Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia
Di Susun oleh :
Noviyanti 41183402170060
UNIVERSITAS ISLAM 45
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkah, rahmat, dan
hidayah yang dilimpahkan-Nya, kami dapat menyusun dan menylesaikan makalah yang
berjudul “PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SEPIHAK PT. SMELTING GRESIK”
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu mata kuliah Ekonomi Manajerial
Akhir kata saya mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
sebagai penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
A. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Identifikasi Kasus......................................................................................................................6
B. Definisi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).............................................................................7
C. Penyebab Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)...........................................................................7
D. Penyelesaian..............................................................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bekerja merupakan salah satu cara seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang dimilikinya. Tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja menghasilkan
barang dan/jasa, dengan menerima upah atau imbalan lain (Asri Wijayanti, 2014:1).
Sampai tahun 2017, sebanyak 48,05 juta penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas
yang mempunyai status pekerjaan sebagai buruh/karyawan/pegawai (BPS,
2018:92:147-148). Indonesia merupakan negara relatif memiliki banyak kota industri,
perwujudan hak-hak pekerja maupun pengusaha di tempat kerja perlu didukung.
Penting menciptakan hubungan industrial yang baik terutama mitra sosial kuat serta
dialog sosial yang terjalin baik dan efektif Indonesia antara pekerja dan pengusaha
sehingga memperlancar perundingan dan penyelesaian perselisihan yang ada antara
kedua belah pihak tersebut. Terdapat beberapa lembaga yang mendukung hubungan
industrial dan dialog sosial di Indonesia, termasuk organisasi pengusaha, organisasi
pekerja, Lembaga Kerja Sama Bipartit dan Tripartit, Peraturan Perusahaan, Perjanjian
Kerja Bersama (yang selanjutnya disebut PKB) dan Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industial.
Fakta bahwa adanya lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
tidak membuat perselisihan hubungan industrial menjadi hilang sama sekali. Masih
terdapat perselisihan yang terjadi antara pihak pekerja dan pihak pengusaha. Beberapa
tahun terakhir, banyak perselisihan terkait upah minimum ditunjukkan dengan aksi
mogok kerja. Dalam kasusnya terdapat 51 mogok tercatat pada tahun 2012 dan 239
mogok tercatat pada tahun 2013 (ILO, 2015:76:50). Contoh yang terjadi kasus yang
ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, antara PT Smelting dengan 309 pekerjanya.
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Kasus
pekerja/serikat buruh PUK SPL FSPMI melakukan aksi mogok kerja. Pada
sisi lain pihak perusahaan menilai bahwa mogok kerja yang dilakukan oleh pihak
pekerja/buruh yang tergabung dalam serikat pekerja/serikat pekerja PUK SPL FSPMI
tidak sah karena pihak perusahaan berpendapat bahwa pihak perusahaan masih mau
berunding lagi. Pada dasarnya mogok kerja merupakan hak dasar bagi pekerja/buruh
seperti yang termuat dalam Pasal 137 UUK.
Mogok kerja yang sah adalah mogok kerja yang merupakan akibat gagalnya
sebuah perundingan, melaksanakan pemberitahuan kepada pihak pengusaha dan
Dinas Tenaga Kerja setempat, pemberitahuan dilakukan 7 (tujuh) hari sebelum
pelaksanaan mogok kerja, dan isi pemberitahuan harus sesuai dengan ketentuan Pasal
140 Ayat (2) UUK hal tersebut sesuai Pasal 3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :Kep.232/men/2003 tentang Akibat Hukum
Mogok Kerja yang Tidak Sah (yang selanjutnya disebut Kepmenakertrans 232)
menggunakan penafsiran a contrario.
D. Penyelesaian
1. Perundingan Bipartit
Perundingan dua pihak antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan buruh atau
serikat buruh. Bila dalam perundingan bipartit mencapai kata sepakat mengenai
penyelesaiannya maka para pihak membuat perjanjian bersama yang kemudian
didaftarkan pada PHI setempat. Namun apabila dalam perundingan tidak mencapai
kata sepakat, maka para pihak yang berselisih harus melalui prosedur penyelesaian
Perundingan Tripartit.
2. Perundingan Tripartit
Perundingan antara pekerja, pengusaha dengan melibatkan pihak ketiga sebagai
fasilitator dalam penyelesaian PHI diantara pengusaha dan pekerja. Perundingan
tripartit bisa melalui mediasi, konsiliasi dan arbitrase.
a. Mediasi
Penyelesaian melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator
dari pihak Depnaker, yang antara lain mengenai perselisihan hak, kepentingan, PHK
dan perselisihan antar serikat buruh dalam satu perusahaan. Dalam mediasi, bilamana
para pihak sepakat maka akan dibuat perjanjian bersama yang kemudian akan
didaftarkan di PHI.
Namun bilamana tidak ditemukan kata sepakat, maka mediator akan mengeluarkan
anjuran secara tertulis. Jika anjuran diterima, kemudian para pihak mendaftarkan
anjuran tersebut ke PHI. Di sisi lain, apabila para pihak atau salah satu pihak menolak
anjuran maka pihak yang menolak dapat mengajukan tuntutan kepada pihak yang lain
melalui PHI.
b. Konsiliasi
Penyelesaian melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang konsiliator (yang
dalam ketentuan UU PHI adalah pegawai perantara swasta bukan dari Depnaker
sebagaimana mediasi) yang ditunjuk oleh para pihak. Seperti mediator, Konsiliator
berusaha mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya.
Bila tidak dicapai kesepakatan, Konsiliator juga mengeluarkan produk berupa anjuran.
c. Arbitrase
Penyelesaian perselisihan di luar PHI atas perselisihan kepentingan dan perselisihan
antar serikat buruh dalam suatu perusahaan dapat ditempuh melalui kesepakatan
tertulis yang berisi bahwa para pihak sepakat untuk menyerahkan perselisihan kepada
para arbiter. Keputusan arbitrase merupakan keputusan final dan mengikat para pihak
yang berselisih, dan para arbiter tersebut dipilih sendiri oleh para pihak yang berselisih
dari daftar yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
3. Pengadilan Hubungan Industrial
Bagi pihak yang menolak anjuran mediator dan juga konsiliator, dapat mengajukan
gugatan ke PHI. Tugas PHI antara lain mengadili perkara Perselisihan Hubungan
Industrial, termasuk perselisihan PHK, serta menerima permohonan dan melakukan
eksekusi terhadap Perjanjian Bersama yang dilanggar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279).
Republik Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
Kep.232/men/2003 tentang Akibat Hukum Mogok Kerja Yang Tidak Sah.