Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

KEPERAWATAN HOME CARE

PADA “NY.T” DENGAN DIAGNOSA MEDIS “STROKE” DI BTN CABALU

DI SUSUN OLEH:

NAMA : INDRIANI

KELAS : S1.KEPERAWATAN

NIM: A.18.10.026

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AJARAN 2020/2021


FORMAT PENGKAJIAN

Nama Preceptee : INDRIANI

NIM : A.18.10.026

No. RM :-

Tanggal :-

Ruangan :-

DATA UMUM

1. Identitas Klien

Nama : Ny.T

Umur : 64 Th

Tempat/Tanggal lahir : 1/januari/1956

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Janda

Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA

Suku :Bugis

Pekerjaan : IRT

Alamat : Btn Cabalu

Telp. : -

Tanggal masuk RS :-

Golongan darah : -

Sumber info : Pasien

Penanggung jawab / pengantar

Nama : -

Umur : -

Pendidikan terakhir : -

Pekerjaan : -

Hubungan dengan klien : -

Alamat :-

Telp :-

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan utama : Asam urat,koleterol

2. Alasan masuk RS : -

3. Riwayat Penyakit

Provocative/Palliative : kolesterol tinggi yang tidak terkontrol


Quality : Seperti terususk-tusuk

Region : Nyeri yang dirasakan pada di kaki

Severity : Hilang timbul

Timing : 7 (sedang)

Data Medik

A. Dikirim oleh : - UGD Dokter Praktek

B. Diagnosa Medik

o Saat masuk :-

o Saat pengkajian : stroke iskemik

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

Saat kecil / kanak-kanak : Pssien mengatakan tidak ada riwayat penyakit saat

kecil.

Penyebab : Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu.

Riwayat perawatan : Pasien mengatakan tidak ada riwayat perawatan yang

pernah dialami.

Riwayat operasi : Pasien mengatakan tidak ada riwayat operasi masa

lalu.

Riwayat pengobatan : Pasien mengatakan tidak ada riwayat pengobatan

terlebih dahulu.

Riwayat alergi : Pasien tidak ada riwayat alergi.


Riwayat immunisasi : Pasien mengatakan tidak mengingat riwayat

imunisasinya.

Lain-lain :-

IV..RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Genogram:

Ket: Klien mengatakan tidak ada riwayat keturunan


IV. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

1. Pola koping : Pasien mengatakan menerima dengan keadaannya karena pasien

sadar umurnya sudah tua

2. Harapan klien thd keadaan peny.-nya : Harapan pasien agar dapat bisa sembuh

kembali.

3. Faktor stressor : Pasien mengatakan sudah baisa dengan penyakitnya.

4. Konsep diri : Pasien menginginkan kesembuhan.

5. Pengetahuan klien ttg penyakitnya : Pasien sudah mengetahui dirinya bahwa

pasien tersebut terkena penyakit stroke ringan

6. Adaptasi : Pasien sudah beradpatsi dengan penyakitnya.

7. Hubungan dengan anggota keluarga : Pasien mengatakan hubungannya baik

dan

suka berbaur dengan keluarganya.

8. Hubungan dengan masyarakat : Pasien mengatakan kurang gemar dalam

menjalankan aktivitas.

9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : Pasien mengatakn bahwa dirinya

mengahrgai perasaan orang lain yang ada disekitarnya.


10. Aktifitas social : Pasien mengatakan aktivitas sosialnya kurang melakukan

aktivitas.

11. Bahasa yang sering digunakan: Bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa

bugis.

12. Keadaan lingkungan : Pasien mengatakan tidak teralalu berabur dengan keadaan

sekitarnya.

13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : Pasien mengatakan rajin sholat 5 waktu.

14. Keyakinan tentang kesehatan : Pasien mengatakan agar dirinya cepat

sembuh.

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

Kehilangan BB : Pasien mengatakan kehilangan berat badannya mulai

dari 75 ke 50

Kelemahan : Pasien nampak nyeri pada kaki sebelah kiri

Vital sign :

- TD : 120/80 mmhg

- N : 84x/menit

- S : 36,7 0C

- P : 20 x/menit

Tingkat kesadaran :

- E:4
- V:5

- M:6

2. Head to toe

o Kulit/integumen : Texturnya kasar dan berwarna kecoklatan

o Kepala & rambut : Warna dan bentuk rambut berwarna hitam keputihan

dan setengah bahu

o Kuku : Kuku napak tidak terawat

o Mata/penglihatan : Pasien ada efek rabun mata

o Hidung/penghiduan : Bentuk posisi mancung

o Telinga/pendengaran : telinga pasien nampak bersih dan tidak memakai alat

bantu

o Mulut dan gigi : Bentuk bibir sedang,gangguan menelan tidak ada, dan

mulut serta

giginya sudah sebagian tidak mempunayai gigi

o Leher : Tidak ada pembengkakan pada leher pasien tersebut

o Dada : Bentuk dada normal atau sudah terlihat kendur

o Abdomen : Bentuk perutnya terlihaat kendur

o Perineum & genitalia : Tidak terkaji

o Extremitas atas : Tidak mengalami kekakuan

o Extremitas bawah : Mengalami kesulitan bergerak

3. Pemeriksaan diagnostik : -
4. Penatalaksanaa medis/terapi : -

Yang mengkaji

INDRIANI

NIM : A. 18.10.026

FORMAT KLASIFIKASI DATA

Nama / umur : NY.T/64 th

Ruang / kamar : -

Kategori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif

Fisiologis Respirasi -

Sirkulasi -

Nutrisi dan Cairan -

Eliminasi DS:

-Desakan berkemih (Urgensi)

-Urin menetes (dribbling)

-Sering buang air kecil

-Nokturia

-Mengompol

-Enuresis

DO:

-Distensi kandung kemih

-Berkemih tidak tuntas


-Volume residu urin meningkat

Aktivitas dan Istirahat DS:

- mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas.

- Nyeri saat bergerak.

- Enggan melakukan pergerakan.

-Merasa cemas saat bergerak.

DO:

- Kekuatan otot menurun

- Rentang gerak (ROM) menurun.

- Sendi kaku.

- Gerakan tidak terkoordinasi

- Gerakan terbatas

- Fisik lemah

Neorosensori -

Reprodukdi dan Seksualitas -

Integritas Ego -

Pertumbuhan dan Perkembangan -

Perilaku Kebersihan Diri -

Penyuluhan dan Pembelajaran -

Relasional Interaksi Sosial -

Lingkungan Keamanan dan Proteksi -


Psikologis Nyeri dan Kenyamanan DS:

- Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan

- Merasakan sesuatu melalui indera

perabaan,penciuman,perabaan atau penegecapan.

- menyatakan kesal

DO:

-Distori sensori

- Respons tidak sesuai

- Bersikap seolah melihat,mendengar

,mengecap,meraba,atau mencium,sesuatu.

- Menyendiri

- Melamun

- Konsentrasi buruk

- Bicara sendiri

- Melihat ke satu arah

Integritas Ego -

Pertumbuhan dan Perkembangan -

Perilaku Kebersihan Diri -

Penyuluhan dan Pembelajaran -

Relasional Interaksi Sosial -

Lingkungan Keamanan dan Proteksi -


FORMAT ANALISA DATA
Nama / umur : NY.T/64 th

Ruang / kamar : -

Tanda Dan Gejala Penyebab Masalah

DS: Keenggangan Gangguan


melakukan mobilitas
1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
pergerakan fisik
2. Nyeri saat bergerak
3. Enggan melakukan pergerakan
4. Merasa cemas saat bergerak

DO:

1. Kekuatan otot menurun


2. Rentang gerak (ROM) menurun
3. Sendi kaku
4. Gerakan tidak terkoordinasi
5. Gerakan terbatas
6. Fisik lemah

DS: Gangguan Gangguan


pendengaran persepsi
1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
sensori
2. Merasakan sesuatu melalui indera
perabaan,penciuman,perabaan atau pengecapan
3. Menyatakan kesal

DO:

1. Distori sensori
2. Respons tidak sesuai
3. Bersikap seolah
melihat,mendengar,mengecap,meraba,atau mencium
sesuatu
4. Menyendiri
5. Melamun
6. Konsentrasi buruk
7. Disorientasi waktu,tempat,orang atau situasi
8. Curiga
9. Melihat ke satu arah
10. Mondar-mandir
11. Bicara sendiri

DS: Penurunan Gangguan


kapasitas eliminasi
1. Desakan berkemih (urgensi)
kandung kemih urine
2. Urin menetes (dribbling)
3. Sering buang air kecil
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis

DO:

1. Distensi kandung kemih


2. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
3. Volume residu urin meningkat

FORMAT DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Nama / umur : NY.T/64 th

Ruang / kamar : -

Diagnosa keperawatan Tgl.Ditemukan Tgl.Teratasi

Gangguan mobilitas fisik - -

Gangguan persepsi sensori - -

Gangguan eliminasi urine - -

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Inisial klien : NY.T

Ruangan :-

No. RM :-

No. Diagnosis Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

1. Gangguan mobilitas fisik - kaku sendi (2) Observasi:

- kelemahan fisik (3) - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan

- Gerakan terbatas (2) fisik lainnya.

- Identifikasi toleransi fisik melakukan

pergerakan.

- Monitor frekuensi jantung dan tekanan

darah sebelum memulai mobilisasi.

- Monitor kondisi umum selama melakukan

mobilisasi.

Terapeutik

- fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat

bantu (mis, pagar tempat tidur).

- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika

perlu.

- Libatkan keluarga untuk membantu pasien


dalam meningkatkan pergerakan.

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.

- Anjurkan melakukan mobilisasi dini.

- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus

dilakukan (mis, duduk ditempat tidur,duduk

disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur

ke kursi.

Observasi

2. Gangguan persepsi sensori -verbalisasi merasakan melalui - Periksa status mental,status sensori, dan

indera perabaan (3) tingkat kenyamanan (mis.nyeri,kelelahan).

- Menarik diri (2) Terapeutik

- Diskusikan tingkat toleransi terhadap

beban sensori (mis.bising, terlalu terang).

- Batasi stimulus lingkungan

(mis.cahaya,suara,aktivitas).

- Jadwalkan aktivitas harian dan waktu

istirahat.

- Kombinasikan prosedur/tindakan dalam

satu waktu,sesuai kebutuhan.


Edukasi

- Ajarkan cara meminimalisasi stimulus

(mis,mengatur pencahayaan

ruangan,mengurangi kebisingan,membatasi

kunjungan).

Kolaborasi

- kolaborasi dalam meminimalkan

prosedur/tindakan.

- Kolaborasi pemberian obat yang

mempengaruhi persepsi stimulus.

Observasi

- Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai


3. Gangguan eliminasi urine - Berkemih tidak tuntas (1)
usia.
- Volume residu urine (3)
- Monitor integritas kulit pasien.

Terapeutik

- Buka pakaian yang diperlukan untuk

memudaahkan eliminasi.

- Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/urinal secara

konsisten.

- Jaga privasi selama eliminasi.

- Ganti pakaian pasien setelah

eliminasi,jika perlu.

- Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah

digunakan.

- Latih BAAK/BAB sesuai jadwal,jika

perlu.

- Sediakan alat bantu (mis. Kateter

eksternal,urinal), jika perlu.

Edukasi

- Anjurkan BAK/BAB secara rutin.

- Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika

perlu
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN STROKE DENGAN SISTEM

GANGGUAN NEUROLOGI

DI SUSUN OLEH:

NAMA : INDRIANI

KELAS : S1.KEPERAWATAN

NIM: A.18.10.026

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang:

Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang

ras, jenis kelamin, atau usia . Spesialis Saraf Rumah Sakit Premier Jatinegara,

Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke semakin penting dan

mendesak karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan

menduduki urutan pertama di Asia dan keempat di dunia, setelah India, Cina,

dan Amerika. Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013

(Riskesdas 2013), stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.

Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau

gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak

57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Definisi stroke

menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan

kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler (Israr, 2008). Setiap

tahun, hampir 700.000 orang Amerika mengalami stroke,

dan stroke mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Di Amerika Serikat

tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi

kematian akibat stroke. Pada suatu saat, 5,8 juta orang di Amerika Serikat

mengalami stroke, yang mengakibatkan biaya kesehatan berkenaan dengan

stroke mendekati 70 miliar dolar per tahun. Pada tahun 2010, Amerika telah
menghabiskan $ 73,7 juta untuk menbiayai tanggungan medis dan rehabilitasi

akibat stroke. Selain itu, 11% orang Amerika berusia 55-64 tahun mengalami

infark serebral silent; prevalensinya meningkat sampai 40% pada usia 80

tahun dan 43% pada usia 85 tahun (Medicastore, 2011). Prevalensi Stroke

berdasarkan diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan

(17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa

Timur sebesar 16 per mil. Terjadi peningkatan prevalensi stroke berdasarkan

wawancara (berdasarkan awaban responden yang pernah didiagnosis nakes

dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007) menjadi 12,1 per1000

(2013) (Riskesdas 2013). Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85%

orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila

menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan

dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring

dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada

tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Yastroki, 2012).

2. Tujuan:

a. Tujuan Umum: Untuk mengetahui gambaran kadar gula darah > 200

mg/dl dan <

200 mg/dl dengan derajat keparahan stroke pada penderita stroke

iskemik trombotik.

b. Tujuan Khusus:

o Untuk mengelompokkan kadar gula darah dalam kelompok > 200

mg/dl dan < 200

mg/dl.

o Untuk mengetahui derajat keparahan stroke.


o Untuk membandingkan tiap kelompok kadar gula darah dan derajat

keparahan stroke pada penderita stroke iskemik trombotik.

3. Manfaat: Agar dapat mengetahui apa itu penyakit stroke dan membantu

mahasiswa mempelajari lebih dalam bagia-bagian yang ada pada system

neurologi ini teptnya pada stroke.

B. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Medis

7. Defenisi : Stroke merupakan cedera adalah disfungsi neurologi akut yang

disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak

dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang

terganggu.

8. Etiologi :

7. Thrombosis celebral

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami osklusi

seehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan

oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada

orang tua sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena

penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat

menyebabkan iskemi selebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali

memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit otak:

o Athaerosklerosis, adalah mengerasnya pembuluh darah serta

berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh

darah. Manifestasi klinis athaerosklerosis bermacam-

macam, kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:


- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan

berkurangnya aliran darah.

- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi

thrombosis.

- Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian

melepaskan kepingan thrombus (embolus).

- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma

kemudian robek dan terjadi perdarahan.

4. Hy percoagulasi pada polysitemia, darah bertambah kental,

peningkatan viskositas/hematocrit meningkat dapat

melambatkan aliran darah serebral.

5. Arteritis (radang pada arteri).

8. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh

bekuan darah, lemak dan udara pada umumnya emboli berasal dari

thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat system arteri

serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul

kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat

menimbulkan emboli:

5. Katup-katup jantung yang rusak akibat rheumatic heart

desease,(RHD)

6. Myokard infark

7. Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk

pengososngan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan


kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan

mengeluarkan embolus-embolus kecil.

8. Endocarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan

terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

9. Haemorhagi

Perdarahan intracranial atau intraserebral termasuk perdarahan

dala ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan

ini dapat rejadi karena atherosclerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya

pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim

otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan

jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak,

jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan

mungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak yang paling lazim

terjadi:

o Aneurisima berry, biasanya defek kongenital.

o Aneurisima fusiformis dari atherosclerosis.

o Aneurisima arteriovenous, terjadi hubungan persambungan

pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk

vena.

o Rupture arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan

penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

10. Hypoksia umum

o Hypertensi yang parah.

o Cardiac pulmonary arrest.

o Cardiac output turun akibat aritmia.


11. Hipoksia setempat

o Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan

subarachnoid.

o Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migraine.

9. Patofisiologi

Otak kita sangat sensitive terhadap kondisi penurunan atau hilangnya

suplai darah. Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak

seperti jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya otot, otak, tidak bisa

menggunakan metabolism aneorobik jika terjadi kekurangan oksigen atau

glukosa. Otak diperfusi dengan jumlah yang cukup banyak dibanding

organ lain yang kurang vital untuk mempertahankan metabolism serebral.

Iskemik jangka pendek dapat mengarah kepada penurunan system

neurologis sementara atau TIA,jika aliran darah tidak diperbaiki pada

jaringan otak atau infark dalam hitungan menit. Luasnya infark

bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan

sirkulasi kolateral ke area yang disuplai.

Infakserebral adalah berkurangnya suplai darah kearea tertentu

diotak. Luasnya infark bergantung pada factor-faktor sperti lokasi dan

besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap

area suplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak

dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan local

(thrombus,emboli,pendarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena

gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).

Atherhosklerotik sering/cenderung sebagai factor penting terhadap ortak,


thrombus dapat berasal dari flakarterosklerotik, atau darah dapat beku

pada area yang stenosid, diaman aliran darah akan lambat atau terjadi

turbolensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa

sebagai emboli dalam aliran darah.

Thrombus dapat mengakibtakan:

o Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang

bersangkutan.

o Edema dan kongesti disekitar area.

Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari

area itu sendiri. Edema dapat beerkurang dalam beberapa jam

atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan

berkurangnya edema pasien mulai menunjukkan perbaikan,

CVA. Karena thrombosis biaasanya tidak fatal, jika tidak terjadi

perdarahan massif. Opulasi pada pembuluh darah serebral oleh

ombolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis.

Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh

darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa

infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat

menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah hal ini akan

menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau

ruktur. Perdarahan pada otak leboh disebabkan oleh ruktur

arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan

nintraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian

dibandingkan dari keseluruhan penyakit serebro vaskuler. Jika

sirkulasi serebral terahambat, dapat berkembang anoksia


serebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat

refersibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irrefersibel

bila anokisa lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi

gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest,

10. Manifestasi Klinik :

12. Peringatan dini/awal

Beberapa jenis stroke mempunyai tanda-tanda peringatan dini

yang dikenal dengan sebutan serangan iskemik jangka pendek.

Manifestasi dari iskemik stroke yang akan terjadi termasuk

hemiparesis transien (tidak permanen), kehilangan kemampuan

berbicara, dan kehilangan sensori setengah/hemisensori.

Manifestasi-manifestasi dari stroke karena thrombosis berkemabang

dalam hitungan menit ke hitungan jam sampai hari. Serangan yang

lambat terjadi karena ukuran thrombus terus meningkat. Pertama-

tama terjadi sumbatan sebagian di pembuluh darah yang terkena

kemudian menjadi total. Kebalikan dari stroke trombotikm, yaitu

manifestasi dari stroke embolik terjadi tiba-tiba dan tanpa peringatan

awaal.

Stroke hemoragik juga terjadi sangat cepat, dengan

manifestasi berkembang hanya dalam beberapa menit sampai

beberapa jam. Manifestasi yang paling sering terjadi termasuk sakit

kepala yang berasal dari bagian belakang leher,vertigo,atau

kehilanagn kesadaran karena hipotensi (sinkop), parastesia, paralis

sementara, epistaksis, dan perdarahan pada retina.


Manifestasi gangguan harus ada lebih 24 jam untuk bisa di

diagnosis sebagai stroke. TIA adalah gangguan neurologis yang

utama yang berlangsung kurang dari 24 jam.

11. Komplikasi :

13. Berhubungan dengan immobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri pada

daerah tertekan, konstipasi dan thrombophlebitis.

14. Berhngungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung,

dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh.

15. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy dan sakit kepala.

16. Hidrochepalus.

12. Pemeriksaan Diagnostik:

17. Rontgen kepala dan medulla spinalis

18. Elektro encephalografi

19. Punksi lumbal

20. Angiografi

21. Computerized tomografi scanning (CT.scan)

22. Magnetic resonance imaging

13. Penatalaksanaan:

 Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:

4. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan

pengisapan lender yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan

trakeostomi, membantu pernafasan.

5. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk

usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

6. Berusaha menemukan dan meperbaiki aritmia jantung.


7. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai

kateter.

8. Menempatkan pasien dala posisi yang tepat, harus dilakukan

secepat mungkin paisen harus dirubah posisi tiap 2 jam dan

dilakukan latiha-latihan gerak pasif.

2. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

C. Identitas klien

Meliputi nama,umur,(kebanyakan teerjadi pada usia tua),jenis

kelamin, pendidikan,alamat,pekerjaan ,agama,suku bangsa,

tanggal dan jam MRS, nomor register,diagnose medis.

D. Riwayat kesehatan

- Keluhan utama : Biasanya didapatkan kelemahan

anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak

dapat berkomunikasi . (jusuf misbach,1999).

- Riwayat penyakit sekarang : serangan stroke hemaragik

seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien

sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri

kepala, mual,muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,

disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau

gangguan fungsi otak yang lain. )siti rochani,2000).

- Riwayat penyakit dahulu : adanya riwayat hpertensi,

diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat

trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan


obat-obat anti koagulan,aspirin,vasodilator, obat-obat

adiktif, kegemukan. (Donna D.Ignativicius,1995).

- Riwayat penyakit keluraga : biasanya ada riwayat

keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes

militus. (Hendro susilo,2000).

- Riwayat psikososial : stroke memang suatu penyakit

yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaaan,

pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keungan

keluarga sehingga factor biaya ini dapat mempengaruhi

stabilitas emosi dan fikira klien dan keluarga.

- Pola-pola fungsi kesehatan

12. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat,

biasanya ada riwayat perokok, penggunaan

alcohol,penggunaan obat kontrasepsi oral.

13. Pola nutrisi dan metabolism, adanya keluhan

kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual

muntah pada fase akut.

14. pola eliminasi : biasanya terjadi inkontinensia

urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi

konstipasi akibat penurunan peristalistik usus.

15. Pola aktivitas dan latihan : adanya kesukaran

untuk beraktifitas karena kelemahan,kehilangan

sensori atau atau paralise/hemiplegi, mudah

lelah.
16. Pola tidur dan istirahat : biasanya klien

mengalami kesukaran untuk istirahat karena

kejang otot/nyeri otot.

17. Pola hubungan dan peran : adanya peubahan

hubungan dan peran karena klien mengalami

kesukaran untuk berkomunikasi akibat

gangguan bicara.

18. Pola presepsi dan konsep diri : klien merasa

tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,

tidak kooperatif.

19. Pola sensori dan kognitif : pada pola sensori

klien mengalami gangguan

penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan

atau sentuhan menurun pada muka dan

ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif

biasanya terjadi penurunan memori dan proses

berfikir.

20. Pola reproduksi seksual : biasanya terjadi

penurunan gairah seksual akibat dari beberapa

pengobatan stroke, sepereti obat anti kejang,

anti hipertensi, antagonis histamine.

21. Pola penanggulangan stress : klien biasanya

mengaalami kesulitan untuk memecahkan

masalah karena gangguan proses berfikir dan

kesulitan komunikasi.
22. Pola tata niali dan kepercayaan : klien biasaanya

jarang melakukan ibadah karena tingkah laku

yang tidak stabil, kelemahn atau kelumpuhan

pada salah satu sisi tubuh.

E. Pemeriksaan fisik

- Keadaan umum

o Kesadaran : umumnya mengalami penurunan

kesadaran.

o Suara bicara : kadang mengalami gangguanyaitu

sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara.

o Tanda-tanda vital : tekana darah meningkat,

denyut nadi bervariasi.

- Pemeriksaan integument :

5. Kulit : jika klien kekurangan o2 kulit akan

tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka

turgor kulit kan jelek. Disamping itu perlu juga

dikaji tanda-tanda decubitus terutama pada

daerah yang menonjol karena klien CVA

BLEDING harus bedrestemati 2-3 minggu.

6. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger,

cyanosis rambut umumnya tidak ada kelainan.

7. Pemeriksaan kepala dan leher :

Kepala: bentuk normochephal muka umunya

tidak simestris yaitu mecong kesalah satu sisi


leher kaku duduk jarang terjadi (satyanegara,

1998)

Pemeriksaan dada : pada pernafasan kadang

didapatkan suuara nafas terdengar

ronchi,wessing ataupun suara nafas tambahan,

pernafasan tidak teratur akibat penurunan reflex

batuk dan penelan.

8. Pemeriksaaan abdomen : didapatkan penuruna

peristaltic usus akibat betres yang lama, dan

kedaan terdapat kembung.

9. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus kadang

terdapat incontinensia atau retensio urin

10. Pemeriksaan ekstremitas : sering didapatkan

kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

11. Pemeriksaan neurologi :

- Pemeriksaan nervuscranialis : umumnya terdapat

gangguan nervuskranialis VI dan XII central.

- Pemeriksaan motoric : hampir selalu terjadi

kelumpuhan/ kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

- Pemeriksaan sensorik : dapat terjadi hemihipestesi

- Pemeriksaan reflex.
b. Diagnosis Keperawatan :

F. Gangguan mobilitas fisik

G. Gangguan persepsi sensori

H. Gangguan eliminasi urine

c. Rencana Asuhan Keperawatan :

a. Diagnose 1 (gangguan mobilitas fisik)

DS:

- mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

- nyeri saat bergerak.

- Enggan melakukan pergerakan

- Merasa cemas saat bergerak

DO:

- Kekuatan otot menurun

- Rentang gerak (ROM) menurun

- Sendi kaku

- Gerakan tidak terkoordinasi

- Gerakan terbatas

- Fisik lemah

b. Diagnose 2 (gangguan persepsi sensori)

DS:

- Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan

- Merasakan sesuatu melalui indera

peraban,penciuman,perabaan atau pengecapan

- Menyatakan kesal
DO:

- Distori sensori

- Respons tidak sesuai

- Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap,

meraba, atau mencium sesuatu.

- Menyendiri

- Melamun

- Konsebtrasi buruk

- Disorientasi waktu,tempat,orang atau situasi

- Curiga

- Melihat ke satu arah

- Mondar-mandir

- Bicara sendiri

c. Diagnose 3 (gangguan eliminasi urine)

DS:

- Desakan berkemih (urgensi)

- Berkemih tidak tuntas (hesitancy)

- Volume residu urine meningkat


JURNAL PADA PASIEN “STROKE” DENGAN GANGGUAN SISTEM

NEUROLOGI

DI SUSUN OLEH:

NAMA : INDRIANI

KELAS : S1.KEPERAWATAN

NIM: A.18.10.026
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AJARAN 2020/2021

Ruangan :-
Preceptor Klinik :-
Hari/Tanggal : Bulukumba, 14 Desember 2020
Preceptor Institusi : Amirullah, S.Kep, Ns, M.Kep
Jam : 13;09
Nama Preceptee : INDRIANI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN


STROKE ISKEMIK

- Populasi dan sampel : Dalam pernelitian ini adalah sebagian pasien yang menderita
penyakit stroke iskemik dan non stroke iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan. Besar
sampel di ambil dengan menggunakan rumus perhitungan Lemeshow. Berdasarkan Odds
Ratio dari beberapa variabel didapatkan Odds Ratio yang paling kecil yaitu variabel usia
tua, setelah dilakukan perhitungan berdasarkan rumus sehingga didapatkan besar sampel
sebesar 44 responden untuk kelompok kasus dan 44 responden untuk kelompok kontrol.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling, yaitu
cara pengambilan sampel dari anggota populasi denggan menggunakan acak tanpa
memperhatikan strata dalam anggota populasi tersebut (Riduwan, 2013). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah karakteristik dan hipertensi dan variabel terikat adalah
kejaidan stroke iskemik. data yang digunakan merupakan jenis data sekunder dengan
menggunakan buku rekam medik yang ada di Rumah Sakit. Analisis data dilakukan
secara bertahap yaitu dengan menggunakan analisis univariat, dan analisis bivariat,
dimana analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk masing-masing variabel
atau disebut juga dari hasil analisis berdistribusi tunggal (Notoatmojo, 2010). Analisis
univariat bertujuan untuk menggambarkan kejadian stroke iskemik dan non stroke
iskemik berdasarkan variabel independen karakteristik dan hipertensi, dan variabel
dependen kejadian stroke iskemik dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menganilisis hubungan antara dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat bertujuan
untuk melihat hubungan antara variabel independent (hipertensi) dan variabel dependen
(kejadian stroke) setelah dikontrol oleh variabel penganggu (umur, jenis kelamin dan
pekerjaan). Analisis data yang dilakukan untuk melihat hubungan penelitian dengan
menggunakan uji Chi-square (Yasril, 2009).
- Intervensi : Terapi pengobatan menggunakan obat anti hipertensi,obat antiplatelet untuk
mencegah pembekuan darah serti aspirin.
- Comparation: data yang ada menunjukkan bahwa dari 88 responden yang memiliki
riwayat hipertensi dan mengalami stroke iskemik sebesar 97,7% dan yang tidak
mengalami stroke iskemik sebesar 25,0%. Responden yang tidak mempunyai riwayat
hipertensi dan mengalami stroke iskemik hanya 2,3% dan yang tidak mengalami stroke
iskemik sebesar 75,0%. Perbandingan persentase kejadian stroke iskemik lebih banyak
terjadi pada pasien dengan riwayat hipertensi, hampir seluruh pasien stroke iskemik
memiliki riwayat hipertensi. Analisis statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji
Chi square didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) artinya bahwa ada hubungan antara hipertensi
dengan kejadian stroke iskemik. Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh nilai OR
sebesar 129,000 (95% CI ; 15,848 - 1050,034) sehingga responden yang riwayat
hipertensi 129,000 kali lebih berisiko mengalami stroke iskemik dibandingkan dengan
responden yang tidak mempunyai riwayat.
- Out come: Dari penelitian ini adalah sebagian besar responden mempunyai riwayat
hipertensi, sebagian besar responden berusia ≥ 55 tahun, sebagian responden berjenis
kelamin laki-laki, sebagian responden mempunyai status tidak bekerja. Berdasarkan
analisis statistik didapatkan nilai p < α, sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan
antara usia dengan kejadian stroke iskemik, ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian stroke iskemik, ada hubungan pekerjaan dengan kejadian stroke iskemik, dan
ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke iskemik. Berdasarkan perhitungan
statistik antara usia dengan kejadian stroke iskemik diperoleh OR sebesar 3,286.
Sehingga responden yang memiliki usia ≥55 tahun kemungkinan mempunyai risiko
mengalami stroke iskemik sebesar 3,286 kali dibandingkan dengan responden yang
berusia <55 tahun dan secara statistik bermakna. Menurut perhitungan statistik antara
jenis kelamin dengan kejadian stroke iskemik diperoleh OR 4,765. Sehingga responden
yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai risiko untuk mengalami stroke iskemik
sebesar 4,765 kali dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan dan
secara statistik bermakna. Berdasarkan perhitungan statistik antara status pekerjaan
dengan kejadian stroke iskemik diperoleh nilai OR sebesar 4,667. Sehingga responden
yang tidak bekerja mempunyai risiko untuk mengalami stroke iskemik sebesar 4,667 kali
dibandingkan dengan responden yang memiliki pekerjaan dan secara statistik
bermakna.Berdasarkan perhitungan statistik antara hipertensi dengan kejadian stroke
iskemik diperoleh OR 129,000. Sehingga responden yang memiliki riwayat hipertensi
mempunyai risiko untuk mengalami stroke iskemik 129,000 kali lebih besar
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi.
- Critical thingking: Melakukan penyuluhan dengan bekerja sama dengan puskesmas
setempat tentang factor resiko stoke dengan lebih intensif melalui media cetak atau audio
visual serta ceramah kesehatan disekolah, tempat-tempat ibadah dan ditempat-tempat
umum lainnya. Bagi masyarakat sehat diharapkan mengurangi gaya hidup yang tidak
sehat dan berhenti merokok. Seelain itu juga melakukan olahraga untuk kesehatan tubuh
minimal 3 kali dan maksimal 5 kali dalam seminggu pada hari yang berbeda-beda secara
bergantian. Sedangkan bagi masyarakat yang memiliki riwayat hipertensi supaya
mengkomsumsi obat anti hipertensi sesuai dosis yang dianjurkan dokter, mengurangi
stress, hindari merokok serta mengkomsumsi makanan yang tinggi serat,rendah lemak
dan rendah karbohidrat.

Preceptor institusi
Preceptor klinik

Amirullah, S.Kep, Ns, M.Kep


JURNAL PADA PASIEN “STROKE” DENGAN GANGGUAN SISTEM

NEUROLOGI

DI SUSUN OLEH:

NAMA : INDRIANI

KELAS : S1.KEPERAWATAN

NIM: A.18.10.026

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AJARAN 2020/2021


Ruangan :-
Preceptor Klinik :-
Hari/Tanggal : Bulukumba,14 Desember 2020
Preceptor Institusi : Amirullah, S.Kep, Ns, M.Kep
Jam : 13;09
Nama Preceptee : INDRIANI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN


STROKE ISKEMIK

Populasi dan sampel : Dalam pernelitian ini adalah sebagian pasien yang menderita penyakit
stroke iskemik dan non stroke iskemik di RSUD Ngimbang Lamongan. Besar sampel di ambil
dengan menggunakan rumus perhitungan Lemeshow. Berdasarkan Odds Ratio dari beberapa
variabel didapatkan Odds Ratio yang paling kecil yaitu variabel usia tua, setelah dilakukan
perhitungan berdasarkan rumus sehingga didapatkan besar sampel sebesar 44 responden untuk
kelompok kasus dan 44 responden untuk kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik simple random sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari anggota
populasi denggan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata dalam anggota populasi tersebut
(Riduwan, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik dan hipertensi dan
variabel terikat adalah kejaidan stroke iskemik. data yang digunakan merupakan jenis data
sekunder dengan menggunakan buku rekam medik yang ada di Rumah Sakit. Analisis data
dilakukan secara bertahap yaitu dengan menggunakan analisis univariat, dan analisis bivariat,
dimana analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk masing-masing variabel atau
disebut juga dari hasil analisis berdistribusi tunggal (Notoatmojo, 2010). Analisis univariat
bertujuan untuk menggambarkan kejadian stroke iskemik dan non stroke iskemik berdasarkan
variabel independen karakteristik dan hipertensi, dan variabel dependen kejadian stroke iskemik
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan
untuk menganilisis hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel
dependen. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independent
(hipertensi) dan variabel dependen (kejadian stroke) setelah dikontrol oleh variabel penganggu
(umur, jenis kelamin dan pekerjaan). Analisis data yang dilakukan untuk melihat hubungan
penelitian dengan menggunakan uji Chi-square (Yasril, 2009).
Intervensi : Terapi pengobatan menggunakan obat anti hipertensi,obat antiplatelet untuk
mencegah pembekuan darah serti aspirin.
Comparation: data yang ada menunjukkan bahwa dari 88 responden yang memiliki riwayat
hipertensi dan mengalami stroke iskemik sebesar 97,7% dan yang tidak mengalami stroke iskemik
sebesar 25,0%. Responden yang tidak mempunyai riwayat hipertensi dan mengalami stroke
iskemik hanya 2,3% dan yang tidak mengalami stroke iskemik sebesar 75,0%. Perbandingan
persentase kejadian stroke iskemik lebih banyak terjadi pada pasien dengan riwayat hipertensi,
hampir seluruh pasien stroke iskemik memiliki riwayat hipertensi. Analisis statistik yang
dilakukan dengan menggunakan uji Chi square didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) artinya bahwa ada
hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke iskemik. Berdasarkan perhitungan statistik
diperoleh nilai OR sebesar 129,000 (95% CI ; 15,848 - 1050,034) sehingga responden yang
riwayat hipertensi 129,000 kali lebih berisiko mengalami stroke iskemik dibandingkan dengan
responden yang tidak mempunyai riwayat.
Out come: Dari penelitian ini adalah sebagian besar responden mempunyai riwayat hipertensi,
sebagian besar responden berusia ≥ 55 tahun, sebagian responden berjenis kelamin laki-laki,
sebagian responden mempunyai status tidak bekerja. Berdasarkan analisis statistik didapatkan nilai
p < α, sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian stroke iskemik,
ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian stroke iskemik, ada hubungan pekerjaan
dengan kejadian stroke iskemik, dan ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke
iskemik. Berdasarkan perhitungan statistik antara usia dengan kejadian stroke iskemik diperoleh
OR sebesar 3,286. Sehingga responden yang memiliki usia ≥55 tahun kemungkinan mempunyai
risiko mengalami stroke iskemik sebesar 3,286 kali dibandingkan dengan responden yang berusia
<55 tahun dan secara statistik bermakna. Menurut perhitungan statistik antara jenis kelamin
dengan kejadian stroke iskemik diperoleh OR 4,765. Sehingga responden yang berjenis kelamin
laki-laki mempunyai risiko untuk mengalami stroke iskemik sebesar 4,765 kali dibandingkan
dengan responden yang berjenis kelamin perempuan dan secara statistik bermakna. Berdasarkan
perhitungan statistik antara status pekerjaan dengan kejadian stroke iskemik diperoleh nilai OR
sebesar 4,667. Sehingga responden yang tidak bekerja mempunyai risiko untuk mengalami stroke
iskemik sebesar 4,667 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki pekerjaan dan secara
statistik bermakna.Berdasarkan perhitungan statistik antara hipertensi dengan kejadian stroke
iskemik diperoleh OR 129,000. Sehingga responden yang memiliki riwayat hipertensi mempunyai
risiko untuk mengalami stroke iskemik 129,000 kali lebih besar dibandingkan dengan responden
yang tidak memiliki riwayat hipertensi.
Critical thingking: Melakukan penyuluhan dengan bekerja sama dengan puskesmas setempat
tentang factor resiko stoke dengan lebih intensif melalui media cetak atau audio visual serta
ceramah kesehatan disekolah, tempat-tempat ibadah dan ditempat-tempat umum lainnya. Bagi
masyarakat sehat diharapkan mengurangi gaya hidup yang tidak sehat dan berhenti merokok.
Seelain itu juga melakukan olahraga untuk kesehatan tubuh minimal 3 kali dan maksimal 5 kali
dalam seminggu pada hari yang berbeda-beda secara bergantian. Sedangkan bagi masyarakat yang
memiliki riwayat hipertensi supaya mengkomsumsi obat anti hipertensi sesuai dosis yang
dianjurkan dokter, mengurangi stress, hindari merokok serta mengkomsumsi makanan yang tinggi
serat,rendah lemak dan rendah karbohidrat.

Preceptor institusi
Preceptor klinik

Amirullah, S.Kep, Ns, M.Kep

Anda mungkin juga menyukai