10 PDF
10 PDF
4 AGUNG RI
.035
nd
P
Kekuasaan Kehakiman
dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung
dan lain-lain badan kehakiman
menurut undang-undang.
Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 24 Ayat 1
i
sebuah profil
1
J
BADAN PERADILAN
DI MAHKAMAH AGUNG
BADAN PERADILAN
UMUM
BADAN PERADILAN
AGAMA
SEKAPUR SIRIH BADAN PERADILAN
KETUA MAHKAMAH TATA USAHA NEGARA
AGUNG
BADAN PERADILAN
WAKIL KETUA MILITER
MAHKAMAH AGUNG
BADAN PENGAWASAN
ARTI LAMBANG MAHKAMAH AGUNG
MAHKAMAH AGUNG
BADAN PENELITIAN DAN
SEJARAH PENGEMBANGAN DAN
MAHKAMAH AGUNG PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN HUKUM
STRUKTUR ORGANISASI DAN PERADILAN
MAHKAMAH AGUNG
BADAN URUSAN
VISI DAN MISI ADMINISTRASI
PEMBARUAN
FUNGSI MAHKAMAH AGUNG
MAHKAMAH AGUNG
DHARMAYUKTI KARINI
SEKRETARIAT
MAHKAMAH AGUNG
KEGIATAN SOSIAL
KEPANITERAAN DAN OLAHRAGA
MAHKAMAH AGUNG
GEDUNG
M AH KAM AH AGUNG
HUBUNGAN
ANTAR LEMBAGA
TIM PENYUSUN
Sejatinya sebuah
lembaga birokrasi
memiliki semangat
pelayanan dan
pengabdian
kepada negara dan
kemasyarakatan.
PROF. DR. M. HATTA ALI, SH. MH
KETUA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
Milik
Perpustakaan
Mahkamah Agung - R/
SEKAPUR SIRIH
Sejatinya sebuah lembaga birokrasi memiliki semangat pelayanan dan pengabdian
kepada negara dan kemasyarakatan. Dengan semangat itu akan tercipta satu
harmoni romantisme kehidupan kebangsaan yang sehat.
Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai tonggak pelaksanaan reformasi
birokrasi senantiasa meningkatkan kinerja dan semangat pengabdiannya.
Dengan sistim birokrasi satu atap yang menjadi platform reformasi birokrasi,
Mahkamah Agung Republik Indonesia menjadi lembaga yang terbuka dan dinamis.
Memasuki tahun kedua implementasi Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2010-2035
makin jelas terlihat bahwa jalan yang dihadapi untuktinggal landas menuju
tercapainya visi Mahkamah Agung masih terus perlu disiapkan. Visi Badan
Peradilan untukTerwujudnya Badan Peradilan Yang Agung melalui empat misi,
yaitu Menjaga Kemandirian Badan Peradilan, Memberikan Pelayanan Hukum yang
Berkeadilan kepada Pencari Keadilan, Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan Badan
Peradilan, dan Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi Badan Peradilan masih
perlu terus dipersiapkan.
Proses pembaruan sendiri terus digulirkan oleh Mahkamah Agung. Mahkamah
Agung menginginkan agar proses pembaruan terus diupayakan untuk menjadi
agenda yang didukung sebanyak mungkin oleh sumber daya internal.
Hubungan antar lembaga penegakan hukum baik nasional maupun internasional
terus diupayakan untuk dilakukan untuk mengimbangi kebutuhan riil yang ada
dalam rangka meningkatkan kapasitas untuk melaksanakan pembaruan.
Semangat reformasi birokrasi yang dibangun Mahkamah Agung Republik
Indonesia telah melahirkan sistim "kamar"di dunia peradilan, yaitu pengelompokan
perkara berdasarkan lembaga yang ada di lingkungan Mahkamah Agung Republik
Indonesia. Sehingga secara administratif dan pelaksanaan lebih sederhana dan
terarah.
Salam,
1:1:2°}.^
. i°3.Ak.... .
Tanggal :
No. InA-fk :
No. K j» ■ w '- w ' r Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia
Bptf/Hddiah :
a
II. ISI
1. GARIS TEPI
5 (lima) garis yang melingkar pada sisi luar lambang menggambarkan 5 (lima sila dari
Pancasila)
2. TULISAN
Tulisan" MAHKAMAH AGUNG" yang melingkar diatas sebatas garis lengkung perisai
bagian atas menunjukkan Badan, Lembaga pengguna lambang tersebut.
3. LUKISAN CAKRA
Dalam cerita wayang (pewayangan), cakra adalah senjata Kresna berupa panah beroda
yang digunakan sebagai senjata" Pamungkas" (terakhir). Cakra digunakan untuk
memberantas ketidakadilan.
Pada lambang Mahkamah Agung, cakra tidak terlukis sebagai cakra yang sering/banyak dijumpai misalnya cakra pada lambang
Kostrad, lambang Hakim, lambang Ikahi dan lain-lainnya yakni berupa bentuknya cakra. Jadi dalam keadaan 'id iam" (statis)
Tidak demikian halnya dengan cakra yang terdapat pada Lambang Mahkamah Agung. Cakra pada lambang Mahkamah Agung
terlukis sebagai cakra yang (sudah) dilepas dari busurnya. Kala cakra dilepas dari busurnya roda panah (cakra) berputar dan tiap
ujung (ada delapan) yang terdapat pada roda panah (cakra) mengeluarkan api.Pada lambang Mahkamah Agung cakra dilukis
sedang berputar dan mengeluarkan lidah api (Belanda: vlam).
Cakra yang rodanya berputar dan mengeluarkan lidah api menandakan cakra sudah dilepas dari busurnya untuk menjalankan
fungsinya memberantas ketidakadilan dan menegakkan kebenaran.
Jadi pada lambang Mahkamah Agung, cakra digambarkan sebagai cakra yang "aktif", bukan cakra yang “statis
4. PERISAI PANCASILA
Perisai Pancasila terletak di tengah-tengah cakra yang sedang menjalankan fungsinya
memberantas ketidakadilan dan menegakkan kebenaran. Hal itu merupakan cerminan
dari pasal 1 UU Nomor 14 tahun 1970 yang rumusnya.
‘ Kekuasaan Kehakiman adalah Kekasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia."
Catatan: Rumusan pasal I UU Nomor4 tahun 2004 sama dengan rumusan pasal I UU Nomor I4tahun 1970.
Pada saat berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 di Indonesia tidak ada badan
Kehakiman yang tertinggi. Satu-satunya ketentuan yang menunjuk kearah badan
Kehakiman yang tertinggi adalah pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945.
Maka dengan keluarnya Penetapan Pemerintah No. 9/S.D. tahun 1946 ditunjuk
kota Jakarta Raya sebagai kedudukan Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Peraturan tersebut hanya penunjukan tempatnya saja. Penetapan Pemerintah tersebut
pada alinea II berbunyi sebagai berikut:
Menunjukkan sebagai tempat kedudukan Mahkamah Agung tersebut ibu-kota
DJAKARTA-RAJA.
Baru dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1947 ditetapkan tentang susunan
kekuasaan Mahkamah Agung dan Kejaksaaan Agung yang mulai berlaku pada
tanggal 3 Maret 1947. Pada, tahun 1948, Undang-Undang No. 7 tahun 1947 diganti
dengan Undang-Undang No. 19 tahun 1948 yang dalam pasal 50 ayat 1 menyatakan
Mahkamah Agung Indonesia ialah pengadilan federal tertinggi.
Pengadilan-pengadilan federal yang lain dapat diadakan dengan Undang-Undang
federal, dengan pengertian, bahwa dalam Distrik Federal Jakarta akan dibentuk
sekurang-kurangnya satu pengadilan federal yang mengadili dalam tingkat
pertama, dan sekurang-kurangnya satu pengadilan federal yang mengadili dalam
tingkat apel.
Oleh karena kita telah kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak sesuai
dengan keadaan, maka pada tahun 1965 dibuat Undang-Undang yang mencabut
Undang-Undang No. 19 tahun 1948 dan No. 1 tahun 1950 dengan Undang-Undang
Nomor 13 tahun 1965 tentang Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan
Mahkamah Agung.
Pemerintah Belanda Federal yang mengusai daerah-daerah yang dibentukoleh Belanda sebagai
negara-negara Bagian seperti Pasundan, Jawa Timur, Sumatera Timur, Indonesia Timur, mendi
rikan Pengadilan Tertinggi yang dinamakan Hooggerechtshof yang beralamat di Jl. Lapangan
Banteng Timur 1 Jakarta, di samping Istana Gubernur Jenderal yang sekarang adalah gedung
Departemen Keuangan.
Susunan Hooggerechtshof terdiri atas:
Ketua Anggota
Mr. G.Wijers Orang Indonesia Orang Belanda
Mr. Notosubagio Mr. Peter
Mr. Oenoen
Wakil Ketua MA
Mr. Satochid Kartanegara
Anggota
1. Mr. Husen Tirtamidjaja
2. Mr. Wirjono Prodjodikoro
3. Sutan Kali Malikul Adil
Panitera
Mr. Soebekti
Jaksa Agung
Mr.Tirtawinata
'J ) * . ■
f
ft
D R . H. A R T ID J O A L K O S T A R , SH ., L LM .
KETUA KAMAR PIDANA MAHKAMAH AGUNG RI
9
1
r 1
r sEKRETARI/\T
r/IAHKAMAH
L J
AGUNG
'
L1EPANITERA/\N 1
V1AHKAMAF
AGUNG
r 1 5EKRETARI/\T
L J
Ketuo Mahkamah Agung
H. SOERJONO, SH H. SARWATA, S H
KETUA MAHKAMAH AGUNG RI KETUA MAHKAMAH AGUNG RI
TAHUN 1994-1996 TAHUN 1996-2000
Fungsi Administratif
,tf ii i
li B S E«*» t"7; s
I si *i fj/3 ■xlI
1 iLu‘nJir“yU
,Ult ■ |fa1 is£1jb» 1
i l
j I
-ssmESEs», ■ i 1Mr 1
MiMun k m u hrrwu» tmc nun
M r D IA S I
H L 'K L M
Indonesia
STRUKTUR ORGANISASI
SEKRETARIAT
MAHKAMAH AGUNG
r. A
EKRETARI/
IV1AHKAMA ‘H
r
AGUNG
Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Cetak Biru tersebut memer
lukan semangat perubahan dalam diri setiap insan badan peradilan untuk
melaksanakan 4 (empat) misi peradilan, yaitu :
1. Menjaga kemandirian badan peradilan,
2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan,
3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan,
4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan.
Cetak Biru Pembaruan Badan Peradilan 2010-2035, berisi langkah-langkah dan
upaya untuk mewujudkan pengadilan unggul, yang meliputi 7 (tujuh) area
yang harus dikembangkan, yakni:
1. Kepemimpinan dan Manajemen Pengadilan,
2. Kebijakan-Kebijakan Pengadilan,
3. SDM, Sarana Prasarana, dan Anggaran,
4. Penyelenggaraan Persidangan,
5. Kebutuhan dan Kepuasan Pengguna Keadilan,
6. Pelayanan Pengadilan yang Terjangkau,
7. Kepercayaan dan Keyakinan Masyarakat pada Pengadilan.
Dengan berpedoman pada visi dan misi badan peradilan dan tujuh area di
atas, diharapkan kemandirian, kebebasan, dan kemerdekaan badan peradilan
Indonesia benar-benar akan terwujud tanpa menunggu sampai tahun 2035.
Badan peradilan Indonesia akan mempunyai peranan besar dalam menjaga
pilar-pilar demokrasi dalam rangka menuju Indonesia yang makmur dan
sejahtera, serta berkeadilan.
Zaman Kolonial
Dalam sistem pengadilan mana pun di dunia, keberadaan lembaga kepaniteraan merupakan hal
yang mutlak diperlukan sebagai unsur pendukung jalannya pengadilan. Dalam setiap susunan
pengadilan, seorang ketua pengadilan selalu didampingi oleh seorang panitera pengadilan.
Ketika Indonesia berada di zaman kolonial Belanda, lembaga pengadilan tertinggi— yang kini
disebut dengan Mahkamah Agung- dalam sistem pemerintahan kolonial disebut dengan nama
H o o g g e re c h ts h o f. Hooggerechtshof ini berkedudukan di Jakarta dengan daerah hukum meliputi
seluruh Indonesia.
Susunan Hooggerechtshof terdiri dari seorang Ketua dan 2 orang anggota, seorang pokrol jender
al dan 2 orang advokat jendral, seorang Panitera yang dibantu seorang Panitera Muda atau lebih.
Pada zaman pemerintahan kolonial Jepang, lembaga peradilan tertinggi ini disebut dengan
nama Saikoo Hooin. Pada tahun 1944, Saikoo Hooin ini dihapus dengan Osamu Seirei (Undang-
Undang) No. 2 tahun 1944. Peran dan tugas dari Saikoo Hooin ini selanjutnya dilimpahkan
kepada Kooto Hooin (Pengadilan Tinggi).
a. Tugas Pokok
Kepaniteraan Mahkamah Agung mempunyai tugas melaksanakan pemberian dukungan
di bidang teknis dan administrasi justisial kepada Majelis Hakim Agung dalam memeriksa,
mengadili dan memutus perkara, serta melaksanakan administrasi penyelesaian putusan
Mahkamah Agung.
b. Fungsi
Kepaniteraan Mahkamah Agung
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi pelaksanaan pemberian dukungan di bidang teknis dan administrasi justisial
b. koordinasi urusan administrasi keuangan perkara di lingkungan Mahkamah Agung
c. pelaksanaan pemberian dukungan di bidang teknis dan administrasi justisial
d. pelaksanaan minutasi perkara
e. pembinaan lembaga teknis dan evaluasi
f. pelaksanaan administrasi Kepaniteraan
a. Sekretariat Kepaniteraan
Sekretariat Kepaniteraan Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang Sekretaris Kepanitera
an. Jabatan Sekretaris Kepaniteraan Mahkamah Agung ini merupakan jabatan struktural
eselon II.
Tugas Pokok Sekretariat Kepaniteraan adalah memberikan dukungan administratif kepada
semua unsur di lingkungan kepaniteraan. Sedangkan fungsinya adalah :
1) Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana dan program kerja
2) Pelaksanaan urusan kepegawaian
3) Pelaksanaan urusan keuangan
4) Pelaksanaan urusan administrasi perlengkapan
H. SO E R O S O ONO, SH. M H
PANITERA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
Peradilan agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu.
Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Agama dilaksanakan oleh :
a. Pengadilan Agama yang merupakan pengadilan tingkat pertama untuk
memeriksa,memutus dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang
yang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf dan
shadaqah beradasarkan hukum Islam.
Pengadilan Agama berkedudukan di kotamadya atau ibukota Kabupaten dan
daerah hukum-nya meliputi wilayah kotamadya atau Kabupaten. Susunan Pen
gadilan Agama terdiri dari Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua), Hakim Anggota,
Panitera, Sekretaris dan Jurusita.
b. Pengadilan Tinggi Agama, yang merupakan pengadilan tingkat banding
bekedudukan di Ibukota Propinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Propinsi.
Pengadilan Tinggi Agama merupakan pengadilan tingkat banding terhadap
perkara-perkara yang diputus oleh Pengadilan Agama dan merupakan Pengadilan
Tingkat Pertama dan Terakhir mengenai sengketa mengadili antara-Pengadilan
Agama di daerah hukumnya.
Susunan Pengadilan Tinggi terdiri dari Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua),
Hakim Anggota, Panitera dan Sekretaris.
Tugas
Badan Pengawasan mempunyai tugas membantu sekertaris mahkamah agung dalam melak
sanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Mahkamah Agung dan penga
dilan di semua lingkungan peradilan.
Fungsi
1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dilingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua lingkungan Peradilan;
2. Pelaksanaan Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Mahkamah Agung dan
Pengadilan di semua lingkungan Peradilan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku;
3. Pelaksanaan administrasi Badan Pengawasan.
MAH KAMA
AGUNG
KEPALA BADAN URUSAN ADMINISTRASI
MAHKAMAH AGUNG
DR. D RS. H. A C O NUR, M H .
62
Tugas
Badan Urusan Administrasi mempunyai tugas Mahkamah
Agung dalam membina dan melaksanakan perencanaan,
pengorganisasian, administrasi kepegawaian, finansial, .
perlengkapan dan ketatausahaan Pengadilan di semua
lingkungan Peradilan, serta kehumasan, keprotokolan
dan kerumahtanggaan di lingkungan Sekretariat Mah
kamah Agung dan Kepaniteraan Mahkamah Agung,
membantu Sekretaris.
Fungsi
Koordinasi dan pembinaan perencanaan, pengorganisa
sian, administrasi kepegawaian, finansial, perlengkapan
dan ketatausahaan Pengadilan di semua lingkungan
Peradilan, serta kehumasan, keprotokolan dan keru
mahtanggaan di lingkungan Sekretariat Mahkamah
Agung dan Kepaniteraan Mahkamah Agung;
Pelaksanaan urusan perencanaan, pengorganisasian,
administrasi kepegawaian, finansial, perlengkapan dan
ketatausahaan Pengadilan di semua lingkungan Peradi
lan, serta kehumasan, keprotokolan dan kerumahtang
gaan di lingkungan Sekretariat Mahkamah Agung dan
Kepaniteraan Mahkamah Agung.
STRUKTUR ORGANISASI
BADAN URUSAN ADMINISTRASI
BADAN
URUSAN
ADMINISTRASI
BIRO BIRO
BIRO
BIRO KESEKRETARIATAN
BIRO PERENCANAAN BIRO BIRO HUKUM DAN
UMUM PIMPINAN PERLENGKAPAN DAN KEUANGAN KEPEGAWAIAN HUBUNGAN
ORGANISASI MASYARAKAT
Tugas
Biro Perlengkapan mempunyai tugas melak
sanakan pengelolaan di bidang perlengkapan
sarana dan prasarana pengadilan di lingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua
lingkungan Peradilan serta di lingkungan
Sekretariat Mahkamah Agung dan
Kepaniteraan Mahkamah Agung.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, biro Perlengkapan
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan analisa kebutuhan barang di
wilayah I;
b. Pelaksanaan analisa kebutuhan barang di
wilayah II;
c. Pelaksanaan inventarisasi pemenuhan ke
butuhan sarana dan prasarana Mahkamah
Agung dan Pengadilan di semua
lingkungan Peradilan;
d. Pelaksanaan administrasi penghapusan sa
rana dan prasarana Mahkamah Agung dan
Pengadilan di semua lingkungan Peradilan;
e. Pelaksanaan bimbingan dan monitor
ing Mahkamah Agung dan Pengadilan di
semua lingkungan Peradilan.
Tugas
Biro Perencanaan dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan pembinaanpenyusunan rencana
dan program, anggaran, penataan organisasi dan tata laksana serta evaluasi dan pelaporan di lingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua lingkungan Peradilan.
Fungsi
1. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan
rencana dan program;
2. Pelaksanaan koordinasi dan pembinaan
di bidang penyusunan rencana dan
anggaran;
3. Pelaksanaan koordinasi dan pembinaan
di bidang bimbingan dan monitoring;
4. Pelaksanaan dan pembinaan di bidang
organisasi dan tata laksana;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.
Biro Perencanaan dan Organisasi terdiri dari:
1. Bagian Rencana dan Program;
2. Bagian Penyusunan Rencana Anggaran;
3. Bagian Bimbingan dan Monitoring;
4. Bagian Organisasi dan Tata Laksana;
5. Bagian Evaluasi dan Pelaporan;
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas
Biro Keuangan mempunyai tugas melaksana
kan pengelolaan keuangan di lingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua
lingkungan Peradilan.
Fungsi
a. Pelaksanaan pembukuan dan penghitun
gan anggaran, pembiayaan dan
pertanggungjawaban keuangan, pedo
man pelaksanaan penghitungan angga
ran dan tuntutan ganti rugi, pengelolaan
pembendaharaan dan pengelolaan
urusan pembayaran gaji serta
b. Pelaksanaan pembinaan pembukuan dan
penghitungan anggaran
c. Pelaksanaan pembinaan pembiayaan dan
pertanggungjawaban keuangan
d. Pelaksanaan pembinaan penghitungan
anggaran dan tuntutan ganti rugi
e. Pelaksanaan pengelolaan perbendaha
raan dan pembayaran gaji Kesekretariatan
dan Kepaniteraan Mahkamah Agung RI
f. Pelaksanaan penyusuna n perencanaan,
pemantauan dan perkembangan peneri
maan negara buk an pajak
g. Pelaksanaan urusan tata usaha biro
Biro Keuangan terdiri dari:
a. Bagian Akuntansi
b. Bagian Pelaksanaan Anggaran
c. Bagian Verifikasi dan Tuntutan Ganti Rugi
d. Bagian Perbendaharaan
e. Bagian Penerimaan Negara Bukan Pajak
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Tugas
Biro Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengu
rusan kepegawaian dan jabatan fungsional di lingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua lingkungan
Peradilan.
Fungsi
a. Pelaksanaan penyusuna n formasi, pendataan dan
pengembangan.
b. Pelaksanaan pengurusa n administrasi pengadaan,
pengangkatan, kenaikan kenaikan gaji, promosi d an
mutasi kepegawaian serta usulan pemberian tanda
penghargaan bagi pegawai di wilayah i
c. Pelaksanaan pengurusa n administrasi pengadaan,
pengangkatan, kenaikan kenaikan gaji, promosi d an
mutasi kepegawaian serta usulan pemberian tanda
penghargaan bagi pegawai di wilayah II.
d. Pelaksanaan administra s i pemberhentian, pensiun
pegawai Mahkamah Agung Pengadilan di semua
lingkungan Peradilan.
e. Pelaksanaan pengurusa n administrasi jabatan
fungsional.
Biro Kepegawaian terdiri dari:
a. Bagian Umum Kepegaw aian
b. Bagian Mutasi I
c. Bagian Mutasi II
d. Bagian Pemberhentian d an Pensiun
e. Bagian Administrasi Jab atan Fungsional
f. elompok Jabatan Fung sionald. Bagian Perbendaharaan
e. Bagian Penerimaan Neg ara Bukan Pajak
f. Kelompok Jabatan Fung sional
Tugas
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan dalam bidang pembinaan dan
komunikasi kepada masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan Mahkamah Agung serta melaksanakan
kegiatan-kegiatan di bidang perpustakaan, teknologi informatika, pendokumentasian dan pendistribusian
peraturan di lingkungan Mahkamah Agung dan Pengadilan semua lingkungan Peradilan.
Fungsi
- Pelaksanaan penyusunan peraturan perundang-undangan serta menyelenggarakan dokumentasi
peraturan perundang-undangan.
- Pelaksanaan hubungan kerja sama dengan instansi pemerintah atau kelembagaan negara lainnya.
- Pelaksanaan pengelolaan, pengembangan dan pembinaan perpustakaan pengadilan serta karyawan
informasi Mahkamah Agung melalui sarana elektronika maupun sarana dokumentasi.
- Pelaksanaan penyusunan rencana dan program serta pemeliharan jaringan sistem dan perangkat keras
informatika serta pemberian dukungan pada pengguna
- Pelaksanaan penyusunan rencana dan program serta pengembangan sistem aplikasi dan'teknologi
informasi dan pemberian dukungan kepada pengguna.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Biro yang membawahi:
1 DAVID MT SIMANDJUNTAK, ST. MH
KEPALA BAGIAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA
2. JOKOUPOYO PRIBADI, SH
KEPALA BAGIAN PEMELIHARAAN SARANA INFORMATIKA
3. DARWIS, M.ENG
KEPALA BAGIAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMATIKA
4. M.E.R HERKI ARTANI, SH. MH
KEPALA BAGIAN PERPUSTAKAAN DAN LAYANAN INFORMASI
5. ANITA SIBUEA,SH. MH
KEPALA BAGIAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
rJSw l
m- l
A. r j o ^ d i a r4 t> '/
! fft 1 N - f\ y ^ A i i j A ^ He w ^
'
PEMBARUAN
MAHKAMAH
AGUNG
Langkah Pembaruan Menuju Badan Peradilan yang Agung
Sesuai dengan Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945, salah satu ciri negara hukum
yang demokratis adalah kekuasaan kehakiman yang independen. Lembaga peradi
lan harus terbebas dari campur tangan, tekanan baik secara langsung maupun tidak
langsung dari cabang kekuasaan negara lainnya maupun pihak manapun. Tujuan
nya agar Hakim dapat benar-benar berdasarkan hukum dan keyakinan nuraninya
dalam memutus perkara.
Rumusan tersebut selanjutnya diturunkan dalam UU Nomor 35 Tahun 1999 tentang
Perubahan UU Nomor 14Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menga
manatkan segala urusan yang terkait dengan organisasi, administrasi dan finansial
pada keempat lingkungan peradilan yang sebelumnya berada di berbagai departe-
men/kementerian, sepenuhnya beralih di bawah kendali dan kekuasaan Mahkamah
Agung. Kebijakan "peradilan satu atap"tersebut menimbulkan berbagai implikasi
bagi MA untuk dapat menjalankan organisasi yang profesional, efektif, efisien, trans
paran dan akuntabel.
Mahkamah Agung merespon angin perubahan tersebut dengan merumuskan
Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2003 yang mengarisbawahi pentingnya kekuasaan
kehakiman yang merdeka sehingga hakim terbebas dari tekanan apapun dalam
memutus perkara.
Seiring dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi, Mahkamah Agung
kemudian melangkah lebih jauh dengan merumuskan sebuah peta jalan yang ber
sifat jangka panjang, yang kemudian melahirkan dokumen Cetak Biru Pembaruan
Peradilan 2010-2035 menuju visi menjadi badan peradilan yang agung. Cetak Biru
tersebut selanjutnya diturunkan menjadi rangkaian rencana strategis lima tahunan.
Mahkamah Agung selanjutnya akan menurunkan sebuah program prioritas pemba
ruan yang menjadi basis bagi kegiatan-kegiatan pembaruan setiap tahunnya.
Saat ini Mahkamah Agung telah mencapai beberapa hal yang ditorehkan dalam Peta Jalan, bah
kan lebih cepat dari yang direncanakan. Beberapa di antaranya adalah: 1) implementasi sistem
kamar pada MA, 2) MA dan pengadilan di bawahnya mulai mengimplementasikan sistem penan
ganan perkara berbasiskan sistem dan teknologi informasi dan 3) program pendidikan terpadu
bagi Calon Hakim secara berkelanjutan.
Mahkamah Agung juga secara responsif dan gradual melahirkan kebijakan-kebijakan yang pro
terhadap masyarakat miskin dan terpinggirkan. Contohnya adalah dalam bentuk Surat Edaran
Mahkamah Agung mengenai Pedoman Bantuan Hukum di Pengadilan, Peraturan Mahkamah
Agung mengenaiBatasan dan Denda Tindak Pidana Ringan, Surat Edaran Mahkamah Agung
mengenai Pengesahan Akta Kelahiran Yang Terlambat, serta Surat Keputusan Ketua MA tentang
Keterbukaan Informasi di Pengadilan. Berbagai regulasi tersebut merupakan contoh upaya upaya
mendekatkan masyarakat ke pengadilan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terh
adap peradilan.
79
DHARMAYUKTI
KARINI
" Dengan Semangat Hari Ibu
Dharm ayukti Karini Berperan Aktii
Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup
Dan Budaya Indonesia "
F U l
'I f
1 W i jB ' B M 'A 'V T j
' 7 LW Jis mK - I
H | A ii 1 i !E MS ^ j j f ‘& JRii t i MSB 3S 1
la ® lim f i Rw i. W lkjd m 1
UTAMA
wublik Indonesia
—1
'1 *” V 'v V;
VV. f f
A /
t. i J*
RUANG MUDJONO
m **
NFORMASI
kepada masyarakat terkait informasi sepu
tar Mahkamah Agung dan dunia peradilan
umumnya.
Dengan semangat keterbukaan informasi,
desk info hadir di Mahkamah Agung dan di
hampir setiap pengadilan.
ww w
Profil Mahkamah Agung Republik Indonesia
1
(rt J p * jS u A j i
i w r *
-II
f
ifftu
l iffli
*4 m g [m m I t 'l l ■ pi '
Mahkamah Agung, selain bekerja sama dengan
lembaga-lembaga nasional, juga menjalin kerja sinergis dengan
lembaga-lembaga internasional.
I
i
0 >:
:i i ~ i y i -m
h^uv-JM
i'- i.if t
Milik
Perpustakaan
ii Agung - R)'
MAHKAMAH AGUNG JL MEDAN MERDEKA UTARA NO. 9-13
JAKARTA 10110, INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA
www.mahkamahagung.go.i