“PEPAYA”
OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS A
JURUSAN D IV GIZI
2018/2019
I. Judul : Analisis Kuantitatif Karbohidrat pada Buah Pepaya
II. Hari, tanggal : Rabu, 27 Pebruari 2019
III. Tujuan : Untuk Mengidentifikasi Kandungan Karbohidrat Secara
Kuantitatif dengan Cara Luff Schoorl
IV. Tinjauan Teori :
Pepaya
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara
dari Amerika Serikat. Tanaman ini menyebar ke Benua Afrika dan Asia serta India. Dari India,
tanaman ini menyebar ke berbagai Negara tropis, termasuk Indonesia di abad ke-17 (Setiaji,
2009). Menurut Kalie (1996), suku Caricaeae memiliki empat marga, yaitu Carica, Jarilla,
Jacaranta, dan Cylicommorpha. Ketiga marga pertama merupakan tanaman asli Meksiko bagian
selatan serta bagian utara dari Amerika Selatan, sedangkan marga keempat merupakan tanaman
yang berasal dari Afrika.
Klasifikasi Buah Pepaya (Carica papaya L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Cistales
Suku : Caricacea
Marga : Carica
Jenis : Carica papaya L.
(Hembing, 2008)
Disamping gizinya yang tinggi, pepaya adalah buah yang memiliki kandungan tinggi
antioksidan, termasuk vitamin C, flavonoid, folat, vitamin A, mineral, magnesium, vitamin E,
kalium, serat dan vitamin B (Superkunam, 2010). Pigmen berwarna merah jingga disebabkan
oleh karotenoid yang bersifat larut dalam minyak. Karotein bersifat tidak stabil pada suhu tinggi
dan jika minyak dialiri uap panas, maka warna merah jingga itu akan hilang. Karoten tersebut
tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi (Sudarmadji, 1989). Karbohidrat yang paling
besar dari buah papaya adalah gula. Komposisi gula dalam buah pepaya matang yaitu 48,3%
sukrosa, 29,8% glukosa, dan 21,9% fruktosa.
Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan meliputi kondensat
polimer-polimernya yang terbentuk. Rumus empiris karbohidrat berupa CnH2nOn atau
mendekati Cn(H2O)n yaitu karobon yang mengalami hidratasi. Karbohidrat merupakan hasil
sintesa CO2 dan H2O dengan pertolongan sinar matahari dan hijau daun (klorofil). Hasil
fotosintesa kemudian mengalami polimerisasi menjadi pati dan senyawa-senyawa
bermolekul besar lainnya yang menjadi cadangan makanan pada tanaman.
Secara alami, ada tiga bentuk karbohidrat yang terpenting yaitu :
a. Monosakarida : karbohidrat tunggal, terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat
lagi dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yag lebih sederhana.
- Sifat : memiliki rasa manis
- Gugus aldehid dan keton
- Contoh : glukosa, fruktosa, galaktosa
Amilase adalah enzim yang berfungsi memecah zat tepung dan polisakarida menjadi
monosakarida, bentuk gula yang dapat di serap oleh tubuh. Air liur mengandung amilase
yang memulai proses pencernaan saat makanan masuk kedalam mulut.
Bentuk yang paling umum dari oligosakarida adalah disakarida (terdiri dari dua unit
monosakarida) yang terdiri dari proses kondensasi dua molekul monosakarida. Contoh yang
paling umum dari disakarida adalah sukrosa (sakarosa).
Fungsi karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber biokalori dalam bahan makanan,
disamping itu juga sebagai bahan pengental atau GMC pada teknologi makanan sebagai
bahan penstabil, bahan pemanis (sukrosa, glukosa, fruktosa) dan bahan bakar, misalnya pada
glukosa dan pati dan sebagai penyusun struktur sel, misalnya selulosa dan khitin.
Sifat-sifat karbohidrat
Mono dan disakarida memiliki rasa manis; oleh sebab itu golongan ini disebut gula.
Glukosa (gula anggur) dan fruktosa (gula buah) adalah contoh monosakarida yang banyak
dijumpai di alam. Sukrosa (gula tebu, gula bit) dan laktosa (gula susu) adalah kelompok
disakarida yang juga manis. Rasa manis dari gula-gula ini disebabkan oleh gugus
hidroksilnya. Trihidroksi (gliserol) dan polihidroksi lain juga berasa manis. Sedangkan
polisakarida tidak berasa manis karena molekulnya sedemikian besarnya sehingga tak dapat
masuk ke dalam sel-sel kuncup rasa (taste bud) yang terdapat pada permukaan lidah.
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-
senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula
pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas. Semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali
polisakarida (sukrosa dan pati), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi
yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas
enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Sedangkan gula non
pereduksi adalah senyawa gula yang gugus karbonilnya berikatan dengan senyawa
monosakarida lain sehingga tidak bebas lagi. Misalnya sukrosa.
Gula invert adalah hasil hidrolisis dari sukrosa yang hasilnya berupa campuran sebanding
glukosa dan fruktosa. Karena hidrolisis sukrosa menukar (invert) tanda rotasi optik, enzim
yang melakukan hidrolisisnya dinamakan invertase. Sukrosa tidak dapat bermutarotasi dan
karena tidak ada lagi gugus aldehida yang bebas, sukrosa tak dapat lagi mereduksi pereaksi-
pereaksi Tollen, fehling, Benedict. Karena itu sukrosa dinamakan gula non-pereduksi.
Sukrosa dapat dihitung setelah mengetahui kadar gula pereduksi pada sampel.
Gula total merupakan campuran gula reduksi dan non reduksi yang merupakan hasil
hidrolisa pati. Semua monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa berperan sebagi agensia
pereduksi dan karenanya dikenal sebagai gula reduksi. Kemampuan senyawa-senyawa gula
mereduksi agensia pengoksidasi mendasari berbagai cara pengujian untuk glukosa dan gula-
gula reduksi lainnya.
Tabel 1. Penentuan Glukosa, Fruktosa dan Gula Invert dalam suatu Bahan dengan
Methoda Luff-Schoorl
ml 0,1 N Glukosa, fruktosa, gula ml 0,1 N Glukosa, fruktosa, gula
Na-thiosulfat invert Na-thiosulfat invert
mg C6H12O4 mg C6H12O4
Δ Δ
1. 2,4 2,4 13. 33,0 2,7
2. 4,8 2,4 14. 35,7 2,8
3. 7,2 2,5 15. 38,5 2,8
4. 9,7 2,5 16. 41,3 2,9
5. 12,2 2,5 17. 44,2 2,9
6. 14,7 2,5 18. 47,1 2,9
7. 17,2 2,6 19. 50,0 3,0
8. 19,8 2,6 20. 53,0 3,0
9. 22,4 2,6 21. 56,0 3,1
10. 25,0 2,6 22. 59,1 3,1
11. 27,6 2,7 23. 62,2 -
12. 30,3 2,7 24. - -
2CuI2⟶ Cu2I2 + I2
I2 + amilum ⟶biru
V. Metode
a. Alat
- Cawan petri
- Tabung reaksi
- Gelas beker
- Pipet tetes
- Timbangan analitik
- Alat pengaduk
- Gelar ukur
- Lumpang
- Corong
- Tissue
- Buret
- Statif + klem
- Erlenmeyer
-Labu Ukur
- Hot Plate
- Pipet Volume
- Corong gelas
- Baskom
b. Bahan
- Kertas Saring
- Aquades
- Sampel Pepaya
- Larutan Luff Schoorl
- Na2CO3 10%
- KI 20%
- H2SO4 6N
- Na2S2O3 0,1 N
- Amilum 1%
Ml Na2S2O3 Glukosa
7 17,2
8 19,8
= 7,06%
Jadi, kadar gula sampel adalah 7,06%
IX. Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan penetapan kadar sukrosa menggunakan metode
Luff Schoorl. Metode Luff-Schrool digunakan untuk menentukan kupri oksida dalam
larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah
direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi
menggunakan Natrium tiosulfat yang akan dibakukan terlebih dahulu dengan KIO3.
Untuk mengetahui titrasi telah berakhir maka diperlukan indicator yaitu amilum,
karena amylum memberikan perubahan warna menjadi biru. Sampel yang akan
ditentukan kadar gulanya adalah pepaya.
Pengujian karbohidrat dengan metode luff schoorl dilakukan preparasi
pengenceran sampel dengan aquades dan diatmabah HCL pekat bertujuan untuk
mengasamkan larutan sampel. Kemudian diteteskan dengan larutan BTB 2 sampai 3
tetes yang bertujuan untuk sebagai indikator sampel agar saat sampel ditetesi dengan
larutan Na2S2O3kondisinya menjadi netral kembali atau pHnya menjadi 7 kemudian
setelah itu larutan dimasukkan dalam labu ukur dan diencerkan hingga volumenya
menjadi 100 ml kemudian lakukan penyaringan dengan kertas saring yang bertujuan
untuk memperoleh filtrat dari sampel. Setelah sampel dimasukkan 5ml dan
diencerkan dengan aquades sebanyak 30 ml dan ditambahkan dengan larutan luff
school 10 ml kemudian panaskan dengan . larutan luffn schoorl akan bereaksi dengan
sampel yang mengandung gula pereduksi. Larutan di panaskan 10 mnt setelah
munculnya gelembung gelembung atau mendidih ,hal ini dimagsud agar proses
reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu lebih kurang 10 mnt.
Agar tidak terjadi pengendapan seluruh Cu2+ yang tereduksi menjadi Cu+ hingga tidak
ada kelebihan Cu2+ yang dititrasi maka larutan harus harus mendidih.
Campuran tersebut kemudian didinginkan dalam baskom berisi air. Agar
pendinginan berlangsug cepat, maka pendingin ini perlu dilakukan. Setelah campuran
dingin kemuudian ditambah KI 20% sebanyak 10 ml dan H2SO46N sebanyak 17 ml
perlahan lahan. Penambahan larutan ini akan menimbulkan reaksi antara kuprioksida
menjadi CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI.
Reaksi tersebut di tandai dengan timbulnya buih dan warna gelap. Larytan
tersebut kemudian dititrasi cepat dengan menggunakan Thio Sulfat 0,1 N, titrasi cepat
dilakukan setelah campuran mendekati titik akhir, hal ini dilakukan karena apabila
dilakukan pada awal titrasi maka amilum dapat membungkus iod dan mengakibatkan
warna titik akhir menjadi tidak terlihat tajam. Maka berdasarkan pratikum dan
perhitungan kadar karbohidrat dalam sampel papaya adalah 7,06%.
X. Penutup
a. Kesimpulan
Dari hasil pratikum kuantitatif pada buah pepaya ini dapat disimpulkan bahwa
cara yang digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan
yaitu antara lain dengan cara kimiawi cara fisik, cara ensimatik atau biokimiawi dan
cara kromatografi. Disini kami menggunakan metode Luff-Schrool yang digunakan
untuk menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula
reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi
sampel). Pengujian ini menggunakan larutan seperti aquades yang ditambah HCL
pekat untuk pengenceran, larutan BTB sebagai indikator sampel agar saat sampel
ditetesi dengan larutan Na2S2O3kondisinya menjadi netral kembali, Larutan Luff
Schoorl, larutan Na2CO3 10%, larutan KI 20%, larutan H2SO4 6N, larutan Na2S2O3
0,1 N, dan Amilum 1%. Maka berdasarkan pratikum dan perhitungan kadar
karbohidrat dalam sampel papaya adalah 7,06%
b. Saran
Sebaiknya ikuti prosedur kerja yang ada agar tidak terjadi hal-hal yang
mengakibatkan kefatalan dan gunakan larutan sesuai dengan prosedur.
Daftar Pustaka