Tuberculoma
Tuberculoma
Tuberculoma
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otak
a. Anatomi Fisiologi Otak
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon), menerima 20 %
curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi
setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh
tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak
sangat rentan terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran darah berhenti 10 detik saja
sudah dapat menghilangkan kesadaran manusia. Berhenti dalam beberapa menit, merusak
permanen otak. Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan juga merusak jaringan otak
(Prince,Wilson, 2006:1024).
Ketika lahir seorang bayi telah mempunyai 100 miliar sel otak yang aktif dan 900 miliar sel otak
pendukung, setiap neuron mempunyai cabang hinggá 10.000 cabang dendrit yang dapat
membangun sejumlah satu kuadrilion. Koneksi, komunikasi, perkembangan otak pada minggu-
minggu pertama lahir diproduksi 250.000 neuroblast (sel saraf yang belum matang), kecerdasan
mulai berkembang dengan terjadinya koneksi antar sel otak, tempat sel saraf bertemu disebut
synapse, makin banyak percabangan yang muncul, makin berkembanglah kecerdasan anak
tersebut, dan kecerdasan ini harus dilatih dan di stimulasi.
Otak manusia adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya proses berfikir, berbahasa,
kesadaran, emosi dan kepribadian. Secara garis besar, otak terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu
neokortek atau kortex serebri, system limbik dan batang otak, yang berkerja secara simbiosis.
Bila neokortex berfungsi untuk berfikir, berhitung, memori, bahasa, maka sistek limbik berfungsi
dalam mengatur emosi dan memori emosional, dan batang otak mengarur fungsi vegetasi tubuh
antara lain denyut jantung, aliran darah, kemampuan gerak atau motorik, Ketiganya bekerja
bersama saling mendukung dalam waktu yang bersamaan, tapi juga dapat bekerja secara
terpisah.
Otak manusia mengatur dan mengkoordinir gerakan, perilaku dan fungsi tubuh,
homeostasisseperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan cairan,
keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain.
Otak terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan
melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di
kenal sebagai potensial aksi . Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh
tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter.
Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinapsis. Neurotransmiter
paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang ada antara lain asetil kolin,
dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin.
Selaput otak terdiri dari tiga lapisan: (1) durameter adalah meningens terluar yang mepurapakan
gabungan dari dua lapisan selaput yaitu: bagian dalam dan bagian luar, (2) arakhnoid merupakan
lapisan tengah antara durameter dan piameter, (3) piameter merupakan lapisan selaput otak yang
paling dalam yang langsung berhubungan dengan permukaan jaringan otak serta mengikuti
konvolusinya.
Otak dibagi ke dalam lima kelompok utama yaitu :
1. Telensefalon (endbrain)
Terdiri atas: hemisfer serebri yang disusun oleh korteks serebri, system limbic, basal
ganglia dimana basal ganglia disusun oleh nucleus kaudatum, nucleus lentikularis, klaustrum dan
amigdala.
a. Korteks serebri berperan dalam: persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat
pribadi, proses mental misalnya: berpikir, mengingat, membuat keputusan, kreativitas dan
kesadaran diri.
b. Nucleus basal berperan dalam: inhibisitonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan
menetap, penekanan pola-pola gerakan yang tidak berguna.
2. Diensefalon (interbrain)
Terbagi menjadi epitalamus, thalamus, subtalamus dan hipotalamus.
a. Thalamus berperan dalam : Stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar
terhadap sensasi, beberapa tingkat kesadaran, berperan dalam kontrol motorik.
b. Hipotalamus berperan dalam: mengatur banyak fungsi homeostatik, misalnya kontrol suhu,
rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan makanan. Penghubung penting antara sistem saraf dan
endokrin, sangat terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar.
3. Mesensefalon (midbrain) corpora quadrigemina
Memiliki dua kolikulus yaitu kolikulus superior dan kolikulus inferior dan terdiri dari
tegmentum yang terdiri dari nucleus rubra dan substansia nigra.
4. Metensefalon (afterbrain), pons dan medulla oblongata
Memiliki peran asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer, pusat pengaturan kardiovaskuler,
respirasi dan pencernaan. Pengaturan reflek otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur.
Penerimaaan dan integrasi semua masukan sinaps di korda spinalis, keadaan terjaga dan
pengaktifan korteks serebrum.
5. Serebellum
Memiliki peran dalam menjaga keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi dan
perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih. Hemisfer sendiri menurut pembagian fungsinya
masih di bagi kedalam lobus-lobus yang dibatasi oleh gyrus dan sulkus, seperti terlihat dalam
gambar dibawah ini: fungsi dari setiap lobus ada pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Fungsi Lobus Otak
Gambar 3. CT Scan Otak; Gambar A, tanpa kontras menunjukan pergeseran dari ventrikel,
Gambar B, dengan kontras tampak sebagai lesi space-occupying lesions,dari cerebellum kiri
MRI mempunyai peranan penting dalam diagnose tuberkuloma intracranial Pada MRI, gambar
T1-weighted MR dapat menunjukan area hypo- or isointensity dan T2-weighted images dapat
menunjukan hypointense, isointense atau central hyperintense zone dikelilingi hypointense rim.
Maka biasanya misdiagnosis dengan meningioma, neurinoma, bahkan dengan metastasis. Saat
ini dilaporkan bahwa proton magnetic resonance spectroscopy membedakan tuberculomas dari
kelainan intracranial lainnya (Yanardag et al, 2005).
Gambar 4. Magnetic resonance imaging pada otak; (a ,b) T2-weighted images;
and (c,d) post-gadolinium T1-weighted Gambar menunjukan 3 lapis dari
tuberkuloma otak.meliputi central, isodense, caseous, necrotic core
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mugkin terjadi pada tuberkuloma intrakranial yaitu:
1. Peningkatan TIK
2. Destruksi Otak Ireversibel
3. Gejala sisa yang menginkat pada keterlambatan inisiasi terapi
4. Syringomyelia Akut atau Kronis
5. Hilangnya penglihatan pada Optochiasmatic Tuberculoma
2.10 Prognosis
Demam, sakit kepala, tanda-tanda iritasi meningeal dan kelumpuhan saraf kranial adalah gejala
umum yang sering terjadi. Pemulihan lengkap terlihat pada pasien 40%. Koma dan TB milier
predisposisi prognosis buruk.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit endemi di negara berkembang dan 30% dari space occupation
lesi adalah tuberkuloma. Tuberculoma intrakranial berasal dari penyebaran secara hematogen
dari lesi tuberkulosa pada bagian tubuh yang lain terutama dari paru.
Gejala klinisnya serupa dengan tumor intrakranial, dengan adanya peningkatan tekanan
intracranial, tanda neurologic fokal, dan kejang epileptic, symptom sistemik dari tuberculosis
seperti demam, lesuh dan keringat berlebihan, terjadi kurang dari 50% dari kasus
Diagnosis Tuberkoloma intra cranial meliputi penemuan infeksi sistemik dan laboratorium
umum Neuroradiological imaging dengan CT and MRI (mempunyai sensitifitas yang tinggi
untuk tuberkuloma, tetapi spesifitas untuk diagnose defenifnya rendah), radiografi dada,
serologis, biopsy. Diagnosis pasti tuberkuloma ditegakkan dengan operasi dan pemeriksaan
histologi akan mengungkapkan suatu tuberkuloma.
Pengobatan optimal adalah eksisi tuberkuloma, jika tuberkuloma berada di daerah yang dapat
dijangkau dengan operasi dan diikuti kemoterapi antituberkulosa (Shams, 2011)
3.2 SARAN
Dengan pemeriksaan penunjang radiologik yang tepat dan sesuai dapat menegakkan diagnosa
dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas.
DAFTAR PUSTAKA
Lee WY, KY Pang, CK Wong, 2002. Case Report; Tuber Brain tuberculoma in HongKong
HKMJ 2002;8:52-6
Mulyono, Djoko, Djoko Iman Santoso, 1997. Tuberkulosis Milier dengan Tuberkuloma
Intrakranial Laporan Kasus. PPDS I Ilmu Penyakit Paru, Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Rumah Sakit Umum Daerah Dr Sutomo, Surabaya.
Shams, Shahzad. 2011. Intracranial Tuberculoma. Omar Hospital, Jail Road, Lahore, Pakistan.
www Brain Tuberculomas.htm, diakses 29 Juli 2012 jam 20.00
Suslu, Hikmet Turan , Mustafa Bozbuga, Cicek Bayindir, 2010. Cerebral Tuberculoma
Mimicking High Grade Glial Tumor. JTN.: 21( 3): 427-429
Wai S. Poon, A. Ahujal and A.K.C. Li, 1993.Optochiasmatic tuberculoma causing progressive
visual failure: when has medical treatment failed?. Postgrad Med J (1993) 69, 147- 149