Uji Karbohidrat Dengan Cara Luff Schoorl
Uji Karbohidrat Dengan Cara Luff Schoorl
Pr. An. Makanan dan Penetapan Kadar Karbohidrat Secara Kuantitatif dengan Cara Luff
Minuman II Schoorl
Tujuan Praktikum Untuk mengetahui kadar karbohidrat secara kuantitatif dengan cara Luff
Schoorl
Kelompok 3 :
Nama Anggota 1. Ferliya Etsa O.
2. Mey Rinawati
3. Nomi Tarihoran
4. Nurdiana Khamardi P.
5. Patrisius Eston N.
6. Vivi Christianti
I. Tujuan
Untuk mengidentifikasi kandungan karbohidrat secara kuantitatif dengan cara Luff
Schoorl
II. Dasar Teori
3.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan meliputi kondensat
polimer-polimernya yang terbentuk. Rumus empiris karbohidrat berupa CnH2nOn atau
mendekati Cn(H2O)n yaitu karobon yang mengalami hidratasi. Karbohidrat merupakan hasil
sintesa CO2 dan H2O dengan pertolongan sinar matahari dan hijau daun (klorofil). Hasil
fotosintesa kemudian mengalami polimerisasi menjadi pati dan senyawa-senyawa
bermolekul besar lainnya yang menjadi cadangan makanan pada tanaman.
Secara alami, ada tiga bentuk karbohidrat yang terpenting yaitu :
a. Monosakarida : karbohidrat tunggal, terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat
lagi dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yag lebih sederhana.
- Sifat : memiliki rasa manis
- Gugus aldehid dan keton
- Contoh : glukosa, fruktosa, galaktosa
b. Disakarida : karbohidrat yang tersusun dari dua monosakarida yang sejenis
atau tidak. Disakarida dapat dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai
menjadi 2 molekul monosakarida.
- Sifat : memiliki rasa manis, larut dalam air, mengalami hidrolisis
menjadi monosakarida yang sejenis ataupun berlainan.
- Ikatan yang mengikat 2 monosakrida adalah ikatan glikosidik
- Contoh : sukrosa (glukosa dan fruktosa), laktosa (glukosa dan galaktosa), maltose
(2 glukosa)
Amilase adalah enzim yang berfungsi memecah zat tepung dan polisakarida menjadi
monosakarida, bentuk gula yang dapat di serap oleh tubuh. Air liur mengandung amilase
yang memulai proses pencernaan saat makanan masuk kedalam mulut.
Bentuk yang paling umum dari oligosakarida adalah disakarida (terdiri dari dua unit
monosakarida) yang terdiri dari proses kondensasi dua molekul monosakarida. Contoh yang
paling umum dari disakarida adalah sukrosa (sakarosa).
Fungsi karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber biokalori dalam bahan makanan,
disamping itu juga sebagai bahan pengental atau GMC pada teknologi makanan sebagai
bahan penstabil, bahan pemanis (sukrosa, glukosa, fruktosa) dan bahan bakar, misalnya pada
glukosa dan pati dan sebagai penyusun struktur sel, misalnya selulosa dan khitin.
Sifat-sifat karbohidrat
Mono dan disakarida memiliki rasa manis; oleh sebab itu golongan ini disebut gula.
Glukosa (gula anggur) dan fruktosa (gula buah) adalah contoh monosakarida yang banyak
dijumpai di alam. Sukrosa (gula tebu, gula bit) dan laktosa (gula susu) adalah kelompok
disakarida yang juga manis. Rasa manis dari gula-gula ini disebabkan oleh gugus
hidroksilnya. Trihidroksi (gliserol) dan polihidroksi lain juga berasa manis. Sedangkan
polisakarida tidak berasa manis karena molekulnya sedemikian besarnya sehingga tak dapat
masuk ke dalam sel-sel kuncup rasa (taste bud) yang terdapat pada permukaan lidah.
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-
senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula
pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas. Semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali
polisakarida (sukrosa dan pati), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi
yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas
enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Sedangkan gula non
pereduksi adalah senyawa gula yang gugus karbonilnya berikatan dengan senyawa
monosakarida lain sehingga tidak bebas lagi. Misalnya sukrosa.
Gula invert adalah hasil hidrolisis dari sukrosa yang hasilnya berupa campuran sebanding
glukosa dan fruktosa. Karena hidrolisis sukrosa menukar (invert) tanda rotasi optik, enzim
yang melakukan hidrolisisnya dinamakan invertase. Sukrosa tidak dapat bermutarotasi dan
karena tidak ada lagi gugus aldehida yang bebas, sukrosa tak dapat lagi mereduksi pereaksi-
pereaksi Tollen, fehling, Benedict. Karena itu sukrosa dinamakan gula non-pereduksi.
Sukrosa dapat dihitung setelah mengetahui kadar gula pereduksi pada sampel.
3.4 Gula Total
Gula total merupakan campuran gula reduksi dan non reduksi yang merupakan hasil
hidrolisa pati. Semua monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa berperan sebagi agensia
pereduksi dan karenanya dikenal sebagai gula reduksi. Kemampuan senyawa-senyawa gula
mereduksi agensia pengoksidasi mendasari berbagai cara pengujian untuk glukosa dan gula-
gula reduksi lainnya.
Tabel 1. Penentuan Glukosa, Fruktosa dan Gula Invert dalam suatu Bahan dengan
Methoda Luff-Schoorl
2CuI2 ⟶ Cu2I2 + I2
I2 + amilum ⟶biru
Bahan :
Perhitungan :
Dengan mengetahui selisih antara titrasi blanko dan titrasi contoh, kadar gula
reduksi setelah inversi ( setelah dihidrolisa dengan HCl 30%) dalam bahan dapat
dicari dengan menggunakan tabel 1. Selisih kadar gula reduksi sesudah inversi
dengan sebelum inversi ( penentuan gula reduksi 2.3) dikalikan 0,95 merupakan
kadar gula sukrosa dalam bahan.
V. Prosedur Kerja
a. Preparasi Sampel
Keterangan :
Bubur aluminium hidroksida (Al(OH)3, tawas)
Larutan tawas dalam air (1:20), masukkan ke dalam ammonia 10 % (1 bagian tawas :1,1
bagian amonia 10%). Endapan yang diperoleh dibiarkan mengendap, cairan yang terdapat
di atasnya dituang. Endapan ditambah air, diaduk, dibiarkan, kemuadian cairan dibuang
lagi. Pekerjaan ini diulang kembali sampai cairannya tidak bereaksi basis. Endapannya
disimpan sebagai pasta.
Larutan pati
10 g pati yang dapat larut dicampur dengan 10 mg Hgl dan 30 ml aquades, ditambahkan
pada 1 liter aquades yang sedang mendidih.
massa = 0,1002 M
mol =
Mr mol
M =
6,2056 g V (L)
mol = N = M x val
248,17 g /mol
0,025005 mol N = 0,1002 M x 1
M =
mol = 0,025005 mol 0,25 L
= 0,1002 N
KIO3 0,1802 g 50 mL
massa = 0,01684 M
mol =
Mr mol
M =
0,1802 g V (L)
mol = N = M x val
214 g/mol
0,000842mol N = 0,01684 M x 6
M =
mol = 0,000842 mol 0,05 L
= 0,10104 N
c. Perhitungan
Pembakuan
Sebelum Inversi
V = ml blanko – ml sampel
= 18,55 ml – 18 ml
= 0,55 ml
% Gula Sebelum Inversi = (mg gula reduksi x FP) / (Bobot Sampel (mg)) x
100%
1,3337 mg x 334
= x 100 %
1200 mg
= 37,1213 %
Setelah Inversi
V = ml blanko – ml sampel
= 18,55 ml – 18,2 ml
= 0,35 ml
0,8487 mg x 670
= x 100 %
1200 mg
= 47,3858 %
Kadar Sakarosa = (% Gula Setelah Inversi – % Gula Sebelum Inversi) x 0,95
= (47,3858 – 37,1213) x 0,95
= 9,7513%
VIII. Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan penetapan kadar sukrosa menggunakan metode
Luff Schoorl. Metode Luff-Schrool digunakan untuk menentukan kupri oksida dalam
larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan
dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakan
Natrium tiosulfat yang akan dibakukan terlebih dahulu dengan KIO3. Untuk mengetahui
titrasi telah berakhir maka diperlukan indicator yaitu amylum, karena amylum
memberikan perubahan warna menjadi biru. Sampel yang akan ditentukan kadar gulanya
adalah madu.
Pengujian karbohidrat dengan etode luff schoorl dilakukan preparasi pengenceran
sampel dengan aquades dan diatmabah Al(OH) bertujuan agar tidak terjadi kekeruhan
sehingga larutan yang dihasilkan jernih. Kemudian dilakukan penetapan kadar gula
reduksi sebelum inverse dan setelah inverse. Sebelum dititrasi dengan Na2S2O3 sampel
dipanskan dengan pendingin tegak (reflux) selama 10 menit untuk menghidrolisis sampel
menjadi karbohidrat yang lebih sederhana (monosakarida). Proses pemanasan,
diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan biarkan mendidih selama 10
menit, hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat
tereduksi dalam waktu kurang lebih 10 menit. Agar tidak terjadi pengendapan seluruh
Cu3+ yang tereduksi menjadi Cu+ sehingga tidak ada kelebihan Cu2+ yang dititrasi maka
larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam waktu 3 menit.
Setelah direflux lalu didinginkan dengan cepat dan dimasukkan dalam erlenmeyer
dan kemudian ditambahkan KI 20% sebanyak 10 mL dan H2SO4 15% perlahan-lahan.
Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara kuprioksida menjadi
CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI. Reaksi tersebut ditandai
dengan timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Larutan tersebut dititrasi
dengan Na2S2O3 untuk mengetahui kadar gula reduksi dalam sampel. Untuk melihat
terjadinya TAT perlu ditambahkan indicator amylum sehingga terjadi perubahan warna
dari biru menjadi putih susu.
Hasil penetapan kadar sampel madu dari titrasi kadar gula sebelum inverse dan
setelah inverse di peroleh kadar sukrosa sebesar 9,7513%.
IX. Kesimpulan
Praktikum penetapan kadar karbohidrat menggunakan metode luff schoorl dapat
disimpulkan bahwa kadar sukrosa madu yang diperoleh dari kadar gula reduksi sebelum
inverse dan setelah inverse sebesar 9,7513%.
X. Daftar Pustaka
Siswoyo, Riswiyanto . 2009. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Sudarmadji, Slamet, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta :
Penerbit Liberty Yogyakarta.
Sudarmadji, Slamet, dkk. 1989. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian
Edisi Keempat. Yogyakarta : Penerbit Liberty Yogyakarta.