Anda di halaman 1dari 26

Kriteria Teknis Perencanaan

BAB V
KRITERIA TEKNIS PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI

5.1 Kriteria Teknis

Jaringan distribusi merupakan komponen penting dalam sistem penyediaan air bersih
karena berdasarkan fungsinya, komponen ini akan berhadapan langsung dengan konsumen.
Oleh karena itu, sistem distribusi harus mendapat perhatian dan perencanaan yang baik.

Sistem distribusi air bersih terdiri dari jaringan perpipaan berikut reservoir dan tangki
distribusi. Jaringan perpipaan tersebut digunakan untuk mengalirkan air bersih ke blok-
blok pelayanan. Sedangkan reservoir dan tangki distribusi berfungsi untuk mengatasi
fluktuasi penggunaan air yang disebabkan oleh perbedaan pola penggunaan air di suatu
kota.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suatu jaringan distribusi antara lain :
1. Kualitas
Jaringan distribusi harus mampu menjaga kualitas air terhadap standar yang
berlaku, sehingga aman dipakai. Syarat ini meliputi syarat fisik, kimia, dan
bakteriologis.
2. Kuantitas
Jaringan distribusi harus mampu mengalirkan air sesuai dengan kebutuhan
pemakaian.
3. Kontinuitas
Jaringan distribusi harus mampu mengalirkan air secara kontinu selama waktu
pemakaian.
4. Tekanan
Jaringan distribusi harus mampu mengalirkan air dengan tekanan yang cukup pada
saat sampai pada pemakai. Dengan tekanan yang cukup, maka air minum tidak
akan mengalami kontaminasi.

Perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih meliputi :


1. perencanaan jalur perpipaan distribusi
2. perencanaan klasifikasi jaringan perpipaan distribusi

V-1
Kriteria Teknis Perencanaan

3. pola jaringan perpipaan distribusi


4. sistem pengaliran
5. perencanaan jenis dan perlengkapan pipa
6. penyadapan (tapping)
7. pompa
8. sistem pemadam kebakaran
9. reservoir distribusi
10. perhitungan hidrolis

5.2 Jaringan Perpipaan Distribusi

Jaringan perpipaan dalam sistem distribusi ini ada dua macam, yaitu:

1. Feeder sistem; sistem pipa induk yang terdiri dari:


a. Pipa induk utama (main feeder)
b. Pipa induk kedua (secondary feeder)
Feeder sistem dapat dibagi juga menjadi:
a. Sistem lingkaran (ring/close system)
b. Sistem cabang (branch)
c. Sistem kombinasi
2. Small distribution main; sistem pipa pelayanan yang terdiri dari:
a. Pipa pelayanan utama (primary small distribution main)
b. Pipa pelayanan kedua (service line)
c. Sambungan rumah (house connection)

Jaringan perpipaan dalam sistem distribusi dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Pipa Primer atau Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa yang menghubungkan antara tempat penampungan dengan
pipa retikulasi. Jenis pipa ini mempunyai diameter pipa terbesar. Untuk menjaga
kestabilan aliran, maka pipa induk tidak diperbolehkan untuk disadap langsung
oleh pipa servis atau pipa yang langsung mengalirkan air ke konsumen.
Klasifikasi dan kriteria desain jaringan untuk pipa induk adalah sebagai berikut:
a. Diameter pipa minimum adalah 150 mm.
b. Kecepatan aliran maksimum 3-5 m/s (Sukarmadijaya,et al,1978) dan
minimum 0,3 m/s, tergantung dari jenis pipa.

V-2
Kriteria Teknis Perencanaan

c. Tekanan pada sistem harus dapat menjangkau titik kritis dengan sisa
tekanan tidak kurang dari 6 meter pada pipa pelayanan.
d. Tekanan statis yang tersedia tidak lebih dari 80 meter.
e. Pipa tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen.
f. Mampu mengalirkan air pada debit puncak.

2. Pipa Sekunder atau Pipa Retikulasi


Pipa sekunder adalah pipa yang menghubungkan antara pipa induk dengan pipa
servis. Pada sistem yang besar, pipa retikulasi akan berhubungan dengan pipa
retikulasi yang berukuran lebih kecil, sedangkan pada sistem yang kecil, akan
berhubungan langsung dengan pipa servis atau pipa yang melayani langsung
konsumen.
Klasifikasi dan kriteria desain jaringan untuk pipa sekunder adalah sebagai berikut:
a. Kecepatan aliran dalam pipa maksimal 3-5 m/s, tergantung dari jenis pipa.
b. Sisa tekanan tidak kurang dari 10 meter.
c. Diameter dihitung dari banyaknya sambungan yang melayani konsumen.
d. Kelas pipa sama atau lebih rendah dari pipa induk.

3. Pipa Tersier atau Pipa Servis


Pipa servis adalah pipa yang menghubungkan langsung pipa retikulasi ke rumah-
rumah. Pipa retikulasi dihubungkan dengan pipa servis dengan menggunakan
clamp saddle. Jenis pipa ini memiliki diameter terkecil daripada jenis pipa lainnya.
Klasifikasi dan kriteria desain untuk pipa tersier adalah sebagai berikut:
a. Diameter pipa tidak lebih dari 50 mm.
b. Kecepatan aliran 3-5 m/s, tergantung dari jenis pipa.
c. Sisa tekan tidak kurang dari 6 meter.

Tujuan dari pengklasifikasian jaringan perpipaan dalam distribusi air adalah untuk:
1. Mengisolasi bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri sehingga
diharapkan mampu memberikan keuntungan seperti :
a. Kemudahan operasi sesuai debit yang mengalir.
b. Mempermudah perbaikan bila terjadi kerusakan.

V-3
Kriteria Teknis Perencanaan

c. Meratakan sisa tekan dalam jaringan perpipaan untuk setiap daerah


pelayanan.
2. Mempermudah pengembangan jaringan distribusi, sehingga jika dilakukan
perluasan tidak perlu mengganti jaringan yang sudah ada dengan syarat masih
memenuhi kriteria hidrolis.

5.3 Pola Jaringan Distribusi

Untuk menentukan pola jaringan distribusi yang sesuai, maka diperlukan suatu analisis
pemilihan sistem yang didasarkan pada :

1. jenis pengaliran sistem distribusi


2. letak dan kondisi topografi daerah pelayanan
3. pola jaringan jalan
4. tingkat dan jenis perkembangan daerah
5. luas daerah pelayanan

5.3.1 Sistem lingkaran (ring/gridiron/closed system)


Pada sistem ini, pipa induk dan pipa sekunder berhubungan secara makro sistem. Pipa-pipa
ini hanya memberi air ke titik-titik pembagi (junction) dan arah aliran secara bolak-balik.
Ciri-ciri sistem distribusi yang memakai sistem ini adalah:
1. Tidak merupakan arah satu aliran saja
2. Gradasi ukuran pipa tidak beraturan
3. Tidak memiliki titik mati
4. Pada saat terjadinya pemakaian puncak di suatu daerah, aliran dapat berubah
Keuntungan memakai sistem ini adalah:
1. Dapat melayani banyak tempat dan kemungkinan akan terjadi pengembangan bila
ada pelanggan bertambah.
2. Jika ada kerusakan, maka dapat dilokalisir sehingga tidak mempengaruhi aliran ke
seluruh sistem.
3. Distribusi air merata.
4. Jika ada pemakaian puncak, aliran air dari daerah lain dapat memenuhi kebutuhan
tersebut.

V-4
Kriteria Teknis Perencanaan

Kerugian dari sistem ini adalah:


1. Biaya perpipaan akan lebih mahal karena pipa yang dibutuhkan banyak dan
jalurnya melingkar.
2. Gradasi pipa tidak terlihat jelas.
3. Tekanan dalam pipa cukup rendah sehingga bila ada kebakaran, air tidak dapat
dialirkan secara serentak.
4. Alirannya belum tentu satu arah, dapat bolak-balik pada waktu tertentu. Tetapi
pada saat dimensional dihitung searah.
Sistem dengan pola lingkaran ini digunakan untuk daerah pelayanan dengan sifat:
1. Bentuk dan perluasannya menyebar ke segala arah.
2. Jaringan jalannya berhubungan satu sama lain.
3. Elevasi tanah relatif datar.
Sistem ini mempunyai dua jenis perencanaan, yaitu:
1. Outer line; pemasangan jaringan ke arah keluar dengan pengembangan ke dalam.
Baik digunakan untuk daerah yang mengalami pengembangan.
2. Inner line; pemasangan jaringan ke arah dalam saja. Baik untuk daerah yang tidak
akan mengalami pertambahan jumlah penduduk dan penambahan fasilitas.

5.3.2 Sistem Cabang (branch system)


Pada sistem ini pipa induk disambung dengan beberapa pipa sekunder. Pipa sekunder
disambung ke beberapa pipa subinduk yang akan mengalami pipa servis. Ciri-ciri sistem
ini:
1. Memiliki satu arah aliran.
2. Aliran berakhir pada satu titik mati.
Keuntungan dari sistem ini:
1. Baik diterapkan pada daerah yang menurun.
2. Cukup ekonomis karena jalurnya pendek.
3. Tidak memerlukan banyak pipa.
4. Gradasi (perubahan) ukuran pipa terlihat jelas (makin ke ujung makin kecil).
5. Tekanan air cukup tinggi sehingga dapat digunakan untuk pengaliran air.
6. Mudah mengoperasikan.
7. Mudah dalam perhitungan dimensi.
8. Perkembangan sistem dapat disesuaikan dengan perkembangan kota.

V-5
Kriteria Teknis Perencanaan

Kerugian sistem ini:


1. Jika ada kerusakan, seluruh sistem dalam daerah pelayanan akan terganggu karena
tidak adanya sirkulasi air.
2. Timbulnya rasa, bau, dan gangguan kesehatan karena adanya air yang diam pada
uung-ujung pipa cabang. Untuk itu dilakukan pengurasan pada tiap waktu tertentu,
karena itu diperlukan katup penguras dan mengakibatkan adanya kehilangan air
yang cukup besar.
3. Bila ada peningkatan kebutuhan air secara tiba-tiba, maka kebutuhan itu tidak akan
tersedot. Suplai air hidran juga akan lebih sedikit, karena sifat alirannya hanya satu
arah.
4. Keadaan puncak untuk tiap cabang berbeda-beda untuk setiap situasi.
5. Memiliki banyak titik pipa, sehingga peralatan pipa akan lebih banyak yang
digunakan.
Sistem dengan pola cabang ini digunakan untuk daerah pelayanan dengan sifat:
1. Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah.
2. Elevasi permukaan tanahnya mempunyai perbedaan tinggi yang cukup besar dan
menurun secara teratur.
3. Luas daerah pelayanan relatif kecil.

5.3.3 Sistem kombinasi


Karena suatu daerah tidak ada yang mutlak membentuk pola ring atau pola cabang,
biasanya digunakan juga gabungan dari kedua pola tersebut. Sistem pelayanan yang
menggunakan pola gabungan biasanya digunakan untuk daerah pelayanan dengan sifat:
1. Kota sedang berkembang
2. Bentuk perluasan kota yang tidak teratur, begitu juga jaringan jalannya tidak
berhubungan satu sama lainnya pada bagian tertentu.
3. Terdapat daerah pelayanan yang terpencil.
4. Elevasi muka tanah yang bervariasi.

5.4 Perencanaan Jalur Jaringan Perpipaan

Dalam perencanaan sistem distribusi secara keseluruhan, maka beberapa syarat yang harus
dipertimbangkan di antaranya adalah :

V-6
Kriteria Teknis Perencanaan

1. Jaringan distribusi dalam pengoperasiannya memenuhi syarat hidrolis dan


kontinuitas pengaliran terjamin.
2. Jaringan distribusi dalam pengoperasiannya menggunakan energi yang seminimal
mungkin, diantaranya dengan sistem pengaliran dengan sistem gravitasi.
3. Jaringan distribusi direncanakan dengan seekonomis dan seefisien mungkin yaitu
dengan perencanaan jalur pipa yang terpendek dan diameter kecil.

Dalam merencanakan jalur perpipaan distribusi untuk melayani suatu daerah tertentu,
sedapat mungkin jalur yang dibuat mendekati kondisi yang optimum, dimana diharapkan:
1. Pemakaian energi yang seminimal mungkin di dalam pengoperasian.
2. Mudah dalam pemasangan, pemeliharaan, dan pengoperasiannya (secara teknis semua
mudah dikerjakan).
3. Biaya sekecil-kecilnya dalam jumlah pipa dan diameter pipa (diusahakan jalur
terpendek).
4. Memenuhi syarat-syarat hidrolik untuk mendapatkan keuntungan.

Untuk memperoleh kondisi optimum tersebut, maka perlu diperhatikan beberapa


diantaranya:
1. Memperhatikan keadaan profil muka tanah di daerah perencanaan. Diusahakan
untuk menghindari penempatan jalur pipa yang sulit dan diusahakan untuk memilih
lokasi penempatan jalur pipa yang sulit dan diusahakan untuk memilih lokasi
penempatan jalur pipa yang tidak terlalu banyak membutuhkan perlengkapan.
2. Menghindari belokan tajam (horizontal dan vertikal) dan syphon pada aliran air di
atas garis hidrolik.
3. Diusahakan pipa yang direncanakan tidak melintasi sungai, rel kereta api, dan jalan
raya untuk memudahkan pemasangan.
4. Menghindari tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya kontaminasi selama
pengaliran.
5. Jalur pipa sebaiknya ditempatkan pada tanah milik pemerintah atau di pinggir jalan
umum.
6. Menghindari tempat-tempat yang kurang stabil (longsor) yang dapat menyebabkan
perubahan tekanan dari luar terhadap pipa, agar pipa tidak mudah rusak dan pecah.

V-7
Kriteria Teknis Perencanaan

7. Diusahakan pengaliran dilakukan secara garavitasi, untuk menghindari penggunaan


pompa.
8. Untuk jalur pipa dimana terpaksa dipompa, katup atau tangki pengaman harus
dapat mencegah terjadinya water hammer.

5.5 Sistem Pengaliran

Air bersih dapat didistribusikan ke konsumen dengan berbagai cara, bergantung pada
topografi daerah pelayanan, lokasi air, dan pertimbangan lainnya. Untuk transportasi dapat
digunakan kanal, terowongan air (tunnel), flums, dan pipa bertekanan. Air bersih dari
reservoir atau langsung dari sistem transmisi dapat didistribusikan dengan bantuan gaya
gravitasi, pompa, atau gabungan keduanya.

1. Aliran Gravitasi (gravitational flow)


Dalam pengaliran secara gravitasi, reservoir yang dapat digunakan adalah ground
reservoir atau ditambah dengan elevated reservoir sebagai penambah tekanan untuk
melayani pada waktu pemakaian maksimum di daerah pelayanan terjauh. Besar
volume elevated reservoir disesuaikan dengan jumlah kebutuhan air di daerah yang
harus dilayani pada waktu kebutuhan maksimum. Sedangkan besar volume ground
reservoir adalah total volume reservoir yang harus disediakan dikurangi dengan
kapasitas elevated reservoir.
2. Pemompaan langsung (direct pumping)
Dengan metode ini, air dipompa ke saluran utama. Metode ini memiliki beberapa
kelemahan. Apabila terjadi putus aliran energi, maka air tidak akan mengalir.
Variasi kebutuhan konsumsi air akan mempengaruhi tekanan di saluran utama.
Sebagai kompensasinya, sejumlah pompa dengan berbagai kapasitas dipasang dan
pompa-pompa tersebut harus dioperasikan sesuai kebutuhan air. Metode ini
membutuhkan operasi yang hati-hati dan pemeliharaan yang baik.
3. Pemompaan dengan penyimpanan (pumping with storage)
Metode ini paling banyak dilakukan karena dapat memenuhi kebutuhan air lebih
tepat dan juga ekonomis. Kelebihan air selama masa konsumsi disimpan di dalam
tangki yang ditinggikan dan akan digunakan selama jam puncak (peak hour).
Metode ini ekonomis karena pompa dapat beroperasi pada tingkat kapasitasnya dan
kemungkinan kerusakan pipa karena variasi tekanan juga dapat direduksi. Air yang

V-8
Kriteria Teknis Perencanaan

disimpan pada tangki yang ditinggikan dapat digunakan untuk memenuhi


kebutuhan air pada saat-saat tidak terduga. Misalnya jika terjadi kebakaran
sehingga debit air banyak digunakan untuk hidran atau aliran energi. Dengan
metode ini, tekanan minimum pada jalur pipa meskipun di bagian tertinggi
sekalipun dapat dijamin cukup.

5.6 Perencanaan Jenis dan Perlengkapan Pipa

Dalam merencanakan dan memilih jenis dan perlengkapan pipa, diperlukan sebuah analisis
untuk menyesuaikan karakteristik masing-masing pipa beserta perlengkapannya dengan
kondisi eksisting. Hal ini menjadi penting agar diperoleh kondisi optimum dalam
perencanaan.

5.6.1 Pemilihan Jenis Pipa


Pemilihan jenis pipa didasarkan pada pertimbangan berikut :
1. kemampuan pipa mengalirkan air
2. lama periode perencanaan
3. ukuran pipa yag tersedia di pasar, harga pipa, kemudahan dalam pengadaan,
pengangkutan, dan konstruksi atau pemasangan
4. daya tahan terhadap tekanan dari dalam pipa (internal exposure), misal : tekanan
statis dan water hammer, yang menjadi dasar penggolongan pipa, yaitu :
a. kelas A : 10 atm
b. kelas B : 20 atm
c. Kelas C : >30 atm
5. daya tahan atau kemampuan pipa terhadap tekanan dari luar pipa (external
exposure), misal : tekanan dari tanah atau kerikil
6. daya tahan terhadap kualitas air, biasanya PVC lebih tahan korosi
7. karakter pipa yang sesuai dengan desain

Berbagai jenis pipa yang biasa digunakan, antara lain:


1. Asbestos Cement Pipe (ACP)
Jenis pipa ini terbuat dari bahan asbes dengan permukaan bagian dalam yang halus
meski telah berusia lama, tahan terhadap korosi, bersifat isolator, ringan,
pemasangannya mudah, penyambungannya juga sederhana yaitu dengan
menggunakan coupling, ring title, dan mechanical joint. Namun, pipa ini memiliki

V-9
Kriteria Teknis Perencanaan

kelemahan tidak elastis dan tidak tahan terhadap benturan dan beban berat. Pipa
jenis ini tersedia dalam ukuran 50-600mm.
2. Cast Iron Pipe (CIP) dan Ductile Cast Iron Pipe (DCIP)
Jenis pipa ini terbuat dari bahan besi tuang dengan sifat tahan terhadap tekanan
yang besar, daya mekanis yang baik, mampu menahan getaran dan berat, serta
tahan lama. CIP mudah terkena korosi terutama pada begian permukaan dan
sambungan, oleh karenanya ada jenis tertentu yang diberi lapisan anti korosif
seperti pada jenis DCIP. DCIP mudah dalam pemasangan, penyambungan dapat
dilakukan dengan flanged, bell, dan spigot serta mechanical jonit. Pipa jenis ini
tersedia dalam ukuran 75-150 mm.
3. Galvanited Iron Pipe (GIP)
Pipa ini terbuat dari baja campuran atau besi tempa dengan sifat tahan terhadap
kesadahan tinggi, pengangkutan dan pemasangan mudah. Pipa ini kuat terhadap
tekanan tinggi dan tekanan balik, tahan terhadap sinar matahari, dan relatif tahan
lama. Kelemahannya, pipa ini kurang tahan terhadap korosi dan harganya relatif
mahal. Pipa ini tersedia dalam ukuran 75-1500 mm.
4. Steel Pipe
Pipa ini terbuat dari baja dengan sifat tidak tahan terhadap korosi elektris dan
tekanan atau benturan, tipis dan ringan, pembuatannya mudah, tetapi sulit dalam
pemasangan karena membutuhkan waktu yang lam, serta penyambungan dilakukan
dengan pengelasan dan membutuhkan biaya yang besar. Pipa ini tersedia dalam
ukuran 75-1500 mm.
5. Prestressed Concrete Pipe
Pipa ini terbuat dari beton atau tanah liat dengan sifat tahan terhadap korosi, tidak
mengalami perubahan kekasaran dinding pipa untuk waktu yang lama, tetapi cukup
berat dan sukar dalam pemasangan. Biasanya pipa jenis ini diperuntukkan dalam
kondisi khusus. Pipa ini tersedia dalam ukuran 500-2000mm
6. Polyvinyl Chloride Pipe (PVC)
PVC tahan terhadap pengaruh korosi dan tanah yang agresif, sangat baik dalam
kemampuan pengaliran air, ringan, mudah, dan cepat dalam konstruksinya (dengan
menggunakan rubber ring). Dengan sistem pemasangan menggunakan rubber ring,
pipa tidak perlu lagi direkatkan dan sambungan antar pipa akan fleksibel terhadap
gerakan pipa. PVC terbuat dari serat fiber dan juga memiliki sifat isolator,

V-10
Kriteria Teknis Perencanaan

menghambat pertumbuhan bakteri, tidak merubah sifat air, dan umumnya mudah
didapat dan tersedia banyak di pasaran. Kelemahannya adalah memiliki kekuatan
mekanis rendah, koefisien muai panas besar, dan kurang baik bila dipasang di
tempat yang tidak terlindungi dari sinar matahari. PVC tersedia dalam ukuran
diameter pipa 50-400 mm.

5.6.2 Perlengkapan sistem perpipaan


Ada beberapa perlengkapan sistem perpipaan yang sering digunakan, yaitu:
1. Sambungan (fitting), berfungsi untuk :
a. menghubungkan dua atau lebih pipa yang memiliki ukuran diameter dan
jenis yang sama, seperti mechanical joint, dan flexible joint
b. menghubungkan dua atau lebih pipa yang memiliki ukuran diameter yang
berbeda, misalnya dengan menggunakan reducer
c. mengubah dan membagi aliran dengan adanya belokan, misalnya dengan
menggunakan elbow
d. menghentikan aliran (dead ends) dengan caps, plug, dan blind flange.
2. Blok penahan (thrust block) berfungsi untuk mencegah agar sambungan tidak
bergerak jika beban tekanan air dialirkan melaluinya. Blok penahan ini biasanya
diletakkan pada belokan dan reducer.
3. Katup udara (air valve) memiliki fungsi utama untuk mengeluarkan udara yang
terjebak dalam pipa. Udara terjebak dalam pipa dapat disebabkan perhitungan
desain yang kurang baik, dekatnya jarak inlet, dan permukaan debit minimum,
turbulensi aliran, dan kemiringan yang terlalu tinggi. Adanya udara yang
terperangkap dalam pipa akan mengurangi penampang efektif pipa sehingga
mengurangi debit air.
4. Katup penguras (blow off) berfungsi untuk menguras kotoran dan endapan yang ada
dalam pipa, serta diperlukan dalam keadaan darurat, misalnya pada saat ada pipa
yang terputus. Katup penguras ditempatkan pada bagian terendah dimana
kemungkinan terjadi akumulasi lumpur dalam suatu jalur perpipaan. Katup
penguras biasa diletakkan setiap 1-1,5 m pada jalan yang datar.
5. Manhole berfungsi sebagai tempat untuk pemeriksaan pipa-pipa di dalam tanah.
Umumnya perlengkapan ini dibutuhkan bila pipa yang digunakan memiliki
diameter lebih dari 400 mm.

V-11
Kriteria Teknis Perencanaan

6. Flexible joint berfungsi untuk menghindari pecahnya pipa yang ikut tertarik akibat
adanya pemuaian dan mengatasi pergerakan akibat penyusutan pipa karena adanya
perubahan temperatur. Perlengkapan ini biasanya dipasang di antara dua pipa yang
diragukan kestabilan posisinya satu sama lain.
7. Gate valve berfungsi untuk menghentikan aliran air pada suatu bagian pipa yang
diperlukan pada suatu bagian pipa yang diperlukan pada saat pengetesan,
perbaikan, dan pemeliharaan pipa. Perlengkapan ini diperlukan untuk memisahkan
suatu blok pelayanan atau jalur pipa. Gate valve biasanya dipasang pada inlet dan
outlet reservoir distribusi, titik tapping yang dipasang sesuai dengan draft aliran,
titik pertemuan atau persilangan pipa, pada pipa yang lurus tanpa percabangan.

5.6.3 Lokasi dan Kedalaman Pipa Distribusi


Perpipaan distribusi sebaiknya diletakkan di dalam tanah dengan tujuan untuk menghindari
dan melindungi pipa dari gangguan fisik dan pembebanan secara langsung. Perpipaan yang
harus melalui sungai dengan menggunakan jembatan pipa,tidak mungkin ditanam di dalam
tanah. Oleh karena itu khusus untuk jembatan pipa, pemasangannya tidak di dalam tanah.

Berdasarkan Draft Guidelines untuk desain dan Construction of Public Water Supply
System di Indonesia, pipa distribusi utama sedapat mungkin diletakkan dekat dengan pusat
jalan berada di sisi jalan atau di bawah trotoar jalan untuk jalan yang lebar, begitupun
dengan percabangan dari pipa distribusi utama. Sedangkan untuk jalan yang sempit,
sebaiknya dihindari adanya jaringan pipa yang secara langsung berada di bawah jalur roda
kendaraan.untuk mencegah kerusakan pipa.

Pada pemasangan jaringan pipa di bawah sisi jalan, kedalaman pipa cabang distribusi
biasanya sekitar 90 cm. Apabila pipa distribusi dipasang melintasi jaringan lain yang
ditanam atau adanya struktur lain dalam tanah, jarak pemisah harus lebih dari 30 cm. Pipa
air bersih sebaiknya diletakkan dengan jarak horizontal 3 m dan jarak vertikal 45 cm dari
pipa buangan. Kedalaman jaringan dipengaruhi oleh ketebalan pasir yang dipadatkan
dibawah pipa.

V-12
Kriteria Teknis Perencanaan

Tabel 5.1 Ketebalan Pasir untuk Tiap Jenis Dasar Galian


No Jenis dasar galian Tebal pasir dibawah pipa (mm)
1 Dasar galian rata, tidak berbatu-batu 0 – 50
2 Dasar galian tidak rata 100
3 Dasar galian berbatu batu 100 -150
Sumber : Hardie’s Textbook of Pipeline Design, Publications Department,
James hardie and Coy, Pty, limited. 1978.

5.6.4 Tekanan dan Kecepatan Air Dalam Pipa


Sisa tekanan yang tersisa dalam pipa distribusi, besarnya bervariasi menurut klasifikasi
jaringan pipa dan daerah pelayanannya serta jenis pipanya. Untuk pipa induk, sisa tekan
minimal pada daerah kritis 15m kolom air (mka). Sedangkan sisa tekan pada pipa
pelayanan ditentukan menurut daerah pelayanan dimana:
1. Daerah perumahan atau perkantoran bertingkat satu, sisa tekan minimal 6 (mka).
2. Daerah perumahan atau perkantoran bertingkat dua, sisa tekan minimal 12 (mka).
3. Daerah pelayanan yang memerlukan tekanan lebih besar lagi, digunakan pompa
penguat untuk memperbesar sisa tekanan. Pompa ini disediakan oleh konsumen
sendiri.
Sedangkan aliran dalam pipa distribusi minimal 0.3 m/s. Kecepatan maksimal ditentukan
oleh bahan atau jenis pipa yang dipakai, dimana :
1. Pipa mortal / concrete pipe kecepatan maksimumnya adalah 3 m/s.
2. Pipa steel / cast iron pipe kecepatan maksimumnya adalah 3 m/s.

5.7 Penyadapan

Penyadapan dapat dilakukan pada pipa induk maupun pipa cabang distribusi, kemudian air
didistribusikan ke konsumen melalui pipa pelayanan. Pipa induk melayani dan
menghubungkan daerah atau blok pelayanan dalam kota dan setiap blok memiliki satu atau
dua buah pipa penyadapyang dihubungkan dengan pipa cabang atau pipa sekunder.

Untuk pipa induk distribusi, penyadapan dilakukan dengan menggunakan fitting / tee,
dimana pada ujung keluarannya dihubungkan dengan sebuah reducer dan valve. Valve ini
berguna untuk mengatur aliran air yang akan disuplai menuju pipa cabang distribusi. Pipa
pelayanan merupakan pipa yang langsung melayani konsumen ke rumah dan bersumber
pada pipa sekunder.

V-13
Kriteria Teknis Perencanaan

Penyadapan pada pipa cabang dilakukan dengan menggunakan suaru alat yang disebut
clamp saddle dengan diameter 1 inchi pada posisi vertikal dan 2 inchi pada posisi
horizontal. Penyaluran ke konsumen dilanjutkan melalui reducer dengan menggunakan
pipa berdiameter kecil. Pemasangan sambungan ke konsumen dilengkapi dengan meter air
dan katup.

5.8 Pompa

Pompa merupakan suatu alat yang terdiri dari mesin dan motor yang dapat menghasilkan
energi untuk memindahkan fluida dari suatu tempat (pada elevasi tertentu) ke tempat lain
yang memiliki elevasi lebih tinggi.

Head pompa terdiri dari : (Sularso, Tahara, Haruo, 2000)


1. total static head (Hs) adalah beda tinggi permukaan fluida pada bagian suction dan
discharge.

2. pressure difference head = ( Pd − Ps ) , terjadi karena adanya perbedaan tekanan


γ
pada bagian suction dan discharge.
3. head loss karena gesekan adalah total headloss karena adanya beda gesekan pada
pipa, perlengkapan pipa, dll.

(Hf) = Σv
2

2g

4. beda velocity head =


(v d
2
− vs
2
)
2g
dimana, Vd = kecepatan aliran pada bagian discharge
Vs = kecepatan aliran pada bagian suction

Jadi head sistem :


2 2
( Pd − Ps ) (v d − v s )
HA = HS + + + ΣH f
γ 2g
Namun, pada prakteknya beda velocity head diabaikan karena ≈ 0.

H A = H S + ( Pd − Ps )
γ + ΣH f (untuk sistem tertutup)
H A = H S + ΣH f (untuk sistem terbuka dimana Pd-Ps=Patm)

V-14
Kriteria Teknis Perencanaan

Daya pompa adalah tenaga yang harus dimiliki atau dibutuhkan untuk menaikkan air
dengan diameter, slope, dan panjang pipa tertentu. Besarnya daya pompa dapat dihitung
sebagai berikut : (Sularso, Tahara, Haruo, 2000)

Ppompa = ρgH T Q
(η 75)

5.9 Sistem Pemadam Kebakaran


Perlindungan terhadap bahaya kebakaran dalam suatu kota, umumnya menjadi bagian dari
sarana terpadu dalam sistem penyediaan air minum kota, meskipun prosedur pemadam
kebakaran dilakukan oreh badan lainnya (Dinas Pemadam Kebakaran). Dalam hal ini
tentunya PDAM yang akan bertanggung jawab atas keterjaminan sistem pemadam
kebakaran kota yang ada. Sistem pemadam kebakaran dapat dikatakan masih belum
mendapat prioritas utama dalam pembangunan sistem penyediaan air minum, meskipun
disepakati bahwa peningkatan taraf hidup penduduk yang komprehensif mensyaratkan
perlunya kualitas ini. (Moestikahadi, 1989)

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sistem pemadam kebakaran
perkotaan yang terintegrasi dengan sitem distribusi air minum, yaitu : (Moestikahadi,
1989)
1. berapa banyak air yang diperlukan untuk pemadam suatu kebakaran
2. ketersediaan air dalam sistem penyediaan air
3. sistem darurat yang direncanakan
4. keseimbangan sistem yang berlaku dengan berfungsinya sistem darurat

Besarnya debit aliran yang diperlukan untuk daerah perkotaan dapat diperkirakan dengan
menggunakan persamaan di bawah, yaitu : (Moestikahadi, 1989)
Kuichling Q = 700 P

Freeman Q = 200( P + 10)


5
NBFU Q = 1020 P (1 − 0,001 P )

dimana P= jumlah penduduk (ribuan)


Q=kebutuhan air pemadam (gpm)

V-15
Kriteria Teknis Perencanaan

Selain itu, dapat pula digunakan persamaan berikut (Al-Layla, 1980) :

Q = 3860 P (1 − 0,01 P )

dengan Q = debit kebutuhan (L/menit)


P = populasi dalam ribuan

Kriteria sistem pemadam kebakaran adalah sebagai berikut : (Al-Layla, 1980 dan
Sukarmadijaya, 1978)
1. unit hidran dipasang pada interval jarak 300m atau bergantung pada kondisi
maupun peruntukan dan kepadatan daerah setempat
2. hidran sebaiknya berada dekat dengan jalan dan persimpangan
3. jenis hidran halaman yang dapat digunakan terdiri atas 2 tipe, yaitu :
a. tipe single nozzle dengan diameter sadap minimal 150mm
b. tipe double nozzle dengan diameter sadap minimal 300mm

5.10 Reservoir Distribusi

Reservoir distribusi merupakan komponen yang sangat penting dari jaringan distribusi.
Sistem distribusi direncanakan memberikan kapasitas air berdasarkan kebutuhan air
maksimum per jam, sedangkan instalasi berdasar kebutuhan air maksimum per hari, untuk
mengatasi perbedaan ini diperlukan suatu tempat penampungan air yaitu reservoir
distribusi.

Alasan penggunaan reservoir adalah sebagai berikut :


1. Ekualisasi aliran (Equalizing flow)
Reservoir sebagai pemerata aliran. Menurut fungsi ini, reservoir harus mampu
mengatasi fluktuasi pemakaian air dengan inflow relatif konstan. Ciri adanya
reservoir dengan fungsi ini adalah naik turunnya permukaan air dalam reservoir
distribusi sebagai representasi fluktuasi pemakaian air.

2. Ekualisasi tekanan (Equalizing pressure)

V-16
Kriteria Teknis Perencanaan

Reservoir sebagai pemerata tekanan. Ciri penting reservoir dengan fungsi ini adalah
terletak di tengah-tengah daerah pelayanan, sehingga perbedaan tekanan air di satu
lokasi dan lokasi lainnya dalam suatu daerah pelayanan tidak terlalu besar.
3. Distributor
Reservoir sebagai pendistribusi air. Fungsi reservoir sebagai distribusi aliran air
tidak berbeda dengan fungsi reservoir sebagai pemerata tekanan. Fungsi ini juga
mencakup penyimpanan untuk melayani kebutuhan darurat.

Reservoir dapat diletakkan di tengah-tengah daerah distribusi untuk daerah yang relatif
datar. Sedangkan untuk daerah dengan kondisi elevasi menurun pada satu arah, reservoir
diletakkan di daerah tinggi untuk memanfaatkan sisa tekan.

Jenis reservoir pada sistem distribusi :


1. Elevated Reservoir
Merupakan reservoir yang disangga dan terletak di atas permukaan tanah dengan
elevasi lebih tinggi dari daerah pelayanan. Reservoir ini mendistribusikan air secara
gravitasi dan dapat digunakan pada sistem cabang.
Keuntungan menggunakan jenis reservoir ini adalah:
a. Reduksi kebutuhan pompa dan biaya pemompaan, karena pompa tidak perlu
digunakan secara terus-menerus.
b. Reduksi tekanan puncak selama pemompaan. Penghentian pompa untuk
beberapa waktu tidak mempengaruhi tekanan sistem secara signifikan.
c. Penyeimbang tekanan pada sisitem distribusi, sehingga tekanannya jadi
optimal dengan penempatan tangki yang tepat.
2. Ground Reservoir
Merupakan reservoir yang terletak di permukaan tanah dengan elevasi relatif sama
dengan daerah pelayanan. Reservoir ini mendistribusikan air secara pemompaan
agar mempunyai tekanan tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan dan selanjutnya
dialirkan secara gravitasi. Reservoir ini digunakan pada sistem ring. Biasanya
volume terbesar hanya mencapai 1000 m3 .
Keuntungan penggunaan reservoir ini adalah :
a. Biaya lebih murah
b. Pemeliharaan lebih mudah

V-17
Kriteria Teknis Perencanaan

c. Keamanan lebih terjamin


d. Mudah melakukan pemantauan kualitas air
e. Tidak menghalangi jarak pandang
f. Menghindari kemungkinan terjadinya hal yang tidak terduga yang mungkin
terjadi jika reservoir diletakkan di atas kaki.

Hal–hal yang harus diperhatikan dalam merancang reservoir adalah :


1. Volume reservoir
Volume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan memperhatikan fluktuasi
pemakaian dalam satu hari di suatu kota yang akan dilayani.
2. Tinggi elevasi energi
Elevasi energi reservoir harus bisa melayani seluruh jaringan distribusi. Elevasi
energi akan menentukan sistem pengaliran dari reservoir menuju jaringan
distribusi. Bila elevasi energi pada reservoir lebih tinggi dari sistem distribusi maka
pengaliran dapat dilakukan secara gravitasi. Untuk kondisi sebaliknya, bila elevasi
energi reservoir lebih rendah daripada jaringan distribusi, maka pengaliran dapat
dilakukan dengan menggunakan pompa.
3. Letak reservoir
Reservoir diusahakan diletakan di dekat daerah distribusi. Bila topografi daerah
distribusi rata maka reservoir dapat diletakkan di tengah–tengah daerah distribusi.
Bila topografi naik turun, maka reservoir diusahakan diletakkan pada daerah tinggi
sehingga mengurangi pemakaian pompa dan menghemat biaya.
4. Pemakaian pompa
Jumlah pompa dan waktu pemakaian pompa harus bisa mencukupi kebutuhan
pengaliran air.
5. Konstruksi reservoir
a. Ambang Bebas dan Dasar Bak
Ambang bebas minimum 30 cm di atas muka air tertinggi dan dasar bak
minimum 15 cm dari muka air terendah. Sedangkan kemiringan dasar bak
adalah 1/1000 – 1/500 ke arah pipa penguras.

b. Inlet dan Outlet

V-18
Kriteria Teknis Perencanaan

i. Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan


bentuk dan struktur tangki sehingga tidak ada daerah aliran yang
mati
ii. Pipa outlet dilengkapi dengan saringan dan diletakkan minimum 10
cm di atas lantai atau pada muka air terendah.
iii. Perlu memperhatikan penempatan pipa yang melalui dinding
reservoir, harus dapat dipastikan dinding kedap air dan diberi
flexible-joint.
iv. Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve.
v. Pipa peluap dan penguras memilki diameter yang mampu
mengalirkan debit air maksimum secara gravitasi dan saluran outlet
harus terjaga dari kontaminasi luar.
c. Ventilasi dan manhole
Reservoir dilengkapi dengan ventilasi, manhole dan alat ukur tinggi muka
air. Tinggi ventilasi 50 cm dari atap bagian dalam. Ukuran manhole harus
cukup untuk dimasuki petugas dan kedap air

Reservoir terdiri atas beberapa perlengkapan untuk menunjang pengoperasian dan


pengontrolan reservoir, yaitu:
1. pipa inlet; pipa yang mengalirkan air ke dalam bangunan reservoir.
2. pipa outlet; pipa yang mengalirkan air dari reservoir ke pipa distribusi.
3. pipa overflow; pipa untuk mengalirkan air yang melebihi muka air yang diijinkan
dari reservoir.
4. pipa drain; pipa yang berfungsi untuk menguras reservoir.
5. tulangan utama; tulangan beton yang berfungsi untuk menopang resrvoir.
6. besi penunjang; berfungsi untuk membantu tulangan utama dalam menopang
reservoir.
7. air ventillation; berfungsi agar tekanan dalam reservoir sama dengan tekanan
atmosfer.
8. gate valve; berfungsi untuk menutup atau mengalirkan air pada waktu pengurasan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan ukuran reservoir adalah sebagai berikut :

V-19
Kriteria Teknis Perencanaan

1. Besarnya cadangan air terhadap pemakaian air minimum dan maksimum dalam
sehari
2. Penentuan besarnya air untuk keadaan darurat seperti sistem pemadam kebakaran
3. Variasi sistem pengaliran
a. Sistem gravitasi
Sistem pemompaan, bila menggunakan pemompaan langsung secara
kontinyu selama 24 jam maka kapasitas penampungan pada ground
reservoir adalah kapasitas reservoir total.
b. Dual sistem
Pada sistem ini, pemompaan dilakukan selama terus-menerus selama 24 jam
dengan pengaliran dari instalasi pengolahan, maka kapasitas total yang
perlu ditampung adalah 2/3 volume dari ground reservoir dan 1/3 dari
elevated reservoir . Pada sistem clear well, besarnya adalah 2/3 dari volume
total yang ada. Kapasitas tersebut harus lebih besar atau sama dengan waktu
kontak
4. Waktu pemompaan
Pemompaan pada dual sistem dapat dilakukan terus-menerus dengan satu pompa
yang bekerja dan pompa lain sebagai cadangan atau dilakukan dengan jumlah
pompa yang lebih dari satu dan dioperasikan secara bersamaan.

5.11 Metode Perhitungan Hidrolis (EPANET 2.0)

EPANET 2.0 merupakan salah satu software jaringan distribusi yang dikembangkan oleh
Water Supply and Water Resources Division USEPA’s National Risk Management
Research Laboratory. EPANET adalah sebuah program komputer yang menggambarkan
simulasi hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa.

Jaringan itu sendiri terdiri dari pipa, node (titik koneksi pipa), pompa, katup, tangki air,
dan reservoir. EPANET menjajaki aliran air di tiap pipa, kondisi tekanan air di tiap titik,
dan konsentrasi bahan kimia yang mengalir di dalam pipa selama dalam periode
pengaliran. Sebagai tambahan, usia air (water age) dan pelacakan sumber dapat juga
disimulasikan.

V-20
Kriteria Teknis Perencanaan

EPANET didesain sebagai alat untuk mencapai dan mewujudkan pemahaman tentang
pergerakan dan nasib kandungan air minum dalam jaringan distribusi. EPANET juga dapat
digunakan untuk analisis berbagai aplikasi jaringan distribusi, sebagai contoh untuk
pembuatan desain, kalibrasi model hidrolis, analisis sisa khlor, dan analisis pelanggan.

EPANET dapat membantu dalam mengatur strategi untuk merealisasikan kualitas air
dalam suatu sistem. Semua itu mencakup:
1. Alternatif penggunaan sumber dalam berbagai sumber dalam satu sistem.
2. Alternatif pemompaan dalam penjadwalan pengisian / pengosongan tangki.
3. Penggunaan treatment, misal khlorinasi pada tangki penyimpan.
4. Penargetan pembersihan pipa dan penggantiannya.

Dijalankan dalam lingkungan Windows, EPANET dapat terintegrasi untuk melakukan


editing dalam pemasukan data, running simulasi, dan melihat hasil running dalam berbagai
bentuk (format), termasuk dengan kode-kode yang berwarna pada peta, tabel data, serta
citra kontur. EPANET adalah alat bantu analisi hidrolis yang di dalamnya terkandung
kemampuan seperti:
1. Kemampuan analisis yang tidak terbatas pada penempatan jaringan
2. Perhitungan harga kekasaran pipa menggunakan persamaan Hazen-Williams, Darcy
Weisbach, atau Chezy-Manning.
3. Termasuk juga minor head losses untuk bend, fitting, dsb.
4. Pemodelan terhadap kecepatan pompa yang konstan maupun variabel.
5. Menghitung energi pompa dan biaya
6. Pemodelan terhadap variasi tipe dari valve termasuk shitoff, check, pressure
regulating, dan flow control valve.
7. Tersedia tangki penyimpan dalam berbagai bentuk, termasuk diameter yang
bervariasi terhadap tingginya.
8. Memungkinkan dimasukkannya kategori kebutuhan (demand) ganda pada node,
masing-masing dengan pola tersendiri yang bergantung pada variasi waktu.
9. Model pressure yang bergantung pada pengeluaran aliran dari emiter (sprinkler
head).
10. Dapat dioperasikan dengan sistem dasar pada tangki sederhana atau kontrol waktu,
dan pada kontrol waktu yang lebih kompleks.

V-21
Kriteria Teknis Perencanaan

Komponen-komponen EPANET 2.0 terdiri atas :


1. Komponen Fisik
Komponen fisik merupakan elemen yang ada di lapangan kemudian dimodelkan
dalam EPANET 2.0. Komponen fisik tersebut meliputi reservoir, tangki, junction,
pipa, valve, dan pompa.
2. Komponen Non Fisik
EPANET 2.0 memiliki tiga komponen non fisik yang menggambarkan aspek
operasional dari sistem distribusi, yaitu curve, pattern, dan control.

5.11.1 Model Simulasi Hidrolis


Simulasi hidrolis EPANET yang menghitung head junction dan aliran dalam link secara
tetap terhadap level reservoir, level tangki, dan kebutuhan air selama periode waktu. Level
waktu terhadap level reservoir dan kebutuhan junction diperbarui mengikuti pola waktu
dimana tangki level diperbarui menggunakan aliran saat itu.

Penyelesaian untuk head dan aliran pada titik yang terpisah meliputi penyelesaian secara
simultan dalam persamaan aliran untuk tiap junction dan hubungan headloss pada tiap link
pada jaringan. Proses tersebut dikenal dengan hydraulic balancing, menggunakan teknik
iterasi yang melibatkan persamaan non-linear. EPANET menggunakan gradient algorithm
untuk kebutuhan tersebut.

5.11.2 Perhitungan Diameter dan Kehilangan Tekan


Besarnya diameter pipa yang akan digunakan diperoleh melalui persamaan Hazen-
Williams: (Babbitt, 1967)
0.54
⎛ Δh ⎞
Q = 0.2785 C D 2.63 ⎜ ⎟ ,
maka:
⎝ L ⎠

D = 2.63√ (Q / [0.2785 C (∆h/L)0.54])


dengan, Q = Qmax/day
C = koefisien kekasaran HW (=100)
∆h = beda ketinggian tiap segmen
L = jarak horizontal tiap segmen

V-22
Kriteria Teknis Perencanaan

Untuk mendapatkan garis tekan pada jalur distribusi, perlu dihitung kehilangan tekanan di
tiap titik tertentu pada jalur pipa. Kehilangan tekanan dibagi menjadi dua yaitu major
losses dan minor losses. Kehilangan tekan pada pipa dapat dituliskan melalui persamaan:
∆Htotal = ∆Hmayor + ∆Hminor

1. Major Losses
Major losses adalah kehilangan tekanan akibat aliran dalam pipa. Untuk menghitung
major losses pada titik tertentu , harus diketahui panjang horizontal, beda ketinggian,
debit yang diinginkan, serta diameter pipa yang digunakan pada titik tersebut.
Persamaan yang dipakai adalah Hazen-William: (Babbitt, 1967)
⎡ Q ⎤
∆Hmayor = ⎢ . Lpipa
⎣ (0.2785.C.D .S )⎦
2.63 0.54 ⎥

dengan, Q = debit aliran (m3/s)


C = koefisien kekasaran pipa HW
D = diameter pipa (m)
Δh
S= = kemiringan profil pipa
L
Harga C untuk berbagai pipa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.2 Koefisien Kekasaran Relatif (C)
Jenis Pipa C
Pipa besi cor baru 130
Pipa besi cor tua 100
Pipa baja baru 120-130
Pipa baja tua 80-100
Pipa dengan lapisan semen 130-140
Pipa dengan lapisan semen-asbes 140
PVC 140-150
Sumber : PDAM Kota Bandung

2. Minor Losses
Minor losses adalah kehilangan tekanan akibat perubahan besar kecepatan aliran
(akibat penyempitan atau pembesaran diameter pipa) atau akibat perubahan arah aliran
(akibat adanya belokan atau aksesoris pipa). Rumus yang digunakan adalah: (Babbitt,
1967)

V-23
Kriteria Teknis Perencanaan

⎛ v2 ⎞
∆Hminor = K ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 2g ⎠
dengan, K = konstanta perlengkapan pipa
v = kecepatan aliran tiap pipa
g = percepatan gravitasi
Harga K untuk berbagai perlengkapan pipa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3 Nilai K untuk Perlengkapan Pipa


Jenis Perlengkapan Pipa Nilai K
Gate valve dalam kondisi
− Terbuka penuh 0,2
− ¼ terbuka 1,2
− ½ terbuka 5,6
− ¾ terbuka 2,4
Angle valve dalam kondisi
terbuka penuh 2,5
Butterfly valve dalam kondisi
− Sudut bukaan 10o 1
− Sudut bukaan 40o 10
− Sudut bukaan 70o 920
90o elbow dengan
− Regular flange 0,21-0,3
− Long radius flange 0,14-0,23
− Short radius screwed 0,9
− Medium radius screwed 0,75
− Long radius screwed 0,6
Sudden contraction
− d/D=1/4 0,42
− d/D=1/2 0,33
− d/D=3/4 0,19
Sumber : Practical Hydrolics for The Public Work Engineer, 1968

Perhitungan sisa tekan merupakan head yang ada pada suatu titik setelah mengalami
berbagai kehilangan akibat headloss (mayor losses dan minor losses) maupun akibat

kecepatan aliran air ⎛⎜ v ⎞⎟ . Dalam perencanaan ditetapkan sisa tekan di akhir jalur pipa
2

⎝ 2 g ⎠
adalah sebesar 10-15 m kolom air. Jika terlalu besar maka pipa dapat pecah karena tdak
mampu menahan tekanan yang sangat besar dan jika terlalu kecil aliran air tidak dapat
digunakan untuk sistem distribusi nantinya. Sisa tekan (residual head) dinyatakan sebagai :
(Al-Layla et.al, 1980)

V-24
Kriteria Teknis Perencanaan

Rh = Havailable – headloss - ⎛⎜ v ⎞⎟
2

⎝ 2 g ⎠

5.11.3 Profil Hidrolis


Profil hidrolis adalah gambar yang menunjukkan posisi ketinggian pipa dan garis
hidrolisnya pada titik di suatu jalur perpipaan. Profil hidrolis digambarkan dengan
menempatkan panjang pipa sehingga sumbu absis dan tinggi perletakan pipa atau kontur
tanah serta ketinggian hidrolis pada sumbu ordinat. Profil hidrolis ditunjukkan dalam
bentuk hydraulic grade line (HGL).

Persamaan energi dalam sistem dihasilkan dari penerapan prinsip kekekalan energi pada
aliran fluida. Energi yang dimiliki oleh suatu fluida yang mengalir tediri dari energi dalam
dan energi akibat tekanan, kecepatan, dan kedudukan. Dalam arah aliran, prinsip energi
diringkas dalam suatu persamaan sebagai berikut:

Energi1+Energi yang ditambahkan–Energi yang hilang–Energi yang diambil=Energi2

Persamaan ini untuk aliran mantap fluida tak kompresible, dalam hal ini perubahan energi
dalam diabaikan. Sehingga di atas dapat disederhanakan menjadi: (teorema Bernoulli)
(Babbitt, 1967)
⎛ P1 v12 ⎞ ⎛ P2 v 22 ⎞
⎜⎜ + + Z 1 ⎟ + (H A − H L − H E ) = ⎜⎜
⎟ + + Z 2 ⎟⎟
⎝ ρg 2 g ⎠ ⎝ ρg 2 g ⎠

Hydraulic Grade Line (HGL) adalah garis yang menunjukkan efek dari gesekan yang
terjadi di dalam pipa, perubahan kecepatan dan perubahan energi dalam pipa tersebut.
Sehingga HGL merupakan garis yang jarak vertikalnya dari sentroid aliran di suatu titik
pada saluran tertutup proporsional terhadap tekanan pada pipa pada titik tersebut. Jika
tekanan di dalam pipa kurang dari tekanan atmosfer maka garis HGL akan terletak di
bawah garis jalur pipa. Hal ini menunjukkan terjadinya tekanan negatif.
P
HGL = +Z
ρg

V-25
Kriteria Teknis Perencanaan

Energy Grade Line (EGL) adalah pernyataan grafis dari energi tiap bagian. Garis energi
akan turun dalam arah aliran kecuali bila ada energi yang ditambahkan oleh alat-alat
mekanik seperti pompa, atau jika profil muka tanah naik.
P v2
EGL = + +Z
ρg 2 g

Kedua garis tersebut menunjukkan pengaruh kehilangan tekan dan perubahan kecepatan
terhadap tekanan dan energi dalam pipa. Penempatan perlengkapan pipa pada pipa
distribusi akan mengakibatkan penurunan HGL dan EGL pada perletakannya. Perhitungan
HGL dan EGL pada jalur pipa dilakukan dengan perhitungan berdasarkan kehilangan
tekan yang terjadi.

EGL

HGL ∆H
Elevasi (z)

Pipa

P
ρg

Jarak (m)

Gambar 5.1 Profil Hidrolis Aliran dalam Pipa

V-26

Anda mungkin juga menyukai