MATEMATIKA FARMASI
Matakuliah ini memberikan implementasi dari konsep dasar matematika terhadap ilmu
kefarmasian sehingga mahasiswa dapat menggunakan prinsip matematika ini secara baik dan
praktis dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan perhitungan-perhitungan di bidang
farmasi. Oleh sebab itu, moteode pembelajaran yang dikembangkan adalah dengan metode SCL
berbasis Collaborative Leraning. Dengan metode ini mahasiswa dituntut untuk aktif belajar mandiri
sebelum memulai perkuliahan seperti pengisian lembaran kerja mahasiswa (LKM) yang berisi topik
perkuliahan yang dilakukan di rumah sehingga pada saat diskusi mahasiswa dapat berkontribusi
secara aktif.
B. PERENCANAAN PEMBELAJARAN
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu menggunakan konsep-
konsep dasar matematika yang digunakan dalam pemecahan masalah kefarmasian dengan
menggunakan kalkulator dan program komputer
8. Bobot Penilaian
Bobot penilaian merupakan ukuran dalam prosen (%) yang menunjukkan
prosentase keberhasilan satu tahap penilaian terhadap nilai keberhasilan
keseluruhan dalam mata kuliah.
Kriteria penilaian terdiri atas penilaian hasil dan proses sesuai dengan capaian
pembelajaran, adalah sebagai berikut:
9. Norma Akademik
a. Kehadiran mahasiswa dalam pembelajaran minimal 75% dari total pertemuan kuliah
yang terlaksana.
b. Kegiatan pembelajaran sesuai jadwal resmi dan jika terjadi perubahan ditetapkan
bersama antara dosen dan mahasiswa.
c. Toleransi keterlambatan 15 menit.
d. Selama proses pembelajaran berlangsung HP dimatikan.
e. Pengumpulan tugas ditetapkan sesuai jadwal
f. Yang berhalangan hadir karena sakit (harus ada keterangan sakit/surat pemberitahuan
sakit) dan halangan lainnya harus menghubungi dosen sebelum perkuliahan.
g. Berpakaian sopan dan bersepatu dalam perkuliahan.
h. Pakai baju/kameja putih dan celana hitam untuk pria dan rok hitam bagi perempuan
pada saat UTS dan UAS.
i. Kecurangan dalam ujian, nilai mata kuliah yang bersangkutan nol.
j. Mahasiswa yang menjadi penanggungjawab matakuliah diharapkan menghubungi
dosen sehari sebelum kuliah untuk mengingatkan jadwal kuliah
k. Membawa dan telah mengisi Lembaran Kerja Mahasiswa (LKM) yang terdapat pada
buku pegangan sesuai topik perkuliahan sebelum kuliah dilaksanakan
Pustaka Utama :
a. Rees, JA, Ians Smitd and Brian Smith, 2005, Introduction to Pharmaceutical Calculations, second edition, Pharmaceutical
Press, British.
b. Pharmaceutical calculation, US Army Medical Departement Center and School, Fort Sam Houston, Texas, 2008
c. Clarke, PS, 1974, Calculus and Analytic Geometry, Health and Co., Ontario, Canada.
d. Syofyan dan Sri Nevi Gantini, 2014, Matematika Farmasi, Penerbit Leskonfi Jakarta.
Pendukung :
a. Ansel, HC, Prince, SJ, 2006, Kalkulasi farmasetik, Panduan untuk Apoteker, alih bahasa oleh Cucu Aisyah dan Ella Elviana,
EGC, Jakarta
b. Statistik Kesehatan
TOPIK I
Rasio, Proporsi dan Persen
Sirop Kloramfenikol
Seorang pasien bayi mendapat resep dari dokter berupa sirop tersebut
dengan aturan pakai 3 kali sehari ½ sendok teh.
1
Infus NaCl
1. Berapa gram NaCl yang terdapat dalam seperempat botol infus tersebut?
2. Jika NaCl yang tersedia 270 kg, berapa botol infus yang dapat dibuat?
2
Krim Oksitetrasiklin
3
Disolusi Tablet
Waktu : 45 menit
1. Tentukan persen obat terdisolusi jika hasil pemeriksaan diperoleh jumlah obat
terdisolusi pada masing-masing chamber adalah adalah 385, 390, 405, 410, 420 dan
435 mg.
Catatan:
2. Menurut Farmakope Indonesia, sediaan tablet dikatakan memenuhi syarat disolusi jika
pada uji tahap I : tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%. Jika tidak memenuhi
syarat, maka lanjutkan uji tahap II dengan menggunakan 12 tablet lagi. Berdasarkan
hasil uji tahap I di atas, apakah tablet memenuhi syarat uji disolusi atau tidak,
jelaskan!
4
1.2 PENDALAMAN MATERI
1. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan krim dengan komposisi sebagai
berikut:
Vaselin ` 25 gr (HLB = 8)
Emulgator 2 gr
Aqua ad 100 gr
Tentukan:
Untuk mencari HLB campuran, dicari HLB parsial masing-masing terlebih dahulu
dengan rumus:
Catatan:
5
Perbandingan emulgator (Em) yang dipakai menggunakan metode aligasi
(pertukaran), dengan rumus:
HLB camp
Dimana Em A = Tween 60, Em B = Span 60 dan selisih HLB campuran dan HLB Em
harus berbentuk harga muthlak (bernilai positif)
2. Seorang pasien memperoleh terapi berupa larutan infus NaCl 0,9% dengan kemasan
botol 1 liter. Sebagai seorang farmasis, Saudara mengetahui konsentrasi ion Na+ dan
Cl- dalam larutan infus tersebut.
Konsentrasi ion dinyatakan dalam satuan mEq/L. Untuk itu berlaku konsep berat
ekivalen (BE) yang dirumuskan dengan:
6
Persamaan di atas, dapat ditata ulang menjadi:
b. Diketahui plasma manusia berisi 5 mEq/L ion kalsium. Berapa mg CaCl2.2H20 (BM
147) yang ditimbang untuk membuat 750 mL larutan, yang sama konsentrasi ion
kalsiumnya dengan plasma manusia?
Untuk menghitung tonisitas larutan yang dibuat, salah satunya digunakan metode
penurunan titik beku (PTB). Sebagai acuan, digunakan PTB NaCL 0,9 % yaitu sebesar
0,52 °C dan ini sesuai dengan PTB cairan darah. Itulah sebabnya, NaCL 0,9 % disebut
juga dengan larutan fisiologis.
7
b. Tentukan PTB vitamin C 500 mg dalam 10 mL
Catatan:
Tentukan dulu kadar (%) Vitamin C 500 mg dalam volume 10 mL. Kemudian baru
tentukan berapa PTB yang diperoleh pada kadar tersebut. Diketahui PTB 1 % Vitamin
C adalah 0,1
c. Apakah nilai PTB yang diperoleh di atas atau di bawah 0,52. Jika di atas 0,52, maka
larutan disebut hipertonis, sehingga tidak perlu penambahan NaCl. Jika di bawah 0,52,
maka larutan disebut hipotonis, dan harus ditambah NaCl sebagai pengisotonis.
Tentukan berapa selisih nilai PTB ini (rumus: 0,52 – PTB zat)
8
e. Tentukan jumlah NaCl yang ditimbang untuk volume 10 mL.
Catatan:
9
2. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan herbal terstandar dengan bahan
aktif kuersetin. Untuk itu, kuersetin ini akan diuji aktivitasnya menggunakan mencit.
Caranya, dibuat dulu suspensi induk kuersetin dengan menimbang 1g kuersetin dan
disuspensikan dengan Na CMC dan medium air ad 50 mL. Dari suspensi induk ini,
dibuat suspensi uji dengan cara diambil 1 mL dan diadkan hingga 5 mL. Tentukan
volume administrasi obat (VAO) yang akan diberikan ke mencit dari suspensi uji ini,
agar dosis yang diterimanya adalah 100 mg/kgBB. Diketahui berat mencit adalah 30
gram.
3. Industri farmasi sedang mengembangkan emulsi minyak ikan dengan emulgator gom.
Menurut kajian pustaka, metode pembuatan emulsi dengan emulgator gom, biasanya
menggunakan metode gom kering atau metode continental dan metode gom basah
atau metode Inggris. Kedua metode ini menggunakan kombinasi 4 bagian minyak, 2
bagian air dan 1 bagian gom sehingga lazim disebut metode 4 : 2 : 1. Berapa masing-
masing bahan ditimbang, jika minyak ikan yang akan diemulsikan adalah 2 gram.
10
4. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan dispersi padat furosemida – PVP
dengan berbagai perbandingan ekimol. Diketahui BM furosemida adalah sekitar 330
dan BM PVP adalah sekitar 50.000. Direncanakan, dalam skala lab akan dibuat 1 kg
dispersi padat. Tentukan berapa gram masing-masing zat ditimbang, jika
perbandingan furosemida – PVP yang dibuat masing-masing adalah:
a. 1 : 1
b. 1 : 3
11
5. Bagian QC industri farmasi sedang memeriksa mutu sediaan injeksi steroid posfat.
Untuk itu, sebanyak 5 mL sampel dari sediaan injeksi tersebut diiencerkan ad 100 mL.
Kemudian 10 mL darinya, diencerkan kembali ad 100 mL dan terakhir diencerkan lagi
10 mL ad 100 mL. Dari pengukuran menggunakan UV ditemukan kadar steroidnya
2,49 µg/mL. Tentukan konsentrasi steroid sebenarnya dalam sediaan injeksi tersebut
(dalam % b/v dan mg/mL)
6. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan tetes mata. Menurut kajian pustaka,
pengisotonis sediaan ini selain NaCl juga bisa menggunakan larutan asam borat
isotonis. Berapa kadar asam borat yang diperlukan untuk membuat 300 ml larutan
asam borat isotonis? Diketahui bahwa penurunan titik beku (PTB) air yang disebabkan
oleh 1 % b/v asam borat adalah 0,288.
12
7. Industri farmasi sedang merancang formula sediaan obat tetes mata atropin sulfat 5%
b/v dalam kemasan 10 mL.
a. Agar isotonis, dalam formulanya ditambah pengisotonis berupa NaCl 0,9%.
Diketahui nilai kesetaraan (E NaCl) dari atropin sulfas ini adalah 0,14. Artinya, tiap 1
gram atropin sulfat setara dengan 0,14 gram NaCl. Tentukan berapa NaCl yang
dibutuhkan untuk volume 10 mL ini.
13
8. Industri Farmasi sedang merancang sedian aerosol yang mengandung kombinasi
propelan Freon 11 dan Freon 12 dengan rasio 3 : 2. Diketahui tekanan uap murni pada
25°C dari Freon 11 dan Freon 12 masing-masing adalah 15 dan 85 lbs/inci2 . Dari data
diperoleh bahwa aerosol dapat dikemas dengan aman dalam wadah gelas yang
dilindungi dengan pelapis plastik jika tekanan dalam tidak melebihi 35 lbs/inci2 pada
temperatur ruang. Dapatkah wadah seperti ini digunakan untuk sediaan aerosol di
atas?
Catatan:
Tentukan dulu tekanan uap parsial masing-masing propelan, kemudian baru dihitung
tekanan uap total campuran.
b) Larutan uji
Masukkan 900 ml media disolusi ke tiap wadah, panaskan hingga suhu 36,5 – 37,5
°C. Masukkan 1 tablet ke tiap keranjang dan masukkan ke dalam media. Jalankan
alat dengan 100 rpm, 45 menit. Saring 25 ml larutan uji, buang 5 ml filtrat pertama.
Pipet 3,0 ml filtrat ke dalam labu ukur 10 ml, encerkan dengan media disolusi
sampai tanda batas dan ukur serapannya pada spektrofotometer uv-vis.
14
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1 0,363 0,355
2 0,368 0,355
3 0,359 0,355
5 0,357 0,355
6 0,357 0,355
Tentukan persen obat terdisolusi dan apakah obat memenuhi syarat uji disolusi menurut
Farmakope Indonesia?
Catatan:
Untuk bahan obat berupa baku pembanding (BPFI) yang memiliki tingkat kemurnian,
dinyatakan dengan istilah faktor kesetaraan baku (fs), sehingga hubungan antara
konsentrasi (C) dengan serapan (A) dapat dirumuskan oleh:
15
10. Bagian R&D industri farmasi sedang mengembangkan sistem emulsi menggunakan
surfaktan A dan B sebagai emulgator.
a. Jika diketahui nilai HLB surfaktan A dan B masing-masing adalah 10 dan 4. Berapa
perbandingan antara kedua surfaktan (A:B) yang digunakan untuk menghasilkan
suatu campuran surfaktan dengan nilai HLB 8?
11. Seorang pasien memperoleh resep berupa racikan. Salah satu isi resep, terdapat CTM
sebanyak 10 mg yang harus ditimbang untuk dibuat menjadi serbuk terbagi.
Diketahui bahwa agar dapat ditimbang, CTM harus dibuat dulu pengenceran misalnya
1 : 10 dengan SL. Caranya, ditimbang 50 mg CTM dan diencerkan dengan SL. Berapa
SL yang harus ditimbang dan berapa mg campuran CTM-SL tadi harus ditimbang
agar di dalamnya terdapat 10 mg CTM yang diminta sesuai resep.
16
12. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan losion tipe M/A dengan formula
sebagai berikut :
Parafin liquidum 31 g (HLB = 12)
Emulgator 5g
Aqua 60 g
Tentukan berapa gram masing-masing emulgator yang diperlukan untuk sediaan ini.
Diketahui emulgator yang tersedia adalah sebagai berikut:
17
13. Seorang dokter di Rumah Sakit ingin mengetahui kandungan elektrolit dari larutan
infus yang tersedia, yang komposisinya sebagai berikut:
18
14. Industri farmasi sedang melakukan pemeriksaan QC terhadap tablet parasetamol
yang diproduksi. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah uji penetapan kadar.
Caranya sebagai berikut:
a. Larutan uji
Timbang seksama 10 tablet, gerus sampai halus. Timbang seksama masa tablet
yang mengandung 50 mg parasetamol, masukkan ke dalam labu 10 mL.
Tambahkan NaOH 0,1 N sampai tanda batas, kocok hingga larut. Pipet 2 mL
larutan, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan NaOH 0,1 N sampai
tanda batas, kocok homogen. Ukur serapan pada panjang gelombang 257 nm.
b. Larutan baku
Timbang dengan seksama 50 mg parasetamol BPFI, pindahkan ke dalam labu
ukur 100 mL. tambahkan NaOH 0,1 N sampai tanda batas, kocok hingga larut.
Pipet 2 mL larutan, masukkan ke dalam labu 100 mL. Tambahkan dengan NaOH
0,1 N sampai dengan tanda batas, kocok homogeny. Ukur serapan pada panjang
gelombang 257 nm.
Diketahui:
Masa tablet yang ditimbang setara 50 mg = 64,5 mg (cari tau, kenapa bisa dapat
angka ini?)
19
TOPIK II
Eksponen dan Logaritma
1. Tentukan rasio dan persentasi bentuk terion serta bentuk tak terion dari asam salisilat
jika terdapat di lambung (pH 1,2) dan usus halus (pH 7,4)?
20
2. Untuk obat berupa basa lemah seperti difenhidramin, persamaan Henderson-
Hasselbalch dirumuskan sebagai berikut:
pKa pH Log
BH
B
dimana: [BH+] = bentuk terion atau garam dan [B] = bentuk tak terion atau molekul
basa bebas
3. Tentukan rasio dan persentasi bentuk terion dan bentuk tak terion dari difenhidramin
jika terdapat di lambung (pH 1,2) serta usus halus (pH 7,4)?
21
2.2 PENDALAMAN MATERI
dimana:
22
2. Seorang apoteker sedang mempresentasikan makalah tentang pengaruh pH cairan
tubuh terhadap derajat ionisasi obat asam atau basa lemah. Menurut teori yang
disampaikan, bahwa tidak diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada pH atau
pKa. Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk power
(pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti
pangkat hingga tahun 2000, Jens Norby mempublikasikan bahwa p adalah sebuah
tetapan yang berarti "logaritma negatif"
a. Jelaskan makna dari pH suatu larutan A dan B yang diketahui masing-masing
adalah 2 dan 12
b. Diketahui suatu larutan asam kuat dan asam lemah (ka= 1,8 x 10-5) masing-masing
mengandung kosentrasi ion H+ adalah 0,01 M serta larutan basa kuat dan basa
lemah (kb= 3,7 x 10-4) masing-masing mengandung konsentrasi ion OH- adalah 0,01
M, berapa pH masing-masing larutan tersebut.
23
Catatan:
c. Tentukan nilai tetapan keasaman atau kebasaan (Ka) dari aspirin dan pethidin, jika
diketahui pKa masing-masing adalah 3,5 dan 8,6.
24
3. Seorang apoteker memberikan pelatihan penggunaan obat yang rasional kepada
beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas. Salah satu materi yang disampaikan adalah
tentang bagaimana proses absorspsi obat untuk sampai ke sirkulasi sistemik melalui
penetrasi membran biologis, seperti pada gambar di bawah. Menurut teori yang
disampaikan, salah satu faktor yang mempengaruhi obat dapat menembus membran
adalah bentuk terion atau pun tidak terion dari obat tersebut. Bagian obat yang
terionisasi lebih susah larut dalam lemak sehingga sukar melewati membran sel yang
memiliki struktur lipoprotein. Hal ini disebabkan karena bentuk terion ini memiliki
muatan dan menjadikannya lebih larut dalam air sehingga mempunyai permeabilitas
membran yang lebih kecil.
25
Buktikan angka pada gambar di atas untuk masing-masing contoh obat aspirin dan
pethidin dengan menggunakan persamaan Henderson-Hasselbalch, jika berada dalam
lingkungan lambung, plasma darah dan urin.
26
4. Seorang formulator di industri sedang membuat larutan dapar posfat pH 7 dengan
kapasitas dapar (β) 0,01 yang dipakai untuk mendapar larutan injeksi ranitidin HCl.
Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa ranitidin stabil pada pH 6,8 – 7,2. Larutan
dapar posfat yang dibuat sebanyak 10 liter. Tentukan berapa jumlah masing-masing
asam dan garam yang ditimbang sehingga menghasilkan larutan dapar posfat pH = 7.
Catatan:
Kapasitas dapar maksimum (terbesar) didapat pada saat [T] / [TT] = 1, sehingga
substitusi ke persamaan Henderson Hasselbalch, menjadi pH = pKa. Untuk itu, cari
dulu asam lemah yang memiliki pKa mendekati nilai pH larutan yang diinginkan.
Ternyata diketahui, nilai pKa NaH2PO4 adalah 7,21 (mendekati nilai pH 7).
27
2.3 UJI KOMPETENSI
1. Reaksi penguraian obat bisa juga mengikuti orde satu dengan persamaan:
Susun ulang persamaan di atas, sehingga menjadi persamaan linear dalam bentuk
logaritma natural (Ln) dan logaritma (Log)
2. Industri farmasi sedang mengkaji masalah stabilitas suatu obat. Menurut teori, untuk
menentukan umur simpan obat, salah satunya dilakukan dengan metode uji dipercepat
menggunakan suhu kritis yaitu suhu di atas suhu kamar. Hubungan antara laju
penguraian obat (k) dengan suhu (T), diberikan oleh persamaan Arrhenius sebagai
berikut:
28
berapa menitkah populasi bakteri berjumlah 7.000? Diketahui bahwa pertumbuhan
bakteri mengikuti persamaan berikut:
(Rumus ini berlaku jika tidak ada bakteri yang mati selama t satuan waktu)
29
TOPIK III
Turunan dan Integral
2. Diketahui t½ eliminasi obat adalah waktu dimana konsentrasi obat dalam darah bersisa
separuh dari konsentrasi awal (Ct = ½ C0). Dari persamaan di atas, tentukan rumus t½
eliminasi obat.
30
3. Hasil pemeriksaan kadar obat dalam darah, diperoleh data sebagai berikut:
0,25 9,85
1,0 8,68
3,0 6,18
6,0 3,71
12,0 1,32
18,0 0,48
31
b. Dosis lazim dewasa sebagai analgetik/antipiretik, misalnya 325 mg/5 cth
Dari dosis tersebut, berapa aspirin yang saudara perlukan untuk sediaan cair 100
mL (setara 20 cth).
Tentukan, berapa umur simpan aspirin (t90%) jika diketahui nilai k aspirin adalah 4,5 x
10-6 detik-1.
Catatan:
Dari data di atas, maka Saudara menyimpulkan bahwa aspirin dengan dosis tersebut
tidak dapat larut dalam volume 100 mL, sehingga bentuk sediaan yang tepat adalah
berupa suspensi. Aspirin dalam bentuk terlarut akan mengalami penguraian sehingga
untuk menjaga agar konsentrasi aspirin dalam larutan tetap konstan, obat dalam
bentuk partikel terdispersi akan dilepas menjadi bentuk terlarut. Laju penguraian
seperti ini disebut kinetika orde nol. Dengan demikian bentuk terdispersi ini akan
bertindak sebagai reservoir obat.
Karena laju penguraian obat biasanya mengikuti kinetika orde satu, sedangkan pada
kasus aspirin konsentrasi (obat sisa yang tidak terurai) dibuat konstan, sehingga
berlaku k [C] = ko
Substitusi rumus ini ke rumus laju orde satu sehingga diperoleh persamaan baru yang
disebut dengan persamaan orde nol nyata.
Artinya, terjadinya perubahan orde satu menjadi orde nol hanya karena reservoir obat
terdispersi mempertahankan konsentrasi konstan. Pada saat seluruh partikel
terdispersi telah dirubah ke dalam obat dalam bentuk larutan, maka sistem berubah
menjadi orde satu.
32
2.4 UJI KOMPETENSI
1. Bagian R&D industri farmasi sedang melakukan uji BABE. Salah satu parameter yang
dihitung adalah t½ eliminasi obat. Sesuai dengan teori, bahwa laju eliminasi obat
mengikuti kinetika orde satu.
Berapa kali harga t½ obat sehingga obat diprediksi telah dieliminasi dari tubuh
sebanyak 99,9%
2. Hasil penelitian tentang stabilitas obat di industri farmasi, menunjukkan data bahwa
suatu produk obat diketahui tidak aktif lagi setelah terurai 30%. Diketahui konsentrasi
mula-mula dari sampel adalah 5,0 mg/ml. Setelah 20 bulan kemudian, konsentrasi
obat tinggal 4,2 mg/ml. Jika penguraian obat terjadi pada orde satu, tentukan umur
simpan dan t½ obat.
33
TOPIK IV
Persamaan Garis Lurus
dimana:
34
Penentuan Umur Simpan Obat
°C k (per jam)
40 0,00011
50 0,00028
60 0,00082
70 0,00196
2. Dari persamaan ini, tentukan berapa laju penguraian obat pada suhu 25 °C (k25°C).
35
3. Berapakah umur simpan obat (t90%), jika reaksi penguraian obat berjalan menurut
orde satu.
Profil Disolusi
10 50,22
20 59,48
30 64,71
45 69,25
60 75,97
Profil disolusi ini dapat dianalisis dengan metode dependent menggunakan berbagai
persamaan seperti berikut. Tentukan tetapan laju disolusi (k) dan koefisien korelasi (R2)
36
b. Persamaan orde satu
c. Persamaan Higuchi
37
Laju Eliminasi Obat iv
0,25 9,85
1,0 8,68
3,0 6,18
6,0 3,71
12,0 1,32
18,0 0,48
a. Tentukan, persamaan kurva kadar obat dalam plasma – waktu (dalam bentuk
fungsi eksponen dan logaritma)
b. Dengan menganggap obat tidak efektif lagi terhadap mikroba apabila kadar obat di
bawah kadar hambat minimum (KHM) yaitu 1,5 mg/L, perkirakan berapa lama
(durasi) efek antibiotik ini?
38
4.2 PENDALAMAN MATERI
1. Industri farmasi melakukan penelitian terhadap stabilitas sediaan nanoemulsi
Betametason dipropionat dengan metode uji dipercepat, dengan hasil sebagai berikut:
(dikutip dari: Alam, et al, Accelerated stabiliyty testing of betamethason dipropionat
nanoemulsion, Int J Pharm Pharm Sci, S, vo. 4, Suppl 4. 76-77:2012)
0 50 50 50 50
Diketahui, reaksi penguraian berlangsung menurut orde satu. Tentukan umur simpan
obat!
39
2. Laboratorium BABE sedang melakukan uji bioekivalen suatu produk obat yang
dibandingkan terhadap suatu produk inovator. Uji ini menggunakan 12 orang
sukarelawan sehat dengan disain studi memakai metode study menyilang 2-way. Hasil
pemeriksaan kadar obat uji dalam darah tiap waktu untuk sukarelawan 1 diperoleh
data sebagai berikut:
Obat uji
Waktu Kadar
(ng/ml)
(jam)
0 0
1,5 52,7
1 126,6
1,5 543,3
2 1086,8
2,5 1267,4
3 1209,1
4 1016,7
6 710,5
8 677,4
10 568,8
14 408,8
24 73,3
Tentukan nilai k eliminasi dan t½ dan AUCtotal obat dari data di atas
Catatan:
Untuk membuat persamaan kinetika eliminasi obat, Saudara harus melakukan beberapa
kali pengolahan data terlebih dahulu, yaitu 3 titik terakhir, 4 titik terakhir dan 5 titik
terakhir. Dari 3 persamaan yang diperoleh, pilih persamaan yang memiliki nilai koefisien
korelasi (R2) yang paling tinggi (mendekati 1). Persamaan yang memiliki R2 paling tinggi
berarti ditetapkan sebagai persamaan kinetika laju eliminasi untuk kasus ini.
40
Kadar obat dalam darah akan menurun sampai dalam jumlah sangat kecil ~ sehingga
pada area tn sampai t~ (area tersisa), AUC obat untuk area tersisa dihitung dengan
menggunakan rumus:
Cpn / k dimana Cpn adalah konsentrasi obat dalam plasma terakhir pada saat tn dan k
adalah tetapan laju eliminasi obat. Sementara AUC dari tn-1 sampai tn menggunakan cara
trapesium.
Jadi AUC total adalah AUC 1 (dari tn-1 sampai tn) + AUC 2 (dari tn sampai t~ )
Dibuat beberapa seri konsentrasi larutan yang mengandung bahan aktif obat,
kemudian diperiksa serapannya pada alat spektrofotometer.
41
a. Berikut data hasil kurva kalibrasi:
kadar
(µg/mL) serapan
6 0,281
8 0,368
10 0,438
12 0,521
14 0,605
Tentukan persaman kurva kalibrasi dari data di atas dan nilai R2 nya
Waktu Faktor
(menit) Serapan Pengenceran
10 0,325 5
20 0,388 5
40 0,240 10
60 0,262 10
42
Catatan:
(4) (6)
(5)
(8) (9)
(1) (2) (3) (7)
10 0,325 5 0
20 0,388 5
40 0,240 10
60 0,262 10
Keterangan:
o Kolom ke-4; awalnya dicari dulu kadar dengan satuan µg/mL (variabel x) dengan
cara substitusi serapan (variabel y) ke persamaan kurva kalibrasi, kemudian
hasilnya dikali FP dan dengan volume disolusi 900 mL sehingga diperoleh satuan
akhir dalam bentuk mg.
o kolom ke-5; diperoleh dengan cara: angka pada kolom ke-4 dikali (5/900),
satuannya mg.
o kolom ke-6; diperoleh dengan cara angka pada baris yang sama di kolom ke-5
ditambahkan dengan angka yang di atasnya di kolom ke-5 itu juga.
o kolom ke-7; merupakan faktor koreksi (FK) yang diperoleh dari angka pada
kolom ke-6 pada baris di atasnya, seperti tanda panah pada tabel. Artinya, pada
menit awal (10 menit), tidak ada FK atau FK = 0. FK baru berlaku untuk menit
berikutnya sampai selesai.
o kolom ke-8; merupakan hasil penjumlahan angka pada kolom ke-4 dengan
kolom ke-7.
o kolom ke-9; merupakan persen obat terdisolusi per satuan waktu, yang diperoleh
dengan cara angka pada kolom ke-9 ini dibagi dengan kekuatan obat di etiket,
kemudian dikali 100%.
43
4.3 UJI KOMPETENSI
1. Industri farmasi melakukan kajian tentang pengaruh pH terhadap ionisasi obat asam
lemah dan basa lemah. Secara teori dijelaskan bahwa hubungan antara pH, pKa dan
bentuk terion dan tidak terion dengan menggunakan persamaan Henderson
Hasselbalch seperti persamaan berikut:
Untuk asam lemah:
pKa pH Log
BH
B
44
Apakah persamaan ini termasuk persamaan garis lurus? Jelaskan alasannya!
2. Seorang pasien wanita dengan berat badan 50 kg diberi obat antibiotik dengan dosis
tunggal intravena 6 mg/kg. Cuplikan darah diambil pada berbagai jarak waktu dan
ditentukan konsentrasi obat (Cp) seperti data berikut:
0,25 8,21
0,5 7,87
1,0 7,23
3,0 5,15
6,0 3,09
12,0 1,11
18,0 0,40
45
b. Obat antibiotik ini diketahui tidak aktif pada konsentrasi plasma 2 µg/mL. Berapa
lama kerja obat ini?
c. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengeliminasi obat sampai 99,9%
d. Jika dosis antibiotik diduakalikan, apakah akan terjadi kenaikan lama kerja obat?
46
Berikut ini diberikan data uji inhibisi suatu ekstrak tumbuhan sebagai berikut:
0 0
75 42,045
150 67,044
300 125,001
450 194,319
47