0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan2 halaman
1. Dokumen membahas tentang wabah pes yang melanda beberapa daerah di Jawa pada 1911-1930 saat Indonesia masih menjadi koloni Belanda.
2. Wabah ini disebabkan oleh bakteri Yesrinia Pesis yang menyebar melalui kutu tikus dan mengakibatkan ribuan korban jiwa.
3. Pemerintah Hindia Belanda dianggap telah lalai dalam mengawasi kesehatan masyarakat sehingga memungkinkan wabah ini mere
1. Dokumen membahas tentang wabah pes yang melanda beberapa daerah di Jawa pada 1911-1930 saat Indonesia masih menjadi koloni Belanda.
2. Wabah ini disebabkan oleh bakteri Yesrinia Pesis yang menyebar melalui kutu tikus dan mengakibatkan ribuan korban jiwa.
3. Pemerintah Hindia Belanda dianggap telah lalai dalam mengawasi kesehatan masyarakat sehingga memungkinkan wabah ini mere
1. Dokumen membahas tentang wabah pes yang melanda beberapa daerah di Jawa pada 1911-1930 saat Indonesia masih menjadi koloni Belanda.
2. Wabah ini disebabkan oleh bakteri Yesrinia Pesis yang menyebar melalui kutu tikus dan mengakibatkan ribuan korban jiwa.
3. Pemerintah Hindia Belanda dianggap telah lalai dalam mengawasi kesehatan masyarakat sehingga memungkinkan wabah ini mere
Mereview Film "Melawan Lupa - Ketika Jawa Dilanda Wabah"
Dalam catatan sejarah, masyarakat Indonesia pernah beberapa kali
dihadapkan dengan wabah penyakit. Salah satunya serangan wabah pes yang melanda beberapa daerah di Jawa pada 1911-1930, saat wilayah nusantara masih dalam kekuasaan kolonial Belanda. Pada awal abad ke-20, Indonesia yang kala itu bernama Hindia Belanda pernah dilanda wabah pes. Wabah pes adalah wabah yang diakibatkan dari bakteri Yesrinia Pesis. Penyakit ini ditularkan melalui kutu tikus yang mati dan menyebar dengan cepat yang mengakibatkan ribuan korban kehilangan nyawa. Dalam catatan sejarah Indonesia tidak hanya sekali dihadapkan pada wabah penyakit. Wabah pes ini melanda Indonesia pada tahun 1911-1930-an saat wilayah Indonesia masih dikuasai oleh Belanda. Wabah yang pertama kali merebak di Malang, Jawa Timur ini tidak hanya menimbulkan kematian ribuan korban tetapi juga memberikan dampak sosial politik yang luar biasa. Awal mula merebaknya penyakit pes ini karena keteledoran pemerintah Hindia Belanda mengawasi kesehatan masyarakat serta menyusul gagalnya panen di beberapa wilayah di Jawa pada 1910. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya memutuskan untuk mengimpor beras dari Myanmar. Saat itu, wabah pes sudah menyebar di Myanmar terlebih dahulu. Dari beras impor tersebut, beberapa pihak sudah memperingatkan pemerintah Hindia Belanda untuk mewaspadai kemungkinan terjangkit pes. Namun, peringatan tersebut tidak diindahkan hingga akhirnya diketahui bahwa terdapat kutu tikus yang bersembunyi dalam beras impor itu. Menurut salah satu peneliti sejarah, Syefri Luwis mengatakan bahwa wabah pes pada 1925 di Delhi dengan korban hanya dua orang. Dengan adanya dua korban tersebut seorang peneliti pernah memperingatkan bahwa memungkinkan wabah tersebut dapat merebak tidak hanya di Delhi. Namun banyak pemerintah yang abai akan peringatan terebut dengan menganggap bahwa tikus di setiap negara berbeda jenis sehingga kecil kemungkinan untuk dapat menular atau menyebar luas di suatu negara. Ternyata, peringatan tersebut nyata adanya. Beras impor didistribusikan dari Surabaya ke Malang, di Malang beras tersebut disimpan di gudang-gudang penyimpanan beras seperti Turen, Singosari, Blimbing, Batu, Kepanjen, dan Gondanglegi. Terbukti, hanya dalam waktu sebulan pada November 1910 sebanyak 17 orang meninggal dunia akibat wabah pes yang pertama diidentifikasi dari wilayah Turen, Malang. Sampai 1952 Pes telah menyerang kurang lebih 240.000 orang di Pulau Jawa. Penyakit Pes (sampar) yang telah mewabah di daerah Garut dimulai sekitar tahun 1930-an dan telah tercatat sebagai berikut: Pada 25-26 April 1933, berita dari koran AID De Preanger-Bode yang disadur oleh media-media yang terbit di Hindia Belanda dan Belanda, seperti De Indische courant, Soerabaijasch Handelsblad, Nieuwe Apeldoornsche courant, De Standaard, De Tijd, dan Bredasche courant. Isinya perihal kematian asisten wedana atau Camat Kota Garut Raden Kanduruan Kertanegara, akibat tertulari sampar yang menjangkit pada 1933, bahwa camat tersebut pernah berhubungan dengan bupati Garut (tot de contactpersonnen behoort de regent). Bupati Garut menjadi orang dalam pantauan (ODP) selama sembilan hari, sehingga tidak boleh ke mana-mana (“De regent van Garoet, die, in verband met het overlijden aan longpest van den assistent-wedana van de kota Garut, negen dagen in observatie is geweest, als contactpersoon, is thans practisch buiten gevaar”). Kabar ini disampaikan oleh kantor berita Aneta pada 2 Mei 1933. Nama Rumah Sakit Dr. Slamet yang ada di Garut sekarang diambil dari nama dokter yang ikut berjuang memberantas wabah Pes pada waktu itu, yaitu Dr. Slamet Atmosoediro selaku Kepala RSU, ditugaskan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai ketua tim pemberantasan penyakit Pes. Saat menjalankan tugasnya itu, ia terkena pula penyakit Pes sampai akhirnya meninggal dunia pada tanggal 11 Mei 1930.