Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ratna Sari Kusumawati

NPM : 066120097

Resensi Novel

Judul : Negeri 5 Menara


Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit :PT.Gramedia Pusat Utama
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2009

Sinopsis :

Novel ini menceritakan tentang sebuah persahabatan yang cerdas dan gigih di pondok
Madani di Jawa Timur. Allif yang merupakan tokoh utama pada kisah ini bercita-cita untuk
menempuh pendidikan di Universitas favorit di Bandung yaitu ITB bersama sahabat kampung
nya Randai. Namun orang tua Allif menginginkan Allif untuk menempuh pendidikan di sebuah
pondok Pesantren Madani di Jawa Timur. Allif mengikuti keinginan orang tua nya dan
melepaskan cita-cita nya demi kebahagiaan orang tuanya.

Pondok Pesantren Madani merupakan pondok pesantren yang memiliki tujuan untuk
mendidik pemuda secara spiritual, ilmu pengetahuan serta kader-kader pemimpin dan menjadi
orang besar. Kyai Rais mengatakan “Orang besar itu adalah mereka yang lulus dan keluar dari
pesantren ini dan dengan ikhlas mengajarkan ilmunya kepada orang-orang di pelosok desa dan
dimana pun”.

Saat mengajar disebuah kelas, Ustadz Salman menunjukkan sebuah golok berkarat yang
mampu memotong sebuah kayu yang keras kepada para santri dan memberikan pesan “Bukan
siapa yang paling tajam tetapi siapa yang paling bersungguh-sungguh” kalimat tersebut adalah
sebuah makna dari hadits “Man Jadda Wa Jadda” barang siapa yang bersungguh-sungguh maka
ia akan berhasil.

Fasilitas di Pesantren Madani tidak begitu lengkap bahkan alat untuk penghidup listrik
pun berasal dari mesin generator yang sudah tua sehingga menyebabkan listrik di pondok ini
sering padam. Atang (sahabat Allif) dan sahabat yang lainnya melaporkan masalah tersebut dan
mengiginkan Kyai Rais (pemilik pondok) untuk membelikan mesin yang baru. Namun, Kyai
Rais justru meminta Atang dan sahabat yang lainnya mencari solusi sendiri. Dengan kegigihan
dan kecerdasannya akhirnya Allif dan sahabat yang lain berhasil memperbaiki mesin generator
tua itu sehingga listrik di pondok tersebut tidak sering padam lagi.

Saat libur tiba, Allif tidak bisa pulang kampung karena orang tua yang tidak memiliki
biaya untuk Allif pulang. Atang dan sahabat lainnya mengajak Allif untuk ikut ke Bandung
mengunjungi rumah Atang. Allif pun pergi ke Bandung bersama sahabat nya yang lain. Tiba di
Bandung Allif mengunjungi Randai sahabat nya di kampung dan pergi ke ITB yang merupakan
cita-cita Allif sejak dulu. Allif memiliki hati kecil untuk bias pindah ke ITB dan tidak
memaksakan diri untuk mengikuti keinginan orang tuanya.

Allif masih memiliki keinginan untuk menempuh pendidikan di ITB sehingga Allif
meminta izin kepada orang tua nya agar mengurusi surat pindah nya ke ITB. Said (sahabat Allif)
menegaskan dan meyakinkan Allif untuk memikirkan keputusan nya dengan baik dan jangan
salah mengartikan kalimat Man Jadda Wa Jadda. Allif pun memikirkan keputusan yang akan
diambil dengan merenungi bahwa sahabat nya yang banyak memotivasi Allif selama ini,
sehingga Allif ikhlas dan memilih keputusan akhir untuk menetap di pondok dan tidak pindah ke
ITB.

Pondok tersebut biasa mengadakan kompetisi bagi para santri. Baso sahabat Allif
mengajukan rencana agar angkatannya kelas 2 dapat mengikuti kompetisi tersebut. Saat sedang
merencakan acara yang akan digelar saat kompetisi nanti, tiba-tiba Baso di panggil ke kantor dan
di jemput oleh tetangga nya untuk pulang ke kampungnya karena nenek yang sakit dan sudah
tidak bias melakukan apa-apa lagi melainkan tidur berbaring di sebuah kasur. Baso pun pulang
dan meninggalkan pondok tersebut demi nenek nya yang merupakan satu-satunya orang tua
paling berharga bagi Baso. Baso mengatakan pada sahabat-sahabatnya “Jangan takut, aku akan
menjadi orang besar di Gowa (Sulawesi) nanti, pegang itu janjiku”. Allif dan sahabat yang
lainnya memeluk Baso dan menangis bersama atas kesedihannya.

Setelah lulus dari Pesantren Madani, Allif merantau dan menempuh pendidikan di
Amerika, saat itu Allif sedang berada di London karena sedang ada tugas. Berkumpul lah Allif
bersama Raja dan Atang di sana serta berkumpul dengan Baso, Said dan Majid melalui telepon.
Akhirnya Allif dan sahabat nya menjadi orang besar dan berhasil menggapai cita-citanya untuk
pergi ke nagara yang dituju saat itu.

Kelemahan : Penyampaian penulis pada bab 1 kurang dimengerti oleh pembaca karena
pembahasan nya yang tidak dijelaskan terlebih dahulu dan langsung masuk pada
topik. Puncak konflik pada novel ini tidak ada. Akhir cerita dari novel ini
kurang tuntas bahkan akhir cerita tidak dijelaskan secara detai.

Keunggulan : Penulis menggunakan bahasa yang menarik dan mudah di mengerti oleh para
pembaca. Penulis juga tidak menghilangkan bahasa daerah yang merupakan
bahasa asal dari para pemeran dalam novel ini. Penulis juga menyertakan arti
dari bahasa daerah tersebut sehingga pembaca tidak kesulitan untuk mengetahui
arti nya bahkan pembaca menjadi bertambah ilmu dalam membaca nya.

Anda mungkin juga menyukai