Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. ABK ( Anak Berkebtuhan Khusus)

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak Berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan

atau penyimpangan dalam proses pertumbuhan atau perkembangan baik berupa

fisik, mental, dan emosional. Anak berkebutuhan khusus (ABK) dibandingkan

dengan anak normal pada umumnya mereka memerlukan pelayanan pendidikan

khusus (Jannah & Darmawanti, 2004 :15).

ABK (anak berkebutuhan Khusus) adalah anak yang memiliki perbedaan

dengan anak-anak secara umum lainnya. Anak ini dikatakan berkebutuhan khusus

jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. ABK adalah anak

yang memerlukan penanganan khusus sehubungan dengan gangguan

perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang digolongkan pada

anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan gangguan atau

kelainan pada aspek fisik/motorik, kognitif, bahasan & bicara, pendengaran,

pengelihatan, serta sosial dan emosi (Ratnasari : 2013).

Menurut (Sabra : 2010) dalam (Ratnasari:2013) pada umumnya anak

berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan yang berbeda dengan anak-

anak normal lainnya. Layanan yang diberikan untuk anak berkebutuhan khusus

adalah layanan yang telah diterapkan oleh pemerintah. Melalui Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009, pemerintah mencetuskan pendidikan

inklusi sebagai sistem layanan pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus

8
9

untuk belajar bersama dengan anak normal lainnya di sekolah yang sama

(Widiastuti : 2010).

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki kelainan atau

yang berbeda dengan anak normal pada umumnya. Adapun pengertian anak

berkebutuhan khusus menurut Frieda Mangunsong dalam buku “Psikologi dan

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”, (2009 : 4) anak berkebutuhan khusus atau

anak luar biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam

ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular,

perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, serta memerlukan

modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan untuk

pengembangan potensi.

Pengertian ABK dari sudut pandang pendidikan, Arum (dalam Azwandi,

2007 : 12) menjelaskan bahwa ABK adalah anak yang dalam proses pertumbuhan

atau perkembangan secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan

dalam kelainan fisik, mental intelektual, sosial atau emosi dibandingkan dengan

anak-anak lain seusianya. Menurut Prof. Dr. Bandhi Delphi dalam buku

“Pembelajaran Anak Tunagrahita” bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

merupakan istilah lain untuk anak luar biasa yang menandakan adanya kelainan

khusus. ABK mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya.

Beberapa definisi dari para ahli di atas tentang anak berkebutuhan khusus

dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang

mengalami penyimpangan atau perbedaan dari rata-rata anak normal lainnya. Pada

proses pertumbuhan atau perkembangannya terjadi kelainan seperti kelainan fisik,

mental, sosial dan emosi. Anak berkebutuhan khusus ini pun memiliki karakteristik
10

yang berbeda antara satu dan lainnya atau memiliki perbedaan sesuai dengan jenis

kelainan yang dialami oleh anak.

ABK ( Anak Berkebutuhan Khusus) juga layak mendapatkan pendidikan

yang sama seperti anak normal lainnya tetapi layanan pendidikan yang diberikan

kepada anak berkebutuhan khusus adalah layanan pendidikan berupa layanan

khusus yang diterapkan atau yang telah diatur oleh pemerintah seperti program

pelayanan pendidikan inklusi.

2. Jenis atau Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang memiliki kelainan

atau gangguan pada perkembangan. Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki

perbedaan antara satu dan lainnya sesuai dengan jenis kelainan yang dialami oleh

anak. Pada buku (Ilahi : 2013) Anak berkebutuhan khusus dikategorikan dalam dua

kelompok yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer (sementara) dan

anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanen). Anak berkebutuhan

khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang memiliki hambatan

belajar dan hambatan perkembangan karena faktor eksternal, seperti kondisi dan

situasi lingkungan. Sedangkan anak berkebutuhan khusus bersifat menetap

(permanen) adalah anak yang memiliki hambatan belajar dan perkembangan yang

bersifat internal dikarenakan kecacatan atau bawaan sejak lahir (Hurlock, 1995:23)

dalam Ilahi (2013).

B. Penanganan Siswa Berkebutuhan Khusus / ABK

1. Pengertian Penanganan Siswa Berkebutuhan Khusus / ABK

Penanganan adalah cara yang dilakukan oleh seorang yang ahli atau

pengajar atau pendidik terhadap siswa berkebutuhan khusus untuk mancapai hasil
11

yang diinginkan. Penanganan yang dilakukan agar tercapai tujuan pembelajaran di

dalam kelas.

Santrock (2010 : 245) dalam Salamah (2015) memberikan beberapa contoh


cara menangani anak berkebutuhan khusus oleh guru kelas, yaitu :
a. Jalankan rencana pendidikan individual (Individualized Educational
Plan – IEP) untuk setiap anak;
b. Dorong sekolah Anda untuk memberikan tambahan dukungan dan
training cara mengajar anak berkebutuhan khusus;
c. Gunakan dukungan yang tersedia dan cari dukungan yang lain;
d. Pelajari dan pahami tipe-tipe anak berkebutuhan khusus di kelas;
e. Berhati-hatilah dalam memberikan label pada anak berkebutuhan
khusus;
f. Lakukan beberapa strategi :
1) Penuh perhatian, menerima, sabar
2) Memiliki ekspetasi positif terhadap pembelajaran
3) Membantu anak mengembangkan keahlian komunikasi, sosial,
dan juga keahlian akademiknya
4) Rencanakan dan susun kelas secara efektif
5) Bersemangat dalam membantu anak agar termotivasi belajar
6) Pantau pembelajaran anak dan berikan umpan balik yang efektif
g. Bantu anak berkebutuhan khusus untuk memahami dan menerima
anak yang menderita ketidakmampuan; serta
h. Selalu cari informasi terbaru tentang teknologi yang tersedia untuk
mendidik anak berkebutuhan khusus.

Beberapa cara yang dilakukan di atas dalam menangani anak berkebutuhan

khusus dapat disimpulkan bahwa penanganan anak berkebutuhan khusus memiliki

cara yang khusus dan berbeda-beda dalam memahami kepribadian anak yang

memiliki kelainan atau yang berkebutuhan khusus.

2. Penanganan terhadap siswa berkebutuhan khusus

Menurut Putranto (2015) penanganan terhadap siswa berkebutuhan khusus

berbeda-beda cara menanganinya dikarenakan jenis kelainan yang dialami oleh

anak itu sendiri. Penanganan siswa berkebutuhan khusus menurut Putranto (2015).
12

Tabel 2.1
Jenis Penanganan Siswa Berkebutuhan khusus

Jenis kebutuhan khusus Cara Penanganan


Autisme Dengan cara terapi, terapi ABA, terapi wicara,
terapi okupasi, terapi fisik, terapi sosial, terapi
bermain, terapi perilaku, terapi perkembangan,
terapi visual, terapi biomedis dan terapi musik.
Disleksia Guru benar-benar aktif dalam memberikan
pengajaran, mengajari anak disleksia menulis,
mengajak bermain angka dan melatih ingatan,
mengajak siswa memahami tujuan
Diskalkulia Klasifikasi, ordering (mengurutkan) dan
seriasi, korespondensi, konservasi
Bandel Memberikan tanggung jawab, memberikan
perhatian lebih, menciptakan pembelajaran
kreatif dan menarik, membuat peraturan yang
jelas di dalam kelas,
Hiperaktif Terapi, mengenali kelebihan dan bakat anak,
membantu anak bersosialisasi, memberikan
ruang gerak yang cukup, menerima
keterbatasan serta membangkitkan rasa
percaya diri
Fobia sekolah Menekankan pentingnya masuk sekolah,
berkomunikasi dengan bersangkutan dan
perhatikan keluhan, tegas dan konsisten,
konsultasi dengan dokter permasalahannya,
waktu berdiskusi dengan bersangkutan,
melatih dan meepaskn anak secara bertahap
Gangguan mood Melakukan pendekatan, psikodinamika,
pendekatan behavioral, pendekatan kognitif,
pendekatan keluarga, pendekatan biologis,
Traumatis Terapi perilaku dan pembentukan perilaku,
psikoterapi, terapi bermain, terap kelompok,
Malas Menciptakan kesiapan belajar, memberi
motivasi, mengurangi marah yang berlebihan,
menciptakan keharmonisan, memberikan
bimbingan,
Tunarungu Pendekatan auditor verbal, pendeatan
auditori oral,
Tunawicara Berbicara yang jelas dengan ucapan yang
benar, menggunakan kalimat sederhana dan
singkat, menggunakan komunikasi dengan
gerakan bibir atau tanganberbicar berhadapan
muka, menggunakan tulisan
Tunalaras Layanan pendidikan tunalaras
Tunagrahita Terapi
Tunanetra Disesuaikan dengan kebutuhan anak
tunanetra
13

Jenis kebutuhan khusus Cara Penanganan

Tunadaksa Layanan pendidikan tunadaksa


Tunaganda Layanan pendidikan khusus, untuk guru
dan orangtua dapat memberikan layanan
terapi bicara, bahasa, fisik

Adapun jenis penanganan bagi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan

oleh pemerintah terkait dengan pendidikan inklusi dilihat dari layanan pendidikan

yang diberikan terhadap siswa berkebutuhan khusus menurut Hallahan dan

Kaufman dalam Purwanto . Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus :

a. Reguler Class Only (kelas biasa dengan guru biasa)


b. Regular Class with Consultations (kelas biasa dengan konsultan guru
PLB)
c. Itinerant Teacher (kelaas biasa dengan guru kunjung)
d. Resource Teacher (Guru sumber, yaitu guru kelass biasa dengan guru
biasa namun beberapa kesempatan anak berada di ruang sumber dengan
guru sumber)
e. Pusat Diagnostik-Presciption
f. Hospital or Homebound instruction (pendidikan di rumah atau di rumah
sakit
g. Self-contained class(kelas khusus di sekolh biasa bersama guru PLB)
h. Spesial Day school (seklah luar biasa tanpa asrama)
i. Residential school (sekolah luar biasa berasrama)

Berdasarkan paparan di atas disimpulkan bahwa penanganan untuk anak

berkebutuhan khusus berbeda-beda. Penanganan yang dilakukan untuk anak

berkebutuhan khusus sesuai dengan jenis kelainan yang dimiliki anak, karena

penanganan anak berkebutuhan khusus harus tepat sesuai dengan kebutuhan anak

agar tercapai.

C. Pembelajaran di Kelas Inklusi

Kelas Inklusi adalah kelas penggabungan atau kelas belajar yang

digabungkan antara siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus belajar bersama
14

dalam satu kelas. Pembelajaran di kelas inklusi secara umum tidak jauh berbeda

dengan pembelajaran di kelas reguler lainnya. Hanya saja pembelajaran di kelas

inklusi merupakan pembelajaran yang menggabungkan peserta didik antara siswa

berkebutuhan khusus dan siswa normal belajar dan berinteraksi di kelas yang sama.

Menurut (Hidayat:2010), Kegiatan belajar mengajar di kelas inklusif tidak jauh

berbeda dengan belajar mengajar di kelas reguler pada umumnya. Porsi belajar

dalam kelas inklusi lebih fleksibel, dikarenakan guru menyesuaikan pembelajaran

di dalam kelas dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Pada kelas inklusi,

diperlukan keberagaman metode pembelajaran agar materi dapat tersampaikan

secara merata kepada siswa.

Dalam mengelola kelas inklusi yang harus di perhatikan guru yaitu

menurut (Hidayat : 2010)

SISWA

Memahami dirinya

MATERI METODE
MENGAJAR

Apa yang di ajarkan Bagaimana cara mengajar


Menahami peran dan tugasnya

GURU

Gambar 2.1 Mengelola kelas inklusi

D. Peran Guru di Sekolah Inklusi

Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk

mewujudkan tujuan hidup secara optimal. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-
15

potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa

bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara

individual, karena antara peserta didik yang satu dengan yang lain memiliki

perbedaan yang sangat mendasar (Mulyasa 2011:35).

Untuk memenuhi tuntutan sebagai seorang guru, guru harus mampu

memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang

pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Guru

berperan penting dalam sebuah pendidikan karena peran guru diantaranya adalah

guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, guru

sebagai pelatih, guru sebagai penasehat, guru sebagai inovator, guru sebagai model

dan teladan, guru sebagai pribadi, guru sebagai peneliti, guru sebagai pendorong

kreatifitas, guru sebagai aktor, guru sebagai emansipator, guru sebagai evaluator,

guru sebagai kulminator (Mulyasa : 2011) .

Dalam pemerintah bab 1 pasal 1 dijelaskan “guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melati menilai dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Widiastuti :

2010). Menurut Nasution (2012) yang harus dimiliki oleh seorang guru sebelum

melakukan proses belajar mengajar sebaiknya guru harus mengenal muridnya

terlebih dahulu untuk mengetahui karakteristik anak dan kebutuhan yang diperlukan

oleh setiap individu baik di sekolah umum maupun di sekolah inklusi.

Menurut Praptiningrum (2010) bahwa guru di sekolah inklusi harus

memiliki kemampuan khusus untuk penyelenggaraan pendidikan inklusi.

Kemampuan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :


16

Pengetahuan tentang perkembangan anak berkebutuhan khusus,


pemahaman tentang pentingnya mendorong anak dengan memberikan
motivasi belajar, pemahaman tentang pentingnya menciptakan lingkungan
yang ramah terhadap pembelajaran, pemahaman tentang arti penting
belajar aktif dan pengembangan pemikiran kreatif dan logis, pehaman
pentingnya evaluasi dan asesmen yang berkesinambungan oleh guru,
pemahaman konsep inklusi

Beberapa dari peran guru yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan

bahwa guru harus memiliki dan menjalani perannya sebaik mungkin agar kualitas

pendidikan semakin baik karena peran guru bukan hanya memberikan materi

pelajaran saja, tetapi guru harus dapat mendidik dan memotivasi peserta didiknya

agar menjadi siswa siswi yang berkualitas. Peran guru di sekolah inklusi tidak

berbeda jauh dengan guru di sekolah umum, hanya saja peran guru di sekolah inklusi

harus lebih ekstra memperhatikan anak didiknya agar dapat perhatian dan

pelayanan sesuai dengan kebutuhannya. Adapun kemampuan yang harus dimiliki

oleh seorang guru pada saat mengajar di sekolah inklusi yaitu mengetahui

perkembangan anak berkebutuhan khusus, dapat memberikan dan mendorong anak

dengan motivasi, dapat menciptakan suasana belajar yang ramah lingkungan,

memahami evaluasi dan asesmen serta memahami tentang konsep inklusi.

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Erni Widiastuti (2010)

Judul penelitian “Problematika Guru dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) di Sekolah Inklusi SDN Sumbersari 1 Malang”. Hasil penelitian

ini menyatakan bahwa masih banyak masalah yang di hadapi guru kelas dalam

pembelajaran dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) di dalam kelas inklusi.

Persamaan yang dilakukan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah


17

sama-sama mengkaji tentang permasalahan yang dihadapi oleh guru saat

mengajar di dalam kelas inklusi bersama siswa ABK. Persamaan lainnya yaitu

sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif, jenis penelitian dan metode

pengumpulan datanya, yaitu penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik

pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek yang diteliti,

lokasi penelitian dan penelitian ini mengkaji tentang bagaimana penanganan

yang dilakukan oleh guru kelas saat mengajar di dalam kelas inklusi bersama

siswa ABK.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Gilang Istianto Widodo (2012)

Judul penelitian analisis penanganan siswa lamban belajar dalam proses belajar

megajar di kelas III SDN Lesanpuro 02 Malang. Hasil penelitian ini

menyatakan penanganan yang dilakukan oleh Gilang Istianto Widodo .

Persamaan yang dilakukan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

sama-sama mengkaji tentang penanganan anak berkebutuhan khusus, dengan

menggunakan jenis penelitian kualitatif. Perbedaan terdapat pada subjek yang

diteliti, dan lokasi penelitian.


18

F. Kerangka Pikir

1.Guru menerapkan prinsip individual dalam merancang


strategi pembelajaran untuk siswa ABK

2. Guru memberikan perhatian yang lebih, bersikap terbuka,


dan memberikan pengarahan yang positif terhadap siswa ABK

1.Guru mengalami kesulitan untuk membagi perhatian anatara


siswa berkebutuhan khusus dan siswa normal
2.Keterbatasan waktu sehingga guru kesulitan membagi perhatian
lebih terhadap siswa ABK
3.Siswa bandel memiliki nilai masih dibawa KKM, kurang fokus
dalam mengikuti pembelajaran
4.Siswa gangguan sosiaal dan kurangnya pemecahan maasalah
terhadap diri sendiri la,bat dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru, kurang percaya diri, tidak proaktif dalam
pembelajaran dan sulit memecahkan masalahnya sendiri
5.Siswa tunanetra sudah mampu mengikuti pelajaran secara baik
dengan adanya pendampingan, siswatersebut jug sering menda-
patkan bantuan dari teman sebangkunya pada saat pembelajaran

Penanganan guru kelas 3B dalam proses


Kendala yang dihadapi guru
pembelajaran di kelas inklusi terhadap siswa
kelas 3B dalam proses
berkebutuhan khusus tunanetra, bandel dan
pembelajaraan di kelas inklusi
gangguan sosial kurangnya pemecahan masalah
terhadap diri sendiri

Teknik Pengumpulan Data Analisis Data

1.Pengumpulan data
1.Observasi
2.Reduksi data
2.Wawancara
3.Penyaji data
3.Dokumentasi
4.Kesimpulan

Hasil Penelitian

Gambar 2.2 : Kerangka Pikir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai