Anda di halaman 1dari 24

Bab 5 - Artikel

BAB

5
Artikel 1
KEBIJAKAN PENANGANAN
PANDEMI COVID-19
Oleh: Masagung Suksmonohadi dan Diah Indira1

Penyebaran wabah Coronavirus yang perlu dicermati dan dimitigasi. Ke depan,


Disease 2019 (COVID-19) makin meluas otoritas di berbagai negara terutama negara
dan mendorong berbagai negara untuk emerging perlu menjaga sustainabilitas
melakukan disease containment melalui fiskal, kredibilitas kebijakan moneter, dan
pembatasan aktivitas. Kebijakan pembatasan melanjutkan reformasi struktural guna
aktivitas yang bertujuan mengurangi tingkat memperkuat ketahanan ekonomi dalam
penyebaran wabah telah berdampak negatif menghadapi berbagai risiko ke depan.
terhadap perekonomian global. Ekonomi
dunia bahkan diprakirakan tumbuh negatif
pada 2020. Kinerja manufaktur dan jasa A. Pandemi COVID-19 Melemahkan
melemah tajam, yang menyebabkan jutaan Ekonomi Dunia
orang kehilangan pekerjaan. Otoritas fiskal Penyebaran wabah Coronavirus
dan moneter menempuh langkah kebijakan Disease 2019 (COVID-19) menjangkiti hampir
ultra akomodatif, dengan skala yang seluruh negara di dunia. “Wabah baru” yang
melampaui era krisis keuangan global. Di semula diperkirakan dapat dilokalisasi di Kota
satu sisi, kebijakan tersebut dapat menahan Wuhan melalui lockdown, ternyata menyebar
pelemahan ekonomi lebih dalam dan cepat ke seluruh dunia.2 Jumlah kasus positif
menciptakan stabilitas pasar keuangan. meningkat secara eksponensial. Dari puluhan
Namun, di sisi lain, juga mengandung risiko

1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi 2 Wuhan merupakan ibu kota Provinsi Hubei, Tiongkok,
Penelitian dan Asesmen Internasional lokasi awal penyebaran virus.

89
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

pasien pada Januari 2020, menjadi lebih Containment measures menekan


dari enam juta pada awal Juni 2020 (WHO, sektor jasa dan manufaktur global. Sektor
2020). Pasca penetapan COVID-19 sebagai pariwisata terdampak paling parah, dengan
pandemi, banyak negara melakukan disease proses pemulihan diprakirakan sangat
containment melalui pembatasan perjalanan gradual. Menurut UNWTO, sektor pariwisata
dan kontak fisik, bahkan lockdown.3 internasional terkontraksi 22% selama TW1-
20, dan berpotensi turun hingga 60%-80%
Kebijakan pembatasan menekan
sepanjang 2020. Penerapan travel ban
penyebaran virus, namun memicu pelemahan
juga mendisrupsi industri penerbangan,
ekonomi dunia yang tajam. Australia,
travel, dan hospitality. Asosiasi Penerbangan
Jepang, Jerman, Korea Selatan, Selandia
Internasional (IATA) memerkirakan terdapat
Baru, Singapura, Tiongkok, dan Vietnam
potensi kerugian hingga USD314 miliar pada
merupakan beberapa negara yang cukup
industri penerbangan tahun 2020 akibat
sukses menekan penyebaran virus melalui
pandemi COVID-19. Perusahaan penerbangan
kebijakan pembatasan akivitas. Namun,
menunda maintenance pesawat, menunda/
kebijakan tersebut menyebabkan disrupsi pada
membatalkan rencana investasi, meminta
rantai pasokan, menurunkan aktivitas produksi
pegawai cuti di luar tanggungan hingga
dan konsumsi masyarakat, meningkatkan
melakukan pemecatan dengan jumlah
pengangguran, dan mengoreksi pertumbuhan
signifikan (KPMG, 2020).
ekonomi (Scheeweiss, Murtaugh, dan
Bloomberg Economics, 2020). Kinerja sektor manufaktur global juga
melemah tajam akibat penurunan permintaan
Kinerja ekonomi sejumlah negara
domestik dan eksternal, serta disrupsi supply
terkoreksi tajam pada TW1-20, hingga
chain. Penjualan retail TW1-20 melemah
tumbuh negatif. Kontraksi pertumbuhan
dan tumbuh negatif terutama di India—
ekonomi antara lain dialami oleh Tiongkok,
lebih buruk dibanding saat GFC 2008/2009.
Kawasan Euro, Inggris, Jepang, Filipina,
Perdagangan internasional kembali melemah,
Thailand, dan Singapura hingga menyentuh
setelah terdampak trade war AS-Tiongkok.
rekor terendah sejak global financial crisis
Pertumbuhan ekspor global TW1-2020
(GFC). Hanya sedikit negara yang dapat
terkontraksi -1,1% yoy (dari 1,2% pada TW4-
menghindari pertumbuhan negatif meski
19), dan impor terkontraksi -2,2% yoy (dari
tetap terkoreksi tajam seperti AS, India,
-1,8% pada TW4-19)—indikasi pelemahan
Indonesia, Turki, dan Vietnam.
permintaan internasional.4 Purchasing

3 Pandemi adalah peningkatan jumlah kasus penyakit


secara tiba-tiba dan di atas batas kewajaran suatu 4 Kontraksi pertumbuhan ekspor dan impor terdalam
wilayah (epidemik), yang terjadi secara global atau terjadi pada April 2020, masing-masing sebesar
tersebar secara luas, melintasi batasan internasional, -12,8% yoy dan -16,9% yoy, dan sedikit membaik
dan memengaruhi banyak orang (Kelly, 2011). pada Mei 2020 meski masih terkontraksi dalam.

90
Bab 5 - Artikel

Manager Index (PMI) mencapai nilai terendah dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu
sepanjang sejarah, baik sektor manufaktur kebijakan fiskal, moneter, makroprudensial,
maupun jasa.5 dan emergency liquidity. Menurut Yale
University, hingga April 2020 kebijakan fiskal
TW1 2020 TW4 2009

Brazil 3.5
8.7
paling banyak digunakan (45% dari total
AS 1.2
-1.1
0.8 kebijakan), diikuti makroprudensial (35%),
Korsel 12.8
Jepang -1.2
-0.8 moneter (11%), dan emergency liquidity
EA -1.3

Inggris
-1.9
-1.6 (9%). Korea Selatan dan AS merupakan
1.7
-1.9
Indonesia
-4.0
32.7 negara yang paling agresif merilis kebijakan,
Thailand 12.5
Singapura -4.4
-3.6
terutama fiskal dan makroprudensial. Nilai
Tiongkok -5.3

India -26.0
16.5 stimulus fiskal untuk merespons COVID-19
43.0
-40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 mencapai sekitar 3,7% PDB Dunia, jauh lebih
Sumber: Bloomberg, 2020
Grafik 5.1 Penjualan Ritel besar dibandingkan GFC 2008/2009 (sekitar
1,5% PDB). Nilai tersebut masih akan terus
meningkat seiring masih diluncurkannya
B. Kebijakan Mengatasi Dampak COVID-19 sejumlah stimulus.

Pelemahan ekonomi yang signifikan


Emergency Liquidity
akibat COVID-19 telah mendorong langkah 11% 9%
Fiscal Policy
Macroprudential Policy
Monetary Policy
agresif otoritas dunia. Selain langkah kebijakan
untuk memperkuat sektor kesehatan, otoritas
35%
juga menaruh perhatian terhadap upaya untuk 45%
mengatasi dampak keterpurukan ekonomi
dengan meluncurkan berbagai stimulus.
Sasaran kebijakan juga sangat luas mulai dari
rumah tangga, korporasi, UMKM, bahkan Sumber: Yale University, 2020

pemerintah daerah, serta menyasar berbagai Grafik 5.2 Tipe Kebijakan Mengatasi Covid-19
sektor ekonomi. Berbagai lembaga seperti 4,0
Composition of Fiscal Stimulus (% global GDP)
Loans guarantees
IMF, World Bank, ASEAN juga menyerukan 3,5
(on-budget) Healthcare
Direct cash
payments
pentingnya kerja sama internasional untuk 3,0
Job retention
mengatasi dampak pandemi. 2,5 Business
loans/Grants
schemes

2,0 Strategic sectors Other


Other
Respons kebijakan untuk mengatasi 1,5
Public investment

Business
Public investment loans/grants
dampak COVID-19 secara umum dapat 1,0 Unemployment
insurance
Unemployment
insurance
housing Strategic sectors
0,5 Other expenditure
personal inc. tax
indirect taxes Other reveneue Other reveneue
corporate tax
0,0
5 Pada April 2020, PMI Jasa sebesar 26,2, dan PMI 2009 2020
Sumber: UBS, 2020
manufaktur sebesar 39,6. Selanjutnya pada Mei,
PMI jasa dan manufaktur masih sangat rendah meski
Grafik 5.3 Stimulus Fiskal
membaik masing-masing 35,2 dan 42,4. Saat COVID-19 dan GFC

91
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

Kebijakan fiskal untuk mengatasi Kebijakan penurunan suku bunga juga


COVID-19 memiliki perbedaan karakteristik diiringi dengan instrumen kebijakan lain. Bank
dibandingkan pada saat GFC. Stimulus sentral melonggarkan giro wajib minimum
fiskal saat GFC 2008/2009 lebih difokuskan dan menempuh kebijakan unconventional
pada investasi publik dan unemployment (quantitative easing/QE) melalui pembelian
insurance. Sementara, pada krisis COVID-19, surat berharga pemerintah dan swasta. Batas
pemerintah lebih mengutamakan bantuan pembelian surat berharga ditingkatkan,
pada sektor tenaga kerja dan rumah bahkan the Fed tidak membatasi jumlahnya
tangga dalam bentuk job retention scheme, (unlimited). Bank sentral juga merilis kebijakan
unemployment insurance, direct cash yang memastikan pasar keuangan tetap
payment, dan relaksasi pajak. Pemerintah berjalan, dengan melakukan transaksi di
juga memberikan bantuan kepada sektor money market, serta menjamin ketersediaan
kesehatan dan bisnis terdampak. Bahkan likuiditas pada sistem perbankan untuk
juga memberikan dukungan finansial kepada kelancaran penyaluran kredit. Kondisi yang
pemerintah daerah untuk menyediakan memburuk juga mendorong otoritas moneter
fasilitas kesehatan bagi warganya. beberapa negara memberikan dukungan
finansial pada korporasi besar antara lain
Tekanan terhadap pasar keuangan
kepada perusahaan penerbangan, dan juga
dan perekonomian juga mendapat respons
kepada pemerintah daerah—kebijakan yang
yang agresif dari otoritas moneter. Kebijakan
tidak dilakukan pada masa krisis keuangan
diarahkan untuk menjaga price stability,
global 2008-2009 terutama oleh AS.6
menjamin berjalannya pasar keuangan, dan
Kebijakan akomodatif bank sentral tercermin
memastikan efektivitas transmisi kebijakan
pada neraca bank sentral yang meningkat
moneter. Langkah yang dilakukan meliputi
signifikan.
pemangkasan suku bunga, pembelian surat
berharga, intervensi di pasar uang, mencegah 12,00
% Jan 2020 Mei 2020
11,25
capital flows, dan menjalin swap arrangement. 10,00
Kebijakan penurunan suku bunga dilakukan 8,25
8,00
dengan cukup agresif pasca merebaknya 6,00 6,25
6,00
COVID-19. Dalam lima bulan pertama 2020, 4,50 4,50
5,15 5,00
4,50
4,00 4,00 3,75
4,00
bank sentral AS, Kanada, Vietnam, dan Brazil 3,00
2,75

menurunkan suku bunga masing-masing 150 2,00 1,75 1,75

0,25 0,25
bps. Bank sentral Turki dan Afrika Selatan 0,00
US CA VN BR IN PH TR ZA ID
bahkan menurunkan hingga 300 bps dan Sumber: Bloomberg, 2020

Grafik 5.4 Suku Bunga Kebijakan


250 bps.

6 Dukungan kepada Pemda dilakukan melalui pembelian


surat berharga Pemda.

92
Bab 5 - Artikel

% United States, Lhs Germany, Rhs %


20
SNB
BoE*
Fed 1,90 0,3
15 ECB
BoJ
1,55 0,0
10

1,20 -0,3

5 -0,45
0,85 -0,6
0,72
0 0,50 -0,9
2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
2020 Q4 19 Q1 20 Q2 20
*Combines the weekly series that stopped in Sept 2014 and, from then on, Sumber: BIS
the sum of the four assets reported weekly that account for over 90%
of the balance sheet by value. Grafik 5.7 Yield Obligasi 10 tahun
Sumber: Reuters, 2020
Grafik 5.5 Neraca Bank Sentral
C. Potensi Risiko Kebijakan Moneter dan
Kebijakan moneter akomodatif Fiskal
telah meredakan fluktuasi pasar keuangan Pelonggaran kebijakan moneter dan
dan membangun confidence pelaku pasar. fiskal diprakirakan dapat menahan pelemahan
Indeks harga saham mengalami peningkatan ekonomi yang lebih dalam akibat COVID-19.
dan aliran modal mulai kembali masuk ke Namun demikian, stimulus kebijakan tersebut
emerging market. Pernyataan berbagai juga berpotensi menimbulkan risiko.
bank sentral yang siap melakukan kebijakan
a. Risiko Kebijakan Fiskal
lanjutan, makin menambah kepercayaan
pasar. Dukungan kepada korporasi dan Peningkatan stimulus fiskal untuk
UMKM juga diharapkan dapat mencegah mengatasi dampak pandemi COVID-19
kebangkrutan dan menekan pemutusan telah memperlebar defisit fiskal, di tengah
hubungan kerja. penerimaan pemerintah yang menurun.
Pemerintah menutupi kebutuhan
1 Oct 2019 = 100 pembiayaan dengan menerbitkan surat
berharga atau mencari pinjaman sehingga
110
berisiko pada sustainabilitas utang. Kenaikan
100 beban fiskal terjadi baik di negara maju
maupun berkembang. Defisit fiskal AS 2020
90
United States
China diprakirakan jauh melebar menjadi 17,9%
AEs excl US
80
EMEs excl CN PDB (dari 4,6% PDB pada 2019), Jerman
70 (7% PDB dari 1,4% pada 2019), Singapura
Q4 19 Q1 20 Q2 20
Sumber: BIS (15,4% PDB dari 0,3%), India (7,9% PDB dari
Grafik 5.6 Harga Saham

93
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

4,6%), dan Indonesia (6,3% PDB dari 2,2%).7 dilakukan dalam valuta asing dan terjadi
Proses perbaikan fiskal menuju posisi sebelum kenaikan suku bunga. Suku bunga rendah
COVID-19 diprakirakan berjalan lebih lambat juga tidak dapat meningkatkan investasi
dari ekspektasi. yang produktif karena masih rendahnya
permintaan. Kondisi tersebut menimbulkan
Peningkatan beban fiskal dapat
decoupling antara pasar keuangan dan sektor
memicu penurunan outlook sovereign
riil, serta berpotensi menyebabkan asset
rating dan meningkatkan borrowing cost.
bubble.
Dalam melakukan penilaian, lembaga
rating memerhatikan faktor institusional, Kebijakan QE negara maju di satu
perkembangan ekonomi, serta kinerja sisi mendorong capital inflow ke emerging
eksternal, fiskal, dan moneter. Sejumlah market dalam bentuk portofolio. Inflow ini
lembaga rating telah melakukan rating dapat menyebabkan apresiasi nilai tukar dan
action dan merevisi ke bawah outlook mendorong harga aset negara emerging.
sovereign rating. Selama Januari-Mei 2020, Namun di sisi lain, negara emerging juga
Fitch, Moody’s, dan S&P telah melakukan rentan terhadap pembalikan arus modal saat
downgrade terhadap 37 sovereign rating dan terjadi shock, terutama apabila bank sentral
merevisi outlook 84 negara menjadi negatif, negara maju mengurangi atau menghapus
terutama pada negara di Middle East and QE. Pengalaman historis menunjukkan terjadi
Africa, Amerika Latin, dan Asia. Penurunan taper tantrum pada Mei 2013 ketika the
sovereign rating memicu kenaikan biaya Fed mengumumkan rencana pengurangan
pinjaman pemerintah dan korporasi. QE, yang menyebabkan nilai tukar negara
emerging terdepresiasi. Negara dengan
b. Risiko Kebijakan Moneter
current account deficit besar menjadi yang
Kebijakan moneter akomodatif selain paling terpukul. Kondisi ini menunjukkan
memberikan manfaat juga dapat menimbulkan bahwa ke depan penarikan QE berpotensi
risiko. Suku bunga rendah berpotensi memicu menimbulkan isu likuiditas di emerging
penarikan utang berlebihan oleh korporasi market.
sehingga meningkatkan risiko pengembalian
c. Lesson Learned
utang. Risiko makin besar apabila utang
Penanganan dampak COVID-19
di berbagai negara memberikan sejumlah
7 (i) Perkiraan defisit fiskal AS oleh Congressional Budget
Office pada April 2020; (ii) perkiraan defisit fiskal pelajaran berharga mengenai penanganan
Jerman oleh European Commission pada Mei 2020; (iii) krisis. Pertama, otoritas perlu mengutamakan
perkiraan defisit fiskal Singapura pada pidato Deputi
Perdana Menteri Singapura dalam rapat anggaran penanganan pandemi agar berbagai
dengan Parlemen, Mei 2020; (iv) estimasi defisit fiskal kebijakan yang diluncurkan dapat berjalan
India oleh State Bank of India (SBI) pada Mei 2020;
(v) estimasi defisit fiskal Indonesia oleh Kementerian lebih efektif. Kedua, untuk mengatasi
Keuangan pada Juni 2020.

94
Bab 5 - Artikel

dampak pelemahan ekonomi, diperlukan dari https://www.bloomberg.com/news/


features/2020-05-28/coronavirus-lockdown-crushed-
bauran kebijakan moneter, fiskal dan economies-jobs-energy-and-shops?sref=kI8MBqcO
makroprudensial. Kebijakan tersebut perlu
UNWTO. (2020). International Tourist Numbers Could
dikoordinasikan antar instansi sehingga Fall 60-80% in 2020, UNWTO Reports. Diakses dari
stabilitas makroekonomi dan sistem https://www.unwto.org/news/covid-19-international-
tourist-numbers-could-fall-60-80-in-2020
keuangan dapat terjaga, serta momentum
pertumbuhan dapat dipertahankan. Ketiga, Valentine, A., Bastien D. (2016). What are the costs of
these ultra-accommodative monetary policies?. Paris:
otoritas di negara emerging perlu menjaga Amundi Asset Management.
sustainabilitas fiskal, kredibilitas kebijakan
WHO. (2020). Coronavirus Disease (COVID-19) Pandemic.
moneter, dan melanjutkan reformasi Diakses dari https://www.who.int/emergencies/
diseases/novel-coronavirus-2019
struktural untuk memperkuat fundamental
ekonomi sehingga lebih resilien menghadapi Yale University. (2020). Yale Program on Financial Stability
Response to Effects of COVID-19 Crisis. Bahan
berbagai tantangan ke depan.
tayangan presentasi webinar Yale University 30 April
2020.

Daftar Referensi
Congressional Budget Office. (2020). CBO’s Current
Projections of Output, Employment, and Interest Rates
and a Preliminary Look at Federal Deficits for 2020
and 2021. Washington DC.

Kelly, Heath. (2011). The Classical Definition of a


Pandemic is Not Elusive. Geneva: Bulletin of the World
Health Organization; 89:540-541. Diakses dari https://
www.who.int/bulletin/volumes/89/7/11-088815/en/

KPMG. (2020). Airlines: Financial Reporting Implications


of COVID-19. Diakses dari https://home.kpmg/xx/en/
home/insights/2020/04/airlines-and-covid-19.html

Larosière, J.D. (2020). Central Banks Can’t Bury Risk with


More Money. London: OMFIF.

Loh, Tim. (2020). Who’s Succeeding Against the


Coronavirus and Why. Diakses dari https://www.
bloomberg.com/news/articles/2020-05-22/who-
s-succeeding-against-the-coronavirus-and-why-
quicktake?sref=kI8MBqcO

Sam, Cedric, et.al. (2020). Mapping the Coronavirus


Outbreak Across the World. Diakses dari https://www.
bloomberg.com/graphics/2020-coronavirus-cases-
world-map/?sref=kI8MBqcO

Schneeweiss, Zoe, Murtaugh, Dan, dan Bloomberg


Economics. (2020). This is How Deeply the
Coronavirus Changed Our Behaviors. Diakses

95
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

Halaman ini sengaja dikosongkan

96
Bab 5 - Artikel

Artikel 2

Sovereign Credit Rating


di Tengah Pandemi COVID-19
Oleh: Betty Purbowati Cahyadewi1

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan Indonesia melalui koordinasi intensif antar-


perlambatan aktivitas ekonomi global dan otoritas. Upaya tersebut diharapkan dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia. mendukung ketahanan ekonomi sehingga
Proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan dapat membantu pemulihan ekonomi pasca
sejumlah negara maju maupun berkembang COVID-19 dan mendukung pertumbuhan
telah diturunkan oleh lembaga rating seiring yang berkesinambungan.
meningkatnya kekhawatiran atas dampak
pandemi COVID-19. Tekanan terhadap kinerja
ekonomi tersebut selanjutnya menjadi salah Lembaga Rating Menaruh Perhatian Besar
satu faktor yang memicu negative rating terhadap Dampak Pandemi COVID-19
action (penurunan sovereign credit rating Pandemi COVID-19 telah
dan outlook) oleh lembaga rating. Namun menyebabkan tekanan terhadap
demikian Sovereign Credit Rating (SCR) perekonomian seiring tertahannya
Indonesia dari tiga lembaga rating utama tetap aktivitas ekonomi pasca lock-down
dapat dipertahankan berada satu notch di atas di sejumlah negara. Kondisi tersebut
peringkat investment grade terendah, dan memberikan efek rambatan secara global
SCR Indonesia dari dua lembaga rating Jepang baik melalui jalur perdagangan maupun
naik ke peringkat investment grade yang keuangan, yang selanjutnya berdampak
lebih tinggi. Hal tersebut merupakan prestasi pada penurunan kinerja ekonomi sejumlah
tersendiri mengingat sejumlah negara telah negara sehingga menyebabkan pertumbuhan
mengalami penurunan SCR. Ketidakpastian negatif. Selain perlambatan aktivitas ekonomi
yang masih tinggi akibat dampak pandemi dan tekanan di sektor keuangan, sejumlah
COVID-19 makin memperkuat pentingnya negara juga menghadapi tantangan dari
pengelolaan persepsi positif ekonomi sisi fiskal seiring peningkatan pengeluaran
pemerintah terkait anggaran kesehatan dan
1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi jaring pengaman sosial, serta stimulus fiskal
Hubungan Investor

97
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

untuk menopang sejumlah sektor ekonomi. pandemi COVID-19 di sejumlah


Perkembangan ini meningkatkan risiko atas negara menjadi faktor utama yang
kesinambungan ekonomi suatu negara, dan dipertimbangkan lembaga rating dalam
berisiko menurunkan kemampuan untuk menentukan outlook pertumbuhan
menyelesaikan kewajiban (creditworthiness). ekonomi. S&P, Moody’s, dan Fitch
memerkirakan perlambatan aktivitas ekonomi
Selain fundamental ekonomi,
pasca pandemi COVID-19 yang terjadi
kemampuan suatu negara dalam
secara menyeluruh akan menyebabkan
memenuhi kewajiban finansial menjadi
pertumbuhan ekonomi global terkontraksi
aspek penting yang diperhitungkan oleh
cukup dalam pada 2020 dan kembali
investor. Creditworthiness mencerminkan
membaik pada 2021 (tabel 5.1)2. S&P
tingkat risiko yang dihadapi investor dalam
pada proyeksi terakhirnya memerkirakan
menetapkan keputusan investasi. Salah
pertumbuhan negatif terjadi pada hampir
satu referensi bagi investor global untuk
seluruh negara berkembang, kecuali India
mengetahui tingkat risiko suatu negara
dan Indonesia (tabel 5.2)3. Pada negara
adalah SCR yang dipublikasikan oleh lembaga
berkembang, S&P menyoroti terbatasnya
rating utama seperti S&P, Moody’s, dan Fitch.
ruang kebijakan seiring rendahnya PDB
Lembaga rating secara umum memerhatikan
perkapita, fiscal rigidites, beban utang yang
lima aspek utama dalam menentukan
tinggi, ketergantungan terhadap pendanaan
peringkat SCR, yaitu aspek institusional,
eksternal, dan indikasi peningkatan beban
ekonomi, eksternal, fiskal, dan moneter.
utang beberapa negara. Oleh karena itu,
Selain itu, lembaga rating juga memerhatikan
diperlukan pertimbangan yang seksama atas
dinamika perkembangan ekonomi global,
kebijakan yang perlu ditempuh, baik moneter
termasuk risiko-risiko yang mungkin dapat
maupun fiskal, untuk memberikan stimulus
berdampak pada perekonomian suatu
yang tepat, guna mempercepat pemulihan
negara, termasuk pandemi COVID-19.
ekonomi. Moody’s yang memublikasikan
Perlambatan aktivitas ekonomi proyeksinya secara berkala juga telah merevisi
akibat lockdown pasca meluasnya ke bawah pertumbuhan ekonomi dunia dan
Tabel 5.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
S&P Moody's Fitch
GDP growth (% yoy)
2020F 2021F 2020F 2021F 2020F 2021F
World -2,3 5,8 -4,0 4,8 -4,6 5,1
Advanced Economies -5,8 4,2 -6,4 4,1
Emerging Economies -1,0 5,7 -1,7 6,6
F: Forecast

2 S&P Global Credit Condition, April 2020; Moody’s


Global Macro Outlook 2020-21, April 2020; Fitch
Global Economic Outlook: Crisis Update May 2020.
3 S&P Credit Conditions Emerging Markets: Longer
Lockdowns, Heightened Risks, April 2020.

98
Bab 5 - Artikel

Tabel 5.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi


Negara Berkembang oleh S&P
Real GDP Growth (% yoy)
Emerging Economies
2019E 2020F 2021F 2022F
Argentina -2,1 -7,0 2,6 2,5
Brazil 1,1 -4,6 3,3 2,9
Chile 1,0 -3,9 4,6 3,2
Colombia 3,3 -2,6 4,1 3,4
Mexico -0,1 -6,7 2,9 2,3
China 6,1 1,2 7,4 4,7
India 5,0 1,8 7,5 6,5
Indonesia 5,0 1,8 6,3 5,6
Malaysia 4,3 -1,1 7,6 5,1
Philippines 5,9 -0,2 9,0 6,7
Thailand 2,4 -4,2 6,2 4,2
Poland 4,2 -4,0 5,0 2,7
Russia 1,3 -4,8 4,5 3,3
Saudi Arabia 0,3 -3,0 1,6 2,7
South Africa 0,2 -4,5 3,5 1,5
Turkey 0,9 -3,1 4,2 3,5
Sumber: S&P
E: Estimate
F: Forecast

Tabel 5.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi


Negara Maju dan Berkembang oleh Moody’s
Growth Forecast
Economies Real GDP Growth (% yoy)
Adjustment

2019E 2020F 2020F' 2021F 2021F' 2019F 2020F


Advanced 1,7 1,3 -5,8 1,6 4,2 -7,1 2,6
US 2,3 1,7 -5,7 1,9 4,5 -7,4 2,6
Euro area 1,2 1,2 -6,5 1,4 4,7 -7,7 3,3
Japan 0,7 0,3 -6,5 0,6 2,7 -6,8 2,1
Germany 0,6 1,0 -5,5 1,3 4,8 -6,5 3,5
UK 1,4 1,0 -7,0 1,0 4,7 -8,0 3,7
France 1,3 1,3 -6,3 1,4 4,5 -7,6 3,1
Italy 0,3 0,5 -8,2 0,7 4,9 -8,7 4,2
Canada 1,6 1,5 -6,1 1,6 4,2 -7,6 2,6
Australia 1,8 1,8 -4,9 2,5 3,7 -6,7 1,2
South Korea 2,0 1,9 -0,5 2,6 2,7 -2,4 0,1
Emerging 4,3 4,2 -1,0 4,7 5,7 -5,2 1,0
China 6,1 5,2 1,0 5,7 7,1 -4,2 1,4
India 5,3 5,4 0,2 5,8 6,2 -5,2 0,4
Brazil 1,1 2,0 -5,2 2,5 3,3 -7,2 0,8
Russia 1,3 1,5 -5,5 1,7 2,2 -7,0 0,5
Mexico -0,1 1,0 -7,0 2,1 2,2 -8,0 0,1
Indonesia 5,0 4,9 0,2 4,9 5,0 -4,7 0,1
Turkey 0,7 3,0 -5,0 3,0 3,5 -8,0 0,5
Saudi Arabia 0,3 2,5 -3,8 3,1 2,5 -6,3 -0,6
Argentina -2,2 -2,5 -6,0 1,5 2,5 -3,5 1,0
South Africa 0,2 0,7 -6,5 0,9 4,5 -7,2 3,6
All 2,7 2,4 -4,0 2,8 4,8 -6,4 2,0
Sumber: Moody's Global Macro Outlook 2020-21, April 2020
F: Forecast Feb 2020
F': Forecast Apr 2020

99
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

% yoy downside risk terhadap rating suatu negara,


6,0
4,9
4,0
4,5 4,7 4,8 4,7 4,5
3,7 4,2 terutama pada aspek ekonomi atau struktural,
2,7
2,7 2,5 2,6
2,0 1,71,9 1,2 1,4
1,01,3 1,0 1,3 1,4 1,5 1,6 1,8 1,9 dan berisiko membebani kinerja fiskal.
1,0 0,5 0,7
0,30,6
0,0
-0,5 Tekanan terhadap perekonomian
-2,0

-4,0
akibat pandemi COVID-19 telah memicu
-6,0 -5,7 -5,5
- 4,9
2020F negative rating action (penurunan
-6,5 -6,3 -6,1 2020F'
-6,5
-8,0 -7,0
-8,2
2021F sovereign credit rating dan outlook) oleh
2021F'
-10,0
US Euro Japan Germany UK France Italy Canada Australia South lembaga rating utama. Penurunan SCR dan
area Korea
Sumber: Moody's Global Macro Outlook 2020-21, April 2020 outlook terjadi pada negara maju maupun
F: Outlook Februari 2020
F': Outlook April 2020 berkembang, meski terutama didominasi
Grafik 5.1 Proyeksi Pertumbuhan
oleh negara Middle East and Africa (MEA),
Ekonomi Negara Maju
Latin America (Latam) dan emerging di
% yoy
8,0
7,1
kawasan Asia. Pada higher-rated sovereigns,
6,2
6,0 5,25,7 5,45,8 lembaga rating menyoroti penurunan
4,94,9 5,0
4,5
4,0 3,5
3,3
3,03,0 3,1
2,5 kinerja fiskal, dan konsolidasi fiskal dalam
2,02,5 2,2 2,12,2 2,5 2,5
2,0 1,5 1,7 1,0 1,5
1,0
0,2 0,2 0,7 0,9 outlook fiskal jangka menengah pasca
0,0

-2,0
2020F
2020F'
peluncuran stimulus. Sementara itu, pada
2021F -2,5
-4,0 2021F' -3,8
kategori rating yang lebih rendah, negative
-6,0 -5,2 -5,5 -5,0
-6,0 rating action dilatarbelakangi oleh kesulitan
-6,5
-7,0
-8,0
China India Brazil Russia Mexico Indonesia Turkey Saudi Argentina South
pendanaan eksternal yang dihadapi sovereign
Arabia Africa
Sumber: Moody's Global Macro Outlook 2020-21, April 2020 seiring kebutuhan refinancing dan capital
F: Outlook Februari 2020
F': Outlook April 2020 flow reversal yang masif. Sampai dengan
Grafik 5.2 Proyeksi Pertumbuhan
Mei 2020, tercatat 37 negara mengalami
Ekonomi Negara Berkembang
penurunan SCR dan 84 negara mengalami
sejumlah negara maju maupun berkembang penurunan outlook.
seiring dampak pandemi COVID-19 (tabel
5.3).4 Penurunan outlook pertumbuhan
ekonomi paling tajam terutama terjadi pada Emerging Europe
Latin America
23%
33%
kelompok negara maju seperti Italia dan Developed Market
8%
Inggris (grafik 5.1). Sementara penurunan
Emerging Asia
Middle East & Africa
outlook signifikan pada negara berkembang 11%
25%

terjadi pada Meksiko, South Africa, dan


Argentina (grafik 5.2). Perlambatan ekonomi
yang terus berlanjut dikhawatirkan menjadi
Grafik 5.3 Negative Rating Action
April 2020 (by Region)

4 Moody’s Global Macro Outlook 2020-21, April 2020.

100
Bab 5 - Artikel

negatif. Keputusan S&P didukung oleh


Emerging
tatanan kelembagaan yang stabil, prospek
Europe Latin America
14%
21% pertumbuhan ekonomi yang kuat, dan
Emerging Asia
21% kebijakan fiskal yang secara historis cukup
Middle East &
Developed Africa prudent, di tengah ekspektasi kenaikan risiko
Market 27%
17%
eksternal dan fiskal akibat meningkatnya
kewajiban luar negeri dan beban utang
pemerintah untuk membiayai penanganan
Grafik 5.4 Negative Rating Action pandemi COVID-19.
Mei 2020 (by Region)
JCRA
BBB+ R&I
S&P
Fitch
BBB
Moody’s
SCR Indonesia dan Peers
BBB-
Investment Grade

Indonesia memiliki level rating BB+


Below Investment Grade

satu notch di atas peringkat investment BB

grade terendah dari S&P, Moody’s, dan


BB-
Fitch. Hal ini menggambarkan pandangan
B+
yang setara dari ketiga lembaga rating 2006 2007 2008 2009 2010 20112012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Grafik 5.5 SCR Indonesia


tersebut terhadap creditworthiness maupun
fundamental ekonomi Indonesia. Asesmen
Di tengah penurunan rating dan
SCR dan publikasi hasil asesmen oleh Fitch
outlook seiring meluasnya pandemi
dan Moody’s dilakukan sebelum pandemi
COVID-19, lembaga rating Jepang
COVID-19 meluas dan berdampak pada
memandang positif SCR Indonesia. Japan
perekonomian, sementara pulikasi hasil
Credit Rating Agency (JCR) dan Rating and
asesmen S&P dilakukan pasca pandemi
Investment Information (R&I) meningkatkan
COVID-19 meluas. Fitch (24 Januari 2020)
SCR Indonesia menjadi BBB+/stable outlook5.
dan Moody’s (10 Februari 2020) memutuskan
Keputusan JCR mencerminkan pertumbuhan
mempertahankan SCR Indonesia masing-
ekonomi yang solid, terjaganya level defisit
masing pada level BBB/outlook stabil dan
anggaran dan utang pemerintah, resiliensi
Baa2/outlook stabil. Keputusan Fitch dan
perekonomian terhadap gejolak eksternal
Moody’s secara umum didukung oleh prospek
didukung oleh kebijakan nilai tukar dan
pertumbuhan ekonomi yang kuat dan stabil,
kredibilitas kebijakan moneter, serta akumulasi
serta beban utang pemerintah yang relatif
cadangan devisa. Keputusan R&I didukung
rendah. S&P pada 17 April 2020 memutuskan
mempertahankan SCR Indonesia pada level
BBB, dengan revisi outlook dari stabil menjadi 5 Publikasi asesmen JCR pada 31 Januari 2020, dan
publikasi asesmen R&I pada 10 Maret 2020.

101
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

oleh implementasi kebijakan yang kuat Dari sisi ekonomi, Moody’s


untuk meningkatkan potensi pertumbuhan sudah melihat indikasi perlambatan
ekonomi dengan dukungan fondasi politik pertumbuhan ekonomi India sebelum
yang kokoh, terjaganya rasio utang pada pandemi COVID-19. Pertumbuhan ekonomi
tingkat yang rendah melalui fiskal defisit telah berada dalam tren menurun dan hanya
yang tetap terjaga, dan cadangan devisa tumbuh sebesar 4,2% yoy pada 2019,
yang memadai relatif terhadap utang jangka setelah sebelumnya tumbuh mencapai 8,3%
pendek. Keputusan Fitch, Moody’s, dan S&P pada 2016. Selain itu, berbagai reformasi
dalam mempertahankan SCR Indonesia, serta yang ditempuh (antara lain reformasi fiskal
keputusan JCR dan R&I meningkatkan SCR untuk mendorong penerimaan, land reform,
pada level rating tertinggi sepanjang sejarah dsb) juga terindikasi mengalami hambatan
merupakan bentuk pengakuan atas komitmen implementasi sehingga tidak dapat menjadi
pemerintah Indonesia dalam menjaga daya dorong bagi pertumbuhan ekonomi.
stabilitas makroekonomi dan kredibilitas Pada aspek fiskal, Moody’s menyebutkan
kebijakan di tengah tantangan perekonomian bahwa reformasi fiskal sejak beberapa tahun
global dan pandemi COVID-19. yang lalu, khususnya di bidang penerimaan,
juga masih menghadapi tantangan yang
Pencapaian Indonesia dalam
selanjutnya berdampak pada pelebaran
mempertahankan dan meningkatkan SCR
defisit fiskal. Kinerja penerimaan pemerintah
merupakan prestasi tersendiri mengingat
yang relatif terbatas juga memengaruhi
sejumlah negara telah mengalami
penilaian area fiskal (fiscal metric), khususnya
penurunan SCR. Salah satu negara peer
rasio penerimaan terhadap PDB dan rasio
rating terdekat Indonesia yang mengalami
interest payment to revenue. Dari sisi sektor
penurunan rating baru-baru ini adalah India.
keuangan, Moody’s menilai tantangan yang
Pada 1 Juni 2020, Moody’s menurunkan
dialami sektor keuangan pada akhirnya juga
SCR India dari Baa2 menjadi Baa3 (level
memengaruhi kinerja investasi (gross fixed
terendah investment grade) dengan outlook
capital formation) yang terus menurun sejak
negative. Sebelumnya, pada 7 November
2018. Meskipun otoritas telah mengambil
2019, Moody’s telah merevisi outlook India
berbagai langkah serius di sektor keuangan
dari stable menjadi negative. Penurunan
(khususnya dalam hal reformasi tata kelola
SCR India didorong oleh tiga faktor utama
dan penyelesaian kredit bermasalah), namun
yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi
implementasi kebijakan yang mengalami
yang terus berlanjut (prolonged period
hambatan telah memengaruhi kinerja bank
of slower growth), pemburukan kondisi
dan non-bank financial sector.
fikal (deteriorating fiscal conditions), dan
peningkatan kerentanan pada sistem Sejalan dengan Moody’s, Fitch
keuangan (rising stress in financial systems). juga melakukan negative rating action

102
Bab 5 - Artikel

terhadap SCR India seiring perlambatan implementasi reformasi fiskal dan


pertumbuhan ekonomi dan pelemahan reformasi struktural juga menjadi aspek
pada area fiskal sebagai dampak dari yang diperhatikan lembaga rating dalam
pandemi COVID-19. Fitch pada 18 Juni menilai kredibilitas kebijakan ototitas. Selain
2020 memutuskan mempertahankan SCR memastikan kredibilitas kebijakan moneter,
India pada level BBB-, dengan revisi outlook fiskal, dan struktural, sangat penting juga
dari stabil menjadi negatif. Ekonomi India dilakukan upaya pengelolaan persepsi positif
diperkirakan terkontraksi sebesar 5% pada ekonomi Indonesia melalui penyampaian
tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2021 informasi kebijakan terkini yang ditempuh
(FY21), seiring dampak lockdown yang mulai otoritas.
diberlakukan 25 Maret 2020. Ekonomi India
Lembaga rating mencermati
diproyeksi kembali tumbuh sebesar 9,5%
dampak pandemi COVID-19 terhadap
pada FY22 didorong oleh low base effect. Dari
ekonomi suatu negara, faktor risiko global
sisi fiskal, Fitch mencermati risiko peningkatan
lainnya, serta kredibilitas kebijakan yang
rasio utang terhadap PDB yang diperkirakan
di tempuh oleh otoritas dalam melakukan
mencapai 84,5% PDB pada FY21, lebih tinggi
asesmennya terhadap SCR. Faktor tersebut
dari estimasi FY20 yaitu 71% PDB, dan jauh
dinilai menjadi aspek utama yang dapat
di atas median BBB category (42,2% pada
memengaruhi creditworthiness suatu negara.
2019 dan 52,6% pada 2020). Fitch juga
Ke depan, Indonesia perlu mewaspadai
menilai implementasi reformasi fiskal yang
dampak meluasnya pandemi COVID-19
masih menghadapi hambatan akan menjadi
dan eskalasi risiko lainnya yang menjadi
tantangan tersendiri bagi perbaikan kinerja
perhatian lembaga rating serta dampaknya
fiskal pasca pandemi COVID-19 berakhir. Pada
kepada perekonomian domestik. Risiko yang
sektor keuangan, India juga menghadapi
makin tereskalasi memperkuat pentingnya
tantangan dari peningkatan Non Performing
pengelolaan persepsi positif ekonomi
Loan (NPL), dan diperlukannya dukungan
Indonesia melalui koordinasi kebijakan yang
otoritas terhadap upaya penyelesaiannya.
makin intensif antar otoritas. Sinergi tersebut
diharapkan dapat mendukung percepatan
pemulihan ekonomi, serta memastikan
Menjaga Persepsi Positif
keberlanjutan reformasi struktural dan
Di tengah penurunan SCR yang kredibilitas kebijakan.
terjadi pada sejumlah negara, termasuk
peer rating, Indonesia perlu memerhatikan
perkembangan pertumbuhan ekonomi,
kinerja fiskal dan tekanan pada sistem
keuangan. Upaya menjaga keberlanjutan

103
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

Halaman ini sengaja dikosongkan

104
Bab 5 - Artikel

Artikel 3

Inovasi Kerja Sama


Keuangan Internasional
dalam Mendukung
Stabilitas Ekonomi Global
di Tengah Pandemi
COVID-19: Lesson Learned
Oleh: Ita Vianty1

I. Pendahuluan Kerja sama keuangan internasional


dalam rangka pengelolaan cadangan devisa
Pandemi COVID-19 telah menurunkan
guna mengatasi kesulitan likuiditas US
aktivitas perekonomian dunia sehingga
dollar makin memegang peranan penting
berdampak pada kian menurunnya harga
dan terus berevolusi. Fasilitas kerja sama
komoditas dan kepanikan di pasar keuangan
keuangan internasional tersebut dari waktu
global. Keketatan likuiditas US dollar dan
ke waktu makin bervariasi, sesuai dengan
keluarnya aliran modal asing dalam jumlah
kondisi tekanan di pasar keuangan yang
besar dari sejumlah negara emerging
dihadapi atau kebutuhan masing-masing
menambah risiko di pasar keuangan global.
negara. Berbagai inisiatif dan komitmen yang
Ketimpangan pasokan valas, khususnya
dilakukan sejumlah negara atau lembaga
dalam mata uang USD, telah menimbulkan
keuangan internasional menunjukkan bahwa
tekanan depresiasi nilai tukar di hampir
kesadaran negara di dunia makin kuat,
seluruh negara dunia sehingga memaksa
dan komitmen negara mitra makin solid
otoritas moneter melakukan upaya stabilisasi
dalam menghadapi krisis. Hal ini tercermin
melalui intervensi valas dalam jumlah cukup
dari komitmen sejumlah negara untuk
besar, yang kemudian berdampak pada
mendukung stabilisasi pasar keuangan global
penurunan posisi cadangan devisa.
di tengah permasalahan pandemi COVID-19
1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi yang tetap tinggi dan menguat.
Hubungan Internasional 3

105
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

Menyadari bahwa ketersediaan (ii) kerja sama repo facility. Fasilitas the Fed
likuiditas US dollar yang cukup di pasar tersebut juga disesuaikan dengan kondisi
keuangan global memegang peranan pasar keuangan global yang dihadapi. Seperti
penting dalam menjaga stabilitas ekonomi misalnya, fasilitas swap line yang disediakan the
dan keuangan dunia, sekaligus membantu Fed sebelum krisis 2008/2009 hanya diberikan
mengembalikan confidence pasar, US Federal kepada negara maju yang dianggap memiliki
Reserve dan International Monetary Fund keterkaitan erat dengan perekonomian
(IMF) melakukan inovasi kebijakan dalam dan pasar keuangan AS. Namun pada krisis
bentuk penyediaan fasilitas kerja sama 2008/2009 the Fed memperluas negara yang
keuangan internasional untuk memastikan mendapatkan fasilitas swap line dimaksud,
tidak terjadi keketatan likuiditas US dollar di yaitu juga meliputi sejumlah negara emerging
perekonomian dunia. Di tengah kepanikan yang dianggap systematically important bagi
pasar keuangan global akibat pandemi AS. Selanjutnya pada krisis ekonomi yang
COVID-19, the Fed memperluas kerja sama disebabkan oleh pandemi COVID-19, selain
swap line dengan beberapa negara emerging swap line, the Fed juga mengeluarkan fasilitas
yaitu Brazil dan Meksiko, dan beberapa baru dalam bentuk fasilitas Repo FIMA, yang
negara maju. The Fed juga menawarkan juga diharapkan dapat dimanfaatkan negara-
fasilitas repo bagi otoritas moneter di negara emerging lainnya seperti Indonesia.
luar AS atau dikenal sebagai Foreign and
II.1 Kerja Sama Swap Line
International Monetary Authorities (FIMA)
Repo Facility. Sementara itu, IMF pada April Pada 19 Maret 2020, the Fed
2020 mengeluarkan fasilitas terbaru, yaitu memperluas kerja sama swap line dengan
Short-term Liquidity Line (SLL). Fasilitas SLL beberapa negara emerging, yaitu Brazil dan
merupakan upaya IMF untuk memperkuat Meksiko, serta beberapa negara maju (Tabel
fasilitas Global Financial Safety Net (GFSN) 5.1). Fasilitas kerja sama swap line tersebut
guna menutup kesenjangan fasilitas yang bersifat temporer, yaitu hanya berlaku selama
ada, dan membantu mengatasi masalah enam bulan. Melalui kerja sama swap line
stigma—yang menimbulkan keengganan ini, the Fed menyediakan dana dalam mata
menggunakan kerjasama keuangan dengan uang US dollar kepada bank sentral asing.
IMF. Kemudian pada saat yang sama, bank
sentral asing tersebut menyediakan dana
dalam mata uang negara yang bersangkutan
II. Kerja Sama Swap Line Federal Reserve kepada the Fed dengan nilai yang setara
berdasarkan nilai tukar yang terjadi pada saat
Fasilitas kerja sama keuangan
transaksi. Kedua belah pihak sepakat untuk
internasional yang dimiliki the Fed terdiri
saling mengembalikan dana tersebut pada
dari dua, yaitu: (i) kerja sama swap line dan
tanggal tertentu sesuai tenor yang disepakati,

106
Bab 5 - Artikel

menggunakan nilai tukar yang sama dengan aktif memanfaatkan fasilitas swap line yang
yang digunakan pada saat transaksi pertama. diberikan the Fed guna mengatasi keketatan
likuiditas US dollar di pasar keuangan masing-
Tabel 5.1 Kerja Sama Swap line the Fed
masing negara. Berdasarkan data the Fed,
Bank Sentral Size Swap line
European Central Bank, Bank of England,
Reserve Bank of Australia USD60 miliar
Danmarks Nationalbank, Norges Bank
Banco Central do Brasil USD60 miliar
(Central Bank of Norway), Swiss National
Bank of Korea USD60 miliar

Banco de Mexico USD60 miliar


Bank, Bank of Japan, Bank of Korea, Banco
Monetary Authority of Singapore USD60 miliar de Mexico, Reserve Bank of Australia, dan
Sveriges Riksbank (Sweden) USD60 miliar Sveriges Riksbank (Central Bank of Sweden)
Danmarks Nationalbank (Denmark) USD30 miliar telah secara aktif memanfaatkan fasilitas
Norges Bank (Norway) USD30 miliar swap line the Fed tersebut. Aktivasi fasilitas
Reserve Bank of New Zealand USD30 miliar
swap line the Fed dimaksud diyakini mampu
Salah satu pertimbangan utama the mengatasi keketatan likuiditas US dollar
Fed dalam memberikan fasilitas swap line di pasar keuangan masing-masing negara
kepada negara mitra yaitu untuk mengurangi tersebut dan tidak ada ‘punishment’ dari
risiko yang dihadapi perusahaan-perusahaan pelaku pasar atau stigma negative terkait
AS yang beroperasi di negara-negara yang dengan aktivasi fasilitas swap line the Fed
sedang mengalami tekanan likuiditas US yang dilakukan.
dollar di pasar keuangan negara tersebut. II.2 Kerja Sama Repo Facility
Oleh karena itu, the Fed hanya akan
Federal Reserve Bank (the Fed) pada
memberikan swap line kepada negara-
31 Maret 2020 mengumumkan penawaran
negara yang dianggap dipandang berdampak
fasilitas repo bagi otoritas moneter di luar
signifikan terhadap perekonomian AS dan
AS, atau Foreign and International Monetary
global dan/atau terdapat kepentingan
Authorities (FIMA) Repo Facility. Fasilitas ini
pemerintah AS di negara tersebut. Dengan
dapat diakses oleh bank sentral yang memiliki
demikian, ketersediaan likuiditas US dollar
account di FRBNY walaupun tidak memiliki
di luar perekonomian AS diharapkan dapat
fasilitas swap line dengan the Fed. FIMA mulai
terjamin sehingga dapat mengurangi risiko
ditawarkan pada 6 April 2020 dan berlaku
dan sentimen negatif di pasar keuangan
selama enam bulan.
global. Di sisi lain, fasilitas swap line tersebut
juga bermanfaat bagi perekonomian AS Tujuan Fasilitas Repo FIMA. Fasilitas
melalui berbagai jalur, termasuk confidence Repo FIMA dirancang untuk membantu
dan perdagangan. menjaga aliran kredit ke rumah tangga dan
bisnis. Fasilitas ini mengurangi kebutuhan
Pada krisis keuangan global
bank sentral di luar AS untuk menjual US
2008/2009, sejumlah bank sentral telah secara

107
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

Treasury-nya saat pasar tidak likuid. Dengan dapat memperkuat kemampuan BI dalam
fasilitas ini, bank sentral di luar AS dapat me- menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan
repo-kan US Treasury Securities mereka ke the Indonesia. 
Fed untuk mendapatkan likuiditas USD dengan
BI saat ini sedang mengembangkan
cepat dan efisien. Fasilitas ini diharapkan
kerja sama keuangan internasional baru yang
dapat mendukung pasar keuangan di negara
ditujukan untuk: (i) dalam kondisi normal,
mitra, sehingga meningkatkan kepercayaan
mendukung pengelolaan cadangan devisa,
pasar. Stabilisasi pasar USD, pada gilirannya,
serta (ii) dalam kondisi tekanan, mengatasi
akan mendukung kondisi ekonomi negara
permasalahan short-term liquidity dan
mitra dan pada akhirnya diharapkan juga
balance of payment difficulties. Keduanya
dapat menguntungkan ekonomi kedua
guna memperkuat ketahanan eksternal
negara, terutama melalui confidence channel
dalam menghadapi ketidakpastian di pasar
dan trade channel.
keuangan global. Sehubungan dengan hal
Fasilitas Repo FIMA antara BI dan tersebut, penawaran the Fed ini merupakan
US Federal Reserve. Fasilitas repo FIMA ini kesempatan bagi BI untuk memperkuat
merupakan respons AS untuk membantu manajemen likuiditas guna mendukung
menstabilkan pasar keuangan global yang pengelolaan cadangan devisa. Fasilitas ini
sedang mengalami tekanan akibat pandemi akan dimanfaatkan BI untuk memperkuat
COVID-19, termasuk keketatan US dollar. JPKI, sehingga menjadi bagian dari instrumen
Bank Indonesia menjadi salah satu bank sentral untuk berjaga-jaga.
yang diberikan akses oleh the Fed untuk
Mekanisme Aktivasi FIMA.
memanfaatkan fasilitas repo FIMA. Plafon
Mekanisme fasilitas Repo FIMA sama dengan
fasilitas repo FIMA yang dapat dimanfaatkan
mekanisme fasilitas bilateral repo line
oleh BI adalah sebesar USD60 miliar dan
yang dimiliki BI dengan otoritas mitra atau
dapat ditingkatkan jika diperlukan.  Hal ini
institusi keuangan internasional. Pada saat BI
menunjukkan dukungan the Fed terhadap
memerlukan likuiditas valas dalam US dollar,
upaya BI menjaga stabilitas ekonomi Indonesia
fasilitas Repo FIMA dapat diaktivasi dengan
dan kepercayaan the Fed terhadap kredibilitas
cara me-repo-kan UST securities yang dimiliki
BI.  Penawaran fasilitas ini juga merupakan
BI kepada the Fed (Skema 1). Aktivasi fasilitas
bentuk kepercayaan AS atas reputasi
overnight Repo FIMA tersebut dilakukan BI
Indonesia, perekonomian Indonesia, serta
dengan menjual UST securities yang dimiliki
kebijakan ekonomi Indonesia. BI memandang
BI untuk memperoleh/transfer cash dalam US
fasilitas ini sangat bermanfaat sebagai salah
dollar dari the Fed dengan perjanjian bahwa
satu instrumen Jaring Pengaman Keuangan
the Fed akan menjual kembali UST securities
Internasional (JPKI) yang dapat digunakan
kepada BI pada keesokan harinya, paralel
sewaktu-waktu apabila dibutuhkan, sehingga

108
Bab 5 - Artikel

Tabel 5.2 Bilateral Repo Line BI dengan Bank Sentral/Lembaga Keuangan Internasional

Bank Sentral/ Tahun


No. Maximum Aggregate Limit Keterangan
Lembaga Internasional Perjanjian

1 Bank Negara Malaysia 1995 USD500 juta Automatic renewal

2 Monetary Authority of Singapore 1995 Nilai awal sebesar USD1 miliar Diperpanjang setiap tahun (diperbarui
telah dinaikkan menjadi USD3 terakhir kali pada November 2019)
miliar

3 Hong Kong Monetary Authority 1995 USD500 juta Automatic renewal

4 Reserve Bank of Australia 1995 USD500 juta Automatic renewal

5 Bank of Thailand 1995 USD500 juta Automatic renewal

6 Bangko Sentral ng Pilipines 1996 USD1 miliar Automatic renewal

7 Bank of Japan 1996 USD1 miliar Automatic renewal

8 The People Bank of China 1997 USD500 juta Automatic renewal

9 Bank for International Settlements (BIS) 2014 USD2.5 miliar Diperpanjang setiap tahun (diperbarui
terakhir kali pada Juli 2019)

10 US Federal Reserve 2020 USD 60 miliar April 2020 – September 2020

dengan transfer cash dalam USD oleh BI keseluruhan USD70 miliar (Tabel 5.2), sebagai
kepada the Fed. bagian dari internal safety nets pada saat
krisis dan/atau sebagai bagian dari kerangka
Skema 1: Mekanisme Aktivasi Repo FIMA kerja sama internasional.
US Treasury Securities
Bank The Fed
Indonesia (FRBNY)
USD III. Fasilitas Short-Term Liquidity Line - IMF

Kerja sama Bilateral Repo Line (BRL) Penguatan Fasilitas Global


Bank Indonesia dengan Bank Sentral/ Financial Safety Net (GFSN) oleh IMF.
Lembaga Keuangan Internasional. Dalam rangka merespons krisis keuangan
Dengan adanya tambahan fasilitas Repo FIMA global yang dipicu oleh Pandemi COVID-19,
tersebut, Bank Indonesia memiliki sepuluh pada April 2020 IMF mengeluarkan fasilitas
kerja sama repo line dengan beberapa bank terbaru, yaitu Short-term Liquidity Line (SLL).
sentral/lembaga internasional, yaitu dengan Fasilitas SLL tersebut merupakan upaya IMF
Bank Negara Malaysia, Monetary Authority of untuk memperkuat fasilitas GFSN guna
Singapore, Hong Kong Monetary Authority, menutup kesenjangan fasilitas yang ada
Reserve Bank of Australia, Bank of Thailand, dan membantu mengatasi masalah stigma,
Bangko Sentral ng Pilipines, Bank of Japan, baik seperti yang terjadi di kawasan akibat
The People Bank of China, dan Bank for pengalaman krisis Asia yang menimbulkan
International Settlements (BIS) yang dimiliki keengganan menggunakan kerja sama
sejak tahun 1995, dan the Fed, dengan nilai keuangan dengan IMF maupun first mover

109
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

problem. Desain IMF untuk fasilitas tersebut dengan dua perbedaan utama yakni: (i) SLL
diberi nama Short-term Liquidiy Line (SLL), ditawarkan oleh IMF kepada negara anggota
yang mempunyai fitur berbeda dibandingkan yang memenuhi kriteria (bukan diajukan/
fasilitas IMF sebelumnya, yaitu sebagai berikut: diminta oleh negara anggota), dan (ii) SLL
(i) merupakan fasilitas IMF yang bersifat “swap tidak melalui proses informal board meeting.
like”; (ii) kualifikasi untuk mendapatkan
Dengan karakteristik tersebut,
fasilitas ini setara dengan Flexible Credit Line
fasilitas SLL IMF akan memberikan
(FCL) sehingga hanya untuk negara dengan
manfaat positif bagi anggota IMF,
kinerja dan kerangka kebijakan yang baik; (iii)
termasuk Indonesia. Sejumlah manfaat
memberikan support untuk kebutuhan BOP
yang dapat diperoleh dari SLS IMF antara
yang potensial, moderat, ataupun kebutuhan
lain (i) melengkapi instrumen second line
likuiditas jangka pendek yang disebabkan
of defense untuk mendukung likuiditas, (ii)
gejolak eksternal, dan (iv) bersifat ditawarkan
menjadi rubber stamp pengakuan atas kinerja
oleh IMF.
perekonomian dan kebijakan suatu negara
Tujuan dikeluarkannya fasilitas dari lembaga surveillans dunia seperti IMF, (iii)
Short-term Liquidity Line oleh IMF yaitu menurunkan biaya ekonomi karena negara
dalam rangka menyediakan “swap-like” penerima digolongkan sebagai bagian dari
liquidity support untuk anggota yang memiliki elite economic group, (iv) menjadi asuransi
kerangka kebijakan yang kuat untuk mengatasi dalam menghadapi situasi yang kurang
kebutuhan Balance of Payment (special favorable, (v) menjadi batu loncatan pertama
BOP needs). Kebutuhan untuk mengatasi dalam menggunakan fasilitas keuangan lain
permasalahan BOP tersebut dapat ditujukan seperti FCL, serta (vi) memberikan kepastian
untuk mengatasi potensi permasalahan BOP akses dan prediktibilitas.3
moderat dalam jangka pendek sebagaimana
tercermin dari tekanan pada arus modal dan
posisi cadangan devisa sebagai dampak dari IV. Penutup
volatilitas pasar modal internasional. Negara Sejauh ini, Indonesia telah memiliki
yang dapat mengajukan fasilitas SLL dari IMF beberapa jenis fasilitas keuangan – yang dapat
yaitu negara yang berdasarkan penilaian IMF dimanfaatkan jika menghadapi permasalahan
memiliki kekuatan fundamental ekonomi dan likuiditas – yang dapat dikategorikan ke
kebijakan yang kuat, baik kebijakan yang dalam beberapa layer, yaitu (i) Global
pernah dilakukan, kebijakan yang saat ini Financial Safety Net (GFSN), (ii) Regional
ditempuh, maupun komitmen untuk menjaga Financial Arrangement (RFA) seperti Chiang
kebijakan ke depan. Secara umum, proses Mai Initiative Multilateralisation (CMIM), dan
aktivasi fasilitas SLL - IMF mirip dengan proses
pengajuan Facility Credit Line (FCL) IMF, 3 Jika suatu negara eligible memperoleh SLL, maka
dapat dipastikan dapat menerima FCL.

110
Bab 5 - Artikel

(iii) Kerja sama Bilateral. 4,5 Tersedianya fasilitas yang prudent dan cadangan devisa yang
SLS dari IMF makin melengkapi instrumen memadai—akan menjadi first line of defense
yang telah tersedia. SLS juga dapat menjadi terhadap shock eksternal. Selain itu,
sinyal positif bahwa berbagai negara di dunia penguatan buffer untuk perekonomian dapat
makin solid dalam merespons krisis ekonomi dilakukan dalam bentuk penyiapan JPKI,
dan keuangan global. baik yang dilakukan secara bilateral maupun
multilateral. Di sisi bilateral, kerja sama
Indonesia—sebagai negara ber­
bilateral swap arrangement antar bank sentral
kembang yang memiliki ketergantungan
merupakan salah satu opsi kebijakan (policy
terhadap US dollar dan menghadapi stigma
toolkits) yang dapat digunakan sebagai second
risiko tinggi—perlu mewaspadai dampak
line of defense dalam menghadapi shock
negatif keketatan pasar keuangan global
eksternal. Kerja sama tersebut diharapkan
terhadap perekonomian domestik terutama
dapat menjaga stabilitas makroekonomi dan
pada jalur keuangan. Perilaku flight to quality
sistem keuangan domestik, yang memberikan
investor asing dapat memicu aliran modal
pijakan bagi terciptanya pertumbuhan
keluar (capital reversal) dari Indonesia, yang
ekonomi yang kuat dan berkesinambungan
akan memengaruhi dinamika pasar uang
dalam jangka menengah panjang.
domestik, seperti penurunan nilai saham,
kenaikan yield surat utang jangka panjang Dinamika tersebut makin menekankan
dan meningkatnya spread-Credit Default pentingnya peran JPKI dalam mengatasi
Swap yang dapat mengakselerasi pelemahan kesulitan likuiditas jangka pendek. Dalam
nilai tukar Rupiah. Selain itu, di tengah hal ini, JPKI diperlukan baik oleh negara
ketidakpastian dan risiko yang masih tinggi berkembang maupun negara maju—yang
di perekonomian global saat ini, penguatan memiliki fundamental ekonomi relatif kuat—
USD yang kian besar dengan durasi yang untuk mengatasi keketatan likuiditas di pasar
lama berpotensi meningkatkan kerentanan keuangan domestik. Pemanfaatan JPKI juga
eksternal Indonesia. dapat memberikan announcement effect
yang positif kepada market apabila disertai
Sejalan dengan itu, Indonesia memiliki
komunikasi yang jelas dan transparan kepada
first and second line of defense dalam
publik.
menghadapi shock pada perekonomian.
Fundamental ekonomi Indonesia yang baik—
didukung oleh kebijakan makroekonomi

4 Contoh fasilitas dari IMF seperti Flexible Credit Line


(FCL) dan Precautionary Liquidity Line (PLL).
5 Kerja sama dengan negara tertentu seperti Bilateral
Swap Arrangement (BSA) dengan Jepang dan Bilateral
Currency Swap Arrangement (BCSA) dengan Tiongkok.

111
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

Halaman ini sengaja dikosongkan

112

Anda mungkin juga menyukai