Anda di halaman 1dari 32

CRITICAL BOOK REPORT

PSIKOLOGI SOSIAL
DOSEN PENGAMPU: YENNI MARITO, M.Pd, M.Psi

Nama :Alfian Sani (1183351010)

Kelas :BK Reguler D 2018

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas bertkat dan
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Sosial ini yaitu Critical
Book Report ini bertujuan sebagai pemenuhan atas tuntutan tugas individu mata kuliah
Psikologi Sosial dan sebagai bahan perkuliahan.

Penulis juga menyadari sepenuhnya dalam pembuatan Critical Book Report ini
terdapat banyak kekurangan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis berharap
adanya kritik serta saran dan tentunya usulan setiap pembaca demi perbaikan tugas yang akan
penulis buat di kemudian hari, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan
saran dari pembaca yang membangun.

Dengan ini penulis mempersembahkan makalah Critical Book Report ini dengan rasa
terimah kasih dan semoga makalah ini dapat memberi manfaat. Akhir kata saya ucapkan
banyak terimah kasih.

Medan, 17 September 2019

Alfian Sani

1183351010

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………….......................2

DAFTAR ISI………………………………………………………......................3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………......................4

a. Latar belakang……………………………………………………............4
b. Rumusan masalah…………………………………………………..........4
c. Tujuan critical book………………………………………………...........4

BAB II ISI BUKU…………………………………………………......................5

a. Identitas buku……………………………………………………….........5
b. BAB I PENDAHULUAN.....…………………….........................…..….6
c. BAB II ILMU JIWA SOSIAL………………….………...………...........11
d. BAB III INTERAKSI SOSIAL………………........................................14
e. BAB IV SITUASI KELOMPOK SOSIAL………………………...........17
f. BAB V MOTIF DAN SIKAP…………………………......…….............25
g. BAB VI PENGARUH MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN
SOSIA...............................................................................................................21

BAB III PEMBAHASAN………………………………………........................30

a. Kelebihan buku………………………………………….........………….30
b. Kekurangan buku………………………………………….........……….30

BAB IV PENUTUP……………………………………………….................…..31

a. Kesimpulan …………………………………………............…………...31
b. Saran…………………………...………………………..........…………..31

DAFTAR PUSTAKA…………………………….............................................32

3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Psikologi sosial juga merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang baru saja timbul dalam
masyarakat modern. Adapun psikologi sosial merupakan ilmu pengetahuan baru yang
sebenarnya mulai dipelajari dan digunakan secara intensif sesudah tahun 1930 di Amerika
Serikat dan di negara lain.disni saya sebagai mahasiswa akan mengkritisi dua buku tentang
psikologi sosial untuk mengetahui lebih dalam bagaimana psikologi sosial tersebut dalam
dunia pendidikan.

Disisi lain juga saya mengkritisi buku tersebut menambah pemahaman tentang psikologi
sosial dan mampu berpikir lebih kritis maupun sistematis, sehingga untuk kedepannya
mahasiswa sebagai calon guru dapat mengaplikasikan materi ini di lapangan atau setelah
menjadi guru.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang, penulis membatasi materi yang akan saya kritik,
antara lain:
1. Apa dan bagaimana isi di setiap struktur ?
2. Bagaimana inti sari atau ringkasan dari setiap bab buku ?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan buku ?

C. Tujuan
Adapun tujuan critikal book ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan isi buku,
menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau
penulis lainnya. Kemudian manfaatnya untuk memenuhi tugas kuliah Psikologi pendidikan
dan untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana mengkritik sebuah buku.

4
BAB II ISI BUKU
A. Identitas buku

Buku Psikologi Sosial karya DR. W.A. Gerungan, Dipl. Psych

Penulis         : DR. W.A. Gerungan, Dipl. Psych


ISBN : 979-330-412-12
Penerbit             : PT. Refika Aditama

Tahun terbit       : 2009

Tebal halaman   : 232 halaman

Ukuran buku      : 16 x 24 cm

Buku Psikologi Sosial karya Jenny Mercer & Debbie Clayton

Penulis : Jenny Mercer & Debbie Clayton Tebal halaman : 260 halaman

5
ISBN : 9786022410386 Ukuran Buku : 15x24cm

Tahun terbit : 2013

Ringkasan isi buku Psikologi Sosial karangan DR. W.A. Gerungan, Dipl. Psych

BAB I PENDAHULUAN

A. Istilah Ilmu Jiwa Dan Psikologi

Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan
kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, kita menggunakan
kedua istilah tersebut secara bergantian dengan pertimbangan terdapat perbedaan yang jelas
dalam maknanya.

B. Sekedar Sejarah Ilmu Jiwa.

Sebenarnya sejak berabad-abad lamanya manusia telah ber-“ilmu jiwa”, telah


memikirkan dengan khusus apakah hakekat dari pada jiwa manusia dan jiwa makhluk lainnya.
Pemikiran ini bersifat filsafah terutama dalam arti, mencari pengetahuan mengenai dasr-dasarnya
dan hakekatnya jiwa itu. Corak pemikiran filsafah zaman lampau itu ialah “atomistis”, dalam arti
bahwa jiwa manusia dianggap sebagai sesuat yang constant dan tidak berubah.

Pandangan ilmu jiwa zaman lampau itu tidak hanya memisahkan jiwa dari pada raga,
melainkan jiwa itupun dipisah-pisahkanyya menjadi “daya-daya tertentu yang bekerja tersendiri
secara terbatas tanpa ada saling hubungannya yang dinamis antara yang satu dengan yang lain.
Maka pandangan semacam ini disebujt pula pandangan “atomistis”. Yang hanya memperhatikan
pecahan-pecahan dari pada jiw-manusia serta fungsi-fungsinya yang terbatas-batas, tanpa
memperhatiakn saling hubungan serta dinamika ke dalam seluruh jiwa raga itu.

1. Plato

Plato berpendapat bahwa jiwa manusia itu terbagi atas dua bagian, ialah jiwa rohaniah
dan jiwa badaniah. Jiwa rohaniah berpokok pada ratio dan logika manusia, dan merupakan
bagian jiwa yang tertinggi, sebab tak pernah akan mati. JIwa badaniah itu dibagi ke dalam dua
bagian lagi, ialah bagian jiwa dan disebutnya kemauan dan bagian yang kedua disebutnya nafsu
perasaan. Kemauan itu adalah jiwa badaniah yang berusaha untuk mentaati ratio kecerdasan,
sedangkan nafsu perasan merupakan jiwa badaniah yang senantiasa melawan ketentuan-
ketentuan dari ratio kecerdasan manusia.

2. Aristoteles

Pendapat Aristoteles, (tahun 384-323 S.M.) baginya ilmu jiwa adalah ilmu mengenai
gejala-gejala hidup. sehingga tiap-tiap makhluk hidup itu sebenarnya mempunyai jiwa.

6
Penemuan aristoteles yang kelak mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu
jiwa perumusannya mengenai dalil-dalil asosiasi dalam ingatan orang. Menurut aristoteles maka
dua atau lebih ingatan, mudah terasosiasi apabila ingatn-ingatan tersebut berdasarkan kejadian-
kejadian yang dahulunya telah berlangsung:

a. Pada waktu yang sama

b. Dengan berurutan waktu

c. Dengan persamaan artinya

d. Dengan berlawanan artinya.

3. Descaste

Menurut descaster maka manusia itu terdiri atas 2 macam zat yang berbeda secara hakiki,
ialah res cogitans atau zat yang dapat berfikir dan res extensa atau zat yang mempunyai luas.

Menurut pendapat Descartes makailmu jiwa adalah pengetahuan mengenai gejala-gejala


pemikiran atau gejala-gejala kesadaran manusia, terlepas dari badanya. Hubungan jiwa raga
adalah demikian erat, sehingga tekanan jiwa yang besar dapat mempengaruhi kesehatan badan
penyakit yan psychogeen, dan sebaliknya.

4. Jonh Locke

Jonh Locke berpendapat bahwa :

a. Semua pengetahuan, tanggapan dan perasaan jiwa manusia itu diperolehnya karena
pengalaman melalui alat-alat indranya.

b. Susunan gejala-gejala manusia menurut J. Locke itu pada akhirnya terdiri atas unsur-unsur
pengalaman sederhana yang menggabungkan diri menjadi gejala jiwa yang lebih rumit seperti
komplek-komplek perasaan , berteori yang sulit dll.

5. David Hume

Menurut hume terdapat pula unsure-unsur pengalaman lainnya ialah: impression (rasa),
dan ideas (ingatan), sehingga kelangsungan-kelangsunagn di dalam jiwa orang itu dapat
diuraikan ke dalam dasar unsure-unsurnya sebanyak 4 buah itu . ialah:

a. Impression of sensations

b. Impression of refrections

c. Ideas of sensations

d. Ideas of refrections,

7
Menurut hume terdapatlah tiga dalil asosiasi ialah:

a. Asosiasi karena berdekatan dalam waktu dan ruang

b. Asosiasi karena persamaan artiasosiasi karena sebab akibat

6. Wilhelm Wundt

Bahwa gejala kejiwaan itu mempunayi sifat-sifat atau dalil-dalil yang khas dan yang
harus diselidiki oleh sarjana ilmu jiwa secara khas, mendirikan suatu laboratorium psychology
pertama, yang menjadi pusat penelitian psychology secara experimentil.
“Bewusztsinspychologie”, atau gejal-gejala psychis yang berlangsung di dalam jiwa yang sadar
bagi diri manusia itu, sesuai dengan rumusan Descartes mengenai gejala-gejala kesadaran
manusia.

7. Sigmund Freud

Bahwa pergolakan jiwa manusia itu tidak hanya melibatkan kelangsungan yang sadar
bagi diri orang yang bersangkutan, melainkan juga melibatkan pergolakan yang tidak sadar atau
bawah sadar pada diri orang tersebut. Menurut freud terdapatlah tiga golongan gejala-gejala jiwa
yang membuktikan adanya dinamika daripada alam taksadar itu. Ialah :

a. Gejala-gejala tingkah-laku keliru

b. Gejala-gejala mimpi

c. Gejala-gejala neurose

8. Szondi

Szondi, seorang Hungaria yang gidup di Swiss, merupakan penemu dari alam tak sadar
kekeluargaan atau “das familiaere Unbewusste”. Alam tak sadar keluarga itu merupakan sesuatu
yang dimiliki oleh sekeluarga serta turunan-turunannya. Menurut Szondi, alam-tak-sadar-
keluarga ini turut menentukan nasib riwayat kehidupan anggota-anggota keluarga yang
bersangkutan, oleh karena alam tak sadar ini mempengaruhinya dalam hal memilih kawan-
kawan sekelompok. Memilih pendidikan lanjutan, memilih jabatan, memilih jodoh dengan kata
pendek, alam tak sadar-keluarga ini mempengaruhi, semua pilihan-pilihan yang menentukan
jalan riwayat kehidupan orang.

9. Carl C. Jung

Menurut Jung disamping adanya alam-tak-sadar individual (Freud) dan alam-tak-sadar


keluarga (Szondi) terdapat pula semacam alam-tak-sadar kollektif yang lebih umum dan yang
dimiliki bersama oleh suatu masyarakat, bangsa atau umat manusia.

8
C. Iktisar Lapangan Psychology

Pertama-tama dapat kita bedakan I psychology teoretis dan II psychology terlaksana


(applied psychology). Psychology teoristis itupun tidak dapat digolongkan kepada dua golongan
utama, ialah A. psychology Umum dan B. psychology khusus.

1. Psychology teoretis

a. Psychology Umum

Menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegiatan psychis pada umunya dari pada


umumnya dari pada manusia dewasa dan normal, termasuk kegiatan-kegiatan pengamatan ,
pemikiran, intelegensi, perasaan, kehendak, motif-motif dstny.

b. Psychology khusus

Menguraikan dan menyelidiki segi-segi khusus dari pada kegiatan psychis manusia . dan
segi-segi khusus itu adalah bermacam - macam. Seperti psychology perkembangan, psychology
kepribadian, psychology sosial, psychology pendidikan, dll

1) Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari


perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan
meninggal. Terapan dari ilmu psikologi perkembangan digunakan di bidang berbagai bidang
seperti pendidikan dan pengasuhan, pengoptimalan kualitas hidup dewasa tua, penanganan
remaja.

2) Psikologi kepribadian, menguraikan struktur kepribadian manusia sebagai suatu


keseluruhan serta mengenai jenis – jenis kepribadian.

3) Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok.

4) Psikologi pendidikan adalah proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan


pendidikan.

c. Psychology Terapan (Praktis).

1) Psikologi psikodiagnostik adalah suatu cara menegakkan diagnosa berdasarkan


pemeriksaan yang berakhir menjadi suatu diagnosa kepribadian.

2) Psikologi klinis adalah cabang psikologi yang berfokus pada penanganan, penganalisisan,
dan diagnosa penyakit-penyakit jiwa.[1] Lahan kerja psikologi klinis meliputi banyak hal, mulai
dari kelainan emosi jangka pendek, seperti konflik keluarga, hingga kelainan mental yang sangat
parah, seperti schizophrenia.

3) Psikologi perusahaan mempelajari aktifitas-aktifitas manusia dalam hubungannya dengan


kehidupan lingkungan perusahan atau orgasnisasi.

9
4) Psikologi pendidikan adalah proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan.

d. Obyekdari Pada Psychology

Obyek daripada ilmu jiwa modern ialah manusia serta kegiatan-kegiatannya dalam
hubungannya dengan lingkungannya. Tiga segi utama dari pada manusia itu , ialah manusia
secara hakiki sekaligus merupakan

1. Makhluk individual

2. Makhluk sosial

3. Makhluk berke-Tuhanan

a) Manusia Makhluk Individu

Manusia adalah makhluk individual”. Berarti tidak dapat dibagi-bagikan , makhluk yang
tidak dapat dibagi-bagikan. (in-dividere).

Baruslah psychologi zaman modern inilah menegaskan bahwa kegiatan jiwa manusia
dalam kehidupan sehari-harinya itu merupakan kegiatan keseluruhan jiwaranganya, dan bukan
kegiatan alat-alat tubuh saja atau kemampuan-kemampuan jiwa satu persatu terlepas daripada
yang lain.

b) Manusia Adalah Makhluk Sosial

Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan ialah bahwa mnusia secara hakiki merupakan
makhluk sosial .Sejak ia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lani untul
memenuhi kebutuhan –kebutuhan biologisnya , makan, dan minum dan lain-lainnya.
Pada dasarnya peribadi manusia tak sanggup hidup seorang diri tampa lingkungan
pasychis atau rohaniahnya walapun secara biologis- fisiologis ia mugkin dapat mempertahankan
pada kehidupan vegetatif.

c) Manusia Sebagai Makhluk Berke-Tuhanan

Sebab Bagi-bagi tiap manusia , terutama di Indonesia, yang sudah jelas bahwa sulit sekali
untuk menolak adanya kepercayaan akan tuhan , sebagai segi hakiki dalam perikehidupan
manusia, dan bahwa segi ini adalah segi khas bagi manusia pada umumnya.

Walaupun begitu secara psychologis dapat diakui bahwa segi manusia mahluk berke-
tuhanan itu dapat pula dengan sadar atau tidak sadar ditunjukan dan digerakan oleh sesuatu
obyek yang bukan merupakan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta seluruh univerrsum itu,

10
universum yang tak terhingga dan yang menurut ahli-ahli ilmu alam sekrang-kurangnya berumur
2000 juta tahun lagi.

BAB II ILMU JIWA SOSIAL

A. Pengertian

Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang
dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan -
kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi - situasi sosial. Dari berbagai pendapat
tokoh - tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial
adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam
hubungannya dengan situasi sosial.

B. Pokok- pokok

Faktor pokok dalam ilmu jiwa sosial,yaitu:

1. Hubungan antarmanusia;

2. Sifat-sifat dan Struktur kelompok; 8.

3. Kepemimpinan (leadership);

4. Sikap (attitude) social;

5. Peranan kelompok dalam perkembangan individu

6. Psikologi anak-anak jahat dan lain-lain

7. Kehidupan manusia di kelompoknya;

8. Pembentukan norma sosial;

9. Dinamika kelompok (group dynamic);

10. Perubahan sikap social;

C. Objek Material

Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure
yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa
saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia.

11
D. Perkembangan Psikologi Sosial

Dalam sejarahnya yang masih pendek, perkembangan psikologi sosial dapat di uraikan
melalui beberapa tahap yaitu masa dalam kandungan, mas a bayai, masa kanak-kanak,masa
dewasa, dan masa yang akan datang

E. Gabriel Tarde (1842-1904)

Gabriel tarde (1842-1904) ia adalah seorang sosiologi dan kriminologi prancis yang
dianggappula sebagai bapak psikologi sosial (social interaction) tarde berpendapat bahwa semua
hubungan sosial selalu berkisar pada proses imitasi, bahkan semua pergaulan antar manusia
hanyalah semata-mata berdasarkan atas proses imitasiitu.

F. Gustav le bon (1841-1892)

Gustav le bon (1841-1892) ia terkenal karena sumbangannya psikologi massa, yang


dimaksud dengan massa adalah kumpulan orang-orang untuk sementara waktu karena minat dan
kepentingan bersama. Ia juga mengatakan bahwa massa itu mempunyai jiwa tersendiri yang
berlainan sifatnya dengan sifat-sifat jiwa individu.

Ciri-ciri massa tersebut ialah:

1. Suatu kumpulan dari banyak orang berjumlah ribuan atau ratusan

2. Berkumpul dan mengadakan saling hubungan sementara waktu

3. Karena minat atau kepentingan bersama yang sementara pula.

G. Definisi Dan Metode – Metode

1. Objek Material

Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsur yang
ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja,
baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia

2. Objek formal

Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang
peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga
digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi,

12
sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat
empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu yang
dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari
matanya.

H. Rumusan

1. Tingkah laku manusia( Hubert Bonne “Social Psychology”r)

2. Tingkah laku individu manusia sebagai anggota suatu masyarakat.( A.M. Chorus
“Gronslagen der sociale Psycologie”)

3. Pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam kaitannya dengan situasi-situasi
perangsang sosial. .( Sherif & Sherif “An Outline of Social Psychology”)

4. Segi-segi psycholois daripada tinghkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh interaksi sosial.
.( Roueck and Warren“Sociology”)

I. Metode Psikologi Sosial

1. Metode Penelitian Eksperimen

Penelitian Eskperimen merupakan salah satu prosedur penelitian kuantitatif yang


bertujuan untuk mengetahui dampak treatmen terhadap outcome, pada subjek penelitian
(Creswell, 2002)”

Munculnya metode ini diawali dari disangsikannya kebenaran dari renungan-renungan


tentang gejala kejiwaan sesorang, sehingga diadakan percobaan-percobaan. Kesulitan-kesulitan
yang dialami dalam penelitian eks[erimen disebabkan karena tidak semua proses kejiwaan dapat
diamati oleh panca indera.

Syarat-syarat penelitian eksperimen:

a) Eksperimenter harus dapat menetapkan saat timbulnya gejala yang hendak diteliti.

b) Eksperimenter harus mengikuti proses eksperimen seteliti mungkin.

c) Tiap-tiap eksperimen harus dapat diulang kembali dalam situasi yang sama.

1) Metode survey

Metode survai: sebuah Metode penelitian dimana sejumlah besar orang diminta untuk
menjawab pertanyaan tentang sikap dan tingkah laku tertentu (Baron & Byrne, 2003). Penelitian
survai merupakan satu cara untuk mengumpulkan data secara efektif dan ekonomis terhadap
sampel yang besar

13
2) Metode sosiometri

Morena adalah orang yang berjasa dalam metode ini karena dialah yang menemukannya,
yang mana metode ini merupakan metode baru dalam ilmu sosial dan terfokus untuk meneliti
“intra-group- relations” atau saling berhubungan antara anggota kelompok di dalam suatu
kelompok.

Sosiometri berasal dari bahasa latin socius (sosial) dan metrum (measure), pengukuran
kelompok sosial.

Sosiometri merupakan alat pengumpul data untuk mempelajari hubungan sosial individu
didalam kelompok. Sosiometri juga merupakan studi kuantitatif tentang hubungan interpersonal
dalam suatu populasi. Sosiometri juga merupakan salah satu cara untuk mengukur tingkat
keterkaitan diantara manusia.

BAB III INTERAKSI SOSIAL

A. Pengertian

Interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dan individu,
antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok baik dalam kerja sama,
persaingan, ataupun pertikaian.

B. Rumusan

1. Faktor imitasi

2. Faktor sugesti

3. Faktor identifikasi

4. Faktor simpati

a. Faktor Imitasi

Faktor Imitasi, adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau
penampilan fisik seseorang secara berlebihan. sebagai suatu proses, adakalanya imitasi
berdampak positif apabila yang ditiru tersebut individu-individu yang baik menurut pandangan
umum masyarakat.

b. Faktor Sugesti

14
Faktor Sugesti, adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak
lain. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh atau pandangan itu
dan akan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang.

c. Faktor Identifikasi

Faktor Identifikas, adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama
dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola ( kata idol
berarti sosok yang dipuja ). Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan
proses sugesti yang pengaruhnya amat kuat.

d. Fackor Simpati,

Fackor Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain.
Rasa tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan-keinginan untuk memahami pihak lain
untuk memahami perasaannya ataupun bekerja sama dengannya.

e. Factor Introyeksi

Factor Introyeksi yaitu suatu istilah yang berasal dari psikologi Freud ,yang terjadi dalam
kondisi tertentu setalah terbentuknya kerja sama antara dua orang atau lebih berdasarkan simpati.

C. Situasi Sosial

Situasi sosial adalah suatu kondisi tertentu dimana berlangsung hubungan antara individu
yang satu dengan individu yang lain atau terjadi saling hubungan antara dua individu atau
lebih .Menurut analisis dan uraian M.Sherif (13),seorang ahli ilmu jiwa di AS,situasi sosial itu
dibagi kedalam dua golongan utama yaitu:

1. Situasi kebersamaan

Situasi dimana sejumlah orang berkumpul pada lokasi dan waktu tertentu. Diantara orang
orang tersebut mungkin tidak saling kenal karena merupakan sutau kebetulan. Faktor-faktor yang
penting dalam situasi kebersamaan ini adalah bukan interaksi sosial yang mendalam tetapi
adanya sejumlah orang, karena kepentingan bersama, dan berkumpul di suatu tempat. Misalnya
orang yang berkumpul pada sebuah warung.

2. Situasi kelompok sosial

Di dalam situasi kelompok selain individu-individu tersebut melakukan interaksi, mereka


juga saling mengenal. Hubungan yang terjadi selain hubungan pribadi juga terjadi hubungan
struktural dan hierarkis. Ada pembagian tugas diantara anggotanya, ada aturan-aturan atau norma
yang berlaku.

15
D. Pengaruh situasi kebersamaan

1. Eksperimen situasi kebersamaan F.H Allport (1916-1919)

Dalam eksperimen ini ternyata bahwa situasi kebersamaan itu (togetherness situation)
pada dirinya sendiri sudah dapat mempengaruhi tingkah laku manusia dengan cara demikian
sehingga menjadi berlainan dibandingkan dengan tingkah laku manusia saat sendirian.

2. Eksperimen Rosenbaum dan Blake

Suatu eksperimen yang dengan mudahnya menunjukan proses berlangsungnya imitasi


dan sugesti dalam keadaan bersama.

3. Eksperimen Asch

Pada eksperimen Asch 1952,akan nyata betapa besar peranan sugesti dalam situasi sosial
pada umunya dan dalam situasi keadaan bersamaan pada khususnya.

Dalam eksperimen ini terdapat tiga variabel yiatu:

a. Jumlah mayoritas

b. Jumlah minoritas

c. Taraf kesukaran tugas

4. Kesimpulan eksperimen :

Dari eksperimen Allport ternyata bahwa situasi sosial pada diri sendiri sudah mempunyai
pengaruh tertentu terhadap kegiatan individu dibanding dengan kegiatan yang sama apabila
sendirian,yaitu bahwa situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyamaratakan pendapat-
pendapat orang yang terlibat didalamnya.

5. Dari ekssperimen Rosenbaum dan Blake ternyata bahwa situasi togetherness itu
sebagai bentuk situasi sosial dan sikap keraguan individu mengenai apa yang harus ia lakukan
sangat memudahkan terjadinya imitasi dan sugesti terhadap tingkah laku orang dalam
keadaanyang sama.

16
6. Dari eksperimen Asch,ternyata bahwa pengaruh sugesti (mayoritas) terhadap penilaian
individu dalam keadaan kebersamaan itu besar apabila individu itu ragu-ragu dalam
penilaiannya.sugesti (mayoritas)dalam keadaan tadi akan diperkecil apabila terdapat pula sugesti
minoritas yang berlawanan dengan sugesti mayoritas dalam keadaan yang sama.

BAB IV SITUASI KELOMPOK SOSIAL

A. Pengertian

Situasi kelompok sosial (group-situation) adalah sebagai suatu situasi ketika terdapat dua
individu atau lebih mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain. Karena terdapat
situasi ini maka terbentuklah kelompok sosial, artinya suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua
orang atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur,
sehingga diantara individu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, norma-norma tertentu.

B. Jenis-jenis Kelompok Sosial

Kelompok sosial dapat dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu primary group dan secondary
group (Charles H. Cooley) atau kelompok primer dan kelompok sekunder.

1. Kelompok primer (primary group) yaitu suatu kelompok yang anggota-anggotanya


mempunyai hubungan/interaksi yang lebih intensif dan lebih erat antar anggotanya. Contoh:
keluarga, rukun tetangga / kelompok kawan sepermainan, kelompok agama.

2. Kelompok sekunder (secondary group) adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya


saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan (pertemuan tidak harus face to
face) dan formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Contohnya: partai politik, perhimpunan
serikat kerja.

Berdasarkan tingkat keformalan kelompok dibagi menjadi:

a. Kelompok formal/kelompok resmi

Yaitu suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu,
anggota-anggotanya diangkat dan dilegimitasi oleh suatu badan/organisasi. Kelompok ini
ditandai dengan adanya peraturan serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contohnya
adalah komite, panitia, organisasi pemuda.

b. Kelompok informal

Kelompok yang terbentuk dari proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-kebutuhan
seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat atau dilegalisasikan dalam pernyataan
normal. Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah

17
tangga. Kelompok ini bisa berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa
anggota yang secara tertentu memiliki nilai-nilai yang perlu dibagi dengan sesama anggota.

C. Ciri-ciri Utama Kelompok

Suatu kelompok bisa disebut sebagai kelompok social apabila memiliki ciri-ciri berikut:

1. Terdapat dorongan (motif) yang sama antar individu satu dengan yang lainnya (dapat
menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan bersama)

2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain
berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.

3. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri
dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing

4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi
dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.

D. Membership Group dan Reference Group

Membership group merupakan kelompok dimana setia orang secara fisik menjadi
anggota kelompok tersebut. Ada kalanya seseorang tidak berkumpul dengan kelompoknya
walaupun dia belum ke luar dari kelompok tersebut.

eference-group adalah kelompok social yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan
anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Reference group dan
membership group agak sulit dipisahkan.

E. Pembentuk norma sosial

Norma sosial adalah patokan-patokan umum mengenai tingkah laku dan sikap individu
anggota kelompok yang dikehendaki oleh kelompok mengenai bermacam-macam hal yang
berhubungan dengan kehidupan kelompok yang melahirkan norma-norma itu norma muncul
melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang
berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau
menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk dari proses
akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok,
perlahan-lahan akan terbentuk norma

F. Dinamika kelompok

18
Floyd D ( Psycology and Life )

Dinamika kelompok (group dynamics) merupakan analisis hubungan kelompok –


kelompok sosial di mana tingkah laku dalam kelompok adalah hsil interaksi yang dinamis antara
individu-individu dalam situasi sosial tertentu.

G. Produktivitas Kelompok

Produktivitas kelompok yaitu afeksi dan keakraban anatar anggota kelompok.

Menurut para ahli, ada 8 prinsip yang harus di perhatikan dalam syarat produktivitas kelompok :

1. Suasana

2. Rasa aman

3. Kepemimpinan bergilir

4. Perumusan tujuan

5. Fleksibilitas

6. Mufakat

7. Kesadaran kelompok

8. Penilaian sinambung

a. Suasana ( atmosfir) : suasana kerja ditempat kelompok itu berada hendaknya memberi
kesan kepada semua anggota, bahwa mereka semua setaraf.

b. Rasa aman ( threat reduction) : Perasaan aman, dan hilang rasa curiga mencurigai antara
individu dalam kelompok.

c. Kepemimpinan bergilir ( distributive leadership) : Kepemimpinan yang dilakukan secara


bergilir yang dapat membangun kepercayaan pada diri anggota kelompok kerja, bahwa
merekapun dapat dan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang sama dengan pemimpinan
yang ada

d. Perumusan tujuan ( goal formulation) : Perumusan tujuan kelompok harus jelas,


sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota kelompok.

e. Fleksibilitas (flexibility) : Perencanaan kegiatan harus cukup mengandung fleksibiltas,


sehingga dapat dilaksanakan juga bila keadaan sudah berubah, baik karena keadaan dari luar
maupun dari dalam kelompok.

f. Mufakat (consensus) : Prinsip kebersamaan kelompok merupakan bentuk dari


musyawarah dan mufakat. Sehingga rasa kebersamaan kerja terbentuk.

19
g. Evaluasi yang sinambung ( continul evaluation) : Penilaian terhadap kegiatan yang telah
dilakukan harus dibuat secara terus menerus, sehingga dapat menimbulkan motifasi baru
terhadap program yang akan dijalankan berikutnya.

H. Kepemimpinan Efektif

Kepemimpinan efektif adalah puncak dari keberhasilan seseorang dalam menjalankan


tugas kepemimpinan.

I. Tugas Pemimpin

Pada umumnya Tugas-tugas seorang pemimpina adalah mengupayakan agar kelompok yang
dipimpinnya dapat merealisasikan tujuannya dengan sebaik-baiknya dalam kerja sama yang
produktif dan dalam keadaan-keadaan bagaimana pun dihadapi kelompoknya.

Tugas seorang pemimpin dibagi dalam 3 bidang utama : ( Floyd Ruch)

1. Structuring the situation. (membuat struktur yang jelas organisasinya)

2. Controling group behavior.(mengawasi dan menyalurkan tingkahlaku kelompok)

3. Spokesman of the group. (sbg juru bicara dalam dalam kelompok)

a. Memberikan struktur yang jelas tentang situasi-situasi rumit yang di hadapi kelompok.

b. Mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok.

c. Menjadi juru bicara kelompoknya, dapat merasakan dan menerangkan kebutuhan


kelompok ke dunia luar.

J. Cara Memimpin

· Pemimpin otokatrik/otoriter.

· Pemimpin demokratis.

· Pemimpin permisif/laissez faire.

· Pemimpin pseudo demokratis.

Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan
tugas yang diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari
lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah suatu mesin yang

20
dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama
sekali tak pernah diperhatikan.

Tipe kepemimpinan demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang mengacu pada


hubungan. Di sini seorang pemimpin selalu mengadakan hubungan dengan yang dipimpinnya.
Segala kebijaksanaan pemimpin akan merupakan hasil musyawarah atau akan merupakan
kumpulan ide yang konstruktif. Pemimpin sering turun ke bawah guna mendapatkan informasi
yang juga akan berguna untuk membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan selanjutnya.

Tipe kepemimpinan yang permisif atau laissez faire bisa bermakna serba boleh, serba
mengiyakan, tidak mau ambil pusing, tidak bersikap dalam makna sikap sesungguhnya, dan
apatis. Pemimpin permisif tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh.
Bawahan tidak mempunyai pegangan yang jelas, informasi diterima simpang siur dan tidak
konsisten.

K. Sifat Pemimpin

1. Persepsi Sosial

Persepsi sosial dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan memahami
perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. untuk memenuhi tugas
kepemimpinan. Persepsi sosial ini terutama diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat
melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan dan patokkan yang menyeluruh dari
keadaan-keadaan didalam dan diluar kelompok.

2. Kemampuan berpikir abstrak

Kemampuan berpikir abstrak dapat menjadikkan indikasi bahw seseorang mempunyai


kecerdasan yang tinggi. Kemampuan abstrak yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari
struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan
kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan umum diluar kelompok
dalam hubungannya degan tujuan kelompok.

3. Keseimbangan Emosional

Pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan emoional yang berdasarkan
kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam
perasaan, serta pengintegrasian kesemuanya itu kedalam suatu kepribadian yang harmonis.

BAB V MOTIF DAN SIKAP

A. Motif Tunggal, Motif Bergabung

21
Motif kegiatan,kegiatan kita dapat merupakan motif tunggal atau motif bergabung.
Misalnya, mendengarkan Warta Berita RRI mungkin mempunyai motif yang umum,mungkin
juga bermotif lain. Contoh lain,apabila seseorang menjadi suatu perkumpulan,maka motif-
motifnya biasanya bergabung.

Dengan demikian, orang yang bersangkutan, mungkin mempunyai bermacam-macam


motif yang sekaligus bekerja dibalik perbuatan, menggabungkan diri dalam organisasi itu, tetapi
biasanya perbutan itu terdorong dengan satu motif utama dan beberapa motif tambahan yang
mungkin, merupakan rincian,dari motif utama itu.

B. Motif Biogenetis

Merupakan, motif yang berkembang pada diri orang dan berasal dari organismenya
sebagai mahkluk biologis. Motif-motif biogenetis merupakan, motif-motif yang berasal dari
kebutuhan-kebutuhan organisme orang demi kelanjutan,kehidupannya secara biologis. Motif
biogenetis ini bercorak universal dan kurang terikat dengan lingkungan kebudayaan, tempat
manusia itu berada dan berkembang. Contoh : lapar,haus, kebutuhan akan, kegiatan dan
istirahat, mengambil nafas,buang air, dsb

C. Motif Sosiogenetis

Merupakan, motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan, kebudayaan,
tempat orang itu berada dan berkembang. Motif sosiogentis tidak berkembang dengan sendirinya
tetapi berdasarkan interaksi sosioal dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang. Macam
motif sosiogenetis banyak sekali dan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan-perbedaan yang
terdapat diantara berbagai corak kebudayaan di dunia. Contoh : keinginan untuk mendengarkan
musik Chopin atau musik legong bali, keinginan untuk membaca sejarah Indonesia,keinginan
untuk bermain sepak bola, dsb.

D. Motif Teogenetis

Motif yang berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan seperti yang terwujud dalam
ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha merealisasikan,norma-norma
agamanya. Sementara itu manusia memerlukan interaksi dengan Tuhanya untuk dapat menyadari
akan tugasnya sebagai manusaia yang berketuhanan di dalam masyarakat yang heterogen.
Contoh : keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa ,keinginan untuk
merealisasikan norma-norma agamanya menurut kitab suci, dll.

22
E. Peranan Motif

Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali, misalnya
saat kita sedang menonton televisi di malam hari. Pada saat itu sebenarnya banyak sekali suara
yang bisa kita dengar selain suara televisi. Seperti : suara serangga malam,anjing yang
menyalak,detik-detik jam dinding,suara kendraan lewat dan bunyi-bunyi lainya di malam hari.
Semua itu secara obyektif bisa kuta dengar melalui telinga kita tapi, ketika kita sedang menonton
televisi kita tidak menafsirkan suara lain karena perhatian kita dicurahkan kepada televisi. Dalam
hal ini nyata benar bahwa kita tidak hanya mendengar dengan telinga,tetapi didalamnya juga
terlibat minat dan perhatian kita yang mengarahkan kita untuk fokus terhadap televisi tersebut.
Singkatnya, minat dan perhatian kita ditentukan oleh motif-motif yang terdapat pada kita pada
waktu itu

F. Attitude

Pengertian atitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang
dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan tetapi sikap tersebut tetapi sikap tersebut
disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu . jadi ,attitude bisa
diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Attitude
senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal ,suatu objek .Tidak ada attitude tanpa ada objeknya.

Attitude mungkin terarahkan pada benda-benda ,orang-orang ,tetapi juga peristiwa-


peristiwa, pemandangan-pemandangan, lembaga-lembaga, norma-norma, nilai-nilai dan lain-
lain.

G. Attitude Sosial Dan Attitude Individual

Manusia itu tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu,
tetapi attitude-attitude tersebut dibentuk sepanjang perkembangannya.peranan attitude-attitude
tersebut dibentuk sepanjang perkembangan .Adanya attitude –attitude menyebabkan bahwa
manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-objeknya . Attitude dapat dibedakan ke
dalam attitude sosial dan attitude sosial dan attitude individual:Attitude sosial pernah
dirumuskan sebagai berikut: Suatu attitude sosial dinyatakan dengan cara-cara kegiatan yang
sama dan berulang –ulang terhadap objek sosial. Attitude sosial dinyatakan tidak hanya oleh
seseorang,tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyaratan . Misalnya
penghormatan yang berkali-kali dinyatakan dengan cara khidmat oleh sekelompok orang
terhadap bendera, menunjukkan adanya attitude kelompok tersebut terhadap benderanya .

Atittude individual berbeda dengan attitude sosial,yaitu :

1. Attitude individual dimiliki oleh seorang demi seorang saja ,misalnya kesukaan
terhadap binatang-binatang tertentu,

23
2. Attitude individual berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan objek
perhatian sosial.

Kita lambat-laun mungkin memperoleh sikap suka atau tidak suka kepada seorang kawan
atau seorang pesaing, dan terhadap peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan kita.Jadi
,attitude mempunyai peranan yang penting dalam interaksi manusia .Apa yang attitude
“sosialisasi” dari manusia itu sebagian besar terdiri atas pembentukan attitude-attitude khas yang
memiliki orang Perancis,termasuk attitude-attitude terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial
kelompok perancis.

Attitude sosial dan attitude pada umumnya itu mempunyai sifat-sifat dinamis yang sama
seperti sifat motif dan motivasi; yaitu merupakan salah satu penggerak internal di dalam pribadi
orang yang mendoronganya berbuat sesuatu dengan cara tertentu.

H. Ciri-Ciri Attitude

1. Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan ,tetapi di bentuk atau dipelajarianya
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

2. Attitude dapat berubah-ubah ,karena itu attitude dapat dipelajari orang atau sebaliknya
attitude-attitude dapat dipelajari sehingga attitude-attitude dapat berubah pada seseorang bila
terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude
pada orang itu.

3. Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu
objek.

4. Ojek attitude merupakan suatu hal tertentu,tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari
hal-hal tersebut.jadi attitude dapat berkaitan dengan satu objek saja tapi juga berkaitan dengan
sederetan objek yang serupa.

5. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan .

I. Memahami Attitude

Untuk dapat memahami attitude social dan non social biasanya tidak mudah seperti juga
tidak mudah untuk mengetahui struktur motif orang denan segala tingkah lakunya.Untuk dapat
memahami attitude-attitude itu terdapat beberapa metode yangdapat digolongkan kedalam
metode-metode langsung dan metode-metode tidak langsung.

ü Metode langsung metode dimana orang secara langsung diminta pendapat atau anggapannya
mengenai objek tertentu. Metode ini lebih mudah pelaksanaannya,tetapi hasil-hasilnya kurang
dapat dipercaya daripada metode tidak langsung.

24
ü Metode tidak langsung ,orang diminta agar menyatakan dirinya mengenai objek attitude yang
diteliti tetapi secara tidak lngsung,misalnya dengan menggunakan test psikologi ( test proyeksi )
yang dapat mendaftarkan sikap-sikap dan attitude-attitude dengan cukup mendalam.Cara ini
lebih sulit dilaksanakan tetapi lebih mendalam.

J. Pembentukan Dan Perubahan Attitude

Pembentukan attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja .
Interaksi social didalam kelompok maupun diluar kelompok dapat merubah attitude atau
membentuk attitude yang baru.akan tetapi pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi diluar
kelompoknya itu sendiri belum cukup untuk menyebabkan berubahnya attitude atau
terbentuknya attitude yang baru.

1. Faktor-faktor internal

Yang menjadi persoalan disini adalah apakah pandangan baru yang diperoleh melalui alat
komunikasi itu dapat ditampung diantara sikap-sikap pandangan dan sikap-sikap perasaan yang
sudah terdapat pada seseorang ?

Pilihan tersebut berhubungan erat dengan motif-motif dan attitude-attitude yang bekerja
didalam diri kita pada waktu itu dan mengarahkan minat perhatian kita terhadap objek-objek
tertentu diantara keseluruhan objek yang mingkin kita perhatikan pada waktu itu. Sebuah contoh
sederhana mengenai adanya pilihan dalam pengamatan yang ditentukan motif-motif itu misalnya
apabila seseorang sedang sangat lapar ia akan lebih memperhatikan rangsangan dari
lingkungannya yang dapat membawakan orang itu kepada pemuasan dari kelaparan itu daripada
rangsangan yang tidak berhubungan dengan kebutuhan akan makanan itu.

2. Faktor- faktor Eksternal

Dalam pembentukan dan perubahan attitude,selain faktor-faktor internal terdapat pula


faktor-faktor eksternal. Mengenai faktor eksternal itu akan diuraikan beberapa hal seperti yang
dikemukakan oleh M.Sherif dalam bukunya sbb :

a. Dalam interaksi kelompok dimana terdapat hubungan timbal – balik yang langsung antara
manusia.

b. Karena komunikasi,dimana terdapat pengaruh-pengaruh (hubungan) langsung dari satu


pihak saja.

Perubahan attitude dapat berlangsung dalam interaksi kelompok tetapi dalam hal itu
harus dibedakan pula dua macam interaksi kelompok yaitu :

1) Perubahan attitude karena shifting of reference-groups.

2) Perubahan attitude didalam situasi kontak social antara dua kelompok itu.

25
K. Interaksi Kelompok

Kelompok keluarga menjadi kelompok pegangan hidupnya dimana ia merasa adanya


hubungan batin karena norma-norma dan nilai-nilai kehidupan serta attitude-attitude-
nya.Bersamaan dengan itu,ia juga secra nyata dan formal adalah anggota keluarganya.Ia
pertama-tama mengalami proses sosialisasi pada dirinya di dalam kerangka kehidupan
keluarganya.Ia memperoleh norma-norma dan attitude pertama-tama di dalam lingkungan
keluarganya.

L. Shifting Of Reference-Group

Lambat laun ia mungkin harus meninggalka kelompok keluarganya untuk belajar atau
untuk bekerja di salah satu tempat,berjauha dari kelomopk keluarganya .Jadi secara ‘lahir’ ,ia
bukan lagi menjadi anggota keluarganya karena ia- di tempat belajar itu- menggabungkan diri
dangan sebuah kelompok baru, misalnya sebuah kelompok mahasiswa.

a. ia bertahan pada norma dan attitude-attitude kehidupan kelompok keluarga(reference-group-


ya).

b. Ia melepaskan norma dan attitude-attitude reference-group-nya itu dan menyesesuaikan


dirinya sengan norma-norma dan attitude-attitude dari membership-group-nya sehingga dengan
demikian ia menyetujui norma atau attitude yang baru.

M. Perubahan attitude dalam situasi kontak antar kelompok

Perubahan attitude dalam situasi kontak antara dua kelompok berbeda dengan situasi
dimana individu dilibatkan secara aktif untuk turut serta dalam interaksi intensif dan cukup lama.
Setelah itu, kelompok dipersilahkan untuk mengunjungi tempat tinggal masing-masing. Sebelum
mereka diberi ceramah, mereka dites untuk melihat bagaimana attitude-attitude mereka terhadap
suku lain. Hasil tes tersebut menunjukan bahwa mereka menetap negatif , berarti bahwa situasi
kontak sosial antar kelompok yang hanya terdiri atas ceramah dan saling mengunjungi seperti
dalam kondisi-kondisi experimen ini tidak menghasilkan terjadinya perubahan attitude.

N. Perubahan Attitude Karena Komunikasi Sepihak

Untuk memperoleh keterangan telah dilakukan puluhan bahkan ratusan eperimen yang
meneliti faktor-faktor mana yang memegang peranan dalam usaha untuk membentuk atau
mengubah attitude-attitude dengan cara komunikasi sepihak.

O. Beberapa eksperimen

26
Experimen Murphy dan Newcomb (12) menyatakan bahwa perubahan attitude yang
paling berhasil terjadi pada orang-orang yang sebelumnya diberi komunikasi tertentu ( ceramah,
pidato, risalah, dsb )

Masalah ini diteliti secara experimental oleh Hovland. Berdasarkan hasil experimennya, Hovland
menarik kesimpulan bahwa :

1. Apabila isi komunikasi rumit ( tidak mempunyai struktur dan susunan yang jelas ), maka
komunikator yang harus menarik kesimpulan.

2. Apabila isi komunikasi tidak ada berhubungan erat dengan kebutuhan-kebutuhan


pendengar, maka komunikator menarik kesimpulan.

P. Prasangka Sosial

Prasangka sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia


tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan orang yang berprasangka
itu.prasangka sosisal yang pada awalnya hanya merupakan sikap-sikap perasaan negative itu
lambat laun menyatakan dirinya dalam tindakan-tindakan yang diskriminatif terhadap orang-
orang yang termasuk golongan-golongan yang diprasangkai itu tanpa alasan-alasan yang objektif
pada pribadi orang yang dikenai tindakan-tindakan diskriminatif.

Q. Penjelasan Prasangka Sosial

Bahwasannya tindakan-tindakan diskriminatif yang berdasarkan prasangka sosial


merugikan masyarakat Negara itu sendiri, sudah jelas pula karena dengan demikian
perkembangan potensi-potensi manusia masyarakat itu sendiri sangat dihambat. Maka dinegara-
negara yang bersangkutan telah pula diupayakan untuk mengubah dan menghilangkan
prasangka-prasangka sosial yang picik dan yang menghambat perkembangan masyarakat dengan
wajar.

R. Beberapa Sumber Prasangka

Dalam beberapa penelitian dan observasi tampak bahwa disekolah-sekolah internasional


tidak terdapat sedikit pun prasangka sosial pada anak-anak sekolah yang berasal dari bermacam-
macam golongan ras atau kebudayaan. Secara tidak sadar mereka lambat laun mungkin
memperoleh sikap-sikap tertentu terhadap golongan-gologan tertentu yang lambat laun dapat
melahirkan stereotip-stereotip.

S. Terjadinya Prasangka Sosial

27
Terjadinya prasangka sosial semacam ini dapat juga disebut pertumbuhan prasangka
sosial dengan tidak sadar dan yang berdasarkan kekurangan pengetahuan dan pengertian akan
fakta- fakta kehidupan yang sebenarnya dari glongan-golongan orang yang dikenai stereotip-
stereotip itu.

T. Ketidak Sadaran Akan Kerugian-kerugian

Faktor ketidaksadaran akan kerugian-kerugian masyarakat sendiri akibat prasangka sosial


itu dapat menjadi sebab bahwa prasangka sosial itu dapat berkembang terus-menerus. Apabila
orang telh sadar akan kerugiannya dalam menempuh prasangka sosial itu, orang akan berusaha
menghilankannya. Dalam hubungan ini, terdapat pula serentetan kerugian pribadi yang tidak kita
bahas disini.

U. Ciri Pribadi Orang Berprasangka

Terdapat beberapa cirri pribadi orang mempermudah bertahannya prasangka sosial,


antara lain pada orang-orang yang berciri tidak toleransi, kurang mengenal akan dirinya sendiri,
kurang berdaya cipta, tidak merasa aman, memupuk khayalan-khayalan yang agresif dll.

V. Frustasi dan agresif

Apabila seseorang secara pribadi mengalami frustasi yang ingin dipuaskannya secara
agresif, ia mungkin menendang kursinya , atau memukul anjingnya, atau memperlihatkan
kejengkelannya dengan cara lain. Akan tetapi, apabila segolongan orang mengalami frustasi
tertentu yang menimbulkan agresi, maka dengan sangat mudah perasaan-perasaan agresif
tersebut dihadapkan kepada segolongan lain yang diprasangkainya yang lalu diserangnya secara
kurang atau lebih intensif.

W. Upaya-upaya Mengurangi Prasangka Sosial

Upaya-upaya mengurangi prasangka sosial antar golongan itu kiranya jelas harus dimulai
pada pendidikan anak-anak dirumah dan disekolah oleh orang tua dan gurunya. Sementara itu,
sebaiknya dihindarkan pengajaran-pengajaran yang dapat menimbulkan prasangka-prasangka
sosial tersebut dan ajaran-ajaran yang sudah berprasangka sosial. Selain itu, puluhan experimen
dengan sekelompok kecil telah menyatakan bahwa interaksi antar golongan yang cukup intensif
mampu sekali melenyapkan stereotip dan prasangka sosial antar golongan itu.

BAB VI PENGARUH MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL

28
A. Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan

Keluarga merupakan kelompok social yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia
belajar dan menyatakan diri sebagai manusia social dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya.

Keluarga merupakan kelompok primer, yaitu kelompok yang mempunyai interaksi social
yang cukup intensif, cukup akrab, hubungan antara anggota satu dengan anggota yang lain cukup
baik. Kelompok ini juga sering disebut face to face group, anggota kelompok satu sering
bertemu dengan anggota kelompok yang lain, sehingga para anggota kelompok saling mengenal
dengan baik. Kelompok ini juga berpengaruh dalam perkembangan dan kehidupan individu.

Pengalaman-pengalamannya dalam interaksi social dalam keluarganya turut menentukan


pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan social diluar keluarganya.
Jadi, selain dari peranan umum kelompok keluarga sebagai ke rangka social yang pertama,
tempat manusia berkembang sebagai mahluk social, terdapat pula peranan peranan tertentu
didalam keadaan-keadaan keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai
mahlik social.

B. Peran Sekolah Terhadap Perkembangan

Peranan sekolah terhadap perkembangan sosial anak-anak ini kurang mendapat penelitian
yang tegas. Sebab interaksi sosial yang berlaku di sekolah biasanya tidak sedemikian mendalam
dan kontinu seperti yang terjadi dalam rumah tangga.

Sekolah merupakan media sosialisaai yang lebih luas dari keluarga. Sekolah mempunyai
potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan prilaku seorang anak, serta
mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru di kemudian hari di kala anak atau
orang tidak lagi mengantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya.

Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga di mana anak manis anak masih dapat
mengharap bantuan dari orang tua dan acap kali memperoleh perlakuan khusus di sekolah anak
di tentuntut untuk bias bersikap mandiri dan senang tiasa memperoleh perlakuan yang tidak
berbeda dari teman-temannya.

29
BAB III PEMBAHASAN
A. Kelebihan dan kelemahan buku utama

Kelebihan buku utama “Buku Psikologi Sosial karangan DR. W.A. Gerungan, Dipl.
Psych”

Kelebihan buku ini ialah tema buku yang sesuai untuk mengkaji permasalahan yang ada pada
masyarakat dan buku ini sesuai untuk referensi bagi mahasiswa. Buku ini dilengkapi
rangkuman pada setiap babnya, sehingga membantu pembaca untuk menarik kesimpulan di
setiap bab. Selain itu, ada daftar pustaka di setiap babnya, sehingga pembaca memiliki
banyak referensi.

Kekurangan buku utama “Buku Psikologi Sosial karangan DR. W.A. Gerungan, Dipl.
Psych”

Didalam buku ini masih terdapat kata yang sulit untuk dimengerti, sehingga bagi masyarakat
awam yang membacanya mungkin agak sulit untuk dimengerti, selebihnya isi dari buku ini
sudah bagus.

B. Kelebihan dan kelemahan buku pembanding

Kelebihan buku pembanding “Buku psikologi sosial kayra Jenny Mercer & Debbie
Clayton”

Buku ini mengandung sebuah pembelajaran berguna bagi para pendidik, calon guru atau
semua pihak yang terkait denganpendidikan dalam memahami peserta didik. kelebihan buku
ini terdapat dalam susunan atau skema penulisan yang teratur dan saling berhubungan, bahasa
yang digunakan tidak berbelit-belit

Kelemahan buku pembanding “Buku psikologi sosial kayra Jenny Mercer & Debbie
Clayton”

30
Semua buku pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari buku ini ialah materi
yag disampaikan kurang mendetail dan kurang lengkap sehingga pembaca harus mencari
materi dari referensi lain.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan

Kedua buku ini sangatlah bagus dan sangat cocok bagi seseorang yang ingin mempelajari
perkembangan psikologi sosial secara serius, meskipun kedua buku ini memiliki perbedaan
serta kelebihan dan kekurangan yang terdapat didalamnya, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan
yang sama yaitu bagaimana seorang pembaca dapat dengan mudah mengerti dan memahami
serta mengaplikasikan setiap materi yang sudah dibacanya dalam kehidupan sehari-hari melalui
keduabuku yang bertemakan psikologi psikologi sosial.

B. Saran

Kedua buku ini pada dasarnya sangat baik sebagai panduan memahami materi
perkembangan psikologi sosial, tetapi ada baiknya kedua buku ini lebih diperbanyak dibagian
aspek pendukung nya seperti gambar,tabel,diagram,dan masih banyak lagi sebagai panduan
untuk memahami dan mengaplikasikan setiap teori yang ada didalam kedua buku ini.

31
DAFTAR ISI

Gerungan.(2009).psikologi sosial, Jakarta : Refika Aditama

Jenny Mercer & Debbie Clayton. (2013).psikologi sosial, Bandung

32

Anda mungkin juga menyukai