untuk
Total Aktiva ( ) sebesar 1,18. Pada tahun
menghasilkan laba yang maksimal.
2011 nilai Z-Score sebesar 6,13 sedangkan pada
Hasil penelitian dari analisis kebangkrutan
tahun 2012 menurun menjadi 3,26.
dengan menggunakan metode Altman Z-Score
Serupa dengan PT. Yanaprima
terhadap 5 sampel perusahaan plastik dan
Hastapersada Tbk, PT. Champion Pacific
kemasan yang terdaftar di BEI adalah 1
Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang
perusahaan dinyatakan dalam estimasi
selama tiga tahun berturut-turut berada pada
kebangkrutan, 2 perusahaan diantaranya
kondisi sehat atau jauh dari ancaman
9
dinyatakan dalam kondisi rawan, dan 2 meningkatkan nilai ekuitas pasar. Baik yang
perusahaan sisanya dinyatakan dalam kondisi terdapat indikasi-indikasi kebangkrutan maupun
sehat. yang sehat perlu meningkatkan daya saing, baik
Pada metode analisis prediksi kebangkrutan dalam hal sumber daya manusia maupun kualitas
Altman Z-Score, hasil skor Z dipengaruhi oleh produk yang dihasilkan dengan harga yang juga
lima rasio yaitu , , , dan . Semua bersaing di pasar. Perusahaan dalam mengambil
koefisien bernilai positif sehingga semakin kecil keputusan dalam pengelolaan keuangan untuk
rasio-rasio dalam formula tersebut, maka akan menjalankan usahanya perlu memperhatikan
memperbesar kemungkinan perusahaan likuiditas perusahaan, proporsi hutang dan
mengalami kesulitan keuangan yang mengarah efisiensi penggunaan modal kerja.
pada ancaman kebangkrutan. Dimana skor Z dapat
diketahui berdasarkan titik cut-off yang sudah DAFTAR PUSTAKA
ditentukan yaitu sedang dalam kondisi sehat Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios,
(Z > 2,99), rawan kebangkrutan (1,81 ≤ Z ≤ 2,99), Discriminant Analysis and The Prediction of
dan kondisi bangkrut (Z < 1,81). Corporate Bankcrupty. Journal Of
Financial, 23 (4) : 189-209.
Saran _____________2002. Revisiting Credit Scoring
Faktor penyebab kebangkrutan perusahaan Models in a Basel II Environment. Prepared
yaitu faktor internal dan faktor eksternal for “Credit Rating:Methodologies,
perusahaan. Pada suatu perusahaan faktor-faktor Rationale, and Default Risk”, London Risk
tersebut akan saling mempengaruhi dan akan Books 2002.
berdampak pada keberlangsungan hidup Hanafi, Mamduh. 2010. Manajemen Keuangan.
perusahaan. Disarankan agar para pelaku bisnis Ed.1. Yogyakarta: BPFE.
melakukan evaluasi dan analisis pada faktor- Muslich, Mohamad. 2008. Manajemen Keuangan
faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, Modern:Analisis, Perencanaan dan
sehingga dapat meminimalkan kesulitan keuangan Kebijaksanaan. Jakarta: Bumi Aksara.
yang akan dapat berdampak pada kebangkrutan Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian untuk
perusahaan. Bisnis. Ed.4. Jakarta: Salemba Empat.
Bagi pemerintah yang mana pada faktor Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
eksternal terkait diberlakukannya Peraturan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Menteri Keuangan mengenai penetapan kenaikan Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1986.
tarif bea masuk untuk mesin-mesin industri dan Managerial Finance. Diterjemahkan oleh
bahan baku impor untuk industri plastik dan Jaka Wasan dan Kibrandoko. 1997.
kemasan memang akan berdampak baik terhadap Manajemen Keuangan. Ed.9. Jakarta:
kelangsungan perekonomian Indonesia, akan Binarupa Aksara.
tetapi pemerintah juga perlu memperhatikan Karina, Sandra. 2011. Bea Masuk Bikin Industri
tingkat sumber daya yang selama ini terbukti Plastik Rugi Hingga Rp2 T. Diakses pada
adanya pernyataan bahwa apabila hal tersebut tanggal 07 Maret 2013 dari
tidak segera diatasi, maka akan berdampak pada http://economy.okezone.com/read/2011/03/2
penutupan sekira 800 anak perusahaan dan 0/320/436860/bea-masuk-bikin-industri-
pemberhentian karyawan sebanyak 500 ribu plastik-rugi-hingga-rp2-t
orang. Diharapkan agar pemerintah dapat Karina, Sandra. 2011. Omzet Kemasan Plastik
meningkatkan investasi di sektor pengemasan Turun 7%. Diakses pada tanggal 07 Maret
untuk mengurangi impor barang baku yang terus 2013 dari
meningkat. http://economy.okezone.com/read/2011/01/1
Bagi perusahaan yang mana dalam faktor 3/320/413661/omzet-kemasan-plastik-turun-
internal terkait dengan manajemen sumber daya, 7.
memperhatikan proporsi hutang, dan
menyeimbangkan aktiva lancar dan hutang lancar
karena merupakan faktor penting dalam
menghasilkan modal kerja guna menciptakan dan
meningkatkan laba yang akan berdampak pada
kenaikan harga saham. Jika laba terus meningkat,
maka akan banyak investor yang berminat untuk
menanamkan modalnya sehingga akan

10

Anda mungkin juga menyukai