ANGKATAN 2017
SURAKARTA
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN
ANGKATAN 2017
Disetujui
ii
PRAKATA
Penulis
iii
DAFTAR PENYUSUN
iv
30. Hartika Rahma Putri I0517039
31. Huwaida Ikbar I0517041
32. Ika Nurcahyani I0517042
33. Indah Dwi Handayani I0517043
34. Irvan Erwanda I0517044
35. Isa Fakhruddin I0517045
36. Jihan Nabillah I0517046
37. Laila Zulhijah Choirudina I0517047
38. Lani Gunawan I0517048
39. Latifa Nuraini Putri I0517049
40. Liginia Gustin Ayu Damara I0517050
41. Liliana Triatmajaning Wibowo I0517051
42. Louise I0517052
43. Luthfiatul Azizah Aini I0517053
44. Marttina Rahman I0517054
45. Moch Khabibul Adi Rachmanto I0517055
46. Muhammad Hakim Muzakky I0517058
47. Muhammad Yusuf Haidar I0517059
48. Mutiara Indira Nares I0517060
49. N. Fauziatul Husni I0517061
50. Nurma Sunaryati I0517063
51. Nuzila Delayaski I0517064
52. Raihan Rafif Al Hakim I0517066
53. Ravi Maulana Irsan I0517068
54. Reynaldi Virgiawan Rifki Pradana I0517069
55. Rif’ah Ulfatun Hasanah I0517071
56. Riza Aman Damai I0517072
57. Rizky Bagas Permana I0517073
58. Rizky Ridlo Ichlasul Amal I0517074
59. Saktika Rofi’ah Haryani I0517075
60. Sayyida Asy Syifaa I0517076
v
61. Siti Habibah I0517078
62. Sonia Ayu Pratiwi I0517080
63. Sonia Waluya I0517081
64. Sutini I0517082
65. Tatra Prima Baladina I0517084
66. Thufeil ‘Ammar I0517085
67. Valiana Mugi Rahayu I0517086
68. Wahyu Daut Utomo I0517087
69. Widya Ayu Ningsih I0517088
70. Yahya Prayoga I0517089
71. Yanuar Bekti Ramadhan I0517090
72. Yohanita Restu Widihastuty I0517091
73. Yusuf Ammar I0517092
74. Oche Ruth Jitmau I0517093
vi
DAFTAR ISI
vii
Kesimpulan ........................................................................................................ 43
Saran .................................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
LAMPIRAN ....................................................................................................... 45
vii
i
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
INTISARI
xi
BAB I. PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI
UNIT PEMBANGKITAN
1
PLTU, dan 3 blok PLTGU yang menghasilkan total kapasitas 2218
MW (18 Generator).
B. Lokasi PT. PJB UP
Pembangkit ini berlokasi di kota Gresik sekitar 20 km arah barat laut
kota Surabaya, tepatnya di Desa Sidorukun, Jl. Harun Tohir No.1
Gresik, Jawa Timur. Total luas wilayah dimana PT PJB UP Gresik
berada mencapai 78 Ha, termasuk wilayah pembuangan lumpur dan
luas bangunan.
2
e. Make Up Water Boiler (Demineralized Water)
f. Air Pendingin Kondensor
g. Injeksi Bahan Kimia (Hidrazin, Amonia, Fosfat)
2. Produk
Tabel I.1 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Turbin
No.
Generator COD MW
unit Tipe No. Seri
1. MS 5001 P 244351 GE 1993 20.10
2. MS 5001 P 244443 GE 20.10
TOTAL 40.20
3
Tabel 1.3 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
No. Turbin
Generator COD MW
unit Tipe Tipe
1 SC-26 T 5726 TOSHIBA 1981 100
2 SC-26 T 5726 TOSHIBA 1981 100
3 TC DF T 5898 TOSHIBA 1988 200
4 TC DF T 5899 TOSHIBA 1988 200
TOTAL 600
4
7) Uap bekas penggerak turbin dialirkan ke kondensor untuk
didinginkan menjadi air kondensat.
8) Air tersebut akan dipompa menuju ke pemanas air
2. Proses yang terjadi pada PLTG
1) Turbin gas berfungsi menghasilkan energi mekanik untuk memutar
kompresor dan rotor generator yang terpasang satu poros
2) Setelah kompresor berputar secara kontinu, maka udara luar
terhisap hingga dihasilkan udara bertekanan pada
sisi discharge (tekan) kemudian masuk ke ruang bakar.
3) Proses selanjutnya pada ruang bakar, jika start up menggunakan
bahan bakar cair (fuel oil) maka terjadi proses pengkabutan
(atomizing)
4) Kemudian terjadi proses pembakaran dengan penyala awal dari
busi, yang kemudian dihasilkan api dan gas panas bertekanan.
5) Gas panas tersebut dialirkan ke turbin sehingga turbin dapat
menghasilkan tenaga mekanik berupa putaran.
6) Gas panas dibuang ke atmosfir dengan temperatur yang masih
tinggi.
3. Proses yang terjadi pada (PLTGU)
1) Kompresor menghisap udara bebas yang masuk melalui filter,
kemudian menekannya ke dalam ruang bakar.
2) Udara bertekanan dalam gas alam dibakar di dalam ruang bakar
dan menghasilkan gas panas bertekanan tinggi yang diarahkan
kesudu-sudu turbin oleh nozzle.
3) Turbin berputar akibat pancaran gas panas terarah pada sudu-
sudunya, daya putaran turbin menggerakkan generator.
4) Generator yang digerakkan oleh turbin gas menghasilkan energi
listrik.
5) Gas panas yang keluar dari turbin gas (exhaust gas) masuk ke
HRSG untuk memanaskan air.
5
6) LP BFP (Low Pressure Boiler Feed Pump) memompa air dari
daerator ke LP Economizer dan HP BFP (High Pressure Boiler
Feed Pump) ke LP Evaporator selanjutnya uap yang dihasilkan LP
Evaporator dialirkan kembali ke LP Drum.
7) Air dalam Economizer dialirkanke LP Drum untuk kemudian di
pompa oleh LP BCP (Low Pressure Boiler Circulating Pump) ke
LP Evaporator selanjutnya uap yang dihasilkan LP Evaporator
dialirkan kembali ke LP Drum.
8) Air dalam HP Economizer dialirkanke HP Drum untuk kemudian
dipompa oleh HP BCP (High Pressure Boiler Circulating Pump)
ke HP Evaporator selanjutnya uap yang dihasilkan HP Evaporator
dialirkanke HP Drum.
9) Uap dari LP Drum dialirkan ke LP Steam Turbin untuk
menggerakkan sudu-sudu turbin LP.
10) Uap dari HP Drum dialirkan ke superheater untuk mendapatkan
uap kering. Kemudian uap tersebut dialirkan ke HP Steam Turbin
untuk menggerakkan sudu-sudu turbin HP. Selanjutnya uap dari
HP dialirkan ke turbin LP untuk menggerakkan sudu-sudu turbin
LP.
11) Generator yang digerakkan oleh turbin uap (HP dan LP)
menghasilkan energi listrik.
12) Dalam kondensor uap dari turbin mengalami pengembunan air,
hasil dari pengembunan dipompa oleh CEP (Condensate Extraction
Pump) ke Preheater.
13) Setelah dipanaskan ke dalam Preheater, air tersebut dialirkan ke
deaerator.
Penggabungan turbin gas (PLTG) dan turbin uap (PLTU)
memanfaatkan gas sisa hasil pembakaran yang masih bersuhu cukupt
inggi (1000 ºF atau 500ºC) yang keluar dari Exhaust turbin gas untuk
memanaskan HRSG atau ketel uap, akan dapat dicapai efisiensi thermal
yang keseluruhan relatif tinggi dari suatu instalasi Power Plant.
6
B. Blok Diagram Proses
SEA WATER DESALINATION RAW WATER WATER TREATMENT MAKE UP WATER
BURNER
WATER
PRIMARY UAP
SUPERHEATER
SECONDARY
TURBIN GENERATOR
SUPERHEATER
MAIN
SUTET SWITCHYARD
TRANSFORMER
7
3. Generator dan Trafo Utama
Generator dihubungkan dengan turbin gas melalui reduction gear
untuk menurunkan putaran agar putaran generator menjadi 3000
rpm. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh generator sebesar 11 KV
dan dinaikkan menjadi 150 KV dengan menggunakan trafo utama
untuk disalurkan ke gardu induk atau ke sistem untuk pendistribusian
lebih lanjut kepada konsumen.
4. Boiler / Ketel Uap
Air tawar dipanaskan di dalam boiler dengan bahan bakar
minyak residu (MFO) / gas alam sampai terbentuk uap air yang
bertekanan dan mempunyai temperatur yang disyaratkan untuk
memutar turbin uap.
5. Turbin Uap
Uap hasil produksi boiler atau ketel uap digunakan untuk
menggerakkan turbin uap.
Turbin uap unit 1 & 2 : tandem compound 1 silinder
Turbin uap unit 3 & 4 : tandem compound 4 silinder
6. Generator dan Trafo Utama
Generator terpasang satu poros dengan turbin uap yang
mempunyai putaran 3000 rpm, menghasilkan tenaga listrik dengan
tegangan 15 KV yang kemudian dinaikkan menjadi 150 KV dengan
menggunakan trafo utama untuk disalurkan ke gardu induk atau ke
sistem untuk pendistribusian lebih lanjut kepada konsumen.
7. Turbin Gas
Turbin gas berfungsi sebagai pembangkit listrik tahap pertama
yang mempunyai peralatan utama kompresor, ruang pembakaran
(combuster), turbin dan generator serta penggerak mula (starting
device). Proses pembangkitan diawali dengan menjalankan motor
starter sebagai penggerak mula sampai udara masuk ke ruang
kompresor dan mengalami proses pemampatan sehingga menjadi
udara bertekanan. Bersamaan dengan proses pemampatan udara,
8
pada ruang bakar diinjeksikan bahan bakar. Terjadilah pembakaran
yang mengakibatkan kenaikan temperatur dan tekanan dalam ruang
bakar. Tekanan ini kemudian akan menekan sudu-sudu turbin gas,
sehingga timbulah energi mekanik yang menggerakkan suhu turbin
dan memutar turbin. Energi mekanik ini dikopel ke generator,
menimbulkan fluks listrik, sehingga mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Gas hasil pembakaran mampu memutar
turbin, kompresor, dan generator. Kondisi putaran kompresor turbin
terus naik sampai 3000 rpm (full speed no load), pada putaran ini
generator diberikan arus, maka generator akan membangkitkan
energi listrik yang bertegangan 10,15 KV kemudian dinaikkan
menjadi 150 KV atau 500 KV melalui trafo utama yang kemudian
diteruskan dengan jaringan interkoneksi Jawa-Bali.
8. HRSG
Gas buang pembakaran dari turbin gas dilewatkan dalam HSRG
untuk menghasilkan uap tekanan tinggi (High Pressure / HP) dan
tekanan rendah (Low Pressure / LP), ketel ini tanpa pembakaran, jadi
murni dari gas buang pembakaran dari turbin gas.
9
2. Listrik
Listrik yang dihasilkan PT. PJB UP Gresik sebesar 2200 MWO.
Daya listrik yang dihasilkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
listrik wilayah Jawa dan Bali.
3. Steam dan Udara
Steam dihasilkan dari boiler, dengan bahan baku air laut yang
telah melewati proses treatment hingga air tersebut memenuhi syarat
sebagai umpan boiler. Udara yang diambil digunakan sebagai
pendingin pada generator kapasitas rendah sebesar 100MW.
B. Pengolahan Limbah
1. Kategori Limbah PLTU
1) Limbah Cair
Buangan regenerasi WTP, boiler blowdown, desalination
blowdown, air domestik, hydrogen plant, limbah domestik,
sistem air pendingin PLTU, minyak dan pelumas.
2) Limbah Padat
Abu sisa pembakaran batu bara atau minyak
3) Limbah gas
Gas yang dihasilkan dari sisa pembakaran CO, NO x, SO2, gas
hidrogen dari Hydrogen Plant.
2. Instalasi Pengolahan Limbah Cair (WWTP)
Pengolahan limbah cair dilakukan oleh WWTP ( Waste Water
Treatment Plant) di PT. PJB UP Muara Karang. Untuk pengolahan
limbah cair dibagi atas dua macam yaitu limbah cair yang berasal
dari unit pembakaran dilakukan pengolahan di IPAL sedangkan
limbah cair yang berasal dari WC, dapur, dan ruangan kantor
dilakukan pengolahan di septic tank.
10
BAB II. PT. PERTAMINA HULU ENERGI WEST MADURA
OFFSHORE
11
10.000 BWPD air. Central Processing Platform 2 (CPP 2) merupakan
process platform yang terhubung dengan fasilitas yang sudah ada, yaitu
platform KE-5 CPP. Proses yang terjadi di CPP 2 adalah pemisahan
multiphase liquid menjadi produced water, crude oil dan gas.
12
berupa crude oil. Crude oil ini ditampung di Floating Storage and
Offloading (FSO) Abherka yang akan dikirim ke unit pertamina
bagian refinery proses.
3. Kondensat
Kondensat yang dihasilkan ini merupakan hasil produk samping
dari Onshore Recifing Facility (ORF) PT. Pertamina Hulu Energi
WMO yang sebelumnya ditampung di tangki kondensat. Jika telah
penuh akan dialirkan melalui pipa menuju pelabuhan yang akan
diterima oleh kapal tertentu untuk di kirim ke FSO Abherka.
13
diregenerasi, sehingga didapatkan glycol yang dapat digunakan
kembali di glycol contactor.
2. Proses Condensate
Kondensat dari gas scrubber dan slug catcher dimasukkan ke
flash drum. Terjadi proses pemisahan kondensat, gas dan air. Gas
yang dihasilkan akan menuju flaring system sedangkan kondensat
akan masuk ke condensate heat exchanger. Kondensat mendapat
perlakuan RPV (Reid Vapor Pressure) dan pengecekan API degree
kemudian dialirkan ke condensate tank. Setelah condensate tank
penuh, kondensat akan diangkut menggunakan kapal tanker.
3. Proses Regenerasi Glycol
Glycol yang keluar dari glycol contactor (rich glycol) memiliki
temperatur yang panas. Panas dari rich glycol akan dialirkan ke
heat exchanger dengan lean glycol yang mempunyai temperatur
rendah. Rich glycol kemudian dialirkan ke glycol flash drum untuk
dibersihkan dari hidrokarbon terlarut. Kemudian dialirkan ke
regenerator untuk regenerasi glycol. Glycol yang sudah
diregenerasi (lean glycol) kemudian dipakai kembali di glycol
contactor.
Glycol + air
TGRS
14
Glycol Heat Glycol Flash
Contactor Rich Glycol
Exchanger Drum
Lean Glycol
Lean Glycol Gas Matering Lean Glycol Glycol
Regenerator
C. Peralatan Utama
Pada unit ORF, memiliki fasilitas produksi yaitu :
a. Pig Receiver, sebagai penerima pengotor dari gas yang akan
diproses dengan mengumpulkan kotoran yang terbawa pada saat
proses pigging.
b. Slug Catcher, merupakan separator horisontal 2 fasa untuk
menangkap aliran liquid atau gas dari CPP atau PPP untuk
mencegah terjadinya slugging.
c. Gas Scrubber, berfungsi untuk memisahkan liquid yang terbawa
oleh gas dari PPP. Gas hasil dari scrubber dialirkan ke glycol
contactor. Sedangkan liquid hasil scrubber dialirkan ke flash
drum.
d. Glycol-gas contactor, berfungsi untuk menjerap kandungan air
atau uap yang berada dalam gas alam dengan menyentuhkan TEG
(Triethyline Glycol) pada gas yang mengandung uap air.
Sedangkan dry gas keluaran glycol contactor dikirimkan ke
pelanggan.
15
II.3. Utilitas, Pengolahan Limbah, dan Laboratorium
A. Utilitas
Unit utilitas merupakan suatu bagian dari pabrik yang berfungsi
untuk menyediakan bahan-bahan pendukung kelancaran sistem
produksi pabrik dan untuk menyediakan sumber energi untuk
menggerakkan peralatan yang ada dalam proses produksi pabrik.
Sistem utilitas di PT. PHE WMO Gresik, berfungsi sebagai sarana dan
prasarana bagi semua kegiatan di seluruh kompleks pabrik pada utility
section yang terdiri dari unit penyediaan pemadam kebakaran, unit
penyediaan instrument air, unit penyediaan listrik, unit penyediaan
closed drain system.
1. Fire Water System
Fire Water System pada ORF (Onshore Receiving Facilty)
berfungsi untuk menyediakan secara memadai sistem pemadam
kebakaran dengan menggunakkan air yang disediakan di kolam
penampungan air. Fire Water System berfungsi untuk
mengendalikan kebakaran dan menyediakan pendingin melalui
sistem yang tepat (water deluge skids dan foam duluge skids), dan
melalui peralatan (firewater monitirs, hose reels, dan hydrants)
yang disediakan untuk intervensi oleh tim pemadam kebakaran.
Fire Water System di ORF terdiri dari fire water pond, fire water
jockey pumps P-209 A dan P-209 B (2 buah Electric fire water
jockey pumps) fire water pumps P-210 A dan P-210 B (2 x 100%
Diesel fire water pumps), peralatan pemadam kebakaran terkait
(Sprinkler System, Deluge Valve, Water Hydrants, Water
Monitors, dan Fire Monitors lengkap dengan foam), serta Fire
Water Ring utama.
Air pemadam kebakaran menggunakan umpan Portable Water
dari Potable Water Treatment Package. Air pemadam kebakaran
di simpan di fire water pool dengan dilengkapi dengan fire water
pump. Kapasitas dari fire water Jockey Pump adalah 15 USGPM.
16
Fire water Jockey Pump akan berjalan otomatis jika tekanan di ring
utama turun dari100 psig dan akan berhenti jika tekanan mencapai
150 psig.
Fire water Pump P-210 A akan berjalan otomatis jika tekanan
utama di ring turun menjadi 1220 psig atau akan berjalan karena
detaksi kebakaran dari fire and gas system. Apabila fire water
Pump P-210 A gagal berjalan atau gagal mencapai tekanan 120
psig maka fire water Pump P-210 B akan berjalan otomatis.
Kapasitas setiap fire water Pump adalah 1000 USGPM.
2. Instrument Air System
Fungsi dari Instrument Air System adalah untuk menyediakan
suplai udara instrumentasi untuk kebutuhan penggerak
instrumentasi dan suplai udara untuk utilitas. Udara ambien
dikompresikan oleh instrument Air Dryer Package (W-203) untuk
menurunkan titik embunnya. Udara yang telah di kompresi
instrument Air Receivers (V-209) untuk utilitas suplai udara yang
berasal dari instrument Air Receivers (V-209) masuk kedalam
instrument Air Receivers (V- 209 B) sehingga didapat kapasitas
udara yang lebih kering sehingga dan dilengkapi dengan regulator
untuk mengatur tekanan udara minimal 100 psig yang akan
didistribusikan ke instrument device.
Instrument Air Receivers (V-209 A/B) dilengkapi dengan
liquid trap yang berfungsi untuk mengeluarkan air yang
terkandung dalam kandungan air tekan. Kedua kompresor cadangan
sebagai leg, disediakan sehingga setiap kompresor dirancang untuk
memenuhi kebutuhan intrumentasi. Pada operasi normal kebutuhan
udara disuplai oleh kompresor yang bertugas dan setiap kenaikan
udara dipenuhi oleh leg (stand by) kompresor.
Instrument Air Receivers C-201 merupakan emegency
compressor yang digunakan apabila instrument Air Compressor C-
201 A/B tidak mampu menyuplai udara tekan. Instrument Air
17
Compressor C-201 A/B menggunakan engine, sedangkan
Instrument Air Compressor C-201 C menggunakan diesel.
3. Power Generation and Distribution System
Tujuan dari Power Generation and Distribution System
adalah untuk mendistribusikan tenaga listrik yang mencukupi
pada tegangan yang dibutuhkan ke seluruh pengguna ORF
(Onshore Receiving Facility). Pasokan listrik disuplai dari PLN.
Generator digunakan untuk memasok kebutuhan tegangan listrik
apabila listrik pemadaman listrik oleh PLN. Tegangan listrik di
ORF dibangkitkan pada 380 V AC, 3 phases, 50 Hz. Konsumsi
listrik sebesar 80 kW karena digunakan untuk street light. Plant
ORF harus disediakan dengan generator darurat lokal yang
digerakan oleh mesin diesel dengan kapasitas 200 kW.
Preventive Maintenance untuk emergency generator
dilakukan setiap minggu untuk mengecek kondisi emergency
generator berfungsi dengan baik. Diesel disediakan sebagai bahan
bakar cadangan jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Diesel
disimpan pada diesel storage tank (T-202) yang memiliki
kapasitas 1500 gallons dilengkapi dengan diesel transfer pump
(P-204) dengan kapasitas 10 USGPM untuk mendistribusikan
diesel kefasilitas pengguna diesel.
4. Closed Drain System
Tujuan ORF Closed Drain System adalah menyediakan
kumpulan dan pembangunan yang aman bangunan untuk fasilitas
pemprosesan ke API. Skimmer yang berfungsi sebagai tempat
penampung liquid berupa minyak dan air yang terkandung pada
gas selama proses pengeringan gas. Sistem akan mengeluarkan
drainase liquid (oily water) dari vessel proses, pompa, condensate
tank, dan peralatan Gas Plant. Closed Drain System juga bertujuan
untuk mengumpulkan fluida saat proses maintenance. Pada saat
vessel maintenance, perlu mengeluarkan seluruh fluida yang ada
18
di dalam vessel dengan kata lain pengosongan vessel. Pengosongan ini
dilakukan dengan cara mengeluarkan seluruh fluida melalui closed
drain line yang akan dialirkan ke penampungan yang dinamakan API
Skimmer. Penggunaan API Skimmer ini agar tidak ada pencemaran
lingkungan akibat pembuangan fluida atau limbah tersebut.
B. Pengolahan Limbah
PHE WMO mengelola dan mengolah limbah berdasarkan
Kebijakan Penurunan dan Pemanfaatan Limbah Bahan Beracun
dan Berbahaya (B3), serta Kebijakan 3R Limbah Padat Bukan
B3. Limbah padatan B3 dikelola dan diolah dengan melibatkan
pihak ketiga berizin, disertai prosedur ketat.
Limbah cair yang dihasilkan akan diolah terlebih dahulu
sebelum dialirkan ke badan air agar aman bagi lingkungan dan
memenuhi baku mutu parameter yang ditentukan oleh
Pemerintah. Air limbah domestik diolah melalui Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan air terproduksi diolah melalui
unit hydrocyclone. Sebagian air teproduksi diinjeksikan kembali
ke dalam sumur untuk memelihara tekanan reservoir.
Pengelolaan dan pengolahan limbah dilakukan oleh Fungsi
Produksi dan bertanggung jawab kepada Vice President Operasi.
a) Pengangkutan Limbah B3
Kegiatan pengelolaan dan pengolahan limbah B3
menyertakan kegiatan pengangkutan, yakni:
1. Pengangkutan dari penghasil di anjungan lepas pantai ke
tempat penyimpanan sementara di Lamongan
menggunakan kapal laut yang memiliki izin pengangkutan
limbah B3.
2. Pangangkutan dari tempat penyimpanan sementara di ORF
dan Lamongan ke fasilitas pengolahan, menggunakan truk
yang memiliki izin pengangkutan limbah B3.
19
b) Pengolahan Limbah Cair dan Pembuangan Air
Secara umum, pengelolaan dan pengolahan limbah
dilakukan dengan prinsip untuk digunakan kembali dan
dialirkan ke badan air, setelah diolah pada fasilitas instalasi
pengolahan air limbah (IPAL).
Dari total air terproduksi, sebagian besar dikelola dengan
cara disuntikkan kembali ke dalam reservoir, untuk menjaga
tekanan reservoir. Sisa air terproduksi juga diolah
menggunakan fasilitas air pusing (hydrocylone), dan
kemudian dialirkan kembali ke laut.
Secara umum, kualitas hasil olahan air limbah telah
memenuhi baku mutu yang ditetapkan Pemerintah di dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2010
Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi, dan izin
pembuangan air limbah ke laut untuk PHE WMO dengan
Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 118 Tahun
2011.
C. Ruang Kontrol
PT. Pertamina Hulu Energi West Offshore Madura (PHE
WMO) memiliki ruang kontrol yang digunakan untuk memantau
laju alir dan kondisi operasi di setiap pipa dan tangki melalui
monitor-monitor yang dapat diatur secara otomatis dan untuk
menghentikan keseluruhan proses jika terjadi keadaan darurat.
Ruang kontrol juga digunakan untuk mengatur pendistribusian
produk ke konsumen PT. Pertamina Hulu Energi West Offshore
Madura (PHE WMO). Pendistribusian produk dilakukan secara
langsung melalui pipa-pipa yang sudah terhubung ke konsumen.
Membuka dan menutupnya valve pada pipa-pipa pendistribusian
diatur otomatis melalui monitor- monitor pada ruang kontrol.
20
BAB III. PT. PETROKIMIA GRESIK
21
Untuk bahan produksi pupuk ZA dan pupuk Urea
b. Asam Sulfat
Kadar H2SO4 : minimal 98%
Impuritas : Chlorida (Cl) maksimal 10 ppm, Nitrat
(NO3) maksimal 5 ppm, Besi (Fe) maksimal 50 ppm,
Timbal (Pb) maksimal 50 ppm
Bentuk : cair
Untuk bahan produksi pupuk ZA, pupuk Phonska dan
pupuk ZK
c. Oksigen
Kadar oksigen (O2) : minimal 99,50%
Untuk bahan produksi Karbondioksida
d. Nitrogen
Kadar nitrogen (N2) minimal 99,50%
Kadar oksigen (O2) maksimal 100 ppm
Untuk bahan produksi Amoniak
2. Produk yang dihasilkan
PT Petrokimia Gresik menghasilkan produk berbasis pupuk
maupun non pupuk. Produk pupuk diantaranya adalah pupuk urea
dan pupuk ZA. Sedangkan produk non pupuk adalah ammonia.
22
CO2, dan CO.
Tahap selanjutnya, CO diubah ke CO2 dalam shift
converter. digunakan katalis Fe2O3. Reaksi bersifat eksotermis
pada suhu 225oC, kadar CO outlet adalah 3,65%.
CO2 dari shift converter dan steam reformer dialirkan ke
CO2 removal, dengan absorbsi oleh media K2CO3. Sisa CO2
dan CO yang lolos dari CO2 removal dialirkan ke unit
methanator untuk diubah menjadi CH4.
2) Ammonia Synthesis
Produk dari steam reformer yaitu H2 direaksikan dengan
N2 dari udara bebas. Reaksi terjadi adalah :
N2 + 3H2 ↔ 2NH3
Reaksi berlangsung pada suhu 500-550°C, tekanan 179
kg/cm²g, dan kadar NH3 out converter sebesar 17,2%.
3) Refrigerasi
NH3 hasil reaksi dialirkan ke unit refrigerasi untuk
mengondensasi NH3. Sistem beropersi pada 4 level suhu (13,
-1, - 12, -33oC). NH3 hasil refrigerasi dialirkan ke Purge Gas
Recovery untuk me-recover NH3, dan H2 sisa reaksi dialirkan
ke Hydrogen Recovery Unit (HRU) untuk dikembalikan ke
Ammonia Synthesis
2. Unit Urea
1) Sintesis Urea
Reaksi sintesis urea terjadi pada reaktor, dengan reaksi :
CO2 + 2NH3 → NH2COONH4 (reaksi 1)
NH2COONH4 → CO(NH2)2 + H2O (reaksi 2)
Reaksi 1 membentuk amonium karbamat diikuti reaksi 2 yaitu
dehidrasi amonia karbamate menjadi urea. Urea yang terbentuk
dilewatkan pada stripper untuk dipisahkan dari NH3 dan CO2
dari larutan urea. Excess NH3 dipisahkan dari aliran dengan
23
menggunakan tray-tray pada bagian stripper.
2) Purifikasi
Larutan urea yang masih mengandung NH3, CO2, dan
karbamat dimurnikan lebih lanjut dalam Low Pressure
Decomposer. Proses pemurnian dilakukan dengan penurunan
tekanan menjadi 2,5-2,6 kg/cm2, pemanasan dengan steam
condensate dan CO2 stripping.
3) Recovery
Gas CO2 dan NH3 keluaran LP Decomposer dikontakkan
absorben berupa larutan karbamat dalam High Pressure
Absorber. Aliran gas dimasukkan pada bagian bawah dan
didistribusikan melalui nozzle dan absorben dialirkan dari
bagian atas. Pengontakkan menghasilkan reaksi pembentukan
karbamat dan aqua amonia yang terlarut di dalam absorben.
Temperatur operasi dijaga di atas 40oC dan level operasi 64-
85%, pada level ini waktu kontak untuk absorpsi mencukupi.
4) Pengolahan Proses Kondensat
Di dalam kondensat terdapat karbamat, urea, dan aqua
amonia. Kondensat dari process condensate tank dipompakan
ke kolom atas Process Condensate Stripper. Pada kolom atas
larutan distripping menggunakan gas keluaran urea hydrolizer
dan pemanasan dengan steam. Karbamat dan aqua amonia
akan terurai menjadi NH3, CO2, dan H2O.
5) Konsentrasi
Pada bagian ini larutan urea dipekatkan hingga konsentrasi
99,7% dengan tekanan 25 mmHg. Pemekatan dilakukan
dengan cara pemanasan pada final concentration dan
pemvakuman di final separator. Level operasi dilakukan pada
70-86%
6) Pembutiran
Larutan urea dipompakan ke head tank kemudian
24
dialirkan ke distributor yang berupa acoustic granulator.
Temperatur operasi dijaga pada suhu 139-140oC. Tetasan urea
dari accoustic granulator didinginkan pada fluidizing cooler
menggunakan udara dari blower. Produk yang keluar akan
berkontak dengan udara dan mengalami peningkatan
temperatur dan diikuti dengan absorpsi uap air dari udara.
Butiran urea akan disaring menggunakan bar screen. Butiran
dengan ukuran diameter lebih besar dari 1,7 mm akan
dilarutkan kembali di fluidizing cooler dan dicampur dengan
larutan pencuci dari dust chamber. Urea prill yang memenuhi
spesifikasi dispray dengan ureasoft untuk mencegah
penggumpalan sebelum dikirim ke unit pengantongan.
3. Unit Pupuk ZA
1) Reaksi Netralisasi dan Kristalisasi
Bahan baku pembuatan pupuk ZA adalah amonia dan
asam sulfat. Bahan baku dimasukkan ke dalam saturator
secara kontinyu dengan bantuan udara sebagai pengaduk dan
air proses sebagai penyerap panas.
Reaksi pembentukan ammonium sulfat adalah:
2NH3 + H2SO4 → (NH4)2SO4 + panas
Air proses dari tangki dialirkan ke dalam saturator
menggunakan pompa, pada suhu 105oC dan tekanan 1 atm. Air
proses akan berubah fasa menjadi uap sehingga larutan
amonium sulfat dalam saturator akan menjadi jenuh dan
kemudian membentuk kristal amonium sulfat.
2) Pemisahan Kristal
Produk slurry amonium sulfat dari saturator diumpankan
ke centrifuge secara kontinyu. Kristal amonium sulfat akan
tertahan pada dinding screen dan terkumpul di silinder screen.
Secara kontinyu pusher akan mendorong kristal amonium
25
sulfat ke bagian solid discharge.
3) Proses Pengeringan
Kristal amonium sulfat dari centrifuge, dialirkan ke rotary
dryer dengan kadar air maksimum 2% berat pada temperatur
70oC. Udara pemanas akan mengalir searah dengan kristal
amonium sulfat, suhu udara pemanas masuk adalah untuk ZA I
sebesar 115 oC dan ZA III sebesar 104 oC. Kristal amonium
sulfat akan mengalir keluar dari bagian bawah sebagai produk
kering dengan kadar air maksimum 1% berat temperatur 55oC.
Media pemanas adalah udara yang dipanaskan dengan heater
yang sudah terangkai dalam rotary dryer.
B. Blok Diagram Proses
Steam CO2
Natural
Shift CO2
Gas Desulfurisasi Steam reformer
CO Converter CO2 Removal
NH3
N2 H2
Methanator
PGRU
Ammonia Synthesis
Refrigerasi NH3
HRU N2 + 3H2 ↔ 2NH3 CH4
H2
Steam CO2
Natural
Gas
Shift CO2
Desulfurisasi Steam reformer
CO Converter CO2 Removal
NH3
N2 H2
Methanator
PGRU
Ammonia Synthesis
Refrigerasi NH3
HRU N2 + 3H2 ↔ 2NH3 CH4
H2
26
H2SO4 Centrifuge Rotary Dryer
Saturator
C. Peralatan Utama
1. Unit Amonia
a. Feed Gas Treating
Fungsi: Mengkompresi synthesis gas
b. Ammonia Synthesis
Fungsi: Mereaksikan N2 dan H2 menjadi NH3.
c. Refrigerasi
Fungsi: mengkondensasi NH3 di synloop, ven gas dan purge
gas serta menurunkan jumlah H2O dari gas sintesis.
2. Unit Urea
a. Reaktor
Fungsi: mereaksikan NH3 dan CO2 membentuk ammonium
carbamate, diikuti reaksi dehidrasi ammonia carbamat
menjadi urea.
b. LP Decomposer
Fungsi: pemurnian larutan urea dari HP Decomposer yang
masih mengandung NH3, CO2, dan karbamat.
c. Process Condensate Stripper dan Urea Hydrolizer
Fungsi: menguraikan larutan karbamat dan aqua amonia.
d. Final Concentration
Fungsi: memekatkan larutan urea hingga konsentrasi 99,7%.
e. Accoustic granulator
Fungsi : untuk mengkristalkan larutan urea menjadi granul
f. Fluidizing Cooler
Fungsi: untuk mendinginkan granul urea.
3. Unit Pupuk ZA
27
a. Saturator
Fungsi: Untuk mereaksikan amoniak dengan asam sulfat dan
memekatkan amonium sulfat yang terbentuk.
b. Centrifuge
Fungsi: memisahkan kristal (NH4)2SO4 50% berat dari
larutannya menggunakan screen secara kontinyu
c. Rotary Dryer
Fungsi: mengurangi kadar air kristal amonium sulfat hingga
1,0% berat maksimal.
28
3. Unit distribusi listrik
Suplai tenaga listrik berasal dari tiga sumber, yaitu PLN, unit
utilitas batu bara sebesar 25,6 MW, dan gas turbin generator sebesar
26 MW. Tenaga listrik dari PLN diturunkan dari 150 kV menjadi 20
kV di trafo gardu induk. Dari 20 kV, listrik disuplai dan diturunkan
tegangannya menjadi 6 kV. Kemudian, tegangan diturunkan lagi
menjadi 380 V, 220 V, dan 110 V di trafo utilitas II..
4. Unit distribusi bahan bakar
Kebutuhan gas alam untuk PT Petrokimia Gresik disuplai dari
BP. Kangean, kemudian didistribusikan ke pabrik I, II, dan III. Gas
alam dimanfaatkan di boiler burner dan Burner of Dryer
Combustion Chamber.
5. Unit penyediaan udara tekan dan instrumen
Unit ini menghasilkan dua jenis udara bertekanan, yaitu plant air
dan instrumental air. Instrument air digunakan untuk mengirimkan
sinyal pada instrumentasi pabrik sehingga membutuhkan udara
kering. Plant air digunakan dalam proses produksi dan tidak
membutuhkan kadar air rendah. Plant air dihasilkan oleh double
cylinder compressor, yaitu kompresor dua tingkat dengan satu motor
penggerak udara atmosfer yang melalui suction filter untuk
dipisahkan dari pengotornya. Tekanan udara yanng dihasilkan
mempunyai tekanan 7 kg/cm2 dengan temperatur 140°C.
B. Pengolahan Limbah
1. Pengolahan Emisi Gas
Emisi gas pada pabrik urea, berupa gas yang mengandung
NH3 yang keluar dari reaktor dan decomposer. Untuk mengolah gas
keluaran reaktor digunakan scrubber. Sedangkan untuk mengolah
gas hasil keluaran decomposer digunakan absorber. Fungsi kedua
alat ini untuk menyerap gas NH3 menggunakan larutan amonium
karbamat. Kemudian, gas dengan sedikit kandungan amonia
dibuang ke atmosfer melalui washing column dan induced fan yang
29
terdapat pada bagian atas prilling tower.
30
BAB IV. PT. PETRO OXO NUSANTARA
31
Sumber Propylene yang dibutuhkan untuk reaksi oxo
diperoleh dari impor negara lain karena pabrik yang
memproduksi propylene di dalam negeri (Balongan Oil
Refinery) tidak mampu mencukupi kebutuhan propylene yang
dibutuhkan pabrik ini. Propylene didistribusikan melalui jalur
laut dengan menggunakan kapal laut. Propylene disimpan di
dalam 4 tangki berbentuk bola dengan volume 1.500 ton dan
tekanan 12 bar, karena propylene harus disimpan pada tekanan
tinggi dan tujuan penggunaan tangki bola adalah supaya
tekanan di dalam tangki merata atau sama di setiap titik.
2. Gas Alam
Komponen utama gas alam adalah metana, yang merupakan
molekul hidrokarbon terpendek dan juga mengandung
molekul- molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana
(C2H6), propana (C3H8), dan butana (C4H10), selain itu juga
gas-gas yang mengandung sulfur. Gas alam didapatkan dari
PT PGN, disimpan dalam 2 tangki bertekanan dengan volume
300m3 dalam fasa cair.
Produk :
1. 2-Ethyl Hexanol (2EH)
2-Ethyl Hexanol (2EH) merupakan golongan alifatik
alkohol, termasuk senyawa organik yang digunakan dalam
manufaktur berbagai produk kimia. Mempunyai sifat mudah
mencair di atas 60oC. Larut dalam senyawa organik.
Kebanyakan dikonversi menjadi ester untuk digunakan dalam
pembuatan berbagai produk sebagai contoh plasticizer.
Tabel IV.1 Sifat Fisik 2-Ethyl Hexanol
Sifat Fisik (Merek) (Perry) (Chemicalland21)
Bentuk Cairan jernih Cairan jernih Cairan jernih
Rumus molekul C8H18O C8H18O C8H18O
32
Berat molekul (g/mol) 130,23 130,23 130,23
Titik leleh (0C) -76 - 0
Titik didih (0C) 185 - 184
Densitas (g/cm3) - 0,789 0,834
2. Iso-Butanol (IBA)
Iso-Butanol (IBA) berguna dalam sintesa organik sebagai
bahan kimia intermediet dan sebagai larutan dalam lapisan
aplikasi. Iso- Butanol mempunyai sifat mudah terbakar, mudah
menguap dan berbau khas. Kebanyakan dirubah menjadi Iso
Butil asetat yang digunakan dalam produksi pernis dan sebagai
pelarut cat.
Tabel IV.2 Sifat Fisik Iso Butanol
Sifat Fisik (Merek)
Bentuk Cair
Rumus kimia CH3CH(OH)CH2CH3
Berat molekul (g/mol) 74.122
Titik beku (0C) 114,7 ( pada 1 atm )
Titik didih (0C) 99
Densitas (g/cm3) 0.805 ( pada 25 °C )
Viskositas (cp) 3,248 ( pada 25 °C )
3. N-Butanol (NBA)
N-Butanol (NBA) merupakan zat yang mudah terbakar.
Mempunyai warna jernih, berbau seperti pisang. Digunakan
sebagai senyawa kosmetik dan pelarut. Selain itu N-Butanol
bersifat reaktif.
Tabel IV.3 Sifat Fisik N-Butanol
Sifat Fisik (Merek)
Rumus kimia C4H10O
Berat molekul (g/mol) 74,12
Titik leleh (0C) -89,5
33
Titik didih (0C) 117,3
Densitas (g/cm3) 0.8098 ( pada 25 °C )
34
Propylene OXO Gas IBD Kondisi Proses:
Tekanan : 17-17,5 bar, temperatur : 100oC
4. Kondensasi Aldol
Kondensasi Aldol merupakan reaksi organik dimana sebuah ion
bereaksi dengan karbonil membentuk beta-hidroksi aldehid atau
beta-hidroksi keton diikuti oleh dehidrasi. Untuk menunjukkan ada
reaksi aldol itu sendiri terjadi menggunakan katalis aldolases.
Namun reaksi aldol bukan merupakan reaksi kondensasi karena tidak
melibatkan hilangnya molekul kecil.
Aldolization
2CH3CH2CH2CHO → H3CH2CH2CHCHCHO
HOCH2 CH3
NBD Butyraldol
Dehydration
CH3CH2CH2CH-CHCH →CH3CH2CH2CH=CCHO
+H2O+ Panas HOCH2 CH3 CH2CH3
Butyraldol 2-Ethyl 3-Propyl
Acrolein (EPA) Kondisi Proses:
Tekanan : atmosferis, temperatur : 90-95oC
5. Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah reaksi kimia yang dihasilkan dalam
penambahan hidrogen (H2) dan menambah pasangan atom hidrogen
ke molekul.
a) 2-Ethyl 3-Propyl Acrolein (EPA) Hydrogenation
CH3CH2CH2CH=CCHO + H2 → CH3CH2CH2CH2CHCHO
CH2CH3 CH2CH3
EPA or 2-Ethyl Hexenal 2-Ethyl Hexanal (2HA)
CH3CH2CH2CH2CHCHO + H2 → CH3CH2CH2CH2CHCH2OH
CH2CH3 CH2CH3
2-EthylHexenal 2-Ethyl Hexanol (2EH)
35
CH3CH2CH2CHO + H2 → CH3CH2CH2CH2OH
NBD NBA (Normal-Butanol)
c) Reaction of IBD Hydrogenation
CH3CHCHO + H2 → CH3CHCH2OH
CH3 CH3
IBD IBA (Iso-Butanol)
Tekanan : 40 bar, temperatur : 100oC
36
Gambar IV.3 Blok Diagram Alir Pembuatan CO 2 Cair
C. Peralatan Utama
1. Steam reforming
Fungsi : pembakaran natural gas
Kondisi operasi : Tekanan: 9 – 10 bar
Suhu: 910°C
2. Membrane separator
Fungsi : memisahkan hasil pembakaran natural gas menjadi H2 +
CO dan H2
3. Pressure Swing Adsorption (PSA)
Fungsi : memurnikan H2
4. Reaktor OXO
Kondisi operasi :Tekanan: 17 – 17,5 bar
Suhu: 100°C
Fungsi : mereaksikan H2+CO dengan propylene menghasilkan
90% Nitrobenzoxadiazole (NBD) dan 10% Iso-Butyraldehyd
(IBD). Katalisator yang digunakan secara komersial adalah kobalt
37
(Co) dan rhodium (Rh).
5. Aldehyde Separator
Fungsi : memisahkan NBD dan IBD yang merupakan hasil dari oxo
reaction
6. Aldol Condenser
Kondisi Operasi : Tekanan : atmosferis
Suhu : 90-95°C
Fungsi : mengkondensasi NBD sehingga menghasilkan
Eikosapentanoat (EPA).
7. EPA Hydrogenation
Fungsi : menghidrogenasi Eikosapentanoat (EPA) untuk
menghasilkan 2-EH (Oktanol)
8. NBD Hydrogenation
Fungsi : menghidrogenasi Nitrobenzoxadiazole (NBD) dengan
menggunakan H2 hasil pemurnian menggunakan PSA untuk
menghasilkan Normal Butil Alkohol (NBA).
9. IBD Hydrogenation
Fungsi : menghidrogenasi Iso-Butyraldehyd (IBD) dengan
menggunakan H2 hasil pemurnian menggunakan PSA untuk
menghasilkan Iso-Butil Alkohol (IBA)
38
PON. Untuk menbackup saat terjadi pemadaman dari PLN,
disediakan EDG (Emergency Diesel Generator) dengan kapasitas
750 kVA.
2. Air
Kebutuhan air di PT Petro Oxo Nusantara dipenuhi oleh dua
unit air yang berasal dari dua sumber, yaitu Water Intake Babat
(berasal dari Sungai Bengawan Solo (Babat)) dan Water Intake
Gunung Sari (berasal dari Sungai Brantas). Kebutuhan demin water
sendiri diperoleh dari PT Petrokimia Gresik.
3. Steam
Steam dihasilkan dari boiler, dengan bahan baku air dari PT
Petrokimia Gresik dan disimpan dalam tangki dengan volume
10.000 m3.
B. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di pabrik ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Inceneration unit
Merupakan unit dimana limbah NaOH yang dihasilkan dibakar
bersama natural gas di steam reforming. Dalam Unit ini
pengurangan kadar BOD dan COD.
Dalam unit ini kondisi harus:
- pH = 14
- COD = 130.000 - 180.000 ppm
- NaOH = 4 - 6%
2. Active sludge unit.
Unit ini termasuk treatment biologi sehingga ada zat tertentu
semacam bakteri untuk mengurai limbah tersebut. Kondisi operasi
unit ini adalah :
- COD = maksimal 1000 ppm
- pH = 5 - 6
- Suhu = 35°C
39
- HC = maksimal 10 ppm
3. Netralization unit
Dalam unit ini terbagi dalam 4 proses pengolah yaitu:
- Unit aktif limbah
- Incinerator
- Pendingin blowdown.
- Demineralisasi air atau penghilangan air dan regerasi sampah
C. Laboratorium
Alat yang digunakan sebagai analisis zat kimia:
1. Kromatografi gas
Alat yang digunakan dalam analisis kimia untuk pemisahan dan
analisis senyawa yang menguap tanpa mengalami dekomposisi.
Penggunaan berupa pengujian kemurnian senyawa atau pemisahan
komponen berbeda dalam campuran. Pada industri PT. Petro Oxo
Nusantara, kromatografi gas digunakan untuk mengidentifikasi
senyawa CO2 yang didapatkan dalam proses absorbsi.
2. Spektofotometer
Alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
objek yang disebut kuvet. Pada industri PT. Petro Oxo Nusantara,
spektofotometer digunakan untuk mendeteksi dan menentukan
kondisi suatu sampel.
40
BAB V. INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
V.3. Laboratorium
Terdapat berbagai macam laboratorium di departemen teknik kimia ITS
41
yaitu laboraturium Perpindahan Massa dan Panas, Lab. Teknologi Material,
Lab. Teknik Reaksi Kimia, Lab. Proses Kimia, Lab. Pengolahan Limbah
Industri, Lab. Biomassa dan Konversi Energi, Lab. Termodinamika Teknik
Kimia, Lab. Teknologi Biokimia, Lab. Mekanika Fluida dan Pencampuran,
Lab. Perancangan dan Pengendalian Proses, Lab Elektrokimia dan Korosi.
Dalam proses belajar-mengajar Teknik Kimia dilengkapi Lab Kimia
Analisa, Kimia Organik, Kimia Fisika, Mikrobologi, Teknik Kimia,
Simulasi dan Komputasi.
42
BAB VI. PENUTUP
Kesimpulan
Anjangkarya Mahasiswa Teknik Kimia Angkatan 2017 telah mengunjungi
empat pabrik dan satu universitas yaitu Institut Teknologi Sepuluh November
(ITS). Empat pabrik tersebut adalah PT Pembangkitan Jawa Bali Unit
Pembangkitan (PT PJB UP), PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore
(PT PHE WMO), PT Petrokimia Gresik, PT Petro Oxo Nusantara, dan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kunjungan ini dilaksanakan
pada tanggal 5-8 Agustus 2019 dengan jumlah peserta sebanyak 74 mahasiswa,
2 dosen pembimbing, dan 1 Tenaga Administrasi.
Saran
Dalam pelaksanaan Anjangkarya, untuk penetapan tanggal pelaksanaan
dirundingkan terlebih dahulu agar semua mahasiswa dapat mengikuti kegiatan
tersebut dan dalam pencarian tujuan pabrik direncanakan lebih awal dan
melakukan follow-up secara berkala supaya tidak terjadi kesalahan tujuan
pabrik maupun institusi.
43
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Silvia Rosari. 2018. Laporan Kerja Praktek PT. Petrokimia Gresik.
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
UPN Veteran Yogyakarta. 2016. Laporan Kuliah Lapangan PT. Petro Oxo
Nusantara. Teknik Kimia FTI UPN Veteran. Yogyakarta.
44
LAMPIRAN
45
Dokumentasi di PT PHE WMO Gresik
46
Dokumentasi di PT Petrokimia Gresik
47
Dokumentasi di PT Petro Oxo Nusantara Gresik
48
Dokumentasi di Institut Teknologi Sepuluh November
49
Lampiran Tabel Limbah dari PT Petrokimia Gresik
LIMBAH KOMPONEN UTAMA PENGELOLAAN
Amoniak
Pengolahan secara biologi
Urea
Limbah Cair Fluor
Fosfat Pengolahan secara fisika-kimia
Partikel padat
NH3
SO2 Sistem scrubber/absorber
Emisi Gas Fluor
Bag filter, cyclone, scrubber,
Debu
electrostatic precipitator (EP)
Non-B3
Dumping, atau dimanfaatkan
(kapur, gypsum)
50