Anda di halaman 1dari 4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Rought Cut Capacity Planning (RCCP)


Rought Cut Capacity Planning (RCCP) merupakan metode yang digunakan
untuk mengukur kapasitas stasiun kerja sehingga dapat diketahui apakah suatu jadwal
produksi memerlukan kerja lembur dan sub contract untuk memenuhi permintaan
yang tepat waktu. Rought Cut Capacity Planning (RCCP) juga merupakan proses
menentukan apakah sumber daya yang direncanakan cukup untuk melaksanakan
Master Production Schedule (MPS). Kelancaran produksi dalam suatu pabrik sangat
penting, karena jika terjadi kemacetan dalam suatu proses produksi hak ini dapat
mengakibatkan penumpukan bahan baku ataupun meningkatnya meningkatnya Work
In Procces dalam memproduksi suatu barang (Sugiono, 2013).
Untuk mencegah terjadinya hal ini maka perlu dilakukan uji kelayakan
terhadap Master Production Schedule (MPS) yang telah dibuat oleh perencana
produksi, hal tersebut dapat dilakukan untuk menyesuaikan Master Production
Schedule (MPS) dengan kapasitas yang tersedia di dalam pabrik. Keberhasilan
perencanaan manufakturing membutuhkan perencanaan kapasitas yang efektif agar
mampu memenuhi jadwal produksi yang telah ditetapkan. Kekurangan kapasitas akan
menyebabkan kegagalan memenuhi target produksi, keterlambatan pengiriman ke
pelanggan dan kehilangan kepercayaan dalam sistem normal yang mengakibatkan
reputasi perusahaan akan menurun bahkan hilang sama sekali. Simulasi merupakan
salah satu cara untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi di dunia nyata
(Real World). System dynamics merupakan metode untuk meningkatkan pemahaman
dalam sistem yang komplek (Sugiono, 2013).
Rought Cut Capacity Planning (RCCP) digunakan untuk memverifikasi yang
diperlukan untuk membuat Master Production Schedule (MPS). Jangka waktu
perencanaan Rought Cut Capacity Planning (RCCP) ini sama dengan Master
Production Schedule (MPS), biasanya 1-3 tahun kedepan.

5
Rought Cut Capacity Planning (RCCP) merupakan teknik untuk mengolah
Master Production Schedule (MPS) kedalam kebutuhan kapasitas secara kasar.
Teknik ini memerlukan identifikasi sumber daya seperti jumlah stasiun kerja, tenaga
kerja, dan proses produksi. Dengan berdasarkan waktu pengerjaan dan status
produksi maka waktu pengerjaan tiap stasiun per periode dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Waktu pengerjaan = untuk semua i.j

Dimana: = waktu yang diperlukan produk k di stasiun kerja i

= jumlah produk k yang akan di produksi pada periode j

Sama seperti Master Production Schedule (MPS), Rought Cut Capacity


Planning (RCCP) mendapatkan laporan yang dirubah pada saat produksi.
Bagaimanapun, Rought Cut Capacity Planning (RCCP) tidak mendapatkan
komponen persediaan yang sudah diproduksi dan disimpan atau pada saat diproses,
sehingga kapasitas yang dibutuhkan untuk proyek jangka pendek akan bermasalah.
Sumber lain berpotensial untuk menjadi masaalah adalah jika Jadwal Induk Produksi
tidak mengandung informasi tentang perencanaan pemesanan. Rought Cut Capacity
Planning (RCCP) untuk membuat keputusan dalam mengukur kapasitas dalam
jangka waktu tertentu. Keputusan mungkin akan meliputi standart mesin dan
subkontrak.
Dalam jangka panjang, perhitungan dan perencanaan kebutuhan kapasitas
dilakukan dengan metode Rought Cut Capacity Planning (RCCP), dan metode ini
dilakukan untuk menguji ketersediaan kapasitas waktu produksi yang tersedia di
dalam memenuhi Jadwal Induk Produksi yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,
proses ini akan menghasilkan Jadwal Induk Produksi yang telah disesuaikan, karene
telah memberikan gambaran tentang ketersediaan kapasitas untuk memenuhi target
produksi yang disusun dalam Jadwal Induk Produksi. Hal ini dilakukan mengingat

6
rencana induk produksi diturunkan dari optimasi ongkos-ongkos produksi sehingga
tidak mencerminkan realita kebutuhan kapasitas sebenarnya. Pada kenyataanya,
keputusan-keputusan penambahan, lembur dan subkontrak pada hakikatnya
dihasilkan pada tahap ini. Jadi tujuan Master Production Schedule (MPS) adalah
mewujudkan perencanaan agregat menjadi suatu perencanaan terpisah untuk masing-
masing item individu. Selain itu Master Production Schedule (MPS) juga dapat
mengevaluasi jadwal-jadwal alternatif dalam hal kebutuhan kapasitas, menyediakan
input sistem dan membantu manajer produksi untuk menghasilkan prioritas-prioritas
untuk penjadwalan produksi (Sugiono, 2013). Teknik-teknik dalam penerapan
Rought Cut Capacity Planning, adalah sebagai berikut ini:

2.2 Capacity Planning Using Overall Factors (CPOF)


CPOF merupakan perencanaan yang relatif kasar, dengan input yang
diperlukan seperti: Master Production Schedule, waktu total pabrik yang diperlukan
untuk memproduksi satu part tertentu dan proporsi historis yakni perbandingan antar
stasiun kerja mengenai kapasitas produk pada waktu tertentu. Teknik ini
membutuhkan data dan teknik perhitungan yang paling sedikit dibandingkan teknik
lainnya, sehingga pendekatan ini paling mudah terpengaruh bila terjadi perubahan
dalam volume produk maupun jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu produk. Cara perhitungannya relatif mudah, dengan mengalikan proporsi
historis dengan total kuantitas Master Production Schedule pada periode tertentu
untuk masing-masing stasiun kerja. Dari hasil perhitungan ini nantinya diperoleh
waktu total yang diperlukan, total waktu ini kemudian dirata-ratakan dan
dibandingkan dengan waktu kapasitas.

2.3 Bill Of Labor Approach (BOLA)


Bill Of Labor Approach didefenisikan sebagai suatu daftar yang berisi jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu item. BOLA bukan
merupakan Routing, melainkan suatu alat untuk memperkirakan kebutuhan untuk Bill
Of Labor dapat digunakan item atau kelompok-kelompok item yang sama dan
diperluas dengan sejumlah item yang telah terjadwal untuk menentukan kebutuhan

7
kapasitas. Pendekatan dengan teknik ini menggunakan data yang rinci mengenai
waktu baku setiap produk pada sumber-sumber utama. Ada masukan yang
dibutuhkan untuk pendekatan BOLA, yaitu: MPS dan Bill Of Labor.

2.4 Resources Profile Apporoach


Pendekatan ini juga menggunakan data waktu baku. Selain ini membutuhkan
pula data Lead Time yang diperlukan pada stasiun-stasiun kerja tertentu.

2.5 Effective Daily Capacity (EDC)


Tingkat kapasitas efektif mengacu pada jumlah produk yang dapat diproduksi
secara teoritis selama periode waktu, sementara kapasitas sebenarnya adalah jumlah
produk yang dihasilkan selama periode waktu yang sama.

Anda mungkin juga menyukai