Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

JUDUL PERCOBAAN :

NAMA PRAKTIKAN : ROCHMAD WASITO


NIM/GRUP : 2022010034
TANGGAL PRAKTIKUM : Selasa, 8 Desember 2020
ASISTEN : AYU INDRIANA DEWE

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN
INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
1. Latar belakang
Ilmu perekayasaan tentang mekanika fluida telah dikembangkan melalui
pemahaman mengenai sifat-sifat fluida. Fluida adalah zat yang berubah bentuk
secara kontinu (terus-menerus) bila terkena tegangan geser, betapapun kecilnya
tegangan geser itu. Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung
permukaan, dan gaya ini yang dibagi dengan luas permukaan tersebut adalah
tegangan geser rata-rata pada permukaan itu. (Victor et al ,1988).
Fluida diklasifikasikan sebagai fluida Newton dan fluida bukan Newton.
Dalam fluida Newton terdapat hubungan linier antara besarnya tegangan geser
yang diterapkan dan laju perubahan bentuk yang diakibatkan [µ konstan]. Dalam
fluida bukan Newton terdapat hubungan tak linier antara besarnya tegangan geser
yang diterapkan dan laju perubahan bentuk sudut. Gas dan cairan cenderung
bersifat fluida Newton, sedangkan hidrokarbon berantai panjang yang kental
mungkin bersifat bukan Newton. Sifat kerapatan dan sifat viskositas memegang
peranan penting dalam hal aliran fluida di dalam saluran terbuka maupun saluran
tertutup, dan untuk hal aliran sekitar benda yang terendam (Victor et al ,1988).
Aplikasi dari ilmu mekanika fluida ini memiliki peran penting dalam
bidang industri, pertanian, kedokteran, dan lain sebagainya (Immawan, 2015).
Untuk kebutuhan penelitian tersebut bahkan sampai dengan tingkat desain, perlu
dibutuhkan suatu alat yang mampu menganalisis atau memprediksi dengan cepat
dan akurat. Maka berkembanglah suatu ilmu yang dinamakan (CFD)
Computational Fluid Dynamic (Firman, 2008). CFD merupakan suatu sistem
analisa yang menyertakan aliran fluida, perpindahan panas dan yang berhubungan
seperti reaksi kimia dengan simulasi berdasarkan komputer (Versteeg, 1995).
2. Sebutkan tujuan praktikum!
Adapun tujuan dari praktikum Viskositas ini dimana metode uji ini digunakan
untuk mengetahui prinsip kerja alat ukur viskositas pada gliserin, minyak dan
Oli SAE 40.

3. Tuliskan manfaat dari modul praktikum yang kalian lakukan!


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan kegiatan belajar
mengajar di Universitas International Semen Indonesia sehingga
terciptanya mutu pendidikan yang tinggi dan hasil akhrmya dapat
menciptakan lulusa yang berkompeten dan bermutu tinggi.
2. Bagi Laboratorium
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas praktikum
di Laboratorium UISI.
3. Bagi praktikan
Praktikum mengenai bandul matematis ini diharapkan menjadi
sarana agar mahasiswa dapat mengetahui serta memahami prinsip bandul
matematis dan bukan hanya sekedar teori belaka.

4. Tuliskan!
a. Alat
1. Neraca Ohauss
2. Picnometer
3. Stopwatch
4. Mikrometer sekrup
5. Satu set tabung panjang
6. Gelas ukur
7. termometer
b. Bahan
1. Kelereng (variasi diameter)
2. Fluida (Gliserin, minyak, Oli SAE 40)
c. Langkah Kerja
1. Ukur diameter dan massa kelereng.
2. Timbang massa picnometer kosong.
3. Fluida dimasukkan ke picnometer dan massa keduanya diukur
4. Suhu fluida diukur.
5. Masukkan bola hingga bola mengalami gerak lurus beraturan
6. Catat waktu (t) yang dibutuhkan dari batas pertama hingga batas
kedua.
7. Ulangi langkah 5-6 sebanyak sepuluh kali.
8. Variasikan batas kedua, dengan jarak antara batas pertama dengan
batas kedua (y) minimal 20 cm.

5. Pengertian Fluida
Pemahaman fenomena yang berkaitan dengan gerakan fluida, harus
dipertimbangkan berdasarkan hukum-hukum dasar yang mengatur gerakan
partikel-partikel fluida. Pertimbangan tersebut meliputi konsep-konsep gaya
dan percepatan. Pada makalah ini akan dibahas secara terperinci penggunaan
hukum kedua Newton yang diterapkan pada gerakan partikel fluida yang
dianggap “ideal”. Fluida seperti ini disebut fluida Newtonian.
(McDonough, 2009).
Fluida Newtonian didefinisikan sebagai fluida yang tegangan gesernya
berbanding lurus secara linier dengan gradien kecepatan pada arah tegak lurus
dengan bidang geser. Definisi ini memiliki arti bahwa fluida Newtonian akan
mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja pada fluida.
Sebagai contoh, air adalah fluida Newtonian karena air memiliki sifat-sifat
fluida sekalipun pada keadaan diaduk (Spurk and Aksel, 2008).

Ketika sebuah partikel fluida bergerak dari suatu tempat ke tempat yang
lain, partikel tersebut biasanya mengalami suatu percepatan atau perlambatan.
Menurut hukum kedua Newton tentang gerak, gaya netto yang bekerja pada
partikel yang ditinjau harus sama dengan massa dikalikan percepatannya (F =
ma) (White, 1991). diasumsikan bahwa gerakan fluida hanya diatur oleh
gaya-gaya tekanan dan gravitasi serta menggunakan hukum kedua Newton
yang diterapkan pada sebuah partikel fluida dalam bentuk : “(gaya tekan netto
pada sebuah partikel) + (gaya gravitasi netto pada sebuah partikel) = (massa
partikel) x (percepatan partikel)” (Spurk and Aksel, 2008).

6. Pengertian Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu fluida yang
menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas
fluida, maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukan
semakin sulit suatu benda bergerak dalam fluida tersebut (Ariyanti dan Agus,
2010). Viskositas dalam zat cair yang berperan adalah gayakohesi antar
partikel zat cair (Martoharsono, 2006). Sedangkan dalam zat gas, viskositas
disebabkan oleh tumbukan antara molekul (Bird, 2004).
Untuk mengetahui titik dimulainya aliran fluida berkembang penuh pada pipa
bundar menggunakan dua persamaan yaitu persamaan dari buku (Munson,
2010) untuk aliran turbulen:

le
= 4,4 Re1/6 (1)
D
Dan (Bhatti & Shah) untuk aliran turbulen:
L = 1,359 D Re1/4 (2)
Dimana D adalah diameter pipa dan Re adalah bilangan Reynold.
Untuk mencari Re pada suatu aliran fluida menggunakan persamaan berikut:
ρ .V . D
Re = (3)
μ
Dimana dan dinyatakan sebagai nilai densitas dan viskositas, sedangkan
kecepatan aliran (V) sebesar 1 m/s.
7. pengertian kecepatan aliran fluida
Fluida adalah zat yang dapat bergerak ketika dikenai gaya. Fluida dapat
berubah bentuk dan bersifat tidak permanen. Fluida membentuk berbagai
jenis benda padat sesuai dengan bentuk benda yang dilewatinya (Al-
Shemmeri, 2012). Karakteristik aliran fluida meliputi tekanan statis, tekanan
dinamis, total tekanan, kecepatan fluida dan tegangan geser. Viskositas fluida
merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau
perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi
dan laju perpindahan momentum molekulernya. Viskositas zat cair cenderung
menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini
disebabkan gaya – gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami
penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Viskositas
dibedakan atas dua macam, yaitu viskositas kinematik dan viskositas dinamik
atau viskositas mutlak.

Jenis-Jenis Aliran
1. Laminer
Aliran laminer didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang
bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina dengan satu
lapisan meluncur secara lancar. Aliran laminer ini mempunyai nilai
bilangan Reynoldsnya kurang dari 2000.
2. Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran
turbulen. aliran turbulen mempunyai nilai bilangan Reynoldsnya
antara 2000 sampai dengan 4000.
3. Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan
dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami
percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan
saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian fluida yang
lain dalam skala yang besar di mana nilai bilangan Reynoldsnya lebih
besar dari 4000.
Debit aliran Flurida
Debit aliran fluida merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung
kecepatan aliran fluida, yaitu diperlihatkan dalam persamaan:
V
Q=
t
Kemudian dari persamaan kontinuitas akan didapatkan rumus seperti yang
ditunjukkan dalam persamaan :
1
Q = A.V , dimana A = π D2
4
Maka kecepatan adalah :
Q
V=
A
(jalaludin, 2019)

8. pengertian Hukum Stokes dan Rumusnya


Hukum Stokes berbunyi: “bila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida
yang diam terhadap bola itu akan bekerja gaya gesekan yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak bola tersebut. Benda yang jatuh memiliki
kecepatan yang makin lama makin besar, tetapi dalam fluida sebagi
mediumnya ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda jatuh
makin besar. hingga pada satu titik akan didapat kesetimbangan yang
menyebabkan kecepatan benda tersebut akan tetap”.
Dari pernyataan tersebut, menghitung viskositas fluida dapat dicari dengan
mengetahui kecepatan terminal, ukuran dan kerapatan bola, dan densitas
cairan, hukum Stokes dapat digunakan untuk menghitung viskositas fluida
Hukum ini menjadi dasar viskosimeter bola jatuh, dengan persyaratan:
1. Ruang tempat fluida terbatas
2. kecepatan bola harus tetap/konstan dan tidak ada turbulensi di dalam
fluida.
Untuk mendapatkan hasil yang presisi, dua keadaan di atas harus dapat
terpenuhi. Sehingga dibutuhkan peran Pranata Laboratorium Pendidikan
(PLP) sebagai pengelola dalam menyusun kebutuhan alat dan bahan serta
mengevaluasi efektifitas dan efisiensi alat dan bahan yang saat ini dipakai.
(Susanti,
2019)

9. Faktor–faktor yang memepengaruhi Viskositas


Faktor yang mempengaruhi viskositas ialah suhu, kosentrasi larutan, berat
molekul terlarut, dan tekanan. Jadi viskositas berbanding terbalik dengan
suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan begitu sebaliknya.
Semua minyak pelumas jika suhu tinggi dipanaskan akan menjadi lebih encer
dan ada suhu yang rendah akan menjadi kental. Pengukuran viskositas
minyak pelumas dengan standar SAE 2. Konsentrasi larutan ialah viskositas
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap
satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel
semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.Berat molekul terlarut
ialah viskositas berbanding lurus dengan berat molekul terlarut. Tekanan
ialah semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan
(Sani, 2010).

10. Tabel perlakuan dan pengamatan


TABEL LANGKAH KERJA DAN FUNGSI PENGAMATAN
PRAKTIKUM DENSITAS
No. Perlakuan Fungsi Pengamatan
1. Mengukur massa kelereng Fungsinya untuk mengetahui masa
kecil menggunakan neraca kelereng kecil dan mengetahui rata rata
analitik sebanyak 3 kali masa kelereng berdasarkan hasil pengujian
sebanyak 3 kali
2. Mengukur massa kelereng Fungsinya untuk mengetahui masa
sedang menggunakan kelereng sedang dan mengetahui rata rata
neraca analitik sebanyak 3 masa kelereng berdasarkan hasil pengujian
kali sebanyak 3 kali
3. Mengukur massa kelereng Fungsinya untuk mengetahui masa
besar menggunakan neraca kelereng besar dan mengetahui rata rata
analitik sebanyak 3 kali. masa kelereng berdasarkan hasil pengujian
sebanyak 3 kali
4. Mengukur diameter fungsi dari perlakuan ini untuk mengukur
kelereng menggunakan diameter kelereng kecil, besar dan kelereng
mikrometer sekrup sedang menggunakan mikrometer sekrup
5. Menimbang massa Fungsinya untuk mengetahui massa
piknometer dengan neraca piknometer dengan menggunakan neraca
analitik. analitik
6. Menimbang massa Dari pengukuran diatas sudah diketahui massa
piknometer yang berisi Oli dari piknometer, maka selanjutnya perlu
SAE 40 diketahui massa piknometer yang berisi Oli
SAE 40
7. Menimbang massa Dari pengukuran diatas juga sudah diketahui
piknometer yang berisi massa dari piknometer yang berisi Oli SAE 40,
minyak. maka selanjutnya perlu diketahui juga massa
piknometer yang berisi minyak
8. Memasukkan kelereng Langkah ini berfungsi untuk mengetahui
kecil ke dalam minyak dan kecepatan kelereng kecil serta mengetahui
mengalami gerak lurus waktu yang dibutuhkan kelereng ketika
beraturan dan mencatat meluncur didalam minyak
waktu yang dibutuhkan.

9. Memasukkan kelereng Langkah ini berfungsi untuk mengetahui


sedang ke dalam minyak kecepatan kelereng sedang serta
dan mengalami gerak lurus mengetahui waktu yang dibutuhkan
beraturan dan mencatat kelereng ketika meluncur didalam minyak
waktu yang dibutuhkan.

10. Memasukkan kelereng Langkah ini berfungsi untuk mengetahui


besar ke dalam minyak kecepatan kelereng besar serta mengetahui
dan mengalami gerak lurus waktu yang dibutuhkan kelereng ketika
beraturan dan mencatat meluncur didalam minyak
waktu yang dibutuhkan.

11. Memasukkan kelereng Sama dengan langkah di atas langkah ini


kecil ke dalam oil SAE 40 berfungsi untuk mengetahui kecepatan
dan mengalami gerak lurus kelereng kecil serta mengetahui waktu
beraturan dan mencatat yang dibutuhkan kelereng ketika meluncur
waktu yang dibutuhkan. didalam Oli SAE 40

12. Memasukkan kelereng langkah ini berfungsi untuk mengetahui


sedang ke dalam oil SE 40 kecepatan kelereng sedang serta
dan mengalami gerak lurus mengetahui waktu yang dibutuhkan
beraturan dan mencatat kelereng ketika meluncur didalam Oli SAE
waktu yang dibutuhkan. 40

13. Memasukkan kelereng langkah ini berfungsi untuk mengetahui


besar ke dalam oil SE 40 kecepatan kelereng besar serta mengetahui
dan mengalami gerak lurus waktu yang dibutuhkan kelereng ketika
beraturan dan mencatat meluncur didalam Oli SAE 40
waktu yang dibutuhkan.

11. Data hasil pengamatan


A. Pengamatan
Pada percobaan viskositas, didapatkan data pengamatan sebagai berikut :
A.1 Massa kelereng
Tabel 2. Massa Kelereng
Massa ( gram) Massa (Kg)
Kelereng Kecil 2,4948 0,0024948
Kelereng
Sedang 4,9974 0,0049974
Kelereng Besar 19,3729 0,0193729

A.2 Diameter dan Jari-Jari Kelereng


Tabel 3. Diameter dan Jari-Jari Kelereng
Diameter kelereng (cm) D rata" D rata" Jari"
  1 2 3 (cm) (m) (m)
Kecil 12,19 12,19 12,19 12,19 0,1219 0,0605
Sedang 15,16 15,16 15,16 15,16 0,15,16 0,0758
besar 24,36 24,36 24,36 24,36 0,2436 0,1218

A.3 Waktu Tempuh Kelereng Dalam Minyak


Tabel 4.Waktu Tempuh Kelereng Dalam Minyak
FLUIDA MINYAK
  Jarak T1 T2 T3 T4 T rata" T total
0,3 0,65 0,8 0,8 0,7 0,7375
4,3175
Kecil

0,6 1,38 1,49 1,53 1,42 1,455


0,9 1,94 2,17 2,17 2,22 2,125
0,3 1,04 0,92 0,8 0,45 0,8025
Besar Sedang

4,2475
0,6 1,6 1,48 1,6 1,09 1,4425
0,9 2 2,1 2,01 1,9 2,0025
0,3 1,35 0,88 0,82 0,79 0,96
4,8925
0,6 1,99 1,44 1,47 1,51 1,6025
0,9 2,8 2,17 2,19 2,16 2,33

A.4 Waktu Tempuh Kelereng Dalam Dalam Oli SAE 40


Tabel 5. Waktu Tempuh Kelereng Dalam Oli SAE 40
FLUIDA OLI
  Jarak T1 T2 T3 T4 T rata" T total
0,3 1,08 1,2 1,19 1,08 1,1375
7
Kecil

0,6 2,21 2,33 2,48 2,37 2,3475


0,9 3,41 3,54 3,69 3,42 3,515
0,3 0,83 0,91 0,9 1,37 1,0025
Sedang

5,89
0,6 1,79 1,96 1,95 2,26 1,99
0,9 3,08 2,06 3,07 3,38 2,8975
0,3 1,2 1,47 0,84 0,88 1,0975
Besar

0,6 2,33 2,59 1,93 1,93 2,195 6,715


0,9 3,54 3,8 3,14 3,21 3,4225

B. Data Grafik Regresi Linear

B.1 Kelereng Kecil dalam Minyak


Tabel 6. Kelereng Kecil dalam Minyak
Waktu (t) Jarak (m)
0,738 0,3
1,455 0,6
2,125 0,9

B.2 Kelereng Sedang dalam Minyak

Tabel 7. Kelereng Sedang dalam Minyak


Waktu (t) Jarak (m)
0,8025 0,3
1,4425 0,6
2,0025 0,9

B.3 Kelereng Kecil dalam Minyak

Tabel 8. Kelereng Besar dalam Minyak


Waktu (t) Jarak (m)
0,96 0,3
1,6025 0,6
2,33 0,9

B.4 Kelereng Kecil dalam Oli SAE 40

Tabel 9. Kelereng Kecil dalam Oli SAE 40


Waktu (t) Jarak (m)
1,1375 0,3
2,3475 0,6
3,515 0,9

B.5 Kelereng Sedang dalam Oli SAE 40

Tabel 9. Kelereng Sedang dalam Oli SAE 40


Waktu (t) Jarak (m)
1,0025 0,3
1,99 0,6
2,8975 0,9

B.6 Kelereng Besar dalam Oli SAE 40

Tabel 10. Kelereng Besar dalam Oli SAE 40


Waktu (t) Jarak (m)
1,0975 0,3
2,195 0,6
3,4425 0,9

C. Koefisien Viskositas
Tabel 11. Koefisien fiskositas
Fluida Vk.Besar Vk.sedang Vk.kecil
Minyak 450,0886 221,5694 285,3255
Oli SAE 40 456,4857 227,5466 291,5502
D. Kecepatan Terminal
Fluida Vk.Besar Vk.sedang Vk.kecil
0,061318 0,070605 0,0694766
Minyak 0,122637 0,14121 0,1412097
0,183955 0,211815 0,183955
0,044676 0,050934 0,0428571
Oli SAE 40 0,089352 0,101868 0,0857143
0,134028 0,152801 0,1285714
E. Grafik Hubungan

Kelereng Kecil dalam minyak


1.2
1 1
0.9
0.8 f(x) = 0.43 x − 0.02
R² = 1 s(m
0.6 0.6
jarak

Linear (s(m)
0.4 t(s)
0.3
0.2
0
0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4
Axis Title

Kelereng Sedang dalam Minyak


1.2
1 1
0.9
0.8 f(x) = 0.5 x − 0.11
R² = 1 s(m
0.6 0.6
jarak

Linear (s(m)
0.4 t(s)
0.3
0.2
0
0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
Axis Title

Kelereng Besar Dalam minyak


1.2
1 1
0.9
0.8 f(x) = 0.44 x − 0.11
R² = 1 s(m
0.6 0.6
Jarak

Linear (s(m)
0.4 t(s)
0.3
0.2
0
0.8 1 1.2 1.4 1.61.8 2 2.22.42.6
Axis Title
Kelereng Kecil dalam Oli SAE
1.2
1 1
0.9
0.8 f(x) = 0.25 x + 0.01 s(m
0.6 0.6

Jarak
R² = 1
Linear (s(m)
0.4
0.3 t(s)
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Axis Title

Kelereng sedang dalam OLI SAE


1.2
1 1
0.9
0.8 f(x) = 0.32 x − 0.02 s(m
0.6 0.6
Jarak

R² = 1 Linear (s(m)
0.4
0.3 t(s)
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Axis Title

kelereng besar dalam Oli SAE


1.2
1 1
0.9
0.8 f(x) = 0.26 x + 0.03 s(m
0.6 R² = 1 0.6 Linear (s(m)
Jarak

0.4 Linear (s(m)


0.3 t(s)
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Axis Title

12. Pembahasan
1. Pengukuran Diameter
Pada praktikum viskositas yang dilakukan pertama yaitu disiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan lalu langkah yang dilakukan
pertama adalah mengukur diameter kelereng kecil maupun
kelereng besar menggunakan micrometer sekrup, kemudian
menimbang massa kelereng kecil maupun besar
menggunakan neraca analitik, lalu menimbang massa
dengan menggunakan neraca analitik sehingga
mendapatkan densitas dari pengukuran diameter maupun
mengukur diameter picnometer kosong.
2. Pengukuran massa
Dalam pengukuran massa atau berat jenis pada zat cair diperlukan
alat bantuan yang digunakan sebagai wadah zat cair. Alat yang
biasa digunakan adalah picnometer. Picnometer adalah alat ukur
berupa botol yang memiliki berat, W, dan volume yang berkisar
10-25ml. Cara mengukur massa atau berat jenis zat cair yaitu
dengan mengisi picnometer dengan zat cair hingga penuh. Setelah
itu timbang massa picnometer dan zat cair didalamnya pada neraca
(Kironoto, 2018)

Massa ialah ukuran kuantitatif dari kelembaman, sedangkan


kelembaman atau inersia ialah sifat yang dimiliki setiap benda
material yang membuatnya cenderung mempertahankan keadaan
geraknya. Benda yang tak bergerak akan terus diam, kecuali kalau
dipaksa bergerak oleh besaran fisika yang disebut gaya.
Sebaliknya, benda yang bergerak akan terus bergerak pada arah
geraknya dan dengan kelajuan yang sama dengan kelajuannya
semula, kecuali kalau diperlambat oleh gaya (gaya gesekan).
Misalnya, yang arahnya berlawanan dengan arah benda itu atau
dipercepat oleh gaya pada arah gerak benda itu, atau dipaksa
berbelok oleh gaya yang tidak searah dengan arah gerak benda
tersebut. Massa sering secara salah disamakan dengan berat,
padahal massa ialah besaran skalar yang tidak ada arahnya,
sedangkan berat ialah gaya gravitasi Bumi yang bekerja pada
benda tersebut) yang arahnya menuju ke pusat Bumi
(Wilardjo,1987). Alat ukur massa disebut dengan neraca. Prinsip
kerja neraca adalah membandingkan massa benda yang diukur
dengan anak timbangan. Pengukuran neraca dapat diubah dengan
menggeser posisi anting (anak timbangan) sepanjang lengan.
Anting dapat digeser menjauhi atau mendekati poros neraca. Massa
pada benda dapat diketahui dengan menjumlahkan masing-masing
posisi dari setiap anting di sepanjang lengan setelah neraca dalam
keadaan setimbang (Iya, 2014).
3. Pengukuran kecepatan terminal
Kecepatan terminal adalah kecepatan benda yang tidak
bertambah lagi atau konstan setelah diluncurkan dalam fluida.
Keadaan ini juga dapat di artikan sebagai kecepatan benda pada
saat gaya total yang bekerja berjumlah nol. Hubungan kecepatan
terminal dengan hukum Stokes:

2r 2 g ( ρb− ρf )
V= …. (2.6)

Keterangan :
V = volume fluida (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
ρb = massa jenis bola (kg/m3)
ρf = massa jenis fluida (kg/m3)
(Abdullah, 2016)

13. Daftar Pustaka


Streeter, Victor L. Wylie, E Benjamin. Priyono, Arko. (1988). Mekanika
Fluida (edisi delapan) jilid 1, Jakarta. Erlangga
Immawan Wahyudi. (2015). “Analisa Computational Fluid Dynamics (CFD)
Terhadap Profil Temperatur Untuk Kondensasi Steam Arah
Circumferential Pada Pipa Konsentrik Horisontal Dengan Aliran
Pendinginan Searah Di Dalam Ruang Anular”. Skripsi Sarjana Pada
Program Studi S-1 Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
McDonough, J. M. 2009. Lectures In Elementary Fluid Dynamics : “Physics,
Mathematics and Applications”. Departments of Mechanical Engineering
and Mathematics, University of Kentucky, Lexington, KY 40506-0503.
Spurk, J. H. and Aksel, N. 2008. Fluid Mechanics Second Edition. Germany
: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Ariyanti, E.S. dan Agus, M, 2010, “Otomasasi Pengukuran Koefisien
Viskositas Zat Cair Menggunkan Gelombang Ultrasonik,” Jurnal
Neutrino, vol. 2, No. 27 Agustus 2015
White, F. M. 1991. Viscous Fluid Flow Second Edition. New York :
McGraw-Hill, Inc.
Jalaludin, 2019 : “Analisa Profil Aliran Fluida Cair dan Pressure Drop pada
Pipa L menggunakan Metode Simulasi Computational Fluid Dynamic”.
Jurnal Teknologi Kimia Unimal 8 : 2
Susanti, 2019 : “rekontruksi set alat percobaan viskositas” .Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sani, 2010. Pengaruh Pelarut Phenol Pada Reklamasi Minyak Pelumas.
Unesa University Press.
Kironoto, 2018: “statika fluida” .UGM Press, UGM, Gadjah Mada University
Press

Anda mungkin juga menyukai