Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY M (45 TAHUN)

DENGAN FRAKTUR DGT 2 MINUS SINISTRA

DI RUANG ZAITUN II

RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Stase Manajemen Keperawatan

Oleh:

RIZQI AHMAD FAUZI


NIM. 032016028

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2019-2020
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN A (45 TAHUN)

DENGAN FRAKTUR DGT 2 MINUS SINITRA

DI RUANG ZAITUN II

RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

A. IDENTITAS
Tanggal masuk : 29 Desember 2019
Tanggal pengkajian : 30 Desember 2019

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
No. Rekam Medis : 716445
Tempat, Tanggal Lahir : 16 juli 1972
Umur : 47 Tahun
Ruang Rawat Inap : Zaitun II kamar 1C
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Buruh
Suku : Sunda
Bahasa : Indonesia
Alamat : JL. Manggahang baleendah
Pembiayaan Kesehatan : BPJS Non PBI
Kelas Ruangan : Kelas 2
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Sunda
Hubungan dengan pasien: Istri
Bahasa : Sunda
Alamat : JL.Manggahang Baleendah

B. RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

Pasien datang ke UGD RSUD Al-Ihsan pada hari minggu tanggal


29 Desember 2019 dengan keluhan nyeri di bagian tangan kanan jari
telunjuk karena terkena jahitan mesin textile., akhirnya pasien datang
ke UGD RSUD Al-Ihsan untuk diperiksa. Di UGD pasien diperiksa
oleh perawat (Aziz) dan dokter jaga UGD (dr Intan) hasil pemeriksaan
diddapatkan data tanda-tanda vital: TD: 116/74 mmHg, S: 37,2°C, N:
94x/menit, R: 20x/menit. Akral hangat, CRT <2 detik, jari terlihat di
bungkus dengan perban ,suara paru vesikuler, tidak teraba pembesaran
hepar. Hasil laboratorium Hb: 14,8 gr/dl, Hematokrit 44,8%, Leukosit
3 3
11.720/mm dan Trombosit 302000/mm dan Pasien didiagnosa fraktur
digiti manus sinitra kemudian disarankan untuk dipasang infus dan
dirawat. dan dapat therapi: Infus DS 1500cc/24 jam, tiap 4-6 jam
.cefixim 200mg

Pasien masuk ruangan Zaitun II pada tanggal 29 Desember 2019,


pada saat dikaji pada tanggal 30 Desember 2019 pasien mengeluh nyeri
masih terasa skala nyeri 4 dari (0-10)

Berdasarkan hasil pengkajian diatas, didapatkan diagnosa


keperawatan utama pada pasien adalah gangguan rasa nyaman nyeri.
Intervensi yang diberikan adalah lakukan teknik tarik nafas dalam,
menganjurkan pasien untuk istirahat, menganjurkan pasien untuk
banyak minum, menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering . Dari
diagnosa diatas masalah gangguan rasanyaman nyeri dapat teratasi
sebagian sampai dengan hari ke 2 pasien di rawat, dan pasien masih di
anjurkan untuk terus diberikan perawatan sampai diperbolehkan untuk
pulang.

C. PENGELOLAAN PASIEN

1. Proses Penerimaan Pasien Baru

Pasien Tn. A datang ke ruangan Zaitun II dengan diantar pekerja


kesehatan dengan menggunakan kursi roda dan sudah terpasang
infus. Pasien diantarkan ke ruangan kamar 1C kemudian di
ditempatkan di tempat tidur sambil memasangkan infus ke standar
infus dan mengatur tetesannya, lalu meminta ijin keluar untuk
melakukan operan dengan petugas UGD. Kami (Perawat Indriani
dan mahasiswa) melakukan operan pasien dengan petugas UGD
(Toni) di depan Nurse Station dan yang disampaikan antara lain:

a. Pasien dengan diagnosa fraktur digiti 2 minus sinitra


b. Pasien sudah dikonsulkan ke dr Umie:
1) Infus DS 1500 cc/24 jam (21 gtt/mt) (sudah terpasang di
UGD)
2) cefixim 2x12,5 gr oral
3) Antibiotik 1x oral
c. Pasien sudah diperiksa darah rutin di UGD hasil terlampir
d. Status pasien umum
. Setelah selesai serah terima, perawat ruangan (wati)
menandatangani form transfer internal sebagai bukti serah terima
pasien.

2. Proses Orientasi Ruangan pada Pasien

Setelah proses serah terima pasien dengan petugas UGD, lalu


dilakukan pengkajian dan pemeriksaan tanda-tanda vital terhadap
pasien dengan hasil: TD 116/74 mmHg, Nadi 94x/mt, Respirasi
0
22x/mt Suhu 37,2 C, Akral hangat, CRT <2 detik, kulit pucat suara
paru vesikuler, tidak teraba pembesaran hepar. Pasien diberikan
informasi tentang hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan serta
diberikan informasi tentang ruangan diantaranya:

1. Ruang perawatan yaitu ruang Zaitun II kamar 7C


2. Posisi kamar mandi ada di sisi kiri tempat tidur pasien
3. Arah kiblat
4. Posisi bel ada di belakang tempat tidur atau menggunakan
bel yang memakai kabel jika memerlukan bantuan.
5. Jam besuk/berkunjung di ruang rawat inap yaitu: Senin –
Jumat: Pagi : 11.00 – 13.00 WIB, Sore : 16.30 – 19.00 WIB
6. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk selalu ada yang
menunggu satu orang.
7. Jadwal makan pasien yaitu Pagi jam 07.00 WIB, Siang jam
12.00 WIB, Sore jam 17.00 WIB.
8. Dokter yang merwat pasien adalah dr Intan dan visitenya
setiap hari tetapi biasanya sore hari
9. Perawat yang bertanggungjawab pada shift pagi yaitu
perawat Aziz
10. Mengingatkan pasien dan keluarga pasien untuk menjaga
barang pribadi dan tidak menyimpan barang-barang
berharga di kamar.
11. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan banyak minum
12. Mengedukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya cuci
tangan untuk mencegah terjadinya infeksi yaitu dengan
teknik 6 langkah dan 5 moment (sebelum melakukan
tindakan, sebelum ke lingkungan pasien, sebelum
melakukan tindakan aseptik, sesudah melakukan tindakan
dan sesudah dari lingkungan pasien).Bukti orientasi pasien
dan keluarga ditulis di lembar edukasi terintegrasi dan
ditandan tangani oleh perawat dan keluarga pasien.
3. Tingkat Ketergantungan Pasien

Tabel Ketergantungan Pasien (Barthel Index)

Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan,Minum 2 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi 0 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Perawatan diri 0 0 : Tergantung orang lain
(grooming
) 1 : Mandiri
Berpakaian 2 0 : Tidak mampu
(dressing) 1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bladder) 2 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) 2 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
Transfer 2 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan alat dan 2 orang
2 : Butuh bantuan kecil
3 : Mandiri
Mobilitas 3 0 : Imobile
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 : Mandiri
Penggunaan 1 0 : Tergantung bantuan orang lain
toilet 1 : Membutuhkan bantuan tapi beberapa hal
dilakukan sendiri
2 : Mandiri
Naik turun 2 0 : Tidak mampu
tangga 1 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score 16 Ketergantungan ringan

Keterangan :

20 : Mandiri

12-19 : Ketergantungan ringan

9-11 : Ketergantungan sedang

5-8 : Ketergantungan berat

0-4 : Ketergantungan total

a. Interpretasi hasil barthel index : Pasien Tn.A masuk kategori


tingkat ketergantungan ringan
b. Berdasarkan jumlah jam perawatan pasen Tn.M masuk
kategori ketergantungan parsial dengan rumus kebutuhan
perawat dan kesimpulannya :
Jumlah jam perawatan 2

= = 0,28 = 1 perawat
Jam kerja efektif per shift 7

Kesimpulan :

a. Jumlah tenaga perawat per shif


Satu orang pasien dengan tingkat ketergantungan partial
membutuhkan 1 perawat dalam setiap shift kerja. Jadi dalam
24 jam dibutuhkan 2 orang perawat.

b. Waktu yang diperlukan


Jumlah waktu yang diperlukan untuk memberikan perawatan
pasien dengan tingkat ketergantungan partial adalah 2-
3Jam/24 Jam

4. Prinsip Pasien Safety

Prinsip pasien safety menurut IPSG (International Patient Safety


Goals)

terdapat 6 sasaran, yaitu :

a. Identifikasi pasien

Identifikasi pasien dilakukan awal ketika pasien masuk ke


rumah sakit. Identifikasi awal pada Tn.A dilakukan di UGD.
Setiap pasien yang akan di rawat inap diberikan tanda pengenal
berupa gelang pengenal. Gelang pengenal terdiri dari dua
warna, yaitu warna merah muda untuk pasien perempuan dan
warna biru untuk pasien laki-laki. Gelang pengenal ini berisi
nama, tanggal lahir, umur dan nomor rekam medis
pasien.Gelang identitas digunakan untuk ketepatan identifikasi,
yang dilakukan sebelum melakukan tindakan keperawatan
seperti pemberian obat, sebelum melakukan prosedur tindakan,
sebelum peberian tranfusi darah dan produk darah lainnya,
sebelum pengabilan spesimen pemeriksaan. Perawat terlebih
dahulu menanyakan nama serta tanggal lahir pasien dan
mencocokkan pada gelang identitas. Hal tersebut dilakukan
untuk memastikan tidak terjadi kesalahan.

Apabila terdapat resiko jatuh pada pasien, perawat


menempelkan kancing berwarna kuning di baju pasien dan
digelang identitas ditempel label warna kuning dengan tulisan
FAAL RISK.

Pasien Tn.A tidak berisiko jatuh dan tidak mempunyai


alergi, sehingga pasien tidak dipasang gelang fall risk ataupun
alergi.

b. Komunikasi yang efektif

Komunikasi dengan rekan sejawat menggunakan komunikasi


langsung maupun tidak langsung dengan metode SBAR
(Situation, Background, Analysis, Recomendation) saat operan.
Dokter yang tidak dapat datang visite memberikan advice
melalui telepon dengan perawat dengan menggunakan metode
Tulis, Baca, Konfirmasi, yang ditandai dengan stempel READ
BACK dan divalidasi oleh penerima perintah dan pemberi
perintah di dalam asuhan terintegrasi pasien dengan
mencantumkan nama jelas dan paraf.

Perawat memberikan informasi tentang rencana dokter visite,


dan kegiatan pelayanan selama pasien dirawat di form edukasi
terintegrasi, sehingga pasien dan keluarga sudah mengetahui
informasi yang merka butuhkan.

c. Pengelolaan High Allert Medication (HAM)


Pasien Tn.A tidak menerima jenis obat HAM selama
dirawat. Di ruangan Zaitun 1 sudah terpajang poster daftar
nama-nama obat HAM, dan ditempelnya stiker merah high
allert pada beberapa jenis obat dan cairan yang tergolong jenis
HAM.

d. Safety Surgery
Pasien Tn. A dilakukan operasi

e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi yang dilakukan di RSUD Al- Ihsan adalah
dengan menerapkan cuci tangan 6 langkah dan 5 momen dengan
menggunakan air mengalir pakai sabun atau menggunakan
hand rub. Di ruangan pasien telah tersedia tempat sabun cuci
tangan di wastafel, sedangkan hand rub didinding lobi perawatan
didepan bed pasien. Pada saat orientasi Tn.A dan keluarganya
diajarkan cara cuci tangan 6 langkah.

f. Pencegahan pasien jatuh


Pencegahan pasien jatuh yang dilakukan adalah dengan
melakukan pengkajian yang berisi ceklis pasien jatuh saat pasien
akan dilakukan rawat inap. Apabila terdapat resiko jatuh sedang
maka akan ditempel stiker resiko jatuh atau kancing berwarna
kuning pada gelang pasien, dan jika terdapat resiko tinggi jatuh
maka diberikan slogan resiko jatuh pada bed pasien dan
ditempel label Fall Risk warna kuning di status . Berikut
ini merupakan pengukuran resiko jatuh pada Tn.A

sko Tgl. Tgl.


Penilaian risiko jatuh
r 30/12/19 31/12/19
Riwayat Jatuh satu kali 25 0 0
jatuh: tidak atau lebih dalam
termasuk
kecelakaan kurun waktu 6
kerja atau bulan
rekreasional
Status
Agitasi/konvulsi 15 0 0
mental
Dimensia 15
Gaya
Terganggu 20 0 0
berjalan
Lemah 10
Normal 0
Benda sekitr,
Alat bantu
kursi, dinding, 30 0 0
jalan
dll
Kruk, tongkat,
15
tripot, dll
Kondisi Diagnosa
15
medis sekunder
Pasien terpasang
20 20 20
infus
20 20
Skor total
RR RR
Keterangan Skor:

Resiko tinggi (RT) : 51 atau lebih

Resiko sedang (RS) : 25 – 50

Resiko rendah (RR): 0 – 24


Interpretasi : Pasien memiliki risiko jatuh rendah sehingga pasien
diberikan tanda kancing kuning dan stiker risiko jatuh sedang yang
di gantung di standar infus pasien.

5. Pencegahan risiko dekubitus

Penilian Resiko Dekubitus Skor 30/12/19 31/12/19


Sangat baik (1) 1
Buruk (2) 2
Kondisi fisik
Sedang (3) 3
Baik (4) 4 4 4
Stupor (1) 1
Delirium (2) 2
Kondisi Mental
Apatis (3) 3
CM (4) 4 4 4
Tirah baring (1) 1
Kursi Roda (2) 2
Aktifitas
Dipapah (3) 3 3 3

Mandiri (4) 4
Immobile (1) 1
Sangat terbatas (2) 2
Mobilitas
Agak terbatas (3) 3

Baik (4) 4 4 4
Selalu (1) 1
Sering (2) 2
Inkontinensia
Kadang (3) 3

Tidak (4) 4 4 4
Skor Total 19 19

Keterangan Skor :

Beresiko decubitus jika skor ≤ 14

Interpretasi : Pasien tidak memiliki resiko decubitus dengan hasil


nilai 19 (≥14)

6. Pengkajian Nyeri
Pada saat dikaji dan selama perawatan, pasien mengeluh adanya
nyeri. Skala nyeri 4 dari 10 menggunakan Numeric Rating scale

7. Kebutuhan Waktu Perawatan Pasien


Jenis Tindakan Keperawatan
Hari/ Tindakan Keperawatan
Tanggal Jam yang Dilaksanakan
Tidak Kolabo
sung Lang sung Rasi
Lang
Senin/ – Melakukan operan pasien 15 menit
30-12-19 O7.00 WIB

08.30 – Melakukan pengkajian


5 menit
08.45 WIB /menanyakan keluhan pasien

10.15 – Melakukan pemeriksaan TTV


10.30 WIB Memberikan obat
15 menit
cefixim 200mg

11.15 – Memfasilitasi makan siang dan


15 menit
11.30 WIB menyiapkan obat

11.30 – Memberikan edukasi tentang


11.45 WIB pentingnya makan untuk 15 menit
kesehatan
12.15 – Mengobervasi sisa makanan,
10 menit
12.25 WIB dan mencatat intake output

14.00 – Melakukan operan pasien


30 menit
14.30 WIB dengan perawat jaga siang

Lang Tidak lang


sung Sung
Total Waktu
45 menit 60 menit

Jenis Tindakan Keperawatan


Hari/ Tindakan Keperawatan
Tanggal Jam yang Dilaksanakan
Lang Tidak Kolabo
sung Lang sung rasi
selasa / 07.00 – Melakukan operan pasien
31-12-19 07.15 WIB 15 menit

08.30 – Melakukan pengkajian


5 menit
08.35 WIB /menanyakan keluhan pasien

10.15 – Melakukan pemeriksaan TTV


10.30 WIB Memberikan obat
15 menit
Antibiotik nyeri 200mg tab

10.35 – Memfasilitasi makan siang dan


15 menit
11.00 WIB menyiapkan obat

Melakukan perawatan luka GV


diarea telunjuk kiri tangan
11.30 – kanan
12.00 WIB 15 menit

13.00 – Mengobervasi sisa makanan, 10 menit

13.10 WIB dan mencatat intake output

14.00 – Melakukan operan pasien


30 menit
14.30 WIB dengan perawat jaga siang

Lang Tidak lang


sung Sung
Total Waktu
45 menit 60 menit
8. Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan teori tingkat ketergantungan dengan metode Douglas, Tn. A
untuk saat ini masuk dalam kategori dengan asuhan keperawatan kategori
parsial karena dapat untuk memenuhi kebutuhannya masih memerlukan
bantuan orang lain.
Douglas (1984) dalam Swansburg (1999) menetapkan jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan di suatu ruangan berdasarkan
klasifikasi pasien, dimana tiap shift memiliki nilai standar masing-
masing:

Klasifikasi Pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

Dst

Tn. A termasuk pasien dengan kategori partial


sehingga SDM keperawatan yang dibutuhkan untuk
merawat pasien pagi, siang dan malam adalah :

1. Pagi partial care: 1 x 0,27 = 0,27 = 1 Perawat sift pagi


2. Siang partial care : 1 x 0,15 = 0,15 = 1 Perawat sift siang
3. Malam partial care : 1 x 0,10 = 0,10 = 1 Perawat
sift malam Interpretasi: dibutuhkan 1 perawat dalam 1 sift
dan 3 perawat dalam 24 jam.

Sedangkan untuk kebutuhan keseluruhan SDM dalam satu hari perawatan


di ruang Zaitun I adalah sebagai berikut:

a. Pagi 7 pasein
Minimal care : 4 x 0,17 = 0,68
Parsial care : 3 x 0,27 = 0,81
Total care : 0 x 0,36 = 0 1,49= 1 perawat
b. Siang 7 pasien
Minimal care : 4 x 0,14 = 0,56
Parsial : 3x 0.15 = 0,45
Total : 0x 0,30 =0 1,01 = 1 perawat
c. Malam 7 pasien
Minimal care : 4 x 0,07 = 0,028
Parsial care : 3 x 0,10 = 0,3
Total : 0 x 0,20 =0 0,3= 1 perawat

Jadi dalam satu hari perawatan di ruang Zaitun II


membutuhkan 3 perawat terdiri dari 1 orang dinas pagi, 1
orang dinas siang, 1 orang dinas malam
Perhitungan jumlah kebutuhan tenaga ruang Zaitun II.

Diketahui jumlah pasein tanggal 30 desember 2019 berjumlah 7 orang


dengan

ketergantungan:
1. Minimal care : 4 pasien
2. Parsial Care : 3 pasien
3. Total Care : 0 pasien
A. Berdasarkan jumlah jam perawatan
1. Ketergantungan minimal : 4x2/8=1
2. Ketergantungan parsial : 3x4/8=1,5
3. Ketergantungan Total : 0x6/8= 0 =0
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 3 perawat + 1 karu + 3 Katim + 2
cadangan = 9

B. Berdasarkan rumus douglas

 Dinas pagi : (4x0,17)+ (3x0,27)+ (0x 0,36)= 1,49

 Dinas Siang : (4x0,14) + (3x0,15) + (0x0,30)= 1,01

 Dinas Malam : (4x0,07) + (3x0,10) + (0x0,20)= 0,58

 Jadi jumlah perawat P+S+M= 1,49+1,01+0,58= 3,08

 LOS DAY( 78/287)x3=0,81 (1)

Hasil akhir : Jml Keb Perawat+Los Day+ Faktor Koreksi(25%)


+Karu+ Katim :

3+ 1+0,81+1+3=8,81 (9 PERAWAT)
Jadi total kebutuhan tenaga perawat di ruang Zaitun II
adalah 9 perawat

9. Kebutuhan Logistik

Total
Penggunaan Harga
No Tindakan Satuan
Logistik 24/12 25/12 26/12
Biaya
1. Administrasi 85.000

2 Pemeriksaan a. Pemeriksaan Darah rutin 115.000


laboratorium
3. Obat farmasi a. Set infus 39.000
4. Depo IGD 123.000
Ruang
5. Perawatan: a. Tempat tidur 1 1 1 540.000
Kelas 3 b. Meja
(Multazam 2)
c. Kasur
d. Sprei
e. Bantal
f. Sarung bantal
g. Selimut
h. Tiang infus
i. Handscrub
j. Tong sampah
k. Lemari
l. Penerangan + listrik
m. Pispot

Dokter Spesialis jantung (dr.


6. Visit Dokter Umie 1 1 1 300.000
Spesialis
Visite dokter umum: dr.Jaga 50.000
7. Tindakan Asuhan keperawatan/hari 121.000
Memandikan pasien/wash
Keperawatan cloth
TOTAL 1.373.000

10. Edukasi Pasien dan Keluarga


a. Pengendalian infeksi
Pasien diberikan penjelasan tentang pentingnya cuci tangan sesuai
dengan anjuran dari WHO untuk menghindari paparan infeksi virus
dan bakteri yang ada di rumah sakit yaitu dengan cara 6 langkah cuci
tangan dan 5 moment pelaksanaan cuci tangan baik dengan
menggunakan air mengalir ataupun menggunakan handrub. Perawat
menunjukkan dimana pasien dengan mudah mendapatkan handcrub
di di luar kamar pasien ataupun yang menempel di bed pasien dan
menunjukkan wastafel untuk cuci tangan yang ada di dekat pintu
kamar mandi.
Pasien dan keluarganya memerhatikan penjelasan yang diberikan,
dan terlihat antusias dengan penjelasan yang diberikan dan ikut
mempraktekan cara cuci tangan 6 langkah.

b. Diit dan obat-obatan


Keluarga pasien mengatakan baru masuk ruang perawatan jadi
belum tahu jam makan serta jenis makanan yang disajikan rumah
sakit.
11. Discharge Planning Pada Pasien
a. Peralatan yang dibutuhkan saat discharge planning
No Peralatan yang Digunakan Jumlah

1 Leafleat 1

2 Obat-obatan 1

3 Surat Kontrol 1

b. Kepuasan pasien
Pasien dan keluarga mengatakan faham dan senang telah
diingatkan untuk menjaga kesehatan saat di rumah nanti

c. Indikator discharge planning


INDIKATOR
A. Tahap Pengkajian
Mengklarifikasi dan mengidentifikasi identitas pasien untuk memastikan
keluhan yang dirasakan oleh pasien. Kemudian mengkaji tingkat pengetahuan
pasien terkait dengan penyakit yang di derita, meliputi pengertian penyakit,
tanda dan gejalanya, pencegahan kambuhnya penyakit dan apa hal-hal yang
harus dihindari oleh pasien, seperti makan tidak teratur. Berdasarkan pengkajian
klien mengatakan ventilasi dirumahnya kurang
B. Tahap Perencanaan
Berdasarkan data pengkajian maka disusunlah rencana intervensi keperawatan
untuk perawatan pasien setelah pulang diantaranya:

1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit CHF


2. Memberiakan penjelasan tentang cara pencegahan penyakit CHF seperti
menjalankn gaya hidup yang sehat, membatasi konsumsi garam, olahraga
secara rutin.

3. Memberikan penjelasan pentngnya nutrisi untuk peningatan daya tahan


tubuh
C. TAHAP PELAKSANAAN
Memberikan edukasi tentang :
1. Environment (lingkungan)
Ny M merupakan pasien dengan CHF ,Pasien diminta untuk selalu menjalankan
gaya hidup yang sehat.

2. Treatment (pengobatan)
Menjelaskan kepada pasien untuk istirahat pasca rawat di rumah sakit, jangan
terlalu kelelahan. Apabila pasien mengalami masalah yang gawat seputar
kesehatannya lebih baik dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat agar mendapatkan
pengobatan segera.

3. Health Teaching (pengajaran kesehatan)


Memberikan pengetahuan tentang penyakit, tanda dan gejala, pemicu,
pengobatannya. Perawat memberikan nasihat agar pasien istirahat yang cukup, dan
minum obat secara teratur. Perawat memberi tahu obat pulang kepada pasien dan
keluarga pasien, waktu kontrol dan barang-barang apa saja yang harus dibawa
ketika kontrol. Pasien juga diedukasi cara pencegahan penyakitnya serta tentang
cara cuci tangan.
4. Diet
Pasien dianjurkan untuk makan dengan teratur, makan-makanan yang sehat,
tidak bersifat asam dan tidak mengandung banyak garam. Pasien juga
disarankan walaupun makan sedikit sebaiknya dilakukan sering dan makan
selagi makanan hangat.
D. TAHAP EVALUASI
Setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan singkat kepada pasien dan
keluarga tentang keadaan Tn.A , pasien dan keluarga mengatakan mengerti apa saja
yang telah dijelaskan perawat dan akan terus berupaya membantu dalam pemulihan
pasien
12. Kepuasan Pasien atau Keluarga

Penilaian kepuasan pasien dan keluarga dilakukan melalui


wawancara. Pasien dan keluarga mengatakan cukup puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa
Barat.
13. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal yang dibutuhkan oleh pasien yaitu


komunikasi dengan dokter spesialis untuk pemerian therapi, ahli
gizi untuk nutrisi selama perawatan dan setelah pulang ke rumah
dan petugas analisa laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin.

14. Hambatan dan Pendukung Proses Keperawatan Secara


Manajerial
a. Orientasi pasien baru

1) Hambatan / tantangan
Orientasi dilakukan sebagian, perawat lebih fokus untuk
melakukan dokumentasi penerimaan pasien baru di rekam
medis dan melakukan kolaborasi dengan dokter jaga
ruangan.

2) Faktor pendukung
Orientasi yang tidak lengkap dimungkinkan karena adanya
kekurangtahuan perawat tentang standar prosedur
operasional penerimaan pasien serta pentingnya informasi
dan komunikasi terhadap pasien.

3) Solusi dalam penyelesaian masalah


Untuk meningkatkan kegiatan Orientasi pasien dan
keluarga diperlukan sosialisasi atau refresing tentang SPO
penerimaan pasien baru. Disamping itu diperlukan juga
bimbingan dan supervisi dari kepala tim atau dan kepala
ruangan.

b. Penentuan diagnosa keperawatan


1) Hambatan / tantangan
Pengambilan diagnosa pasien lebih cenderung hanya satu
diagnosa yang merupakan keluhan utama yang ada pada
pasien. Keluhan lain yang ada pada pasien jarang
dimunculkan sebagai diagnosa keperawatan sehingga
diagnosa keperawatan dari mulai pasien masuk sampai pulang
tidak berubah, bertambah atau berkurang

2) Faktor pendukung
Keungkinan hal ini terjadi karena ketidakfahaman perawat
dalam pengangkatan diagnosa keperawatan juga kurang
pahamnya perawat terhadap standar asuhan keperawatan
yang berlaku diruangan.

3) Solusi dalam penyelesaian masalah


Diperlukan sosialisasi tentang standar asuhan keperawatan
terutama kepada perawat-perawat baru sehingga dapat
memahaminya. Disamping itu diperlukan adanya
bimbingan dari perawat senior ke perawat junior serta
supervisi dari kepala tim dan kepala ruangan.

15. Hambatan/Tantangan, Faktor Pendukung Dan Solusi


Penyelesaian Dalam Pengelolaan Pasien
a. Hambatan/Tantangan
Dalam melakukan pengelolaan pasien di ruang Multazam
terdapat beberapa hambatan dan tantangan diantaranya:

1. Metode dalam memberikan pelayanan asuhan


keperawatan sudah ada namun pelaksanaannya masih
belum sesuai.
2. Sarana dan peralatan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan masih belum memadai, seperti, alat
kesehatan terbatas, alat kesehatan masih ada yang suka
error dll.
3. Pemahaman tentang proses keperawatan dari mulai
pengkajian sampai evaluasi masih belum merata
ditandai dengan dokumentasi pengkajian yang belum
lengkap dalam 24 jam pertama, pengambilan diagnosa
keperawatan yang masih minimal belum komperhensif
4. Discargh planing keperawatan masih belum berjalan
dengan baik, masih ditemukan discargh planning yang
masih belum diisi oleh perawat.
5. Proses asuhan keperawatan spiritual muslim masih
belum diterapkan secara optimal, dimana seharusnya
sebagai rumah sakit yang berlabel islam lebih
mengedepankan konsep spiritualnya sesuai dengan visi
dan misi rumah sakit.

b. Faktor pendukung
Beberapa faktor yang mendukung terhadap hambatan diatas antara
lain:

1. Kurangnya motivasi perawat dalam melakukan SOP


yang berlaku
2. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman perawat
terhadap metode asuhan keperawatan yang dijalankan
3. Kurangnya bimbingan terhadap perawat-perawat yang baru
4. Kurangnya supervisi dari ketua tim atau kepala ruangan
terkait pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien
5. Kurangnya fasilitas yang diberikan manajemen rumah
sakit untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan
di ruang perawatan.
c. Solusi dalam menyelesaikan masalah
1) Melakukan pendekatan kepada setiap staf untuk dapat
melakukan pelayanan asuhan keperawatan sesuai dengan
standar yang ada
2) Melakukan diskusi, sosialissi dan refreshing tentang metode
asuhan keperawatan yang dijalankan
3) Melakukan bimbingan dan supervisi terhadap pelayanan
asuhan keperawatan yang debirikan oleh setiap perawat
pelaksana di ruanagn
4) Melakukan lobi dan pendekatan kepada manajemen rumah
sakit untuk pengadaan sarana dan prasarana ruangan.
5) Memberikan motivasi dan penghargaan kepada setiap
perawat yang melakukan pekerjaan sesuai dengan standar
dan aturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai