Anda di halaman 1dari 97

Mewujudkan

Badan Peradilan Indonesia


yang Agung

4 AGUNG RI
.035
nd
P
Kekuasaan Kehakiman
dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung
dan lain-lain badan kehakiman
menurut undang-undang.
Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 24 Ayat 1

i
sebuah profil
1

Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah


Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di
bawahnya dalam lingkungan Peradiilan Umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan
Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi....

Perubahan Undang-Undang Dasar 1945


Pasal 24 Ayat 2

J
BADAN PERADILAN
DI MAHKAMAH AGUNG
BADAN PERADILAN
UMUM
BADAN PERADILAN
AGAMA
SEKAPUR SIRIH BADAN PERADILAN
KETUA MAHKAMAH TATA USAHA NEGARA
AGUNG
BADAN PERADILAN
WAKIL KETUA MILITER
MAHKAMAH AGUNG
BADAN PENGAWASAN
ARTI LAMBANG MAHKAMAH AGUNG
MAHKAMAH AGUNG
BADAN PENELITIAN DAN
SEJARAH PENGEMBANGAN DAN
MAHKAMAH AGUNG PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN HUKUM
STRUKTUR ORGANISASI DAN PERADILAN
MAHKAMAH AGUNG
BADAN URUSAN
VISI DAN MISI ADMINISTRASI
PEMBARUAN
FUNGSI MAHKAMAH AGUNG
MAHKAMAH AGUNG
DHARMAYUKTI KARINI
SEKRETARIAT
MAHKAMAH AGUNG
KEGIATAN SOSIAL
KEPANITERAAN DAN OLAHRAGA
MAHKAMAH AGUNG
GEDUNG
M AH KAM AH AGUNG

HUBUNGAN
ANTAR LEMBAGA
TIM PENYUSUN
Sejatinya sebuah
lembaga birokrasi
memiliki semangat
pelayanan dan
pengabdian
kepada negara dan
kemasyarakatan.
PROF. DR. M. HATTA ALI, SH. MH
KETUA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
Milik
Perpustakaan
Mahkamah Agung - R/

SEKAPUR SIRIH
Sejatinya sebuah lembaga birokrasi memiliki semangat pelayanan dan pengabdian
kepada negara dan kemasyarakatan. Dengan semangat itu akan tercipta satu
harmoni romantisme kehidupan kebangsaan yang sehat.
Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai tonggak pelaksanaan reformasi
birokrasi senantiasa meningkatkan kinerja dan semangat pengabdiannya.
Dengan sistim birokrasi satu atap yang menjadi platform reformasi birokrasi,
Mahkamah Agung Republik Indonesia menjadi lembaga yang terbuka dan dinamis.
Memasuki tahun kedua implementasi Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2010-2035
makin jelas terlihat bahwa jalan yang dihadapi untuktinggal landas menuju
tercapainya visi Mahkamah Agung masih terus perlu disiapkan. Visi Badan
Peradilan untukTerwujudnya Badan Peradilan Yang Agung melalui empat misi,
yaitu Menjaga Kemandirian Badan Peradilan, Memberikan Pelayanan Hukum yang
Berkeadilan kepada Pencari Keadilan, Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan Badan
Peradilan, dan Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi Badan Peradilan masih
perlu terus dipersiapkan.
Proses pembaruan sendiri terus digulirkan oleh Mahkamah Agung. Mahkamah
Agung menginginkan agar proses pembaruan terus diupayakan untuk menjadi
agenda yang didukung sebanyak mungkin oleh sumber daya internal.
Hubungan antar lembaga penegakan hukum baik nasional maupun internasional
terus diupayakan untuk dilakukan untuk mengimbangi kebutuhan riil yang ada
dalam rangka meningkatkan kapasitas untuk melaksanakan pembaruan.
Semangat reformasi birokrasi yang dibangun Mahkamah Agung Republik
Indonesia telah melahirkan sistim "kamar"di dunia peradilan, yaitu pengelompokan
perkara berdasarkan lembaga yang ada di lingkungan Mahkamah Agung Republik
Indonesia. Sehingga secara administratif dan pelaksanaan lebih sederhana dan
terarah.
Salam,

PROF. DR. M. HATTA ALI, SH. MH


KETUA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

1:1:2°}.^
. i°3.Ak.... .
Tanggal :
No. InA-fk :
No. K j» ■ w '- w ' r Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia
Bptf/Hddiah :
a

Badan Peradilan Agung


bisa dicapai melalui empat misi utama, yaitu
Menjaga Kemandirian Badan Peradilan,
Memberikan Pelayanan Hukum yang Berkeadilan
Bagi Pencari Keadilan, Meningkatkan Kualitas
Kepemimpinan Badan Peradilan, dan
Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi
Badan Peradilan.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


DR. H. M O H A M M A D SALEH, SH. MH
WAKIL KETUA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
BIDANG YUDISIAL

4 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


SUWARDI, SH. MH
WAKIL KETUA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
BIDANG NON YUDISIAL

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 5


ARTI LAMBANG
MAHKAMAH
AGUNG RI

6 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


I. BENTUK
Perisai/bulat telur

II. ISI
1. GARIS TEPI
5 (lima) garis yang melingkar pada sisi luar lambang menggambarkan 5 (lima sila dari
Pancasila)
2. TULISAN
Tulisan" MAHKAMAH AGUNG" yang melingkar diatas sebatas garis lengkung perisai
bagian atas menunjukkan Badan, Lembaga pengguna lambang tersebut.
3. LUKISAN CAKRA
Dalam cerita wayang (pewayangan), cakra adalah senjata Kresna berupa panah beroda
yang digunakan sebagai senjata" Pamungkas" (terakhir). Cakra digunakan untuk
memberantas ketidakadilan.
Pada lambang Mahkamah Agung, cakra tidak terlukis sebagai cakra yang sering/banyak dijumpai misalnya cakra pada lambang
Kostrad, lambang Hakim, lambang Ikahi dan lain-lainnya yakni berupa bentuknya cakra. Jadi dalam keadaan 'id iam" (statis)
Tidak demikian halnya dengan cakra yang terdapat pada Lambang Mahkamah Agung. Cakra pada lambang Mahkamah Agung
terlukis sebagai cakra yang (sudah) dilepas dari busurnya. Kala cakra dilepas dari busurnya roda panah (cakra) berputar dan tiap
ujung (ada delapan) yang terdapat pada roda panah (cakra) mengeluarkan api.Pada lambang Mahkamah Agung cakra dilukis
sedang berputar dan mengeluarkan lidah api (Belanda: vlam).
Cakra yang rodanya berputar dan mengeluarkan lidah api menandakan cakra sudah dilepas dari busurnya untuk menjalankan
fungsinya memberantas ketidakadilan dan menegakkan kebenaran.
Jadi pada lambang Mahkamah Agung, cakra digambarkan sebagai cakra yang "aktif", bukan cakra yang “statis

4. PERISAI PANCASILA
Perisai Pancasila terletak di tengah-tengah cakra yang sedang menjalankan fungsinya
memberantas ketidakadilan dan menegakkan kebenaran. Hal itu merupakan cerminan
dari pasal 1 UU Nomor 14 tahun 1970 yang rumusnya.
‘ Kekuasaan Kehakiman adalah Kekasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia."
Catatan: Rumusan pasal I UU Nomor4 tahun 2004 sama dengan rumusan pasal I UU Nomor I4tahun 1970.

5. UNTAIAN BUNGA MELATI


Terdapat 2 (dua) untaian bunga melati masing-masing terdiri dari atas 8 (delapan) bunga
melati, melingkar sebatas garis lengkung perisai bagian bawah, 8 (delapan ) sifat ketela­
danan dalam kepemimpinan (hastabrata).
6. SELOKA" DHARMMAYUKTI"
Pada tulisan "dharmmayukti"terdapat 2 (dua) huruf M yang berjajar. Hal itu disesuaikan
dengan bentuk tulisan "dharmmayukti" yang ditulis dengan huruf Jawa.
Dengan menggunakan double M. Huruf'A" yang terdapat pada akhir kata "dharma'akan dilafal sebagai 'A’ seperti pada ucapan
kata “ACARA", "DUA" "LUPA" dan sebagainya.
Apabila menggunakan 1 (satu) huruf "M", huruf "A"yang terdapat pada akhir kata "dharmma" memungkinkan dilafal sebagai huruf
"O" seperti lafal "O"pada kata "MOTOR", ‘BOHONG"dan lain-lainnya.

Kata "DHARMMA" mengandung arti BAGUS, UTAMA, KEBAIKAN. Sedangkan kata"YUKTI"


mengandung arti SESUNGGUHNYA, NYATA. Jadi kata "DHARMMAYUKTI" mengandung arti
KEBAIKAN/KEUTAMAAN YANG NYATA/YANG SESUNGGUHNYA yakni yang berujud sebagai
KEJUJURAN, KEBENARAN DAN KEADILAN.
SEJARAH
MAHKAMAH
AGUNG Tugas/kewenangan Hooggerechtshof:
a. Mengawasi jalannya peradilan di seluruh In­
donesia sehingga dapat berjalan secara patut
dan wajar.
Pengadilan Hooggerechtshof meru­
pakan Pengadilan Tertinggi dan b. Mengawasi perbuatan/kelakuan Hakim serta
berkedudukan di Jakarta dengan daerah Pengadilan-pengadilan.
hukum meliputi seluruh Indonesia.
Hooggerechtshof terdiri dari seorang c. Memberi tegoran-tegoran apabila diperlukan.
Ketua dan 2 orang anggota, seorang
Pokrol Jendral dan 2 orang Advokat d. Berhak minta laporan, keterangan-keterangan
Jendral, seorang Panitera di mana perlu dari semua pengadilan baik sipil maupun mi­
dibantu seorang Panitera Muda atau liter, Pokrol Jendral dan lain Pejabat Penuntut
lebih. Jika perlu Gubernur Jendral dapat Umum.
menambah susunan Hooggerechtshof
tersebut dengan seorang Wakil Ketua e. Sebagai tingkat pertama dan terakhir menga­
dan seorang/lebih anggota lagi. dili perselisihan-perselisihan tentang kekua­
saan mengadili:
1. di antara pengadilan-pengadilan yang
melakukan peradilan atas nama Raja, di
antara pengadilan-pengadilan ini dengan
pengadilan-pengadilan adat di dalam
daerah yang langsung diperintah oleh
Gubernemen, dimana rakyat dibiarkan
mempunyai peradilan sendiri, di antara
pengadilan-pengadilan tersebut di atas,
dengan pengadilan-pengadilan Swapraja,
sepanjang ini dimungkinkan menurut
perjanjian-perjanjian politik dengan
daerah-daerah pengadilan yang berselisih
tidak ada di dalam daerah hukum appel-
raad yang sama;
2. di antara appelraad-appelraad;
3. di antara pengadilan sipil dan pengadilan
militer, kecuali jika perselisihan itu timbul
diantara Hooggerechtshof sendiri dengan
Hoogmilitairgerechtshof, di dalam hal
mana diputuskan oleh Gubernur Jendral.

8 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Pada tahun 1809 Pemerintah Belanda membangun
sebuah Istana yang menghadap lapangan parade
Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng).
Selesai pada masa Gubernur Jenderal Du Bus pada
tahun 1825. Pelaksananya adalah Ir. Tramp.
Istana Weltvreden ini digunakan untuk tugas sehari-hari
para Gubernur Jendral. Pada tanggal I Mei 1848
sebagian bangunan digunakan untuk Departemen
Van Justitie (Mahkamah Agung).
M 11Vk
Perpustakaan
Mahkamah Agung - R ‘

Pada saat berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 di Indonesia tidak ada badan
Kehakiman yang tertinggi. Satu-satunya ketentuan yang menunjuk kearah badan
Kehakiman yang tertinggi adalah pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945.
Maka dengan keluarnya Penetapan Pemerintah No. 9/S.D. tahun 1946 ditunjuk
kota Jakarta Raya sebagai kedudukan Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Peraturan tersebut hanya penunjukan tempatnya saja. Penetapan Pemerintah tersebut
pada alinea II berbunyi sebagai berikut:
Menunjukkan sebagai tempat kedudukan Mahkamah Agung tersebut ibu-kota
DJAKARTA-RAJA.
Baru dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1947 ditetapkan tentang susunan
kekuasaan Mahkamah Agung dan Kejaksaaan Agung yang mulai berlaku pada
tanggal 3 Maret 1947. Pada, tahun 1948, Undang-Undang No. 7 tahun 1947 diganti
dengan Undang-Undang No. 19 tahun 1948 yang dalam pasal 50 ayat 1 menyatakan
Mahkamah Agung Indonesia ialah pengadilan federal tertinggi.
Pengadilan-pengadilan federal yang lain dapat diadakan dengan Undang-Undang
federal, dengan pengertian, bahwa dalam Distrik Federal Jakarta akan dibentuk
sekurang-kurangnya satu pengadilan federal yang mengadili dalam tingkat
pertama, dan sekurang-kurangnya satu pengadilan federal yang mengadili dalam
tingkat apel.
Oleh karena kita telah kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak sesuai
dengan keadaan, maka pada tahun 1965 dibuat Undang-Undang yang mencabut
Undang-Undang No. 19 tahun 1948 dan No. 1 tahun 1950 dengan Undang-Undang
Nomor 13 tahun 1965 tentang Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan
Mahkamah Agung.

Masa Republik Indonesia

Di jaman pendudukan Jepang pernah Badan Kehakiman tertinggi dihapuskan


(Saikoo Hooin) pada tahun 1944 dengan Undang-Undang (Osamu Seirei) No. 2 tahun
1944, yang melimpahkan segala tugasnya yaitu kekuasaan melakukan pengawasan
tertinggi atas jalannya peradilan kepada Kooto Hooin (Pengadilan Tinggi).
Meskipun demikian kekuasaan kehakiman tidak pernah mengalami kekosongan.
Namun, sejak Proklamasi Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dari sejak
diundangkannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 tanggal 18
Agustus 1945, semakin mantaplah kedudukan Mahkamah Agung sebagai badan
tertinggi bidang Yudikatif (peradilan) dengan kewenangan yang diberikan oleh
pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945, di mana Mahkamah Agung diberi kepercayaan
sebagai pemegang kekuasaan Kehakiman tertinggi.
Mahkamah Agung pernah berkedudukan di luar Jakarta yaitu pada bulan Juli 1946
di Jogyakarta dan kembali ke Jakarta pada tanggal 1 Januari 1950, setelah selesainya
Konferensi Meja Bundar dan pemulihan Kedaulatan. Dengan demikian Mahkamah
Agung berada dalam pengungsian selama tiga setengah tahun.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Susunan Mahkamah Agung sewaktu di Jogyakarta.
Ketua Anggota-anggota
1. Mr. Husen Tirtamidjaja
Mr. Dr. Kusumah Atmadja
2. Mr. Wirjono Prodjodikoro
3. Sutan Kali Malikul Add
Wakil Ketua
Mr. R. Satochid Kartanegara Panitera
Mr. Soebekti

Kepala Tata Usaha


Ranuatmadja

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Mulai pertama kali berdirinya Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung itu berada di bawah satu
atap dengan Mahkamah Agung, bahkan bersama di bawah satu departemen, yaitu Departemen
Kehakiman.
Dulu namanya Kehakiman Agung pada Mahkamah Agung, seperti Kejaksaan Negeri dulu
namanya Kejaksaan Pengadilan Negeri.
Kejaksaan Agung mulai memisahkan diri dari Mahkamah Agung yaitu sejak lahirnya Undang-
Undang Pokok Kejaksaan (Undang-Undang No. 15 tahun 1961) di bawah Jaksa Agung
Gunawan, SH yang telah menjadi Menteri Jaksa Agung.
Para pejabat Mahkamah Agung (Ketua, Wakil Ketua, Hakim Anggota dan Panitera) mulai diberi­
kan pangkat militer tutiler adalah dengan Peraturan Pemerintah 1946 No. 7 tanggal 1 Agustus
1946, sebagai pelaksanaan pasal 21 Undang-Undang No. 7 tahun 1946 tentang Pengadilan
Tentara.

Masa Menjelang Pengakuan Kedaulatan (12 Desember 1947)

Pemerintah Belanda Federal yang mengusai daerah-daerah yang dibentukoleh Belanda sebagai
negara-negara Bagian seperti Pasundan, Jawa Timur, Sumatera Timur, Indonesia Timur, mendi­
rikan Pengadilan Tertinggi yang dinamakan Hooggerechtshof yang beralamat di Jl. Lapangan
Banteng Timur 1 Jakarta, di samping Istana Gubernur Jenderal yang sekarang adalah gedung
Departemen Keuangan.
Susunan Hooggerechtshof terdiri atas:
Ketua Anggota
Mr. G.Wijers Orang Indonesia Orang Belanda
Mr. Notosubagio Mr. Peter
Mr. Oenoen

Procureur General (Jaksa Agung) Mr. Bruyns


Procureur General (Jakm Agung) Mr. Oerip Kartodirdjo
Hooggerechtshof juga menjadi instansi banding terhadap putusan Raad no Justitie. Mr. G. Wjjers
adalah Ketua Hooggerechtshof terakhir, yang sebelum perang dunia ke II terkenal sebagai Ketua
dari Derde kamar Raad van Instills Jakarta yang memutusi perkara-perkara banding yang menge­
nai Hukum Adat (kamar ketiga, hanya terdapat di Road van Justitie Jakarta).
Pada saat itu Mahkamah Agung masih tetap berkuasa di daerah-daerah Republik Indonesia yang
berkedudukan di Yogyakarta. Dengan dipulihkan kembali kedaulatan Republik Indonesia area
seluruh wilayah Indonesia (kecuali Irian Barat) maka pekerjaan Hooggerechtshof harus diserah­
kan kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Pada tanggal 1 Januari 1950 Mr. Dr. Kusumah Atmadja mengoper gedung dan personil serta
pekerjaan Hooggerechtshof. Dengan demikian maka para anggota Hooggerechtshof dan Pro­
curer General meletakkan jabatan masing-masing dan selanjutnya pekerjaannya diserahkan pada
Mahkamah Agung Republik Indonesia Serikat.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Pada waktu ini Mahkamah Agung terdiri dari:
Ketua
Dr. Mr. Kusumah Atmadja

Wakil Ketua MA
Mr. Satochid Kartanegara

Anggota
1. Mr. Husen Tirtamidjaja
2. Mr. Wirjono Prodjodikoro
3. Sutan Kali Malikul Adil

Panitera
Mr. Soebekti

Jaksa Agung
Mr.Tirtawinata

Mahkamah Agung pada saat itu tidak terbagi


dalam majelis-majelis. Semua Hakim Agung
ikut memeriksa dan memutus baik perkara-
perkara Perdata maupun perkara-perkara
Pidana. Hanya penyelesaian perkara pidana
diserahkan kepada Wakil Ketua.

Masa Republik Indonesia Serikat


(RIS) 27 Desember 1949 sampai
dengan 17 Agustus 1950

Sebagaimana lazimnya dalam suatu negara


yang berbentuk Federasi atau Serikat, maka
di Republik Indonesia Serikat diadakan 2
macam Pengadilan; yaitu Pengadilan dari
masing-masing negara Bagian di satu pihak,
Pengadilan Federasi yang berkuasa di semua
negara Bagian di lain pihak. Untuk seluruh
wilayah Republik Indonesia Serikat (RIS) ada
satu Mahkamah Agung Republik Indonesia
Serikat sebagai Pengadilan Tertinggi, sedang
lain Badan-Badan pengadilan menjadi urusan
masing-masing negara bagian. Undang-
Undang yang mengatur Mahkamah Agung
Republik Indonesia Serikat adalah Undang-
Undang No. 1 tahun 1950 tanggal 6 Mei 1950
(l-N. tahun 1950 No. 30) yaitu tentang Susunan
dan Kekuasaan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Serikat yang mulai berlaku tanggal
9 Mei 1950.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Undang-Undang tersebut adalah hasil pemikiran Mr. Supomo yang waktu itu menjabat se­
bagai Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat, yang pertama (Menteri Kehakiman dari
negara Bagian Republik Indonesia di Yogya adalah Mr. Abdul Gafar Pringgodigdo mengganti­
kan Mr. SusantoTirtoprodjo - lihat halaman 34."Kenang-kenangan sebagai Hakim selama 40
tahun mengalami tiga jaman"Oleh Mr. Wirjono Prodjodikoro - terbitan tahun 1974). Menurut
Undang-Undang Dasar RIS pasal 148 ayat 1 Mahkamah Agung merupakan forum privilegia-
tum bagi pejabat-pejabat tertinggi negara. Fungsi ini telah dihapuskan sewaktu kita kembali
kepada Undang-Undang Dasar 1945.
Beruntunglah dengan keluarnya Undang-Undang No. 1 tahun 1950 (I.N. tahun 1950 No.
30) lembaga kasasi diatur lebih lanjut yang terbatas pada lingkungan peradilan umum saja.
Pada tahun 1965 diundangkan sebuah Undang-Undang No. 13 tahun 1965 yang mengatur
tentang: Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung. Sayang
sekali bahwa Undang-Undang tersebut tidak memikirkan lebih jauh mengenai akibat hukum
yang timbul setelah diundangkannya tanggal 6 Juni 1965, terbukti pasal 70 Undang-Undang
tersebut menyatakan Undang-Undang Mahkamah Agung No. 1 tahun 1950 tidak berlaku
lagi. Sedangkan acara berkasasi di Mahkamah Agung diatur secara lengkap dalam Undang-
Undang No. 1 tahun 1950 tersebut.Timbullah suatu problema hukum yaitu adanya kekoson­
gan hukum acara kasasi. Jalan keluar yang diambil oleh Mahkamah Agung untuk mengatasi
kekosongan tersebut adalah menafsirkan pasal 70 tersebut sebagai berikut:
Oleh karena Undang-Undang No. 1 tahun 1950 tersebut disamping mengatur tentang
susunan, kekuasaan Mahkamah Agung, mengatur pula tentang jalannya pengadilan di
Mahkamah Agung, sedangkan Undang-Undang No. 13 tahun 1965 tersebut hanya mengatur
tentang susunan, kedudukan Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah
Agung, dan, tidak mengatur tentang bagaimana beracara di Mahkamah Agung, maka Mah­
kamah Agung menganggap pasal 70 Undang-Undang No. 13 tahun 1965 hanya menghapus
Undang-Undang No. 1 tahun 1950 sepanjang mengenai dan kedudukan Mahkamah Agung
saja, sedangkan bagaimana jalan peradilan di Mahkamah Agung masih tetap memberlakukan
Undang-Undang No. 1 tahun 1950.

14 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia
PIMPINAN
MAHKAMAH AGUNG RI

'J ) * . ■
f

ft
D R . H. A R T ID J O A L K O S T A R , SH ., L LM .
KETUA KAMAR PIDANA MAHKAMAH AGUNG RI
9
1

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


STRUKTUR ORGANISASI
MAHKAMAH AGUNG RI

r 1
r sEKRETARI/\T
r/IAHKAMAH

L J
AGUNG
'

L1EPANITERA/\N 1
V1AHKAMAF
AGUNG

r 1 5EKRETARI/\T

L J
Ketuo Mahkamah Agung

PROF. DR. KUSUMAH ATMADJA, SH PROF. DR. R. WIRJONO PRODJODI KORO, SH


KETUA MAHKAMAH AGUNG RI KETUA MAHKAMAH AGUNG RI
TAHUN 1945-1952 TAHUN 1952-1966

SOERJADI, SH PROF. R. SUBEKTI, SH


KETUA MAHKAMAH AGUNG RI KETUA MAHKAMAH AGUNG RI
TAHUN 1966-1968 TAHUN 1968-1974

PROF. OEMAR SENO ADJI, SH MUDJONO, SH


KETUA MAHKAMAH AGUNG RI KETUA MAHKAMAH AGUNG RI
TAHUN 1974-1981 TAHUN 1981 -1984
yang telah puma bhakti

H.ALI SAID, SH H.R. PURWOTO S. GANDASUBRATA, SH


KETUA MAHKAMAH AGUNG RI KETUA MAHKAMAH AGUNG RI
TAHUN 1984-1992 TAHUN 1992-1994

H. SOERJONO, SH H. SARWATA, S H
KETUA MAHKAMAH AGUNG RI KETUA MAHKAMAH AGUNG RI
TAHUN 1994-1996 TAHUN 1996-2000

PROF. DR. H. BAGIR MANAN, SH., MCL


KETUA MAHKAMAH AGUNG RI
TAHUN 2001 -2008
Memberikan pelayanan hukum yang
berkeadilan
Meningkatkan kwalitas kepemimpinan di
lingkungan peradilan
Meningkatkan kredibilitas dan transparansi
badan peradilan
FUNGSI
MAHKAMAH
AGUNG1. Fungsi Peradilan;
2. Fungsi Pengawasan;
3. Fungsi Pengaturan;
4. Fungsi Memberi Nasehat;
5. Funasi Administrasi

Profil Mahkamah Agung Republik 'ndonesia


Fungsi Penasehat

Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbang­


an-pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi
Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14
Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada
Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau
penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung
No.HTahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI
Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden
selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demiki­
an, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabili­
tasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan
yang mengatur pelaksanaannya.
Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan
memberi petunjuk kepada pengadilan di semua lingkungan
peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-
undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.HTahun
1985 tentang Mahkamah Agung).

Fungsi Administratif

Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama,


Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana
dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.HTahun 1970
secara organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini
masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walau­
pun menurut Pasal 11(1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999
sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung
jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadi­
lan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No.HTahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman).

24 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Fungsi Lain-lain

Selain tugas pokok untuk


menerima, memeriksa dan
mengadili serta menyelesai­
kan setiap perkara yang dia­
jukan kepadanya, berdasar
Pasal 2 ayat (2) Undang-
undang Nomor 14Tahun
1970 serta Pasal 38 Undang-
undang Nomor MTahun
1985, Mahkamah Agung
dapat diserahi tugas dan ke-
wenangan lain berdasarkan
Undang-undang.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


SEKRETARIAT
MAHKAMAH
AGUNG
Reformasi birokrasi yang diusung Mahkamah Agung Republik Indonesia
membawa kita kepada pentingnya menata harmonisasi organisasi. Dengan
sistem peradilan satu atap, kita memiliki keyakinan penuh bahwa sebagai
lembaga birokrasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia siap melayani
dengan cara yang sederhana dan lebih terarah.
Di tubuh Mahkamah Agung Republik Indonesia telah tertanam semangat
memperbaiki sistem bekerja dan cara berhubungan dengan masyarakat
dan Negara dengan dicetuskannya "sistem kamar" di lingkungan peradilan.
Hal ini tentunya relevan dengan semangat reformasi birokrasi yang memu­
dahkan proses hubungan dengan berbagai pihak serta secara administratif
bermanfaat bagi penataan oraganisasi di lingkungan Mahkamah Agung
Republik Indonesia.
Selain penataan ke dalam tubuh melalui badan-badan dan lembaga di
bawahnya, Mahkamah Agung Republik Indonesia juga menjalin kerjasama
dengan berbagai lembaga penegakan hukum di luar negeri. Dengan
mengikuti forum-forum internasional, Mahkamah Agung Republik
Indonesia yakin dapat dengan dinamis melakukan perbaikan
di berbagai bidang.
Keterbukaan informasi di pengadilan, dengan dibukanya saluran informasi
melalui website dan desk info sangat membantu dalam menciptakan nafas
pembaruan Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Satu hal baik yang juga dihasilkan atas kinerja bersama di Mahkamah
Agung, bahwa Laporan Keuangan Mahkamah Agung RI mendapat predikat
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

26 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia
1 s 1Jk^jb)
[

,tf ii i
li B S E«*» t"7; s
I si *i fj/3 ■xlI
1 iLu‘nJir“yU
,Ult ■ |fa1 is£1jb» 1
i l
j I
-ssmESEs», ■ i 1Mr 1
MiMun k m u hrrwu» tmc nun

M r D IA S I

H L 'K L M

Selain penataan ke dalam tubuh melalui


badan-badan dan lembaga di bawahnya,
Mahkamah Agung Republik Indonesia juga
menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga
penegakan hukum di luar negeri.
Dengan mengikuti forum-forum internasional,
Mahkamah Agung Republik Indonesia yakin
dapat dengan dinamis melakukan perbaikan
di berbagai bidang.

Indonesia
STRUKTUR ORGANISASI
SEKRETARIAT
MAHKAMAH AGUNG

r. A
EKRETARI/
IV1AHKAMA ‘H

r
AGUNG

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 29


Pada tahun 2007, reformasi birokrasi dicanangkan, Mahkamah Agung ditetap­
kan sebagai p ilo t p ro je c t dengan q u ic k w in s m eliputi: 1. Transparansi Putusan,
2. Pengembangan Teknologi Informasi, 3. Internalisasi Kode Etik dan Pedo­
man Perilaku Hakim, 4. Sumber Daya Manusia (SDM) - analisa dan evaluasi
pekerjaan, 5. PNBP.
Pada tahun 2008, pemerintah mengeluarkan Pedoman Umum Reformasi
Birokrasi, dan kemudian pada tahun 2009 Mahkamah Agung mengembang­
kan Cetak Biru Pembaruan Badan Peradilan 2010-2035 dengan visi:
"Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung"

Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Cetak Biru tersebut memer­
lukan semangat perubahan dalam diri setiap insan badan peradilan untuk
melaksanakan 4 (empat) misi peradilan, yaitu :
1. Menjaga kemandirian badan peradilan,
2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan,
3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan,
4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan.
Cetak Biru Pembaruan Badan Peradilan 2010-2035, berisi langkah-langkah dan
upaya untuk mewujudkan pengadilan unggul, yang meliputi 7 (tujuh) area
yang harus dikembangkan, yakni:
1. Kepemimpinan dan Manajemen Pengadilan,
2. Kebijakan-Kebijakan Pengadilan,
3. SDM, Sarana Prasarana, dan Anggaran,
4. Penyelenggaraan Persidangan,
5. Kebutuhan dan Kepuasan Pengguna Keadilan,
6. Pelayanan Pengadilan yang Terjangkau,
7. Kepercayaan dan Keyakinan Masyarakat pada Pengadilan.
Dengan berpedoman pada visi dan misi badan peradilan dan tujuh area di
atas, diharapkan kemandirian, kebebasan, dan kemerdekaan badan peradilan
Indonesia benar-benar akan terwujud tanpa menunggu sampai tahun 2035.
Badan peradilan Indonesia akan mempunyai peranan besar dalam menjaga
pilar-pilar demokrasi dalam rangka menuju Indonesia yang makmur dan
sejahtera, serta berkeadilan.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 31


KEPANITERAAN
MAHKAMAH
AGUNG
Sejarah

Zaman Kolonial

Dalam sistem pengadilan mana pun di dunia, keberadaan lembaga kepaniteraan merupakan hal
yang mutlak diperlukan sebagai unsur pendukung jalannya pengadilan. Dalam setiap susunan
pengadilan, seorang ketua pengadilan selalu didampingi oleh seorang panitera pengadilan.
Ketika Indonesia berada di zaman kolonial Belanda, lembaga pengadilan tertinggi— yang kini
disebut dengan Mahkamah Agung- dalam sistem pemerintahan kolonial disebut dengan nama
H o o g g e re c h ts h o f. Hooggerechtshof ini berkedudukan di Jakarta dengan daerah hukum meliputi
seluruh Indonesia.
Susunan Hooggerechtshof terdiri dari seorang Ketua dan 2 orang anggota, seorang pokrol jender­
al dan 2 orang advokat jendral, seorang Panitera yang dibantu seorang Panitera Muda atau lebih.
Pada zaman pemerintahan kolonial Jepang, lembaga peradilan tertinggi ini disebut dengan
nama Saikoo Hooin. Pada tahun 1944, Saikoo Hooin ini dihapus dengan Osamu Seirei (Undang-
Undang) No. 2 tahun 1944. Peran dan tugas dari Saikoo Hooin ini selanjutnya dilimpahkan
kepada Kooto Hooin (Pengadilan Tinggi).

32 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Zaman Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan Pasal 24 UUD 1945 disebutkan
bahwa badan peradilan tertinggi adalah Mahkamah Agung RI. Untuk
pertama kalinya susunan Mahkamah Agung adalah sebagai berikut:
Ketua, Wakil Ketua, Anggota-anggota, Panitera dan Kepala Tata Usaha.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung, susunan Mahkamah Agung terdiri dari Pimpinan,
Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris Jenderal. Sedangkan susunan
Kepaniteraan Mahkamah Agung berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang
Nomor 14Tahun 1985 dipimpin oleh seorang panitera dan dibantu oleh
seorang wakil panitera, beberapa panitera muda, dan beberapa orang
panitera pengganti.
Petunjuk teknis tentang Organisasi Kepaniteraan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undanng Nomor 14Tahun 1985 diatur dalam Keputusan
Presiden Nomor 75 Tahun 1985 tentang Organisasi Kepaniteraan/Sekre-
tariat Jenderal Mahkamah Agung. Menurut Kepres ini fungsi pelaksan­
aan tugas Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Agung dip­
impin oleh Panitera/Sekretaris Jenderal. Dalam melaksanakan tugasnya,
Panitera/Sekretaris Jenderal ini dibantu oleh Wakil Panitera (administrasi
peradilan) dan Wakil Sekretaris (administrasi umum). Panitera/Sekretaris
Jenderal membawahi: Direktorat Perdata, Direktorat Perdata Agama,
Direktorat Tata Usaha Negara, Direktorat Pidana, Direktorat Hukum dan
Peradilan, Biro Umum, Biro Keuangan, Biro Kepegawaian, dan Kelompok
Fungsional yang terdiri dari: tenaga ahli dan yustisial.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan/Sekretariat Jenderal
Mahkamah Agung ini selanjutnya diatur dalam Keputusan Panitera /
Sekretaris Jenderal Mahkamah Agung Republik Indonesia Nom or: MA/
PANSEK/02/SK/1986 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan/
Sekretariat Jenderal Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 33


Tentang Kepaniteraan
1. DASAR HUKUM

a. Undang-Undang Nomor 14Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah


diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang Nomor 3Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 14Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;
b. Peraturan Presiden RI Nomor 14Tahun 2005 tanggal 31 Januari 2005 tentang Kepaniter­
aan Mahkamah Agung;
c. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor: KMA/018/SK/III/2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kepaniteraan Mahkamah Agung RI.

2. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

a. Tugas Pokok
Kepaniteraan Mahkamah Agung mempunyai tugas melaksanakan pemberian dukungan
di bidang teknis dan administrasi justisial kepada Majelis Hakim Agung dalam memeriksa,
mengadili dan memutus perkara, serta melaksanakan administrasi penyelesaian putusan
Mahkamah Agung.
b. Fungsi
Kepaniteraan Mahkamah Agung
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi pelaksanaan pemberian dukungan di bidang teknis dan administrasi justisial
b. koordinasi urusan administrasi keuangan perkara di lingkungan Mahkamah Agung
c. pelaksanaan pemberian dukungan di bidang teknis dan administrasi justisial
d. pelaksanaan minutasi perkara
e. pembinaan lembaga teknis dan evaluasi
f. pelaksanaan administrasi Kepaniteraan

3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI MASING-MASING STRUKTUR

a. Sekretariat Kepaniteraan
Sekretariat Kepaniteraan Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang Sekretaris Kepanitera­
an. Jabatan Sekretaris Kepaniteraan Mahkamah Agung ini merupakan jabatan struktural
eselon II.
Tugas Pokok Sekretariat Kepaniteraan adalah memberikan dukungan administratif kepada
semua unsur di lingkungan kepaniteraan. Sedangkan fungsinya adalah :
1) Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana dan program kerja
2) Pelaksanaan urusan kepegawaian
3) Pelaksanaan urusan keuangan
4) Pelaksanaan urusan administrasi perlengkapan

36 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Untuk menjalankan fungsinya ini Sekretariat Kepaniteraan ini terdiri dari:
• Bagian Perencanaan dan Kepagawaian
• Bagian Keuangan
• Bagian Umum
• Kelompok Jabatan Fungsional
b. Panitera Muda Perkara
Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang No 5 Tahun 2004, Kepaniteraan MA dipimpin oleh
seorang Panitera dan dibantu oleh beberapa orang panitera muda dan panitera peng­
ganti. Mahkamah Agung memiliki 7 (tujuh) Panitera Muda Perkara yaitu : Panitera Muda
Perdata, Panitera Muda Perdata Khusus, Panitera Muda Pidana, Panitera Muda Pidana
Khusus, Panitera Muda Perdata Agama, Panitera Muda Tata Usaha Negara, dan Panitera
Muda Militer.
Tugas pokok panitera muda perkara ini adalah melaksanakan kegiatan administrasi pera­
dilan di bidang pranata perkara kasasi dan peninjauan kembali sesuai petunjuk teknis y a n g
ditetapkan Panitera MA. Sedangkan fungsi panitera muda perkara pada prinsipnya adalah
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pembinaan registrasi perkara kasasi dan peninjauan kembali;
2) Pelaksanaan distribusi perkara kasasi dan peninjauan kembali yang telah diregister
untuk diteruskan ke Panitera Muda Kamar setelah mendapat persetujuan Ketua MA;
3) Pelaksanaan penerimaan kembali berkas perkara yang sudang diputus dan diminutasi
dari Kamar untuk dikirim kembali ke Pengadilan pengaju;
4) Pelaksanaan pengiriman salinan putusan MA beserta berkas perkara bundel A kepada
pengadilan pengaju;
5) Pelaksanaan evaluasi serta pelaporan pranata dan tatalaksana perkara kasasi dan penin­
jauan kembali
6) Pelaksanaan pengarsipan berkasa perkara yang sudah diputus
7) Pelaksanaan urusan tata usaha Kepaniteraan
c. Panitera Muda Kamar
Sebelum diterapkan sistem kamar, untuk memberikan dukungan teknis dan administratif
kepada majelis hakim agung, Mahkamah Agung memiliki 12 (dua belas) Panitera Muda
Tim atau dalam praktek sehari-hari dikenal dengan sebutan Askor (Asisten Kordinator).
Jumlah panitera muda tim ini sesuai dengan jumlah pimpinan Mahkamah Agung yang
terdiri dari 1 Ketua, 2 Wakil Ketua dan 9 Ketua Muda. Pimpinan Mahkamah Agung tersebut
secara ex officio menjadi ketua tim dalam proses penanganan perkara.
Panitera Muda Tim (Askor) dalam struktur Kepaniteraan Mahkamah Agung merupakan ja­
batan fungsional di bawah Panitera Mahkamah Agung. Para Panitera Muda Tim ini dijabat
oleh para Panitera Pengganti yang berada dalam Tim yang bersangkutan.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 37


Setelah Mahkamah Agung menerapkan sistem kamar berdasarkan SK KMA Nomor 142/
KMA/SK/IX/2011, maka terjadi perubahan dalam pembagian "kelompok" penanganan
perkara dari sistem tim ke sistem kamar. Mahkamah Agung membentuk 5 (lima) kamar
dalam pemeriksaan perkara, yaitu: kamar perdata, kamar pidana, kamar agama, kamar
militer, dan kamar tata usaha negara. Perubahan dari sistem tim menjadi sistem kamar ber­
dampak pada perubahan nomenklatur ini juga mempengaruhi keberadaan Panitera Muda
Kamar dalam proses penanganan perkara di MA.
Panitera Muda Kamar pada Mahkamah Agung miliki tugas pokok membantu Panitera da­
lam pemberian dukungan di bidang teknis dan administrasi perkara kepada Majelis Hakim
Agung pada Kamar yang bersangkutan dalam kaitan menerima, memeriksa, mengadili
dan memutus perkara serta melaksanakan minutasi atau penyelesaian putusan Mahka­
mah Agung. Sedangkan fungsi dari Panitera Muda Kamar adalah sebagai berikut:
1. Koordinasi terhadap tugas yang dibebankan kepada Panitera Pengganti, operator
komputper dan tenaga fungsional;
2. Pelaksanaan pemberian dukungan di bidang teknis dan administrasi perkara kepada
Kamar;
3. Melakukan pencatatan penerimaan berkas perkara yang diterima oleh Ketua Kamar
dari panitera muda perkara berdasarkan pembagian perkara dari Ketua MA ke dalam
buku daftar perkara;
4. Melaporkan penerimaan berkas perkara tersbeut kepada Ketua Kamar untuk ditetap­
kan susunan Majelisnya;
5. Melakukan penyampaian berkas perkara kepada Ketua Majelis berdasarkan penetapan
penunjukan majelis hakim agung dari Ketua Kamar;
6. Melakukan pencatatan pembagian perkara yang dibagikan kepada Majelis Hakim
Agung;
7. Bertanggung jawab atas penyelesaian minutasi perkara;
8. Pembuatan laporan kadaan perkara;
9. Pelaksanaan tugas lainnya yang terkait dengan proses penyelsaian perkara
d. Panitera Pengganti
Panitera pengganti merupakan organ kelengkapan majelis hakim yang tugas utamanya
membantu Majelis Hakim Agung dalam pencatatan jalannya persidangan. Panitera Peng­
ganti pada Mahkamah Agung diangkat dari hakim pengadilan tingkat pertama yang
sudah memiliki masa kerja sebagai hakim minimal 10 (sepuluh) tahun. Para Panitera Peng­
ganti ini ditempatkan pada masing-masing hakim agung yang sekaligus berperan sebagai
asisten dari hakim agung yang bersangkutan.
Tugas lainnya dari panitera pengganti Mahkamah Agung adalah :
1. Melakukan pencatatan berkas perkara yang diterima dari Panitera Muda Tim;
2. Mengetik konsep putusan hasil musyawarah Majelis yang akan diucapkan;
3. Menyampaikan putusan yang telah selesai diketik untuk diteliti dan diperiksa atau
koreksi oleh Hakim Agung pembaca pertama;
4. Melaksanakan minutasi atau penyelsaian perkara yang telah diputus Majelis Hakim
Agung pada Tim;

38 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


e. Kelompok Jabatan Fungsional
Dalam struktur Kepaniteraan Mahkamah Agung dibentuk kelompok jabatan fungsional
yang terdiri dari pranata pengadilan dan operator. Operator adalah petugas yang menge­
tik konsep putusan dengan menggunakan template yang disiapkan oleh panitera peng­
ganti. Sedangkan pranata pengadilan adalah petugas yang melakukan pengadminis-
trasian berkas perkara. Kedua kelompok petugas ini secara de facto telah melaksanakan
fungsinya namun secara institusional belum ditetapkan sebagai jabatan fungsional.

H. SO E R O S O ONO, SH. M H
PANITERA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


BADAN PERADILAN
DI MAHKAMAH
AGUNG

40 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


lik Indonesia
Badan Peradilan Umum adalah salah satu
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
. keadilan, yaitu setiap orang, baik warga negara
'Indonesia maupun orang asing yang mencari
keadilan pada pengadilan di Indonesia.
Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan
umum, dilaksanakan oleh :
a. Pengadilan Negeri yang merupakan pen­
gadilan tingkat pertama,berkedudukan
di Ibukota Kabupaten/Kota dan daerah
■ hukumnya meliputi wilayah Kabupaten/.
. Kota. Susunan Pengadilan Negeri terdiri dari
Pimpinan'CKetua dan Wakil Ketua), Hakim
Anggota, Panitera, Sekretaris dan Jurusita;
b. Pengadilan Tinggi yang merupakan peng­
adilan tingkat banding, berkedudukan di
ibukota Provinsi dan daerah hukumnya
meliputi wilayah Provinsi. Susunan Pengadi­
lan Tinggi terdiri dari Pimpinan (Ketua dan
Wakil Ketua)/Hakim Anggota,-Panitera dan
HERRI SW ANTORO , SH. M H Sekretaris.
DIRJEN BADAN PERADILAN UMUM
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

42 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Umum berpuncak pada Mahkamah Agung seba­
gai Pengadilan Negara Tertinggi. Pembinaan teknis peradilan, organisasi dan finansial pengadilan
dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Pengadilan Khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum

a. Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM)


Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran
hak asasi manusia yang berat. Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan memutus
perkara pelanggaran HAM berat yang dilakukan di luar wilayah RI oleh warga negara RI. Seba­
gai pengecualian, Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pe­
langgaran HAM berat yang dilakukan oleh seseorang berumur di bawah 18 tahun pada saat
kejahatan dilakukan.
Pengadilan HAM berkedudukan di daerah Kabupaten atau daerah kota yang daerah hukum­
nya meliputi daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan. Untuk Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, Pengadilan HAM berkedudukan di setiap wilayah Pengadilan Negeri yang
bersangkutan. Pada saat Undang-Undang tentang Peradilan HAM mulai berlaku, Pengadilan
HAM dibentuk di Jakarta Pusat, Surabaya, Makassar dan Medan.
b. Pengadilan Anak
Sidang dalam pengadilan anak disebut dengan Sidang Anak, bertugas dan berwenang me­
meriksa, memutus dan menyelesaikan perkara anak sebagaimana ditentukan dalam Undang-
Undang Pengadilan Anak. Adapun batas umur anak nakal yang dapat diajukan ke sidang anak
sekurang-kurangnya 8 tahun dan maksimal 18 tahun dan belum pernah kawin.
Yang dimaksud dengan anak nakal adalah anak yang melakukan tindak pidana atau melaku­
kan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut perundang-undangan
yang berlaku maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan. Anak yang melakukan pidana bersama-sama dengan orang
dewasa diajukan ke sidang anak, sedangkan orang dewasa diajukan ke sidang bagi orang
dewasa.
c. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berada di lingkungan peradilan umum Sesuai dengan
Undang-Undang No. 30Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Pengadilan Tin­
dak Pidana Korupsi bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi
yang penuntutannya diajukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
d. Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)
Pengadilan Hubungan Industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus:
a. di tingkat pertama mengenai perselisihan;
b. di tingkat pertama dan terakhir mengenai kepentingan;
c. di tingkat pertama mengenai pemutusan hubungan kerja;
d. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat pekerja/
serikat buruh dalam satu perusahaan.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Yang dim aksud dengan anak
nakal adalah anak yang m elaku­
kan tindak pidana atau m elaku­
kan perbuatan yang dinyatakan
terlarang bagi anak, baik m enurut
perundang-undangan yang
berlaku m aupun m enurut pera­
turan hukum lain yang hidup dan
berlaku dalam m asyarakat yang
bersangkutan.

Gedung Pengadilan Anak

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) Undang-Un­
dang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Hubungan Industrial maka Pengadilan Hubun­
gan Industrial dibentuk pada setiap Pengadilan
Negeri Kabupaten/Kota yang berada di ibukota
provinsi.
Susunan Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri terdiri dari; Hakim, Hakim
ad-hoc, Panitera Muda dan Panitera Pengganti.
Sedangkan susunan Pengadilan Hubungan
Industrial pada Mahkamah Agung terdiri dari
Hakim Agung, Hakim Agung Ad-Hoc pada
Mahkamah Agung dan Panitera.
e. Pengadilan Niaga
Pengadilan Niaga memiliki tugas serta ke-
wenangan memeriksa dan memutuskan
permohonan pernyataan pailit dan penundaan
kewajiban pembayaran utang, berwenang
pula memeriksa dan memutuskan perkara lain
di bidang perniagaaan yang penetapannya
dilakukan dengan peraturan pemerintah.
Pengadilan Niaga memeriksa dan memutus
perkara pada tingkat pertama dengan Hakim
Majelis. Dalam hal menyangkut perkara lain di
bidang perniagaan, Ketua Mahkamah Agung
dapat menetapkan jenis dan nilai perkara yang
pada tingkat pertama diperiksa dan diputus
oleh Hakim Tunggal. Dalam menjalankan tu­
gasnya, Hakim Pengadilan Niaga dibantu oleh
seorang Panitera atau seorang Panitera Peng­
ganti.
Terhadap putusan Pengadilan Niaga di ting­
kat pertama yang menyangkut permohonan
pernyataan pailit dan penundaan kewajiban
pembayaran utang hanya dapat diajukan kasasi
kepada Mahkamah Agung. Pemeriksaan atas
permohonan kasasi dilakukan oleh sebuah
Majelis Hakim yang khusus dibentuk untuk me­
meriksa dan memutuskan perkara yang men­
Gedung Pengadilan Tinggi Banten jadi lingkup kewenangan Pengadilan Niaga.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 45


1. Pengadilan Agama

Peradilan agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu.
Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Agama dilaksanakan oleh :
a. Pengadilan Agama yang merupakan pengadilan tingkat pertama untuk
memeriksa,memutus dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang
yang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf dan
shadaqah beradasarkan hukum Islam.
Pengadilan Agama berkedudukan di kotamadya atau ibukota Kabupaten dan
daerah hukum-nya meliputi wilayah kotamadya atau Kabupaten. Susunan Pen­
gadilan Agama terdiri dari Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua), Hakim Anggota,
Panitera, Sekretaris dan Jurusita.
b. Pengadilan Tinggi Agama, yang merupakan pengadilan tingkat banding
bekedudukan di Ibukota Propinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Propinsi.
Pengadilan Tinggi Agama merupakan pengadilan tingkat banding terhadap
perkara-perkara yang diputus oleh Pengadilan Agama dan merupakan Pengadilan
Tingkat Pertama dan Terakhir mengenai sengketa mengadili antara-Pengadilan
Agama di daerah hukumnya.
Susunan Pengadilan Tinggi terdiri dari Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua),
Hakim Anggota, Panitera dan Sekretaris.

48 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Kekuasaan Kehakiman di Lingkungan
Peradilan Agama berpuncak pada
Mahkamah Agung sebagai Pengadilan
Negara tertinggi. Pembinaan teknis
peradilan, organisasi administrasi dan
keuangan bagi pengadilan agama
dilakukan oleh Mahkamah Agung
dengan memperhatikan nasihat dan
pertimbangan Menteri Agama serta
Majelis Ulama Indonesia.
LU
2. Mahkamah Syariah
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
Dalam Undang Undang-Undang No 18 tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam disebutkan peradilan syariat Islam yang merupakan
bagian dari sistem peradilan nasional dilakukan oleh Mahkamah Syariah
dan Mahkamah Syariah Provinsi.
Mahkamah Syariah dan Mahkamah Syariah Provinsi Nanggroe Aceh Dar­
ussalam ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden No. 11 tahun 2003.
Berdasarkan Keppres tersebut, Pengadilan Agama yang telah ada di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diubah menjadi Mahkamah Syariah
sementara Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh diubah menjadi Mah­
kamah Syariah Provinsi.
EjtiS

Daerah hukum Mahkamah Syariah adalah daerah hukum eks Pengadilan


Agama yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam sedangkan Daerah Hu­
kum Mahkamah Syariah Provinsi adalah Daerah Hukum eks Pengadilan
Tinggi Banda Aceh.
STRUKTUR ORGANISASI
BADAN PERADILAN AGAMA

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 51


BADAN
PERADILAN
TATA USAHA
NEGARA
1. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap
sengketa Tata Usaha Negara.
Pengertian Tata Usaha Negara adalah administrasi negara yang
melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
(kegiatan yang bersifat eksekutif) baik di pusat maupun
di daerah. Sedangkan yang dimaksud sengketa Tata Usaha
Negara adalah sengketa yang timbul antara orang atau badan
hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,
sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara.
Dalam konteks tersebut, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku sedangkan
Keputusan Tata Usaha Negara adalah penetapan tertulis
yang dikeluarkan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual
dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata.

52 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


2. Pengadilan Pajak
Pengadilan Pajak adalah badan
peradilan yang melaksanakan
kekuasaan kehakiman bagi Wajib
Pajak atau Penanggung Pajak
yang mencari keadilan terhadap
sengketa Pajak. Pengadilan Pajak
berkedudukan di Ibukota Negara
dan Sidang Pengadilan Pajak di­
lakukan di tempat kedudukannya.
Apabila dipandang perlu, Sidang
Pengadilan Pajak dapat dilakukan
di tempat lain dan tempat sidang
lain sebagaimana dimaksud,
ditetapkan oleh Ketua.
Pengadilan Pajak merupakan
Pengadilan tingkat pertama dan
terakhir dalam memeriksa dan
memutus sengketa pajak.
Terhadap 1 Keputusan hanya
dapat diajukan 1 surat Banding.
Banding disertai dengan alasan-
alasan jelas dan dicantumkan
Apabila dipandang perlu, Sidang tanggal diterima surat keputusan
Pengadilan Pajak dapat dilakukan di yang dibanding. Pada Surat
Banding dilampirkan salinan
tempat lain dan tempat sidang lain keputusan yang dibanding.
sebagaimana dimaksud, ditetapkan
oleh Ketua. Pembinaan Teknis Peradilan bagi
Pengadilan Pajak dilakukan oleh
Mahkamah Agung. Sementara,
pembinaan organisasi, administra­
si dan keuangan bagi Pengadilan
Pajak dilakukan oleh Departemen
Keuangan.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL
BADAN PERADILAN MILITER DAN
PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

Pengertian Tata Usaha Negara adalah


administrasi negara yang melaksanakan
fungsi untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan (kegiatan yang bersifat
eksekutif) baik di pusat maupun di daerah.
Sedangkan yang dimaksud sengketa
Tata Usaha Negara adalah sengketa yang
timbul antara orang atau badan hukum
perdata dengan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara, sebagai akibat dikeluarkan­
nya Keputusan Tata Usaha Negara.

Dalam konteks tersebut, Ba­


dan atau Pejabat Tata Usaha
Negara adalah Badan atau
Pejabat yang melaksanakan
urusan pemerintahan ber­
dasarkan perundang-undan-
gan yang berlaku sedangkan
Keputusan Tata Usaha Negara
adalah penetapan tertulis
yang dikeluarkan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara
yang berisi tindakan hukum
Tata Usaha Negara berdasar­
kan perundang-undangan
yang berlaku, bersifat konk­
ret, individual dan final yang
menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan
hukum perdata.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


BADAN PERADILAN
MILITER
Peradilan militer merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan Angkatan Bersenjata
untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan
pertahanan keamanan negara.
Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Militer dilaksanakan oleh :
a. Pengadilan Militer, yang merupakan pengadilan tingkat pertama untuk perkara pidana yang
terdakwanya berpangkat Kapten ke bawah.
b. Pengadilan Militer Tinggi, yang merupakan pengadilan tingkat banding untuk perkara pidana
yang diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer. Pengadilan Militer Tinggi juga
merupakan Pengadilan Tingkat Pertama untuk perkara pidana yang terdakwanya atau salah
satu terdakwanya berpangkat Mayor ke atas dan gugatan sengketa Tata Usaha Angkatan
Bersenjata.
c. Pengadilan Militer Utama yang merupakan pengadilan tingkat banding untuk perkara pidana
dan sengketa tata usaha Angkatan Bersenjata yang diputus pada tingkat pertama oleh
Pengadilan Militer Tinggi.
Tempat dan kedudukan Pengadilan Militer Utama berada di Ibukuota Negara Republik Indo­
nesia yang daerah hukumnya meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Sementara
nama, tempat kedudukan dan daerah hukum pengadilan lainnya ditetapkan dengan keputu-
san Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Kekuasaan Kehakiman di Lingkungan Peradilan Militer berpuncak pada Mahkamah Agung
sebagai Pengadilan Negara tertinggi. Pembinaan teknis peradilan bagi pengadilan Militer
dilakukan oleh Mahkamah Agung sementara Pembinaan personil secara keprajuritan sebagai
anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dilakukan oleh Panglima Angkatan Bersen­
jata Republik Indonesia Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu pelaksana kekua­
saan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 55


BADAN
PENGAWASAN

DR. H. SUNARTO , SH. M .'HU M


KEPALA BADAN PENGAWASAN
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Tugas
Badan Pengawasan mempunyai tugas membantu sekertaris mahkamah agung dalam melak­
sanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Mahkamah Agung dan penga­
dilan di semua lingkungan peradilan.

Fungsi
1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dilingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua lingkungan Peradilan;
2. Pelaksanaan Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Mahkamah Agung dan
Pengadilan di semua lingkungan Peradilan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku;
3. Pelaksanaan administrasi Badan Pengawasan.

56 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


STRUKTUR ORGANISASI
BADAN
PENGAWASAN
BADAN PENGAWASAN

Badan Pengawasan dipimpin


oleh seorang Kepala Badan, yang
dalam melaksanakan fungsi dan
tugasnya Kepala Badan Penga­
wasan dibantu oleh:
Inspektorat Wilayah I :
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan pelaksanaan
pengawasan serta pemeriksaan pelaksanaan teknis dan administrasi peradilan serta administrasi
umum di wilayah I, m eliputi: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung.
Inspektorat Wilayah I I :
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan pelaksanaan
pengawasan serta pemeriksaan pelaksanaan teknis dan administrasi peradilan serta administrasi
umum di wilayah II, m eliputi: Banten, DKI Jakarta (termasuk unit organisasi yang ada di Mahka­
mah Agung), Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Inspektorat Wilayah III:


Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan pelaksanaan
pengawasan serta pemeriksaan pelaksanaan teknis dan administrasi peradilan serta adminis­
trasi umum di wilayah III, m eliputi: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Selatan.
Inspektorat Wilayah IV :
Bertugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan pelaksanaan pengawasan
serta pemeriksaan pelaksanaan teknis dan administrasi peradilan serta umum di wilayah IV,
m eliputi: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara dan Irian Jaya.
Ruang lingkup pengawasan m eliputi: penyelenggaraan, pelaksanaan dan pengelolaan organ­
isasi, administrasi, dan finansial peradilan, sedangkan sasaran pengawasan meliputi lembaga
peradilan, yang meliputi Mahkamah Agung, pengadilan tingkat banding dan pengadilan tingkat
pertama.
Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia
**ii

MAH KAMA
AGUNG
KEPALA BADAN URUSAN ADMINISTRASI
MAHKAMAH AGUNG
DR. D RS. H. A C O NUR, M H .

62
Tugas
Badan Urusan Administrasi mempunyai tugas Mahkamah
Agung dalam membina dan melaksanakan perencanaan,
pengorganisasian, administrasi kepegawaian, finansial, .
perlengkapan dan ketatausahaan Pengadilan di semua
lingkungan Peradilan, serta kehumasan, keprotokolan
dan kerumahtanggaan di lingkungan Sekretariat Mah­
kamah Agung dan Kepaniteraan Mahkamah Agung,
membantu Sekretaris.
Fungsi
Koordinasi dan pembinaan perencanaan, pengorganisa­
sian, administrasi kepegawaian, finansial, perlengkapan
dan ketatausahaan Pengadilan di semua lingkungan
Peradilan, serta kehumasan, keprotokolan dan keru­
mahtanggaan di lingkungan Sekretariat Mahkamah
Agung dan Kepaniteraan Mahkamah Agung;
Pelaksanaan urusan perencanaan, pengorganisasian,
administrasi kepegawaian, finansial, perlengkapan dan
ketatausahaan Pengadilan di semua lingkungan Peradi­
lan, serta kehumasan, keprotokolan dan kerumahtang­
gaan di lingkungan Sekretariat Mahkamah Agung dan
Kepaniteraan Mahkamah Agung.
STRUKTUR ORGANISASI
BADAN URUSAN ADMINISTRASI

BADAN
URUSAN
ADMINISTRASI

BIRO BIRO
BIRO
BIRO KESEKRETARIATAN
BIRO PERENCANAAN BIRO BIRO HUKUM DAN
UMUM PIMPINAN PERLENGKAPAN DAN KEUANGAN KEPEGAWAIAN HUBUNGAN
ORGANISASI MASYARAKAT

'f)! A /V //)/:'r mu ’i I Republik i \ \


Hal yang lebih besar dari sekedar
kemandirian hakim yang juga perlu
dilindungi, yaitu kesatuan penerapan
hukum, kepentingan publik, serta
kepentingan para pihak yang berperkara
^jfctepastian hukum..
^ DR. M. HATTA ALI, SH. MH'
BIRO
UMUM
Kepala Biro Umum
RAMDANI DUDUNG, SH., MH

Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan dan


pembinaan keamanan, urusan tata usaha, rumah
tangga, pembinaan sikap mental di lingkungan
Mahkamah Agung.
Dalam melaksanakan tugas, Biro Umum menye­
lenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan tata usaha di lingkungan
Mahkamah Agung.
2. Pelaksanaan pemeliharaan peralatan/sarana
prasarana.
3. Pelaksanaan pembinaan bina sikap mental
pegawai.
4. Pelaksanaan urusan rumah tangga dan tata
usaha Biro.
Biro Umum terdiri dari:
a. Bagian Keamanan;
b. Bagian Tata Usaha mahkamah Agung;
c. Bagian Rumah Tangga;
d. Bagian Urusan Dalam;
e. Bagian Bina Sikap Mental;
f. Kelompok Jabatan Fungsional.

66 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


BIRO
KESEKRETARIATAN
PIMPINAN
Kepala Biro Sekretariat Pimpinan
TRI D IAN A WIDOWATI, SH., M.PD.

Biro Sekretariat Pimpinan mempunyai tugas melak­


sanakan perumusan pelayanan administrasi kepada
Pimpinan Mahkamah Agung.
Tugas
Mempunyai Kebijakan yang jelas yaitu pengemban­
gan dan peningkatan kualitas pelayanan administrasi
kepada Pimpinan, yang pada akhirnya akan mem­
berikan sumbangan yang berarti dalam pelayanan
kepada masyarakat dalam bidang peradilan.
Fungsi
1. Pelaksanaan pelayanan urusan administrasi pada
Sekretariat Ketua Mahkamah Agung, Ketua Muda
Perdata dan Ketua Muda Perdata Niaga;
2. Pelaksanaan pelayanan urusan administrasi pada
Sekretariat Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang
Yudisial, Ketua Muda Pidana dan Ketua Muda
Pidana Khusus;
3. Pelaksanaan pelayanan urusan administrasi pada
Sekretariat Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang
Non Yudisial, Ketua Muda Tata Usaha Negara dan
Ketua Muda Pidana Militer;
4. Pelaksanaan kebijakan pelayanan urusan admin­
istrasi pada Sekretariat Mahkamah Agung, Ketua
Muda Pengawasan dan Ketua Muda Agama;
5. Pelaksanaan pelayanan urusan administrasi pada
Sekretariat Badan Urusan Administrasi dan Ketua
Muda Pembinaan.

Biro Sekretariat Pimpinan terdiri dari:


1. Bagian Kesekretariatan Pimpinan A;
2. Bagian Kesekretariatan Pimpinan B;
3. Bagian Kesekretariatan Pimpinan C;
4. Bagian Kesekretariatan Pimpinan D;
5. Bagian Kesekretariatan Pimpinan E;
6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 67


BIRO
PERLENGKAPAN
Kepala Biro Perlengkapan
DRS. M U H A M M A D ASHAR, SH. MH

Tugas
Biro Perlengkapan mempunyai tugas melak­
sanakan pengelolaan di bidang perlengkapan
sarana dan prasarana pengadilan di lingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua
lingkungan Peradilan serta di lingkungan
Sekretariat Mahkamah Agung dan
Kepaniteraan Mahkamah Agung.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, biro Perlengkapan
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan analisa kebutuhan barang di
wilayah I;
b. Pelaksanaan analisa kebutuhan barang di
wilayah II;
c. Pelaksanaan inventarisasi pemenuhan ke­
butuhan sarana dan prasarana Mahkamah
Agung dan Pengadilan di semua
lingkungan Peradilan;
d. Pelaksanaan administrasi penghapusan sa­
rana dan prasarana Mahkamah Agung dan
Pengadilan di semua lingkungan Peradilan;
e. Pelaksanaan bimbingan dan monitor­
ing Mahkamah Agung dan Pengadilan di
semua lingkungan Peradilan.

68 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


BIRO PERENCANAAN
DAN ORGANISASI
Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi
DRS. BAHRIN LUBIS,SH.,MH

Tugas
Biro Perencanaan dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan pembinaanpenyusunan rencana
dan program, anggaran, penataan organisasi dan tata laksana serta evaluasi dan pelaporan di lingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua lingkungan Peradilan.

Fungsi
1. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan
rencana dan program;
2. Pelaksanaan koordinasi dan pembinaan
di bidang penyusunan rencana dan
anggaran;
3. Pelaksanaan koordinasi dan pembinaan
di bidang bimbingan dan monitoring;
4. Pelaksanaan dan pembinaan di bidang
organisasi dan tata laksana;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.
Biro Perencanaan dan Organisasi terdiri dari:
1. Bagian Rencana dan Program;
2. Bagian Penyusunan Rencana Anggaran;
3. Bagian Bimbingan dan Monitoring;
4. Bagian Organisasi dan Tata Laksana;
5. Bagian Evaluasi dan Pelaporan;
6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 69


BIRO
KEUANGAN
Kepala Biro Keuangan
SUTISNA, S.SOS, M.PD

Tugas
Biro Keuangan mempunyai tugas melaksana­
kan pengelolaan keuangan di lingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua
lingkungan Peradilan.
Fungsi
a. Pelaksanaan pembukuan dan penghitun­
gan anggaran, pembiayaan dan
pertanggungjawaban keuangan, pedo­
man pelaksanaan penghitungan angga­
ran dan tuntutan ganti rugi, pengelolaan
pembendaharaan dan pengelolaan
urusan pembayaran gaji serta
b. Pelaksanaan pembinaan pembukuan dan
penghitungan anggaran
c. Pelaksanaan pembinaan pembiayaan dan
pertanggungjawaban keuangan
d. Pelaksanaan pembinaan penghitungan
anggaran dan tuntutan ganti rugi
e. Pelaksanaan pengelolaan perbendaha­
raan dan pembayaran gaji Kesekretariatan
dan Kepaniteraan Mahkamah Agung RI
f. Pelaksanaan penyusuna n perencanaan,
pemantauan dan perkembangan peneri­
maan negara buk an pajak
g. Pelaksanaan urusan tata usaha biro
Biro Keuangan terdiri dari:
a. Bagian Akuntansi
b. Bagian Pelaksanaan Anggaran
c. Bagian Verifikasi dan Tuntutan Ganti Rugi
d. Bagian Perbendaharaan
e. Bagian Penerimaan Negara Bukan Pajak
f. Kelompok Jabatan Fungsional

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


BIRO
KEPEGAWAIAN

Kepala Biro Kepegawaian


DRS. AGUS ZA IN A L MUTAQIEN, SH

Tugas
Biro Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengu­
rusan kepegawaian dan jabatan fungsional di lingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua lingkungan
Peradilan.
Fungsi
a. Pelaksanaan penyusuna n formasi, pendataan dan
pengembangan.
b. Pelaksanaan pengurusa n administrasi pengadaan,
pengangkatan, kenaikan kenaikan gaji, promosi d an
mutasi kepegawaian serta usulan pemberian tanda
penghargaan bagi pegawai di wilayah i
c. Pelaksanaan pengurusa n administrasi pengadaan,
pengangkatan, kenaikan kenaikan gaji, promosi d an
mutasi kepegawaian serta usulan pemberian tanda
penghargaan bagi pegawai di wilayah II.
d. Pelaksanaan administra s i pemberhentian, pensiun
pegawai Mahkamah Agung Pengadilan di semua
lingkungan Peradilan.
e. Pelaksanaan pengurusa n administrasi jabatan
fungsional.
Biro Kepegawaian terdiri dari:
a. Bagian Umum Kepegaw aian
b. Bagian Mutasi I
c. Bagian Mutasi II
d. Bagian Pemberhentian d an Pensiun
e. Bagian Administrasi Jab atan Fungsional
f. elompok Jabatan Fung sionald. Bagian Perbendaharaan
e. Bagian Penerimaan Neg ara Bukan Pajak
f. Kelompok Jabatan Fung sional

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


BIRO HUKUM
DAN HUMAS
Kepala Biro Hukum dan Humas
DR. RIDWAN MANSYUR, SH. MH

Tugas
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan dalam bidang pembinaan dan
komunikasi kepada masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan Mahkamah Agung serta melaksanakan
kegiatan-kegiatan di bidang perpustakaan, teknologi informatika, pendokumentasian dan pendistribusian
peraturan di lingkungan Mahkamah Agung dan Pengadilan semua lingkungan Peradilan.
Fungsi
- Pelaksanaan penyusunan peraturan perundang-undangan serta menyelenggarakan dokumentasi
peraturan perundang-undangan.
- Pelaksanaan hubungan kerja sama dengan instansi pemerintah atau kelembagaan negara lainnya.
- Pelaksanaan pengelolaan, pengembangan dan pembinaan perpustakaan pengadilan serta karyawan
informasi Mahkamah Agung melalui sarana elektronika maupun sarana dokumentasi.
- Pelaksanaan penyusunan rencana dan program serta pemeliharan jaringan sistem dan perangkat keras
informatika serta pemberian dukungan pada pengguna
- Pelaksanaan penyusunan rencana dan program serta pengembangan sistem aplikasi dan'teknologi
informasi dan pemberian dukungan kepada pengguna.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Biro yang membawahi:
1 DAVID MT SIMANDJUNTAK, ST. MH
KEPALA BAGIAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA
2. JOKOUPOYO PRIBADI, SH
KEPALA BAGIAN PEMELIHARAAN SARANA INFORMATIKA
3. DARWIS, M.ENG
KEPALA BAGIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMATIKA
4. M.E.R HERKI ARTANI, SH. MH
KEPALA BAGIAN PERPUSTAKAAN DAN LAYANAN INFORMASI
5. ANITA SIBUEA,SH. MH
KEPALA BAGIAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
rJSw l
m- l
A. r j o ^ d i a r4 t> '/
! fft 1 N - f\ y ^ A i i j A ^ He w ^
'
PEMBARUAN
MAHKAMAH
AGUNG
Langkah Pembaruan Menuju Badan Peradilan yang Agung
Sesuai dengan Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945, salah satu ciri negara hukum
yang demokratis adalah kekuasaan kehakiman yang independen. Lembaga peradi­
lan harus terbebas dari campur tangan, tekanan baik secara langsung maupun tidak
langsung dari cabang kekuasaan negara lainnya maupun pihak manapun. Tujuan­
nya agar Hakim dapat benar-benar berdasarkan hukum dan keyakinan nuraninya
dalam memutus perkara.
Rumusan tersebut selanjutnya diturunkan dalam UU Nomor 35 Tahun 1999 tentang
Perubahan UU Nomor 14Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menga­
manatkan segala urusan yang terkait dengan organisasi, administrasi dan finansial
pada keempat lingkungan peradilan yang sebelumnya berada di berbagai departe-
men/kementerian, sepenuhnya beralih di bawah kendali dan kekuasaan Mahkamah
Agung. Kebijakan "peradilan satu atap"tersebut menimbulkan berbagai implikasi
bagi MA untuk dapat menjalankan organisasi yang profesional, efektif, efisien, trans­
paran dan akuntabel.
Mahkamah Agung merespon angin perubahan tersebut dengan merumuskan
Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2003 yang mengarisbawahi pentingnya kekuasaan
kehakiman yang merdeka sehingga hakim terbebas dari tekanan apapun dalam
memutus perkara.
Seiring dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi, Mahkamah Agung
kemudian melangkah lebih jauh dengan merumuskan sebuah peta jalan yang ber­
sifat jangka panjang, yang kemudian melahirkan dokumen Cetak Biru Pembaruan
Peradilan 2010-2035 menuju visi menjadi badan peradilan yang agung. Cetak Biru
tersebut selanjutnya diturunkan menjadi rangkaian rencana strategis lima tahunan.
Mahkamah Agung selanjutnya akan menurunkan sebuah program prioritas pemba­
ruan yang menjadi basis bagi kegiatan-kegiatan pembaruan setiap tahunnya.

76 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Beberapa Capaian

Saat ini Mahkamah Agung telah mencapai beberapa hal yang ditorehkan dalam Peta Jalan, bah­
kan lebih cepat dari yang direncanakan. Beberapa di antaranya adalah: 1) implementasi sistem
kamar pada MA, 2) MA dan pengadilan di bawahnya mulai mengimplementasikan sistem penan­
ganan perkara berbasiskan sistem dan teknologi informasi dan 3) program pendidikan terpadu
bagi Calon Hakim secara berkelanjutan.
Mahkamah Agung juga secara responsif dan gradual melahirkan kebijakan-kebijakan yang pro
terhadap masyarakat miskin dan terpinggirkan. Contohnya adalah dalam bentuk Surat Edaran
Mahkamah Agung mengenai Pedoman Bantuan Hukum di Pengadilan, Peraturan Mahkamah
Agung mengenaiBatasan dan Denda Tindak Pidana Ringan, Surat Edaran Mahkamah Agung
mengenai Pengesahan Akta Kelahiran Yang Terlambat, serta Surat Keputusan Ketua MA tentang
Keterbukaan Informasi di Pengadilan. Berbagai regulasi tersebut merupakan contoh upaya upaya
mendekatkan masyarakat ke pengadilan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terh­
adap peradilan.

Tim Pembaruan Peradilan

Untuk mengkoordinasikan kegiatan pembaruan di berbagai lini tersebut, Mahkamah Agung


membentuk sebuah Tim Pembaruan Peradilan. Tim yang dibentuk melalui Surat Keputusan
Ketua MA tersebut bersifat multi-jenjang dan multi-sektor. Anggotanya terdiri dari berbagai level
jabatan, dari hakim agung, panitera, maupun berbagai jenjang pejabat struktural dari satuan
kerja yang berbeda-beda.Tim Pembaruan Peradilan ini dipimpin oleh seorang koordinator.
Pada awal proses pembaruan, Abdurahman Saleh, mantan hakim agung yang kemudian men­
jabat Jaksa Agung RI, ditunjuk oleh Pimpinan MA untuk memimpin tim ini pada periode 2003-
2005. Selanjutnya tampuk koordinasi pembaruan peradilan dipegang oleh Prof. Dr. Paulus E.
Lotuiung SH yang juga menjabat sebagai Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara sejak 2005 hingga memasuki masa purnabakti di awal tahun2013.
Tim Pembaruan Peradilan saat ini membagi fokus pembaruan ke dalam lima kelompok kerja
yaitu : manajemen perkara, manajemen sumber daya (SDM, aset, keuangan dan perencanaan),
litbang diklat, pengawasan internal, dan akses terhadap keadilan. Kelima kelompok kerja ini be­
ranggotakan pejabat dari berbagai satuan kerja, yang merupakan salah satu ciri khas aktivitas Tim
Pembaruan yang bersifat multi-sektor. Untuk melaksanakan fungsi sehari-hari program pemba­
ruan peradilan, dibentuk sebuah Tim Asistensi Teknis yang bertanggung jawab langsung kepada
KoordinatorTim Pembaruan Peradilan.
Berbagai lembaga internasional maupun pemerintahan negara sahabat memberikan dukungan
dalam bentuk bantuan pelaksanaan kegiatan maupun penyediaan dukungan tenaga-tenaga
teknis dan para konsultan. Saat ini beberapa kemitraan internasional yang aktif dalam program
pembaruan adalah Indonesia-Australia Partnership for Justice (IAPJ-AusAID), Change for Justice
(C4J - USAID) dan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). Setiap program donor
memiliki cakupan dan fokus kegiatan mereka masing-masing, sesuai dengan arahan dalam cetak
biru dan program prioritas pembaruan Mahkamah Agung RI.Tim Pembaruan mendapatkan man­
dat sebagai pintu depan bagi Mahkamah Agung untuk melakukan koordinasidengan lembaga
donor tersebut.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 77


Suasana sidang keliling

78 Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


u Harus dipahami, bahwa kredibilitas
lembaga peradilan di seluruh dunia
antara lain dipengaruhi dari seberapa
konsisten putusannya, sehingga upaya-
upaya menuju konsistensi hendaknya
dilihat dari sisi positif, yaitu sisi
kepentingan publik yang ingin
dilindungi...
PROF. DR. M. HATTA ALI, SH. MH

79
DHARMAYUKTI
KARINI
" Dengan Semangat Hari Ibu
Dharm ayukti Karini Berperan Aktii
Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup
Dan Budaya Indonesia "

F U l
'I f
1 W i jB ' B M 'A 'V T j
' 7 LW Jis mK - I
H | A ii 1 i !E MS ^ j j f ‘& JRii t i MSB 3S 1
la ® lim f i Rw i. W lkjd m 1

Merupakan Organisasi Wanita Peradilan yang didirikan pada 25 September 2002


melalui SK Ketua Mahkamah Agung RI No. KMA/07/SK/II/2002.
Dharmayukti Karini beranggotakan para Hakim Wanita, Isteri para Hakim, Isteri para
Pejabat Fungsional/Struktural, para Karyawati dan Isteri para Karyawan di Lingkungan
Mahkamah Agung RI, Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara
dan Peradilan Militer di seluruh Indonesia.
KEGIATAN
SOSIAL DAN
OLAH RAGA

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia 81


82 ProfII Mahkamah Agung Republik Indonesia
GEDUNG
MAHKAMAH
AGUNG
83
GEDUNG Terletak di Jl. Medan Merdeka Utara No. 9-13
Jakarta Pusat, Indonesia

UTAMA
wublik Indonesia
—1
'1 *” V 'v V;

VV. f f
A /
t. i J*

Ruang yang berada di bagian tengah dalam


gedung utama ini merupakan tempat yang
disakralkan. Hal ini berkaitan dengan nuansa
sejarah yang melekat padanya. Balairung ini juga
digunakan untuk berbagai kebutuhan kegiatan.
Mulai dari pelantikan sampai dengan pameran
yang juga mengundang lembaga-lembaga
hukum lainnya sebagai peserta.
1 » * ' V. • ■ • . U ► ».# V > ...............1 vy . . ,

RUANG KUSUMAH ATMADJA

Ruangan ini dibangun pada tahun 1985 dan aktif diguna­


kan pada tahun 1987. Ruangan ini biasa digunakan untuk
acara formal seperti Pelantikan Hakim Agung, Rapat Pleno,
Rapat koordinasi dengan lembaga dan kementrian lain,
juga untuk menerima tamu-tamu dari luar negeri.
RUANG WIRYONO

Ruangan yang memuat


100 orang ini dibangun
pada tahun 1985 dan
aktif digunakan pada
tahun 1987. Ruangan ini
biasa digunakan untuk
acara pelantikan eselon
2 sampai eselon empat,
Sidang Majelis Kehorma­
tan hakim, rapat internal
Mahkamah Agung dan
lain-lain.

RUANG MUDJONO

Ruangan ini digunakan


untuk acara yang yang
dihadiri tidak lebih dari
25 orang, seperti rapat
internal dan lain-lain.
Seperti ruangan yang
lain, ruangan ini juga
dibangun pada tahun
1985 dan aktif diguna­
kan pada tahun 1987.
Gedung ini juga pernah
menjadi ruang beberapa
hakim agung, saat ruang
untuk hakim agung itu
sedang direnovasi.
ifin ATumpa
ig ingin
ig. Selain
jga tersedia
; memu-
tformasi
rifrn A
ana
MASJID AL MAHKAMAH

Masjid Al Mahkamah berdiri di atas tanah


seluas 1.196.45 m2. Masjid dua lantai
ini adalah hasil swadaya keluarga besar
Mahkamah Aguyng RI. Masjid ini bisa
menampung kurang lebih 1000 jamaah.
Peletakan batu Pertamanya oleh Ketua
Mahkamah Agung Harifin ATumpa pada
tanggal 18 Desember 2009. \

m **

90 . Profil Mahkamah Afjpfig Republik Indonesia


Dibangun untuk kebutuhan penerangan

NFORMASI
kepada masyarakat terkait informasi sepu
tar Mahkamah Agung dan dunia peradilan
umumnya.
Dengan semangat keterbukaan informasi,
desk info hadir di Mahkamah Agung dan di
hampir setiap pengadilan.

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


Ml
' " | TT
p
i i i m•lSi n Wiv l ■'\

ww w
Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia
1

Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia


[ r 'T J i m w p 'T m i y+A V' 111191

(rt J p * jS u A j i
i w r *
-II
f
ifftu
l iffli
*4 m g [m m I t 'l l ■ pi '
Mahkamah Agung, selain bekerja sama dengan
lembaga-lembaga nasional, juga menjalin kerja sinergis dengan
lembaga-lembaga internasional.

I
i

0 >:
:i i ~ i y i -m
h^uv-JM
i'- i.if t

Milik
Perpustakaan
ii Agung - R)'
MAHKAMAH AGUNG JL MEDAN MERDEKA UTARA NO. 9-13
JAKARTA 10110, INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA
www.mahkamahagung.go.i

Anda mungkin juga menyukai