Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TERAPI BERMAIN KEPERAWATAN ANAK II

20:22  Agus Purnomo  1 comment

KATA PENGANTAR
Rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat kemurahannya makalah ini dapat
kami selesaikan sesuai yang di harapkan. Kami berharap proposal terapi bermain ini bisa
diterima.
            Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing di mata kuliah Keperawatan Anak II, Ibu
Lidia Hastuti, M.Kes. sehingga proposal ini dapat selesai seperti yang telah diharapkan.
            Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan hidayah, bimbingan dan petunjuk-Nya
kepada kita semua. Amin.

                                                                                                
Pontianak,April 2012

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kepuasan.
Aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, meskipun hal
tersebut tidak meghasilkan komoditas tertentu.
            Bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara optimal. Anak
bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan lainnya sehingga hal
tersebut memberikan kebebasan bermain untuk anak sehingga orang tua dapat mengetahui
suasana hati si anak. Oleh karena itu dalam memilih alat bermain hendaknya disesuaikan dengan
jenis kelamin dan usia anak. Sehingga dapat merangsang perkembangan anak secara optimal.
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktifitas bermain ini tetap perlu
dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi anak.

B.     Tujuan
Terapi Bermain
I.                   Tujuan Umum
Merangsang perkembangan sensorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral, dan
bermain dengan terapi.
II.                Tujuan Khusus
-          Meningkatkan kemampuan dan kreatifitas.
-          Meningkatkan keterampilan anak.
-          Mengidentifikasi anak terhadap keterampilan tertentu.
-          Memberikan kesenangan dan kepuasan.
III.             Manfaat Terapi Bermain
-          Untuk anak-anak sebagai salah satu terapi pengobatan dan menghilangkan kejenuhan terhadap
suasana rumah sakit.
-          Sebagai sarana orang tua untuk mengetahui suasana hati anak saat bermain.
BAB II
ISI
A.    Definisi
            Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap hari secara
sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi anak-anak untuk
belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan
sosial anak.

B.     Fungsi Bermain


            Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik, perkembangan
intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain sebagai terapi.
1.      Perkembangan sensorik-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan
bermain aktif sangat penting untuk perkembangan pengobatan. Perkembangan intelektual anak
melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
2.      Perkembangan sosial anak akan memberi dan menerima serta mengembangkan hubungan sesuai
dengan belajar memecahkan masalah dan hubungan sulit.
3.      Perkembangan kreatifitas anak belajar merealisasikan diri.
4.      Perkembangan kesadaran diri, anak belajar mengenal kemampuan dengan mencoba peran-peran
baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
5.      Perkembangan moral, anak akan belajar mengenai nilai dan moral dan etika belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta belajar bertanggung jawab atas segala
tindakan yang telah dilakukan.
6.      Bermain sebagai terapi, anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi
melalui kesenangannya bermain.

C.     Tujuan Bermain


1.      Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit, pada saat sakit
anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
2.      Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3.      Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
4.      Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah sakit.

D.    Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain


1.      Tahap perkembangan
2.      Jenis kelamin anak
3.      Status kesehatan anak
4.      Lingkungan yang tidak mendukung
5.      Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak

E.     Prinsip-Prinsip Dalam Aktifitas Bermain


1.      Perlu energi ekstra
2.      Waktu yang cukup
3.      Alat permainan
4.      Ruang untuk bermain
5.      Pengetahuan cara bermain
6.      Teman bermain

F.      Klasifikasi Bermain


1.      Berdasarkan isi permainan :
a.       Sosial Affective Play
b.      Sense of Pleasure Play
c.       Skill Play
d.      Games atau Permainan
e.       Unoccupied Behaviour
f.       Dramatic Play

G.    Pelaksanaan Terapi Bermain


1.      Pengorganisasian
a.       Leader : Adithya Juniarti Putri
Tugas :
-          Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapis
-          Menjelaskan tujuan terapi bermain
-          Menjelaskan aturan terapi permainan
b.      Co. Leader : Agustina
Tugas :
-          Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan
-          Menyampaikan jalannya kegiatan
-          Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya.
c.       Observer : Agus Halilintar dan Hasyim Asy’ari Ibrahim
Tugas :
-          Mengevaluasi jalannya kegiatan
d.      Fasilitator : Adtry Sadila, Ana Mathavani, Akhmad Fadli, Agus Purnomo, Anggista
Tugas :
-          Memfasilitator kegiatan yang diharapkan
-          Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
-          Sebagai Role Model selama kegiatan

H.    Jenis Permainan Yang Cocok


1.      Dramatic Play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain. Contoh: Anak memerankan
sebagai ayah atau ibu.
2.      Skill Play
Pada permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak khususnya motorik kasar dan halus.
Contoh : Bermain bongkar pasang.
3.      Assosiative Play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan yang lain, tetapi tidak
terorganisir. Tidak ada pemimpin yang memimpin permainan dan tujuan yang tidak jelas.
Contoh: anak-anak bernyanyi sesuai selera masing-masing.
4.      Cooperative Play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas tetapi tujuan dan pimpinan permainan
jelas. Contoh : anak-anak bernyanyi bersama-sama dengan satu orang menjadi pemimpin.

I.       Tahap Kerja Terapi Bermain


1.      Stimulasi Sosial
Anak bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan. Contoh: bermain pasir bersama-
sama.
2.      Stimulasi Keterampilan
Mengetahui kemampuan keterampilan yang ada pada anak sehingga dapat mengetahui bakat
anak. Contoh: Menggambar, bernyanyi, menari.
3.      Stimulasi Kerjasama
Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak-anak bermain menyusun puzzle,
bermain bola.

J.       Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Hari, tanggal               : Sabtu, 28 April 2012
Waktu                         : Pukul 08.00-08.30
Tempat                        : Ruang Anak, RSUD. Soedarso Pontianak
Jurusan Keperawatan  : D-III
Permainan :
-          Permainan Bongkar Pasang:
Meningkatkan keterampilan anak mengenai motorik kasar dan halus.
Cara Bermain :
Letakkan keping-keping puzzel disamping papan secara acak.
Ajaklah si anak untuk mencari pasangannya dengan meletakkan keping yang sesuai dengan pola
gambar di papan.
Lanjutkan dengan keping berikutnya sampai semua keping mendapat pasangannya.
Minta anak untuk menebak apa gambar yang terdapat di papan.
Beri reinforcement positif.
-          Lomba Mewarnai
 Menumbuhkan kreatifitas, sportifitas dan meningkatkan semangat untuk berkompetisi dalam
lomba.
Cara Bermain :
Leader membagikan gambar dan pensil warna
Minta anak untuk mewarnai sesuai dengan seleranya
Berikan waktu 10 menit untuk mewarnai gambar
-          Lomba Menyanyi
Menumbuhkan kepercayaan diri, bakat pada anak.
Cara Kerja :
Minta anak untuk menyanyikan lagu kesukaannya
Beri reinforcement positif
K.    Sasaran
Sasaran terapi bermain ini untuk anak usia 4 – 6 tahun.

L.     Metode
Demonstrasi

M.   Kriteria Penilaian


1.      Evaluasi Struktur
Peralatan bermain seperti boneka, buku gambar dan pensil berwarna sudah tersedia
Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain
Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu
Jumlah terapis 10 orang.
2.      Evaluasi Proses
Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur.
Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik.
Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan.
80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir.
3.      Evaluasi Hasil
100 % anak merasa
75 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
25 % anak dapat menyatakan perasaan senang

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
            Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain sama saja
bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk perkembangan
sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi anak saat
sakit.
            Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya mengembangkan kreatifitas
dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak untuk beradaptasi secara efektif
terhadap stress karena sakit dan di rawat di Rumah Sakit.

B.     Saran
            Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di RS juga
disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit. Mensosialisasikan
terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan terapi di rumah dan di
rumah sakit.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun tidak
pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain,
anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al,
1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang
penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain berguna
untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah
pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin
mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui
kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih
banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008).

B.     TUJUAN

1.      Tujuan Umum


Tujuan umum dialakukannya terapi ini adalah untuk merangsang perkembangan sensorik,
motorik, intelektual, social, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain anak.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengembangkan nilai dan moral anak dengan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
b.    Mengembangkan psikomotor anak, anak dapat menyusun balok ke atas tanpa jatuh dan dapat
menyusun gambar yang telah disediakan
c.       Mengembangkan kognitif anak, anak dapat mengetahui cara menyusun balok dan gambar
dengan benar
d.      Mengembangkan bahasa, anak mengenal kata-kata baru
e.       Melatih social emosi anak
 BAB II
TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

A.    Definisi Bermain

Tumbuh Kembang anak usia prasekolah akhir (4-5tahun) merupakan pertumbuhan dimana
anak berada pada fase inisiatif vs masa bersalah (initiative vs guilty). Sedangkan menurut
Sigmund Freud anak berada pada fase phalid yaitu dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki .
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadari (wholey and Wong,1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster,1989). Bermain adalah kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).

B.     Fungsi Bermain

Bermain memiliki beberapa fungsi, diantaranya:


1.      Perkembangan Sensori Motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,misalnya meraih pensil.
2.      Perkembangan Kognitif
Membantu mengenal benda sekitar(warna,bentuk kegunaan)
3.      Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.
4.      Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam
kelompok.

5.      Kesadaran Diri (Self Awareness)


Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
6.      Perkembangan Moral
Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman menyesuaikan dengan aturan
kelompok. Contoh : dapat menerapkan kejujuran.
7.      Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya :
marah,takut,benci.
8.      Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi nak yang belum dapat mengatakan secara verbal,
misalnya : melukis,menggambar

C.    Petunjuk Perkembangan Anak Usia 4-6 Tahun (Pra-Sekolah)

1.      Dari aspek fisik


Di rentang usia 3-5 tahun dengan titik puncak di usia 5 tahun, kemampuan motorik anak, baik
kasar maupun halus, sudah mencapai tingkat kematangan. Untuk motorik kasar, anak sudah bisa
berjalan, berlari, melompat, berdiri dengan satu kaki, bahkan memanjat. Sedangkan untuk
motorik halus, anak sudah bisa menjimpit benda-benda kecil, semisal koin. Mulai usia 5 tahun ke
atas seharusnya anak sudah mampu memegang pensil dengan benar seperti yang dilakukan orang
dewasa pada umumnya. Namun ingat, kemampuan memegang pensil dengan benar ini bukan
berarti anak juga wajib bisa menulis
2.      Dari aspek sosial
Di usia ini anak seharusnya sudah terampil berinteraksi dengan teman sebayanya. Peran peer
group mulai terlihat penting. Jadi, jika anak di rentang usia ini masih soliter alias asyik dengan
dunianya sendiri, khususnya bagi anak usia 4 tahun ke atas, berarti dia mengalami keterhambatan
dalam perkembangan social

3.      Dari aspek kognisi


Wajarnya anak di rentang usia ini sudah masuk fase praope-rasional. Dalam bahasa awamnya,
anak sudah dapat membayangkan objek tertentu atau seseorang hanya dari deskripsi, nama atau
suaranya.
4.      Dari aspek bahasa
Menguasai lebih dari 1.000 kosakata. Penguasaan tata bahasanya pun
3-4 tahun meningkat pesat. Contohnya, sudah bisa mengatakan, "Aku mau makan
pisang manis."
Anak mulai kenal sopan santun saat bicara. Misalnya, ketika menjawab
4-6 tahun pertanyaan guru atau orang dewasa, ia sudah bisa memilih kata yang
lebih santun.
5.      Dari aspek kepribadian
Di rentang usia ini anak diharapkan memiliki inisiatif untuk bereksplorasi sebanyak dan sejauh
mungkin. Sayangnya, anak kerap dihadang oleh aturan-aturan tertentu yang membatasi
eksplorasinya.

D.    Karakteristik Bermain Usia 4-6 Tahun (Prasekolah)

1. Cross motor and fine motors


2. Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
3. Sangat energik dan imaginative
4. Mulai terbentuk perkembangan moral
5. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
6. Assosiative play
7. Dramatic play
8. Skill play
9. Laki-laki aktif bermain di luar
10. Perempuan didalam rumah
Alat permainan yang cocok untuk anak usia 3-6 tahun:
1.      Peralatan rumah tangga
2.      Sepeda roda Tiga
3.      Papan tulis/kapur
4.      Lilin,boneka,kertas
5.      Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk

  
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN UNTUK ANAK
USIA 4-6 TAHUN

A.    Pelaksanaan Terapi Bermain


1.      Pembukaan
a.       Salam Terapetik
1.      Salam terapeutik kepada adik-adik
2.      Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur Menanyakan nama lengkap dan
nama panggilan dari semua adik
b.      Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan adik-adik saat ini
2.      Kegiatan Inti
a.       Kontrak
1.      Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
2.      Lama kegiatan 20-30 menit
b.      Menjelaskan aturan main
1.      Ketika kakak berbicara adik-adik mendengarkan
2.      Ketika akan bertanya atau menjawab mengangkat tangan terlebih dahulu, setalah itu berbicara
3.      Tidak diperkenankan merebut alat permainan dan alat permainan digunakan secara bersama
4.      Tidak diperkenankan berkelahi
5.      Merapikan alat permainan setelah melakukan permainan,
c.       Kegiatsn bermain
1.      Menyusun balok
2.      Menyusun gambar

d.      Penutup
1.      Istirahat
2.      Evaluasi kegiatan
3.      Doa
4.      Memberaskan alat

B.     Tata Cara Bermain


1.      Leader
a.       Membuka acara dan mempersilakan masing-masing anggota kelompok memperkenalkan diri.
b.      Mepersilakan adik-adik memperkenalkan diri
c.       Menjelaskan tujuan diadakannya terapi
d.      Menjelaskan teknik bermain
2.      Co Leader
a.       Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b.      Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya
c.       Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
d.      Membantu memimpin jalannya kegiatan
e.       Menggantikan leader jika terhalang tugas
3.      Observer
a.       Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya
permainan serta perilaku yang diharapkan
b.      Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan evaluasi
kelompok
c.       Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama berlangsungnya proses kegiatan
4.      Fasilitator
a.       Memotivasi adik-adik dalam terapi bermain
b.      Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan
c.       Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
d.      Membimbing kelompok selama permainan
e.       Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f.       Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
g.      Sabagai role model bagi klien dalam kagiatan

C.    Waktu dan pelaksanaan


Judul / jenis permainan : Menyusun balok
  Menyusun gambar
Jumlah anak : 4 – 6 orang
Usia anak : Prasekolah ( 4- 6 tahun )
Tanggal pelaksanaan : 29 Maret 2010
Lama / waktu bermain : 20 – 30 menit   ( Pukul  10.00– 10.30 )
Media yang digunakan : Potongan balok
Potongan gambar
Hadiah sebagai reinforcement bagi anak
Jam / pengukur waktu
Tempat : Ruang Keperawatan Anak Poltekkes
  Kemenkes Tanjungkarang

D.    Pengorganisasian
Leader       : Dedy Kurniawan Silitonga
Co leader   : Firda Garbo Iman
Observer    : Noverita Gusmeta
Fasilitator  :
1.      Eko Febriantoro
2.      Elfina Maharani
3.      Fatkhurohman
4.      Galuh Widia Kesuma N
5.      Komang Astrawan
6.      Nur Aris Hendayanto
7.      Nurleili
E.     Kriteria Sasaran Bermain
1.      Anak usia 4-6 tahun sejumlah 4-6 orang
2.      Tidak dalam keadaan sakit berat
3.      Kooperatif

F.     Kriteria Hasil


            Evaluasi Struktur
a.       Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan
b.      Posisi tempat di lantai menggunakan tikar
c.       Adik-adik sepakat untuk mengikuti kegiatan
d.      Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e.       Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
            Evaluasi Proses
a.       Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b.      Leader mampu memimpin acara.
c.       Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d.      Fasilitator mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan.
e.       Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi
masalah.
f.       Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi
sebagai evaluator kelompok
g.      Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
            Evaluasi Hasil
1.      Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a.       Menjelaskan apa yang sudah dilakukan
b.      Menyampaikan perasaan setelah melkukan kegiatan
2.      25%  anak menyatakan rasa senangnya

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, bagi anak bermain sama dengan
bekerja bagi orang dewasa, bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk perkembangan
sensorik , motorik, intelektual,social,kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi saat
anaksakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkebangan yang normal,
mengekpresikan dan  mengalihkan  perasaan kegiatan fantasi. Dan idenya mengembangkan
kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalahan dan membantu untuk anak untuk beradaptasi
secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di rumah  sakit.

B.     Saran
1.    Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaliknya di RS juga di
sediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang dirawat.
2.  Tempatkan petugas kesehatan yangmengerti tentang kejiwaan anak-anak dan pandai membujuk
anak-anak untuk ditugaskkan di ruang anak.
Sabtu, 08 Oktober 2011
KONSEP BERMAIN PADA ANAK

 2.1. DEFINISI BERMAIN


Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-
kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara .  (Wong, 2000).

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya .  (Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan.  (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah:
     “Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain
sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal
dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”
2.2.  FUNGSI BERMAIN PADA ANAK
            Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya
mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui
perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh
kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis,optimal
dan sensitif.
            Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak
diantaranya :
1.      Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan  taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru dilihatnya.Demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari anak lebih cepat berkembang
dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2.      Membantu Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada
saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak,
mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan
khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat
benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan
meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
3.      Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi
anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah
mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main
berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang
ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.

4.      Meningkatkan Kreatifitas


Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5.      Meningkatkan Kesadaran Diri


Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.

6.      Mempunyai Nilai Terapeutik


Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.

7.      Mempunyai Nilai Moral Pada Anak


Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan
yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

2.3. KECENDERUNGAN UMUM SELAMA ANAK-ANAK


           

Berdasarkan isinya :

a.      Bermain Afektif Sosial


Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan orang lain
hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya sambil berbicara, bersandung
kemudian anak memberikan respons seperti tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain. Sifat
dari bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap
simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.

b.      Bermain Bersenang-senang


Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga
anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain ini adalah
tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermain ini hanya
memberikan kesenangan pada anak tapa memperdulikan kehadiran orang lain, seperti bermain
boneka-bonekaan, binatang-binatangan,  dan lain-lain.

c.       Bermain Keterampilan


Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang
diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah
sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti
bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam
meletakkan gambar yang telahdi bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju dan lain-lain.
d.      Bermain Dramtik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-pura dalam
berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru dalam
kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan
sesuatu. Permainan dramatic ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan
mengenal kehidupan social.

e.       Bermain Menyelidiki


Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok untuk mengetahui
isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari
orang lain agar selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.

f.       Bermain Konstruksi


Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar menjadi sebuah
konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat dari permainan ini adalah aktif di
mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permaianan dan akan dapat
membangun kecerdasan pada anak.

a.      Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan
menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga. Sifatnya adalah
aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis permaianan dan akan
berfungsi memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan emosi pada anak.

b.      Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)


Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit,
bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak
melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat
permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat
permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran
ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.

Berdasarkan karakteristik sosial :

a.      Solitary Play


Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau independent
walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan
kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan
sendiri dalam perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu untuk menciptakan
kemandirian pada anak.

b.       Pararel Play


Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain akan tetapi tidak
ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi
masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan
tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.

c.       Associative Play


Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia toddler dan
dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam kelompok
dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.

d.      Cooperative Play


Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada memimpin
yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.

e.       Onlooker Play


 Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain, walaupun
anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.

f.       Therapeutic Play


Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi
dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini, 2004).
Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk
pengajaran perawatan diri pada anak-anak. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus
diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain
seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang
infus dan sebagainya.

2.4. PEDOMAN UNTUK KEAMANAN BERMAIN


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
a.      Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk
melakukan permainan.
b.      Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan
dapat optimal.
c.       Alat permainan
 Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak
serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d.      Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.
e.       Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih
berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
f.       Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam
menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan
orangtua dan anak menjadi lebih akrab.

Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE Merupakan alat
permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan
anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan
fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam mencapai fungsi
perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia
anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
            Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat kurang
memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa memperdulikan
jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga terkadang harganya
mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.
            Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis permainan yang
dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau dua,bola,mainan
yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau
motorik kasar,kemudian alat permainan gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat
digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita,
majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan
bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat
digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti
kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan
tingkah laku social.
            Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan
kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain
seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk mandiri.

2.5.

2.6. TERAPI BERMAIN PADA ANAK YANG DIHOSPITALISASI


Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain.
Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan
secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah
terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan
perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman
yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan
respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga
anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu rumah
sakit, antara lain:
a). Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
b). Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
c). Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
d). Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
e). Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur
medis
f). Memberi peralihan dan relaksasi
g). Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
h). Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
i). Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang
lain
 j). Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
 k). Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).

PRINSIP BERMAIN DI RS :

1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.


2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
3. Kelompok umur yg sama.
4. Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan
5. Semua alat permaianan dpt dicuci
6. Melibatkan ortu.

DAFTAR PUSTAKA

-          Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.
-          Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku kedokteran.Jakarta:EGC
-          Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:salemba medika.
-          Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak,EGC,Jakarta.
-          Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:Idai
-          Wong,D.L (1995), Nursing Care of Instants and Children,St. Louis Mosby

Anda mungkin juga menyukai