Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nur Isna Fauziah Latif

NIM : 195231270
Kelas : PBS 3G

Mereview Film "Melawan Lupa - Ketika Jawa Dilanda Wabah"

Dalam catatan sejarah, masyarakat Indonesia pernah beberapa kali


dihadapkan dengan wabah penyakit. Salah satunya serangan wabah pes yang
melanda beberapa daerah di Jawa pada 1911-1930, saat wilayah nusantara masih
dalam kekuasaan kolonial Belanda. Pada awal abad ke-20, Indonesia yang kala itu
bernama Hindia Belanda pernah dilanda wabah pes. Wabah pes adalah wabah
yang diakibatkan dari bakteri Yesrinia Pesis. Penyakit ini ditularkan melalui kutu
tikus yang mati dan menyebar dengan cepat yang mengakibatkan ribuan korban
kehilangan nyawa. Dalam catatan sejarah Indonesia tidak hanya sekali dihadapkan
pada wabah penyakit. Wabah pes ini melanda Indonesia pada tahun 1911-1930-an
saat wilayah Indonesia masih dikuasai oleh Belanda. Wabah yang pertama kali
merebak di Malang, Jawa Timur ini tidak hanya menimbulkan kematian ribuan
korban tetapi juga memberikan dampak sosial politik yang luar biasa. Awal mula
merebaknya penyakit pes ini karena keteledoran pemerintah Hindia Belanda
mengawasi kesehatan masyarakat serta menyusul gagalnya panen di beberapa
wilayah di Jawa pada 1910. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya memutuskan
untuk mengimpor beras dari Myanmar. Saat itu, wabah pes sudah menyebar di
Myanmar terlebih dahulu.
Dari beras impor tersebut, beberapa pihak sudah memperingatkan pemerintah
Hindia Belanda untuk mewaspadai kemungkinan terjangkit pes. Namun,
peringatan tersebut tidak diindahkan hingga akhirnya diketahui bahwa terdapat
kutu tikus yang bersembunyi dalam beras impor itu. Menurut salah satu peneliti
sejarah, Syefri Luwis mengatakan bahwa wabah pes pada 1925 di Delhi dengan
korban hanya dua orang. Dengan adanya dua korban tersebut seorang peneliti
pernah memperingatkan bahwa memungkinkan wabah tersebut dapat merebak
tidak hanya di Delhi. Namun banyak pemerintah yang abai akan peringatan
terebut dengan menganggap bahwa tikus di setiap negara berbeda jenis sehingga
kecil kemungkinan untuk dapat menular atau menyebar luas di suatu negara.
Ternyata, peringatan tersebut nyata adanya. Beras impor didistribusikan dari
Surabaya ke Malang, di Malang beras tersebut disimpan di gudang-gudang
penyimpanan beras seperti Turen, Singosari, Blimbing, Batu, Kepanjen, dan
Gondanglegi. Terbukti, hanya dalam waktu sebulan pada November 1910
sebanyak 17 orang meninggal dunia akibat wabah pes yang pertama diidentifikasi
dari wilayah Turen, Malang.
Sampai 1952 Pes telah menyerang kurang lebih 240.000 orang di Pulau
Jawa. Penyakit Pes (sampar) yang telah mewabah di daerah Garut dimulai sekitar
tahun 1930-an dan telah tercatat sebagai berikut: Pada 25-26 April 1933, berita
dari koran AID De Preanger-Bode yang disadur oleh media-media yang terbit di
Hindia Belanda dan Belanda, seperti De Indische courant, Soerabaijasch
Handelsblad, Nieuwe Apeldoornsche courant, De Standaard, De Tijd, dan
Bredasche courant. Isinya perihal kematian asisten wedana atau Camat Kota Garut
Raden Kanduruan Kertanegara, akibat tertulari sampar yang menjangkit pada
1933, bahwa camat tersebut pernah berhubungan dengan bupati Garut (tot de
contactpersonnen behoort de regent). Bupati Garut menjadi orang dalam pantauan
(ODP) selama sembilan hari, sehingga tidak boleh ke mana-mana (“De regent van
Garoet, die, in verband met het overlijden aan longpest van den assistent-wedana
van de kota Garut, negen dagen in observatie is geweest, als contactpersoon, is
thans practisch buiten gevaar”). Kabar ini disampaikan oleh kantor berita Aneta
pada 2 Mei 1933. Nama Rumah Sakit Dr. Slamet yang ada di Garut sekarang
diambil dari nama dokter yang ikut berjuang memberantas wabah Pes pada waktu
itu, yaitu Dr. Slamet Atmosoediro selaku Kepala RSU, ditugaskan oleh
pemerintah Hindia Belanda sebagai ketua tim pemberantasan penyakit Pes. Saat
menjalankan tugasnya itu, ia terkena pula penyakit Pes sampai akhirnya
meninggal dunia pada tanggal 11 Mei 1930.

Anda mungkin juga menyukai