Anda di halaman 1dari 27

ARTIKEL SOSIOLOGI

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Sosiologi

Stratifikasi Sosial dan Dampaknya Terhadap Mobilitas Sosial Vertikal dan Horizontal

Dosen Pengampuh :

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Dwi Ringga Juliatna Handayani


NIM : L1A020027
Fakultas&Prodi : Hubungan Internasional
Semester :I

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT karena berkat
karunianya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan
tugas terstruktur mata kuliah Sosiologi ini yang berupa artikel dengan judul “Stratifikasi
Sosial dan Dampaknya Terhadap Mobilitas Sosial Vertikal dan Horizontal“

Tidak lupa pula penulis haturkan Sholawat dan Salam kepada Rasulullah Muhammad
SAW atas jasa dan risalahnya yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk
menjalani kehidupan. Seoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh pada mata Kuliah Sosiologi karena atas jasa beliau
yang telah memberikan saya saran dan pedoman dalam pembuatan artikel ini
sehingga bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat di kemudian hari bagi para
pembaca untuk menambah pengetahuan, khususnya di bidang studi sosiologi. Penulis
menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari kata kesempurnaan sehingga semua
bentuk kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Penyusun, Mataram,15 Desember 2020

Dwi Ringga Juliatna Handayani


NIM L1A020027

ii
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………………….....i

Kata Pengantar……………………………………………………………………………...ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………………......iii

Daftar Gambar……………………………………………………………………………...iv

Daftar Tabel…………………………………………………………………………….......v

Daftar Lampiran………………………………………………………………………….…vi

Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………….......1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………...1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………….....2

Bab II Pembahasan……………………………………………………………………......3

1. Pengertian stratifikasi sosial……………………………………………………...3


2. Faktor – faktor pembentuk stratifikasi sosial…………………………………....5
3. Dampak Stratifikasi Sosial Terhadap Mobilitas Sosial Vertikal dan
Horizontal…………………………………………………………………………...6
4. Proses terjadinya stratifikasi sosial……………………………………………....9
5. Sifat-Sifat Stratifikasi Sosial……………………………………………………....9
6. Stratifikasi Sosial di Indonesia…………………………………………………...10
7. Pengertian mobilitas sosial……………………………………………………....11
8. Ciri – ciri mobilitas sosial………………………………………………………….12
9. Jenis – jenis mobilitas sosial……………………………………………………..12
10. Faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial…………………………………...14
11. Hubungan stratifikasi sosial dan mobilitas sosial………………………………15
12. Saluran – saluran mobilitas sosial……………………………………………....16
13. Akibar – akibat dari mobilitas sosial……………………………………………..18

Bab III Penutup……………………………………………………………………………..20

 Kesimpulan………………………………………………………………………...20

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………..21

iii
Daftar Gambar

Gambar :.

1.1. Gambar Tokoh Pitirim A. Sorikin…………………………………………………….3

1.2. Gambar Tokoh Max Weber…………………………………………………………..4

1.3. Gambar Diagram Sifat Stratifikasi Sosial………………………………………….10

1.4. Gambar Angkatan TNI Indonesia………………………………………………….16

1.5. Gambar Kegiatan Belajar di Kelas…………………………………………………17

1.6. Gambar Kumpulan Lambang Partai Politik di Indonesia………………………...17

iv
Daftar Tabel

Tabel :

2.1. Diagram Tabel Aliran Mobilitas Sosial………………………………………………12

2.2. Tabel Bentuk Mobilitas Sosial………………………………………………………..14

v
Daftar Lampiran

Lampiran :

3.1 Gambar animasi stratifikasi sosial……………………………………………………3

3.2 Bagan Tingkat Stratifikas sosial……………………………………………………….3

vi
BAB

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam menjalani kehidupannya di tengah masyarakat terdiri dari


bermacam – macam kelompok dan memiliki ciri – ciri yang berbeda pula. Perbedaanya
bisa dari jenis kelamin, umur tempat tinggal, jabatan, kepercayaan, agama, ras, suku,
pendidikan, warna kulit, dan lain – lain. Hal itu tidak dapat kita cegah dalam kehidupan
bermasyarakat. Sebab mengapa muncul adanya pelapisan sosial dalam masyarakat
tidak hanya disebabkan karena ada perbedaan, namun karena kemampuan manusia
menilai perbedaan itu dengan menerapkan berbagai kriteria. Artinya menganggap
sesuatu ada yang dihargai, maka ketika sesuatu itu dianggap (dihargai),ia akan menjadi
bibit yang menumbuhkan adanya sistem berlapis – lapis dalam masyarakat. Sesuatu
yang dihargai atau dianggap memiliki nilai dapat berupa uang atau benda-benda yang
bernilai ekonomis, kekuasaan, ilmu pengetahuan, keshalehan dalam beragama, atau
keturunan kelurga yang terhormat. Tingkat kemampuan memiliki sesuatu tersebut, akan
melahirkan lapsisan sosial yang mempunyai kedudukan atas, tengah dan rendah.

Selain materi stratifikasi sosial, dalam mata kuliah sosiologi juga terdapat materi
mobilitas sosial, yang dimana keduanya itu saling berkaitan satu sama lain dan saling
mempengaruhi. Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi atau kedudukan seseorang
atau kelompok orang dari satu lapisan ke lapisan lainnya. Mobilitas sendiri berasal dari
kata dalam bahasa Latin, yaitu mobilis, yang berarti mudah untuk dipindahkan atau
banyak bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Kata sosial dalam mobilitas sosial
mengandung makna individu atau kelompok masyarakat dalam kelompok sosial.
Sehingga karena kedua materi tersebut sering kita jumpai dan sudah menjadi bagian
kita di masyarakat yang menurut saya perlu untuk kita pelajari bersama melalui artikel
yang saya buat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu stratifikasi sosial ?
2. Apa saja bentuk – bentuk stratifikasi sosial ?
3. Faktor – faktor pembentuk stratifikasi sosial ?
4. Dampak stratifikasi sosial ?

1
5. Apa saja sifat – sifat stratifikasi sosial ?
6. Bagaimana proses terjadinya stratifikasi sosial ?
7. Stratifikasi sosial di Indonesia ?
8. Apa itu mobilitas sosial ?
9. Bagaimana ciri – ciri mobilitas sosial ?
10. Apa saja jenis – jenis mobilitas sosial ?
11. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial ?
12. Apa saja saluran mobilitas sosial ?
13. Apa saja dampak dari mobilitas sosial ?
14. Bagaimana hubungan stratifikasi sosial dengan mobilitas sosial ?
15. Bagaimana dampak stratifikasi sosial terhadap mobilitas sosial ( vertical dan
horizontal ) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa itu stratifikasi sosial
2. Untuk mengetahui bentuk – bentuk stratifikasi sosial
3. Untuk mengetahui Faktor – faktor pembentuk stratifikasi sosial
4. Untuk mengetahui Dampak stratifikasi sosial
5. Untuk mengetahui sifat – sifat stratifikasi sosial
6. Untuk mengetahui proses terjadinya stratifikasi sosial
7. Untuk mengetahui Stratifikasi sosial di Indonesia
8. Untuk mengetahui Apa itu mobilitas sosial
9. Untuk mengetahui ciri – ciri mobilitas sosial
10. Untuk mengetahui jenis – jenis mobilitas sosial
11. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial
12. Untuk mengetahui saluran mobilitas sosial
13. Untuk mengetahui dampak dari mobilitas sosial
14. Untuk mengetahui hubungan stratifikasi sosial dengan mobilitas sosial
15. Untuk mengetahui dampak stratifikasi sosial terhadap mobilitas sosial ( vertical
dan horizontal ).

2
BAB

II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum”
(tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam sosiologi, stratifikasi
sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-
kelas secara bertingkat.

( 3.1 animasi stratifikasi sosial ) ( 3.2 tingkatan stratifikasi sosial )


Beberapa definisi stratifikasi sosial adalah Sebagai berikut:
a. Pitirim A. Sorokin

( gambar 1.1 tokoh Pitirim A Sorikin )


mendefinisikan stratifikasi sosial Sebago perbedaan penduduk atau masyarak
kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
b. Max Weber

3
( gambar 1.2 tokoh Max Weber )
mendefinisikan stratifikasi sosial Sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, previllege, Dan prestise.
Sejak lahir seseorang memperoleh sejumlah status tanpa memandang perbedaan
antar individu atau kemampuan. Berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya
itu, anggota masyarakat dibeda-bedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, hubungan
kekerabatan, dan keanggotaan dalam kelompok tertentu, seperti kasta, dan kelas.
Bentuk-bentuk stratifikasi sosial (lapisan) masyarakat berbeda-beda dan banyak
sekali. Lapisan-lapisan tersebut tetap ada, sekalipun dalam masyarakat kapitalis,
demokratis, komunis dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat tadi, mulai ada sejak
manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi sosial.
Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan seks, perbendaan antara
pemimpin dengan yang dipimpin. Golongan buangan/budak dengan golongan dan
bukan buangan/budak, pembagian kerja dan bahkan juga suatu pembedaan
berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju teknologi suatu masyarakat,
semakin kompleks pula sistem lapisan masyarakat.
Pada masyarakat-masyarakat kecil dan bersahaja, biasanya pembedaan kedudukan
dan peranan bersifat minim, karena warganya sedikit dan orang-orang yang dianggap
tinggi kedudukanya juga tak banyak baik macam maupun jumlahnya. Di dalam
masyarakat yang sudah kompleks, pembedaan kedudukan dan peranan juga bersifat
kompleks karena banyaknya orang dan aneka warna ukuran yang dapat diterapkan
padanya.
Bentuk –bentuk konkrit lapisan masyarakat tersebut banyak. Akan tetapi secara
prinsipil bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tiga macam yaitu yang
ekonomis, politis, dan yang didasarkan kepada jabatan-jabatan tertentu dalam
masyarakat.

4
2. Faktor-Faktor Pembentuk Stratifikasi Sosial

Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, seperti kepandaian,


kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masayrakat, dan sebagainya.
selama manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki
tersebut, akan timbul lapisan-lapisan dalam masyarakat. semakin banyak kepemilikan,
kecakapan masyarakat/seseorang terhadap sesuau yang dihargai, semakin tinggi
kedudukan atau lapisannya. sebaliknya, mereka yang hanya mempunyai sedikit atau
bahkan tidak memiliki sama sekali, mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
Penghargaan terhadap jasa atau pengabdian seseorang bisa pula menempatkanya
pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya.
Demikian pula, keahlian dan keterampilan seseorang dalami pekerjaan tertentu akan
membuatnya menduduki posisi tinggi jika dibandingkan daengan pekerja yang tidak
mempunyai keterampilan apaun.
Adanya sistem lapisan sosial bisa terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat, tetapi bisa juga dengan sengaja disusun unutuk mengejar
suatu tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan
kerabat seorang dari kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas
tetentu. Alasan-alasan yang dipakai pun berlainan bagi tiap-tiap masyarakat. Pada
masyarakat yang hidup dari berburu hewan, alasan utamanya adalah kepandaian
berburu. Adapun pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, kerabat
pembuka tanah (yang dianggap asli) dianggap Sebagai orang – orang yang menduduki
lapisan tinggi. Hal ini Dapat dilihat pada masyarakat batak, di mana marga tanah, yakni
marga yang pertama-tama membuka tanah dianggap mempunyai kedudukan tinggi.
Demikian juga, golongan pembuka tanah di kalangan orang jawa di desa, dianggap
mempunyai kedudukan tinggi, karena mereka dianggap Sebagai pembuka tanah dan
pendiri desa yang bersangkutan. Masyarakat lainya mengaggap bahwa kerabat kepala
masyarakatlah yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, misalnya
pada masyarakat ngaju di Kalimantan Selatan.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, kenyataan
hidup kelompok-kelompok yang ada di masyarakat tidaklah demikian. Pembedaan atas
lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap
masyarakat.

5
3. Dampak Stratifikasi Sosial Terhadap Mobilitas Sosial Vertikal dan Horizontal

Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana
anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal
dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Sebagaimana
Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen
sistem stratifikasi akan menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai
berdasarkan kualitas yang dimiliki. Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi
sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan
prestise.
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi adapula yang dengan sengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat
tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta
dalam batas-batas tertentu.
Sifat sistem lapisan sosial di dalam masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social
stratification), terbuka (open social stratification), dan sistem lapisan sosial campuran.
Stratifikasi sosial tertutup (closed social stratification) ini adalah stratifikasi dimana
anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas
tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja. Contoh: sistem kasta, kaum Sudra
tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana, rasialis, kulit hitam (negro) yang
dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih, feodal, kaum
buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan atau majikan. Stratifikasi sosial terbuka
(opened social stratification) ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar.
Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun
horisontal. Contoh: seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau
sebaliknya, seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan
asal ada niat dan usaha. Sedangkan stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi
antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana
mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi
buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan
aturan kelompok masyarakat di Jakarta.

6
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah kekayaan (materi atau kebendaan), ukuran kekuasaan dan
wewenang, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial
masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan
merupakan dua unsur baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi
sistem sosial. Yang diartikan sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur
hubungan timbal-balik antara individu dalam masyarakat dan tingkah laku individu-
individu tersebut.
Kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan itu
dibedakan atas tiga macam yaitu pertama, ascribed status artinya kedudukan sesorang
dalam masyarakat diperoleh karena kelahiran tanpa memperhatikan perbedaan
rohaniah dan kemampuan, misalnya kedudukan anak bangsawan adalah bangsawan
pula. Kedua, achieved status artinya kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-
usaha yang disengaja, misalnya profesi guru diperoleh dengan memenuhi persyaratan
tertentu dengan usaha dan kemampuan yang dimilikinya. Dan ketiga, assigned status
artinya kedudukan yang diberikan, mempunyai hubungan erat dengan achieved status,
bahwa kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada
seseorang yang berjasa telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
dan kepentingan masyarakat.
Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
suatu peranan. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam hal ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Disamping itu peranan merupakan suatu konsep perihal pa yang dapat dilakukan
individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Serta peranan juga dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang penting bagi stuktur sosial.
Pada dasarnya manusia itu adalah sama kedudukan dan derajatnya tetapi pada
realitasnya lapisan-lapisan masyarakat adalah seusuatu yang benar-benar ada dan
nyata. Perbedaan stratifikasi sosial memberikan dampak dalam cara menyapa, bahasa
dan gaya bicara. Seperti gaya bicara orang kaya kepada orang miskin, atau orang
berkuasa kepada orang bawahan akan berbeda cara berbicaranya. Begitu pula
penyebutan gelar, pangkat atau jabatan memberikan petunjuk mengenai status

7
seseorang dalam masyarakat. Kemudian cara berpakaian merupakan salah satu
dampak lain dari stratifikasi sosial.
Akan tetapi selain menimbulkan dampak tertentu, ternyata stratifikasi sosial juga
diperlukan dalam suatu lingkungan masyarakat. Melalui stratifikasi sosial juga diperlukan
dalam suatu lingkungan masyarakat. Melalui stratifikasi sosial setiap masyarakat harus
menempatkan individu-individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan
mendorong mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya Sebagai akibat
penempatan tersebut. Dengan demikian masyarakat menghadapi dua persoalan,
pertama menempatkan individu-individu tersebut dan kedua mendorong agar mereka
melaksanakan kewajibannya.
Apabila semua kewajiban selalu sesuai dengan keinginan si individu, dan sesuai
pula dengan kemampuan-kemampuanya dan seterusnya, maka persoalanya tak akan
terlalu sulit untuk dilaksananakan. Tetapi kenyataanya tidaklah demikian. Kedudukan
dan peranan tertentu sering memerlukan kemampuan-kemampuan dan latihan-latihan
tertentu. Pentingnya kedudukan dan peranan tersebut juga tidak selalu sama. Maka tak
akan dapat dihindarkan bahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam
sistem pembalasan jasa Sebagai pendorong agar individu mau melaksanakan
kewajiban-kewajibannya yang ssesuai dengan posisinya dalam masyarakat. Balas jasa
dapat berupa intensif bidang ekonomis, estetis, atau mungkin secara perlambang. Yang
paling penting adalah bahwa individu-individu tersebut mendapat hak-hak, yang
merupakan himpunan kewenangan-kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan
atau untuk tidak berbuat sesuatu. Sering pula dijumpai hak-hak yang secara tidak
langsung berhubungan dengan kedudukan dan peranan seseorang. Akan tetapi hak-
hak tersebut sedikit banyaknya merupakan pendorong bagi si individu. Hak-hak tersebut
di lain pihak juga mendorong individu-individu untuk memperoleh kedudukan dan
peranan tertentu dalam masyarakat.
Dengan demikian maka mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat. Karena
gejala tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat; yaitu
penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan
mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta
perannya. Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya pendorong agar
masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya. akan tetapi wujudnya dalam setiap
masyarakat juga berlainan. Karena tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-
masing masyarakat. Jelas bahwa kedudukan dan peranan yang dianggap terpenting
serta memerlukan kemmapuan dan latihan-latihan maksimal. Tak banyak individu yang

8
dapat memenuhi persyaratan demikian, bahwa akan mungkin hanya segolongan kecil
dalam masyarakat. Maka oleh sebab itu pada umumnya warga lapisan atas (upper
class) tidak terlalu banyak apabila dibandingkan dengan lapisan menengah (middle
Class) dan lapisan bawah (lower Class). (Soekanto, 1992:281)

4. Proses Terjadinya Stratfikasi (lapisan) Sosial

Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses


pertumbuhan masyarakat itu. Pembentuk sistem lapisan tersebut ialah kepandaian,
tingkat umur (yang senior), dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Akan
tetapi, ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Hal itu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam
organisasi-organisasi formal seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik, angkatan
bersenjata atau perkumpulan.

5. Sifat-Sifat Stratifikasi Sosial

Dilihat dari sifatnya pelapisan dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Pelapisan sosial tertutup


yaitu pelapisan sosial yang membatasi kemungkinan seseorang untuk berpindah
lapisan baik dari lapisan rendah ke lapisan yang tinggi maupun sebaliknya. Di dalam
sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam
masyarakat adalah kelahiran. Sistem sosial tertutup jelas terlihat pada masyarakat india
yang berkasta atau di dalam masyarakat yang feodal, serta dalam masyarakat yang
lapisannya tergantung pada perbedaan-perbedaan rasial. Dalam masyarakat India,
keanggotaanya berlaku seumur hidup, perkawinannya bersifat endogami, prestise suatu
kasta benar-benar diperhatikan, kasta terikat oleh kedudukan yang secara tradisional
telah ditentukan, dll.

b. Pelapisan sosial terbuka


yaitu pelapisan sosial dimana setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan
untuk naik ke lapisan sosial yang lebih tinggi karena kemampuan dan kecakapannya
sendiri atau turun (jatuh) ke lapisan yang lebih rendah bagi mereka yang tidak cakap
dan tidak beruntung. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih

9
besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan
masyarakat daripada sistem yang tertutup. Contoh pelapisan sosial terbuka banyak
ditemukan pada masyarakat di negara industri maju dan pada masyarakat demokrasi
pada umumnya, termasuk di Indonesia.

c. Pelapisan sosial campuran


yaitu pelapisan sosial di mana masyarakat menggunakan lapisan sosial secara
terbuka pada suatu bidang dan pada bidang yang lain menggunakan pelapisan sosial
secara tertutup. Sistem lapisan sosial campuran dijumpai pada masyarakat Bali.
Meskipun secara budaya masyarakatnya terbagi dalam empat kasta yakni Brahmana,
Satria, Waisya, dan Sudra, akan tetapi dalam bidang ekonomi mereka menggunakan
pelapisan sosial yang bersifat terbuka karena setiap orang tanpa memandang kelas atau
kastanya dapat mencapai kedudukan yang lebih tinggi berdasarkan kemampuan dan
kecakapannya masing-masing. Jadi dapat saja seorang dari kalangan Sudra menjadi
pengusaha sukses dan terpandang dalam masyarakat. Kehidupan sistem kasta di Bali
umumnya terlihat jelas dalam hubungan perkawinan. Dan bagi seorang gadis suatu
kasta tertentu, umumnya dilarang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih rendah.
Jika itu terjadi maka gadis tersebut akan dikucilkan bahkan tidak dianggap dalam
masyarakat dan dibuang.

( 1.3. Gambar Diagram Sifat Stratifikasi Sosial )

6. Stratifikasi Sosial di Indonesia

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki karakteristik masyarakat yang


majemuk. Kemajemukan tersebut yang menghasilkan adanya stratifikasi sosial atau
pengelompokan suatu masyarakat ke dalam tingkatan-tingkatan tertentu secara vertikal.

10
Stratifikasi sosial sebenarnya sudah ada sejak jaman Indonesia di jajah oleh Belanda
dan Jepang. Stratifikasi sosial di Indonesia lebih mengarahkan penggolongan suatu
masyarakat yang dinilai dari segi status sosialnya seperti jabatan, kekayaan, pendidikan
atau sistem feodal pada masayarkat Aceh dan kasta pada masyarakat Bali. Sedangkan
ras, suku, klan, budaya, agama termasuk ke dalam penggolongan secara horizontal.

Terdapatnya masyarakat majemuk di Indonesia tidak serta muncul begitu saja, akan
tetapi karena faktor-faktor seperti yang dijelaskan dalam artikel Nasikun (1995) yaitu,
pertama keadaan geografis yang membagi Indonesia kurang lebih 3000 pulau. Hal
tersebut yang menyebabkan Indonesia memiliki suku budaya yang banyak seperti Jawa,
Sunda, Bugis, Dayak, dan lain-lain. Kedua ialah Indonesia terletak di antara Samudera
Indonesia dan Samudera Pasifik yang mneyebabkan adanya pluralitas agama di dalam
masyarakat Indonesia seperti Islam, Kristen, Budha, dan Hindu. Dan ketiga ialah iklim
yang berbeda-beda dan struktur tanah yang tidak sama yang menyebabkan perbedaan
mata pencaharian antar wilayah satu dengan wilayah lainnya. Sehingga hal tersebut
pula dapat membedakan moblitas suatu masyarakat satu dengan masyarakat lainnya
dalam kondisi wilayah yang berbeda.

7. Pengertian Mobilitas Sosial

Berasal dari bahasa Latin mobilis yang artinya mudah dipindahkan, banyak gerak,
atau bergerak. Jadi, mobilitas sosial adalah gerak yang menghasilkan perpindahan yaitu
perpindahan dari lapisan satu ke lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi
yang lain. Istilah mobilitas sosial diartikan pada perpindahan sosial, istilah gerak sosial
atau gerakan sosial. Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau
sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Menurut Soerjono
Sokanto gerak social mobility adalah suatu gerak dalam struktue organisasi suatu
kelompok sosial.

Mobilitas sosial tidak selalu diartikan sebagai bentuk perpindahan dari tingkat yang
rendah ke tingkat yang lebih tinggi, karena mobilitas sosial sesungguhnya dapat
berlangsung dalam dua arah. Mobilitas sosial bisa berupa peningkatan atau penurunan
dalam segi status sosial dan penghasilan yang dialami individu atau seluruh anggota
kelompok. Perubahan dalam mobilitas ditandai oleh perubahan struktur sosial yang
meliputi hubungan antar individu dalam kelompok dan antara individu dengan kelompok.
Baik mobilitas individu maupun kelompok sama-sama memiliki dampak sosial.

11
Keduanya membawa pengaruh bagi perubahan struktur masyarakat yang
bersangkutan. Mobilitas sosial terkait erat dengan sertifikasi sosial karena mobilitas
sosial merupakan gerak perpindahan dari satu strata sosial ke strata sosial yang lain.

( 2.1. Diagram Tabel Aliran Mobilitas Sosial )

8. Ciri – Ciri Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial memiliki sejumlah karakteristik yaitu di antaranya:

1. Mobilitas sosial dapat melibatkan individu atau sekelompok individu dalam


masyarakat.
2. Mobilitas sosial dapat berlangsung secara vertikal (ke atas dan bawah) maupun
horizontal.
3. Mudah-tidaknya individu atau sekelompok individu melakukan mobilitas sosial
tergantung pada struktur sosial masyarakatnya.
4. Perubahan dalam mobilitas sosial ditandai oleh perubahan struktur sosial yang
meliputi hubungan antar individu dalam kelompok dan antara individu dengan
kelompok.

9. Jenis-Jenis Mobilitas

 Mobilitas Vertikal

Mobilitas vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari satu kedudukan
sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Dibagi menjadi dua, yaitu :

12
a. Mobilitas Sosial Vertikal Naik

Dibagi ke dalam dua bentuk:

1. Masuknya individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan


lebih tinggi yang telah tersedia (ex: seorang bpati terpilih menjadi gubernur,
seorang manager diangkat menjadi direksi)
2. Pembentukan kelompok baru yang ditempatkan pada derajat lebih tinggi dari
kedudukan pembentuk kelompok tersebut(ex: dewan pengurus suatu organisasi
yang dibentuk melalui rapat anggota.

Faktor yang menyebabkan adalah kemajuan industri, banyaknya peserta didik,


komunikasi massa, urbanisasi, dan mobilitas geografis.

b. Mobilitas Sosial Vertikal Turun

Dibagi ke dalam dua bentuk:

 Perpindahan kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya


(ex: seorang hakim menjadi narapidana karena kasus penyuapan, DPR yang
dipecat karena korupsi)
 Turunnya derajat sekelompok individu berupa disintegrasi kelompok sebagai
kesatuan.

Faktor penyebab : pendidikan yang tidak memadai, menikah terlalu muda, meningkatnya
jumlah keluarga besar, dan dilahirkan dalam suatu keluarga yang sangat besar.

 Mobilitas Horizontal

Mobilitas horizontal adalah peralihan individu atau objek-objek sosial dari satu
kelompok ke kelompok lain yang sederajat. (ex : guru SMK menjadi guru SMA, petani
neralih profesi menjadi pedagang hasil pertanian).

 Mobilitas Intragenerasi dan Antargenerasi

Mobilitas intragenerasi adalah perpindahan dari satu lapisan atau kelompok sosial
ke lapisan atau kelompok sosial lainnya yang dialami seseorang dalam masa hidupnya
(ex: guru biasa jadi kepsek, karyawan biasa menjadi manager perusahaan).

13
( 2.2. Tabel Bentuk Mobilitas Sosial )

10. Faktor Mempengaruhi Mobilitas Sosial

1. Perubahan Kondisi Sosial

Dalam hal ini terjadi perubahan di dalam/ di luar masyarakat itu sendiri, sehingga
struktur kelas dan kasta dalam masyarakat dapat berubah. Sebagai contoh, kemajuan
dalam bidang teknologi yang digunakan dalam perindustrian dapat membuka
kemungkinan terjadinya mobilitas ke atas.

2. Ekspansi Teritorial dan Gerak Penduduk

Pada ekspansi teritorial dan gerak penduduk terjadi tiga mobilitas sosial, yaitu
mobilitas geografis(dari desa ke kota),mobilitas horizontal(dari profesi petani menjadi
pedagang), dan mobilitas vertikal naik(dari orang miskin menjadi orang kaya.

3. Pembatasan Komunikasi

Situasi-situasi yang membatasi komunikasi di antara anggota strata sosial yang


berbeda akan menghalangi pertukaran pengetahuan dan pengalaman diantara mereka,
sehingga itu dapat menjadi penghalang terjadinya mobilitas sosial.

4. Pembagian Kerja

Jika dalam masyarakat terjadi spesialisasi kerja ketat,tingkat mobilitas sosial akan
menjadi lemah, sehingga akan menyulitkan seseorang berpindah dari profesi yang satu
ke profesi yang lain dan juga dapat memperlemah perpindahan strata yang satu ke strata
yang lain.

14
5. Tingkat Natalitas ( Kelahiran )

Tingkat kelahiran yang tinggi dari kelas yang lebih rendah akan membatasi anggota-
anggota keluarga meningkat secara sosial, karena rendahnya tingkat ekonomi mereka,
sehingga mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya.

11. Hubungan Stratifikasi Sosial dan Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial merupakan suatu perpindahan status sosial dimana perpindahan


status sosial ini terjadi dalam struktur sosial vertikal. Bagi masyarakat yang menganut
sistem stratifikasi sosial terbuka maka memiliki kesempatan untuk adanya perubahan
status sosial hal tersebut merupakan berbanding terbalik dari stratifikasi sosial tertutup

Mobilitas sosial adalah sebuah gerakan perpindahan dari suatu kelas sosial, yaitu
kenaikan atau penurunan strata karena hal tertentu, misal loncatan ekonomi,
perkawinan dll. sementata itu stratifikasi sosial adalah lapisan/kelas yang ada dalam
masyarakat berdasarkan kasta, ekonomi, dan lain – lain.

stratifikasi dan mobilitas sosial mungkin memiliki tradisi dan sejarah terpanjang
dalam sosiologi berkenaan dengan teori, latar belakang konseptual, dan berbagai bentuk
pengukuran empirisnya. Bahkan upaya untuk meringkas sejarah ini hampir berada di
luar cakupan bab ini tetapi pembaca harus menyadari bahwa baik stratifikasi maupun
mobilitas adalah konsep dan fenomena lama yang sangat terkait dengan pembagian
kerja. Berbagai bentuk stratifikasi sosial dapat diamati dalam berbagai jenis masyarakat
yang telah ada sepanjang sejarah, seperti masyarakat komunal primitif, perbudakan,
sistem kasta, sistem perkebunan feodal, sudah sebelum masyarakat industri dan pasca-
industri yang lebih baru berkembang. Bentuk-bentuk masyarakat ini juga bervariasi
sesuai dengan tingkat keterbukaan dan penutupan antara divisi hierarkis, peringkat di
dalamnya.

Sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang memiliki objek kajian berupa
masyarakat dan memiliki fokus pembahasan berupa kehidupan sosial dan gejala - gejala
sosial yang terjadi disekitar lingkungan masyarakat. Suatu ilmu sosiologi memiliki ciri -
ciri diantaranya :

 Kumulatif, teori sosiologi yang sudah ada kini merupakan hasil pengembangan
dari teori sosiologi yang sudah ada sebelumnya

15
 Bersifat non etis, suatu ilmu sosiologi berusaha untuk mengungkapkan suatu
fakta terhadap fenomena sosial yang terjadi disekitar lingkungan masyarakat
 Empiris, suatu ilmu sosiologi merupakan suatu ilmu yang bermula dari hasil
suatu penelitian atau observasi
 Teoritis, suatu ilmu sosiologi merupakan suatu ilmu yang bersifat abstrak yang
disusun berdasarkan hasil pengamatan empiris

Adapun sifat dan hakikat suatu ilmu sosiologi antara lain :

 Sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan


 Sosiologi merupakan suatu ilmu sosial
 Sosiologi merupakan suatu ilmu yang bersifat abstrak
 Sosiologi merupakan suatu ilmu yang rasional
 Sosiologi merupakan suatu ilmu yang murni
 Sosiologi merupakan suatu ilmu yang katagoris
 Sosiologi merupakan suatu ilmu yang dapat menghasilkan suatu pengertian -
pengertian baru

12. Saluran-Saluran Mobilitas Sosial

1. Angkatan Bersenjata, Seseorang yang tergabung dalam angkatan bersenjata


biasabya ikut berjasa dalam membela nusa dan bangsa sehingga dengan jasa
tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan naik pangkat.

(1.4. Gambar Angkatan TNI Indonesia )

16
2. Pendidikan. Pendidikan, baik formal maupun nonformal merupakan saluran
untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui pendidikan orang
dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya
merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap
sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah
ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada
setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh: Seorang
anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi.
Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan
pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang
yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.

(1.5. Gambar Kegiatan Belajar di Kelas )

3. Organisasi Politik Seorang angota parpol yang profesional dan punya dedikasi
yang tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya.
Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif atau eksekutif

(1.6. Gambar Kumpulan Lambang Partai Politik di Indonesia )

17
4. Lembaga Keagamaan Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas
vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai
kedudukan yang sederajat
5. Organisasi Ekonomi Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan
maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal.
6. Organisasi Profesi Organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai
saluran mobilitas vertikal, antara lain ikatan
7. Perkawinan Melauli perkawinan seseorang dapat menaikkan statusnya.
Misalnya,seseorang wanita yang berasal dari keluarga biasa saja menikah
dengan pria berstatus sosial ekonominya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan
naiknya status sosial nya sang wanita
8. Organisasi keolahragaan Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat
meningkatkan status nya ke strata yang lebih tinggi.

13. Akibat – Akibat dari Mobilitas Sosial

Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa mobilitas sosial
merupakan perpindahan seseorang atau sekelompok orang dari status dan kedudukan
sosial tertentu menuju status dan kedudukan sosial yang lain, baik yang lebih tinggi
maupun yang lebih rendah. Orang yang mengalami mobilitas sosial akan memasuki
status dan kedudukan sosial baru yang memiliki simbol-simbol, pola dan gaya hidup
yang berbeda dengan sebelumnya. Jika penyesuaian terhadap status atau kedudukan
sosial yang baru tersebut tidak berhasil, maka mobilitas sosial tersebut tersebut dapat
menyebabkan terjadinya konflik. Konflik, sebagaimana yang disebutkan di atas dapat
dihindari jika pelaku-pelaku mobilitas sosial berhasil melakukan penyesuaian-
penyesuaian terhadap sistem nilai, sistem norma, termasuk di dalamnya simbol-simbol,
pola dan gaya hidup pada status dan kedudukan sosial yang baru tersebut. Sebagai
misal, seseorang yang berhasil dilantik menjadi seorang kepala sekolah, maka yang
bersangkutan harus melaksanakan segala sesuatu yang menjadi konsekuensi sebagai
seorang kepala sekolah, seperti: sanggup memberikan tauladan, sanggup membangun
ide-ide baru yang kreatif dan inovatif, sanggup memberikan dorongan semangat,
sanggup melakukan rapat-rapat dan melakukan lobi-lobi kepada pimpinan yang lebih
tinggi atau instansi lain yang terkait, sanggup membuat perencanaan dan sekaligus
mengimplementasikannya, dan lain sebagainya. Pada dasarnya mobilitas sosial
merupakan suatu proses perubahan menuju situasi dan kondisi baru dalam kehidupan

18
masyarakat. Jika proses penyesuaian terhadap situasi dan kondisi baru tersebut
mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya, maka proses perubahan tersebut akan
berjalan dengan mulus dan lancar. Sebaliknya, jika lingkungan sekitar
menentangprosesperubahan tersebut, maka kan berkembang berbagai konflik,
baikyang berupa konflik antar kelas sosial, konflik antar kelompoksosial,bahkan
konflik antar generasi, dan konflik status dan peran sosial

1. Konflik Antar Kelas Sosial

Belakangan ini sering terdengar berita tentang demonstrasi. Pada dasarnya


demonstrasi tersebut merupakan bentuk – bentuk konflik antar kelas sosial, yakni antara
kelas sosial bawah berhadapan dengan kelas sosial atas. Konflik seperti itu terjadi
karena berkembang ketidakseimbangan yang berkaitan dengan kepentingan –
kepentingan individu maupun kelompok sehubungan dengan adanya perubahan dalam
kehidupan sosial.

2. Konflik Antar Kelompok Sosial

Konflik antar kelompok sosial merupakan konflik yang melibatkan antara kelompok
sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain yang setingkat. Konflik tersebut
terjadi karena adanya ketidakseimbangan dalam kehidupan sosial sebagai akibat dari
berkembangnya situasi dan kondisi baru.

3. Konflik Antar Generasi

Konflik antar generasi merupakan konflik yang melibatkan antara generasi tua
dengan generasi muda. Biasanya terjadinya konflik tersebut diawali dengan naiknya
generasi muda dalam posisi dan jabatan tertentu yang mengambil alih kedudukan
generasi tua. Konflik antar generasi akan semain menjadi – jadi jika masing – masing
pihak mengembangkan sikap yang kontradiktif.

4. Konflik Status dan Konflik Peran

Konflik status atau konflik peran merupakan pertentangan antara status atau peran
yang satui dengan status atau peran yang lain yang terjadi pada diri seseorang yang
disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan antar status tersebut sekaligus karena
adanya keterbatasan antara wakru dan tenaga

19
BAB

III

PENUTUP

 Kesimpulan

Dari uraian – uraian yang telah saya paparkan di atas, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa stratifikasi sosial dan mobilitas sosial saling berkaitan satu sama lain
sehingga tidak dapat dipisahkan. Stratifikasi sosial memberikan dampak pada mobilitas
sosial vertikal dan horizontal atau sebagai penyebab terjadinya proses dalam mobilitas
sosial vertikal maupun horizontal. Akan tetapi stratifikasi sosial dalam masyarakat tidak
harus menjadikan kita melakukan hal – hal yang dilarang demi mobilitas hidup dan
meningkatan strata sosial. Kita harus dapat tetap berada di alur yang benar dalam
meningkatkan taraf hidup. Dalam meningkatakan strata sosial dan memobilisasi
kehidupan harus tetap mematuhi aturan dan norma – norma dalam masyarakat. Sekian
terima kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/16196119/Makalah_Stratifikasi_Sosial

https://www.academia.edu/9686215/Artikel_Sosiology_Stratifikasi_Pranata_Konflik_Mh

https://www.gurupendidikan.co.id/struktur-sosial-dengan-mobilitas-sosial/

https://gudangilmusosiologi.blogspot.com/2012/10/stratifikasi-sosial-dan-mobilitas-
sosial.html

https://brainly.co.id/tugas/13052566

https://brainly.co.id/tugas/2358993

Saunders, Peter. 1990. Social Class And Stratification. London, UK : Routledge.

Widianti, Wida. 2009. Sosiologi SMA dan MA Kelas XI IPS. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

https://sosiologiuntukindonesia.blogspot.com/2012/02/makalah-stratifikasi-sosial.html

http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45467-Makalah-
Mobilitas%20Sosial.html

21

Anda mungkin juga menyukai