Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“MENELAAH PERBEDAAN DAN PERUBAHAN STANDAR KOMPETENSI


LULUSAN, STANDAR ISI, STANDAR PROSES, DAN STANDAR PENILAIAN
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM 2006 KE KURIKULUM 2013”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Telaah Kurikulum

Dosen Pengampu : Dr. Neliwati, S.Ag, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Cut Nur Zahwa Djoely 0301183229

Fauzi Ahmad Syarif 0301183262

Syahnan Harun Siregar 0301183275

PAI 3/Semester V

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Telaah Kurikulum
yang berjudul “Menelah Perbedaan dan Perubahan SKL dakam pengembangan KTSP ke
Kurikulum 2013”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Telaah Kurikulum.

Terimakasih kepada Ibu Dr. Neliwati, S.Ag, M.Pd selaku dosen mata kuliah Telaah
Kurikulum yang telah memberikn tugas ini kepada kami, dengan adanya tugas ini kami insya
Allah dapat memahami proses perkuliahan nantinya.

Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memudahkan pembaca untuk memahaminya. Adapun jika terdapat banyak kekeliruan atau
kesalahan didalam tugas ini, penulis mohon kritik dan saran agar tugas ini dapat menjadi
lebih baik lagi ke depannya.

Medan, 17 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Standar Kompetensi Lulusan....................................................................3

B. Telaah Standar Isi......................................................................................4

C. Telaah Standar Proses................................................................................11

D. Telaah Standar Penilaian...........................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................19

B. Saran......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pengembagan


kurikulum 2013 yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,
proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan
tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan
utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Untuk itulah makalah ini akan membahas bagaimana standar kompetensi lulusan pada
ktsp dan kurikulum 2013 serta perubahan dari stndar isi, proses dan penilaian.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiamana perubahan standar isi dari ktsp ke kurikulum 2013?

2. Bagaimana perubahan standar proses dari ktsp ke kurikulum 2013?

3. Bagaimana perubahan standar penilaian dari ktsp ke kurikulum 2013?

C. Tujuan

Untuk mengetahui perubahan standar kompetensi lulusan dari ktsp ke kurikulum 2013
Untuk mengetahu perbedaan dan perubahan standar isi, standar proses dan standar penilaian
dari ktsp ke kurikulum 2013

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Standar Kompetensi Lulusan

SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran.SKL pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan yang
dituju pada pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik.1

Lebih lanjutnya, Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi


lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal
kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 Tahun 2006 menetapkan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Pelaksanaan SI-
SKL Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2006
menetapkan tentang pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah.2

Merujuk kepada pengertian, Kompetensi adalah kemampuan berfikir, bersikap dan


bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang dimiliki peserta didik. Sedangkan Standar Kompetensi adalah ukuran kompetensi
minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu poses pembelajaran pada
suatu pendidikan tertentu. Sehingga Standar Kompetensi Lulusan adalah seperangkat
kompetensi lulusan yang dibakukan dan diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik.3

1
Rosdiana Rina, DKK, .Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SMP dan SMA, (Bogor: Binatama Raya, 2006), h. 11

2
Ibid, hlm 12.

3
Op chit, hlm 13

3
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam kurikulum 2013 diatur dalam
Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013. Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi,
standar proses standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar
Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang
diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah.4

B. Perubahan Standar Isi dari KTSP ke Kurikulum 2013

Secara konseptual, kurikulum merupakan suatu respon pendidikan terhadap


kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Kurikulum
harus menjamin pemberdayaan siswa pada semua aspek kompetensi, yang memungkinkan
siswa siap menjadi warga masyarakat yang bermutu. Oleh pihak sekolah, pemberdayaan
siswa dilakukan dengan segala cara, menata proses pembelajaran sesuai situasi dan
lingkungannya. Pikiran ini sebenarnya telah diakomodir oleh KTSP selama ini. Romine
menyatakan: “Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and
experiences which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or
not.5”

Jadi, kurikulum diinterpretasikan untuk mengorganisasikan semua pelajaran, aktivitas,


dan pengalaman siswa di bawah arahan pihak sekolah, entah di dalam kelas atau di luar kelas.
Di sini, guru memiliki peran sangat vital dalam menata proses pembelajaran.

Standar isi KTSP diatur dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, sedangkan standar
isi Kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud No 64 Tahun 2013. Kedua peraturan menteri
ini menjadi dasar hukum untuk pengembangan muatan kurikulum. Dalam hal ini, dengan
berlakunya Permendikbud No 64 Tahun 2013 maka Permendiknas No 22 Tahun 2006 tidak
berlaku lagi. Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 pasal 1 ayat 1 dan juga

4
Kunandar, Penilaian autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013)
Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), hlm. 58

5
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm 18.

4
Permendikbud No 64 Tahun 2013 pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa Standar Isi adalah
cakupan lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 6 Menarik untuk
dikaji apakah Permendiknas No 22 Tahun 2006 pantas diubah karena memiliki banyak
kekurangan ataukah malah sebaliknya.

Karena dalam edaran Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, disebutkan bahwa ada empat
elemen perubahan dari KTSP 2006 ke kurikulum 2013, yaitu:

a. standar isi,

b. standar proses,

c. standar penilaian dan

d. standar kompetensi lulusan.

Beberapa Kesalahan Standar Isi dalam KTSP

Muatan Kurikulum Terlalu Berat

Sebagaimana hasil identifikasi pemerintah (Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, hal.
14) tertera bahwa permasalahan utama yang berkaitan dengan standar isi pada KTSP 2006
adalah kontent kurikulum terlalu padat. KTSP 2006 memuat banyak mata pelajaran, yakni
SD 10 mata pelajaran, SMP 12 mata pelajaran, dan SMA (kelas X) 17 mata pelajaran.

Secara psikologis, jumlah mata pelajaran yang begitu banyak mengakibatkan siswa
terbebani karena siswa membagi pikirannya kepada banyak mata pelajaran. Roster pelajaran
menjadi padat dan menyita waktu baik siswa maupun guru. Konsekuensi langsung dari
banyaknya mata pelajaran adalah sebaran materi pelajaran menjadi luas dan kesukarannya
melampaui tingkat perkembangan usia anak. Resiko bagi siswa adalah tidak dapat secara
maksimal menyerap materi dalam satu mata pelajaran, malahan menimbulkan kejenuhan bagi
mereka.7

6
Permendiknas No 22 Tahun 2006

5
Khusus di jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP), cakupan materi yang begitu luas
belum tentu efektif bagi siswa untuk menguasai semua kompetensi dasar pada suatu mata
pelajaran. Idealnya, pada jenjang pendidikan dasar, materi bersifat esensial. Materi pelajaran
memberikan pokok-pokok kajian saja. Dalam hal ini, kurikulum pendidikan harus
mempertimbangkan bahwa siswa pada usia 7 – 15 tahun masih dalam tahap perkembangan.
Kajian secara rinci tidak efektif pada masa ini. Dengan memberi pokok-pokok materi saja
maka kurikulum merangsang siswa untuk secara kritis mengembangkan pikirannya tentang
suatu konsep ilmu. Siswa dirangsang untuk menalar, berpikir kreatif menkoneksi
pengetahuannya berdasarkan rangsangan pokok-pokok materi.

Kelemahan lain adalah pada KTSP 2006, untuk tingkat SMP dan SMA ada mata
pelajaran Keterampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Melihat perkembangan
dunia saat ini, pembahasan secara rinci di kelas untuk mata pelajaran tersebut menjadi tidak
efektif lagi. Di masyarakat telah hadir berbagai produk teknologi. Siswa mendapat
rangsangan dari lingkungan yang mendorong mereka dapat belajar secara mandiri/ekstra.
Jika kita jeli, mata pelajaran TIK akan mubasir, sebab siswa kita dapat secara mandiri
mengoperasikan komputer atau gadget lainnya. Mereka dapat melakukan akses internet tanpa
pembelajaran khusus di sekolah. Yang perlu diatur dalam kurikulum adalah pengetahuan
penunjang untuk mengoperasikan komputer/notebook, i-pad, hand phone dan sebagaianya.
Dalam hal ini, karena hampir semua produk teknologi menggunakan bahasa Inggris sebagai
perintah pengoperasian, maka kurikulum harus tetap mempertahankan bahasa Inggris.

Akibat lanjutan dari penyusunan KTSP oleh pihak sekolah adalah kebijakan buku ajar
mata pelajaran tertentu boleh disusun di daerah masing-masing. Walaupun dipandu dengan
standar isi dari BSNP, luasnya wilayah Indonesia merepotkan pengontrolan pihak BSNP
terhadap pengembangan materi ajar oleh pihak sekolah atau oleh daerah tertentu. Muncul
masalah buku ajar yang memuat materi bahasan tidak sesuai dengan psikologi perkembangan
siswa, maupun menyimpang dari budaya bangsa. Contoh: materi pelajaran beraroma porno
dalam buku ajar siswa SMP.8

7
Sri Wardhani, Standar Isi dan Standar Kelulusan, (Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidikan, 2008) hlm 16

8
Ibid, hlm 20

6
Penyusunan SI terhambat oleh kurangnya sumber daya dan sarana pendukung di
daerah tertentu. Idealnya, walaupun KTSP disusun oleh pihak sekolah, namun isinya tetap
menuju pada tujuan pendidikan nasional. Namun, pengembangan Standar Isi KTSP 2006
oleh pihak sekolah di daerah tertentu bisa terhambat oleh kurangnya sumber daya di daerah
tersebut, baik SDM maupun sarana dan prasarana yang lain. Akibatnya, standar isi yang telah
ditetapkan BSNP menjadi mubasir.

Perubahan Standar Isi dari KTSP ke kurikulum 2013

a. Perubahan muatan kurikulum

Pemerintah berupaya mengurangi muatan kurikulum, dengan kebijakan pengurangan


jumlah mata pelajaran. Sistem pengelompokka mata pelajaran pada KTSP 2006 juga diubah
seiring perubahan SKL yang mengacu pada kompetensi inti: (1) sikap, (2) pengetahuan, dan
(3) keterampilan. Untuk KTSP 2006, pada Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006
dinyatakan bahwa Standar Isi untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. kelompok mata pelajaran estetika;

e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.9

Pada KTSP 2006 semua mata pelajaran berdiri sendiri secara terpisah (kecuali tematik
kelas I-III SD). Dari standar isi tersebut, diklasifikasi menjadi 10 mata pelajaran di SD, 12
mata pelajaran di SMP, dan 16 mata pelajaran di SMA kelas X. Sedangkan pada Kurikulum
2013, pengelompokkan seperti di atas tidak berlaku lagi. Semua mata pelajaran terikat satu
sama lain dengan mendukung kompetensi inti. Perubahan standar isi masing-masing jenjang
pendidikan dijelaskan sebagai berikut:

9
Vivi Rulfiana, Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar, (Jakarta : Grafindo, 2008), hlm 29

7
Standar Isi Kurikulum SD/Mi

Di SD, IPS dan IPA direncanakan menjadi materi ajar (tema) atau diintegrasikan pada
mata pelajaran lain, melalui pembelajaran tematik integratif. Sehingga jumlah mata pelajaran
berkurang dari 10 matapelajaran menjadi 8 matapelajaran. Kebijakan ini diikuti peraturan
bagian inti RPP memuat (1) sikap, (2) pengetahuan, (3) keterampilan.

Di satu sisi, rencana ini meringankan beban belajar siswa. Namun di sisi lain, akan
menyulitkan siswa, khususnya pengintegrasian IPA. Tidak ada masalah jika matapelajaran
IPS dijadikan tema pembelajaran PPKn, dalam Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya,
atau Agama, atau mata pelajaran lainnya. Hal ini akan mendukung terciptanya kompetensi
secara utuh antara sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dasar pemikirannya sebagai berikut:

Pengintegrasian IPS ke dalam PPKn [atau mata pelajaran lainnya] membuka peluang
agar siswa belajar PPKn atau mata pelajaran lain secara kontekstual. Pancasila sebagai jiwa
mata pelajaran PPKn adalah manifestasi nilai-nilai sosio-kultural dan ekonomi Indonesia
yang dapat diterima secara universal. Tema-tema sosial berada dalam jangkauan aplikasi
nilai-nilai Pancasila. Kehadiran IPS dan PPKn sebagai mata pelajaran terpisah dalam KTSP
2006 sebenarnya menimbulkan ketumpangtindihan materi ajar. Ada materi IPS yang
dibicarakan lagi di PPKn. Sebaliknya materi PPKn ada yang dibahas lagi dalam IPS. Di
Indonesia, tidak mungkin dilakukan kebijakan mengintegrasian mata pelajaran PPKn, sebab
Pancasila sebagai dasar negara harus menjadi entitas tersendiri dalam dunia pendidikan
Indonesia.

Demikian juga, tema-tema sosial dapat dengan mudah diintegrasikan dalam


matematika, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, atau matapelajaran lainnya.
Kenyataan misalnya, matematika selalu menjadikan tema sosial sebagai bidang terapannya.
Demikian juga, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, selain wacana IPA, pembelajaran Bahasa
Indonesia juga sering menggunakan kutipan wacana/teks bertema sosial sebagai materi
pelajaran. Dengan demikian, pengintegrasian IPS akan mendorong pembelajaran realistik
atau pembelajaran kontekstual.

8
Pengintegrasian ini tidak mengurangi kesempatan siswa untuk memeroleh kajian ilmu
sosial. Materi IPS yang tidak tercakup dalam tematik Matematika atau Bahasa Indonesia, atau
mata pelajaran lainnya dapat dikosentrasikan di PPKn.10

Pengintegrasian IPA akan menyulitkan siswa dalam memahami materi pelajaran

Bagaimana pun, konsep IPA adalah suatu konsep fisik alam. Domain konsep IPA
adalah tubuh manusia, tumbuhan, hewan, zat-zat kimia, gejala-gejala alam, dan antariksa.
Walaupun sering ada tema-tema IPA dijadikan materi kajian Bahasa Indonesia, namun ada
istilah IPA yang membingungkan siswa SD karena memiliki makna berbeda dalam Bahasa
Indonesia. Contoh: gaya dan daya. Berbeda dengan IPS, materi IPA cenderung lebih rumit.
Ada sebagian materi IPA yang sulit ditematikkan ke Bahasa Indonesia atau mata pelajaran
lain.

Merupakan hal yang sangat sulit jika harus melakukan percobaan IPA/eksperimen
IPA sekaligus berusaha memahami materi Bahasa Indonesia atau materi pelajaran lainnya.
Contoh: eksperimen rangkaian listrik, gejala kemagnetan, pelarutan zat, dan sebagainya.
Perlu konsentrasi khusus bagi siswa untuk mempelajarinya. Dapat diduga bahwa siswa SD
sulit memahami konsep IPA sekaligus konsep Bahasa Indonesia [atau konsep mata pelajaran
lain] dalam satu pembelajaran yang sama.

Apalagi jika konsep IPA dijadikan tema dalam matematika. Sementara materi
matematika itu sendiri sangat abstrak dan dianggap sulit. Walaupun ada sebagian materi IPA
yang selama ini merupakan tema dalam pelajaran matematika. Misalnya teori kecepatan dan
debit. Jadi pada kurikulum 2013, IPA sebaiknya tetap berdiri sendiri.11

Struktur Kurikulum SMP/MTs

Di SMP direncanakan pengurangan dari 12 mata pelajaran menjadi 10 mata


pelajaran. Dalam hal ini, mata pelajaran TIK dihapus. Kebijakan menjadikan TIK sebagai
sarana pembelajaran adalah kebijakan yang tepat. Hal ini akan mendorong kemajuan
penggunaan teknologi oleh siswa dan guru. TIK tidak efektif sebagai mata pelajaran

10
Ibid, hlm 31

11
Op chit, hlm 33

9
tersendiri, sebab peredaran produk-produk teknologi sudah menyentuh hingga penduduk di
pelosok. Siswa SMP dengan mudah belajar memahami istilah dan belajar mengoperasikan
produk-produk teknologi canggih. Siswa hanya perlu dibekali dengan pengetahuan bahasa
Inggris yang selalu menjadi bahasa perintah produk teknologi. Pengintegrasian Muatan Lokal
juga merupakan kebijakan tepat. Sebab, seni dan budaya merupakan kearifan lokal yang
cenderung dijadikan materi Muatan Lokal. Walaupun ada daerah lain yang menjadikan
bahasa asing atau pertanian sebagai muatan lokal. Tetapi yang terbaik, tetaplah kebudayaan
lokal yang menjadi materi mata pelajaran Seni Budaya.12

Struktur Kurikulum SMA/SMK/MA

Pada KTSP 2006, penjurusan dimulai dari kelas II. Kelas I menempuh beban belajar
sebanyak 18 mata pelajaran. Sedangkan masing-masing jurusan IPA, Bahasa, atau IPS
menempuh 15 mata pelajaran. Ini merupakan beban belajar yang cukup berat dan siswa
dianggap memiliki kemampuan yang sama dalam belajar. Sistem penjurusan memaksa
kemampuan dan cenderung tidak menghargai minat pribadi siswa.

Maka pemerintah mengupayakan di tingkat SMA/SMK dirancang 9 mata pelajaran


wajib dan ditambah kelompok mata pelajaran peminatan akademik (untuk SMA) dan
tambahan kelompok mata pelajaran peminatan akademik dan vokasi (untuk SMK).

Sedangkan pada Kurikulum 2013, sejak kelas I siswa SMA/SMK dapat memilih mata
pelajaran peminatannya. Beban belajar siswa menjadi lebih ringan atau siswa dapat
mengambil beban belajar sesuai kemampuannya. Standar isi kurikulum 2013 dirancang
sebagai berikut (Bahan Uji Publik Kurikulum 2013: 59): Untuk SMA dan SMK mata
pelajaran wajib: kelompok A dan kelompok B (total 18 JP per pekan). Pramuka menjadi
ekstra kurikuler wajib demi keterlibatan siswa dalam kegiatan kemasyarakatan dan
lingkungan. Sistem jurusan diganti dengan peminatan Mata pelajaran peminatan (IPA, IPS,
Bahasa: 16 JP) Mata pelajaran pilihan (6JP) dapat diambil dari: matapelajaran pilihan lintas
minat (dari kelompok matapelajaran peminatan lain), atau matapelajaran pendalaman minat;
dan/atau mata pelajaran pilihan sekolah dapat menawarkan mata pelajaran pilihan tambahan
(maksimum 4 JP).

12
Permendikbud No 64 tahun 2013 tentang standar isi kurikulum 2013

10
Dari segi penyusun Kurikulum

KTSP disusun oleh Pihak Sekolah sebagai satuan pendidikan dengan acuan Standar
Isi (dari Delapan Standar Pendidikan) yang dibuat oleh BSNP. Dalam KTSP, kegiatan
pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan. Pada kuriulum 2013
kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata
pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang
bersangkutan. Dengan demikan isi dari materi pelajaran yang bersifat nasional akan identik di
seluruh Indonesia sesuai standar isi pendidikan nasional.

Untuk menghindari pengembangan bahan ajar yang tidak sesuai psikologi


perkembangan siswa, pemerintah mengadakan buku-buku pelajaran. Dengan demikian
kontrol pemerintah terhadap kasus materi ajar yang salah dapat dihindari.

Pengembangan Kompetensi dan Mata Pelajaran kurikulum 2013

Pada KTSP 2006, tiap mata pelajaran memiliki beberapa Pokok Bahasan. Pada tiap
pokok bahasan ini ditentukan Standar Kompetensi Lulusan nasional yang hendak dicapai
siswa. Dari pokok bahasan akan dipilah-pilah oleh pihak sekolah menjadi beberapa Standar
Kompetensi/ Kompetensi Dasar. Inilah yang menjadi standar isi kurikulum di tingkat satuan
pendidikan. Jadi, kompetensi dasar siswa diturunkan dari materi pelajaran.13

C. Menelaah Perbedaan dan Perubahan Standar Proses KTSP dan K13

Perbedaan makna standar proses KTSP dan K13

Standar proses KTSP adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.
Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini
berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem
paket maupun pada sistem kredit semester.14

13
Salirawati, Rasionalitas Kurikulum 2013, (Yogyakarta : Gava Media), hlm 15

14
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), hlm. 445

11
Standard proses K13 adalah standar nasional pendidikan yang berakitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
kelulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif ,
inspiratif , menyenangkan , menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif ,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa , kreativitas , dan kemandirian sesuai
dengan bakat , minat , dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.15

Perbedaan Proses pembelajaran KTSP dan K13

Proses Pendidikan pada satuan pembelajaran (KSTP) diselenggarakan secara interaktif,


inspiratif, mengasyikkan, menantang, memotivasi partisipan didik buat berpartisipasi aktif,
dan membagikan ruang yang lumayan untuk prakarsa, kreativitas, serta kemandirian cocok
dengan bakat, atensi, serta pertumbuhan raga dan psikologis partisipan didik. Tiap satuan
pembelajaran melaksanakan perencanaan pendidikan, penerapan proses pendidikan dan
evaluasi proses pendidikan buat tingkatkan efisiensi serta daya guna ketercapaian kompetensi
lulusan.16

Proses pembelajaran (K13) sedapat mungkin memenuhi kriteria interaktif, inspiratif,


menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran untuk mendisain skenario pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan karakteristik siswa yang pada satuan pendidikan.17

Standar proses KTSP diatur dalam permendikbud nomor 41 tahun 2007 , sedangkan
standar proses kurikulum 2013 diatur dalam permendikbud nomor 65 tahun 2013 . kedua
peraturan menteri ini masing masing menjadi dasar dan menengah untuk mencapai
kompetensi kelulusan. Dalam hal ini, dengan berlakunya Permendikbud No. 65 Tahun 2013
maka Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dinyatakan tidak berlaku.18

15
Sulfemi, Wahyu Bagja. Perundang-undangan pendidikan, (Bogor : program studi administrasi
pendidikan STKIP Muhammadiyah Bogor. 2016) hlm 35

16
Tarpan Suparman, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Bandung : Mizan, 2020 ) hlm 43

17
Ibid, hlm 447

12
D. Menelaah Perbedaan dan Perubahan Standar Penilaian KTSP dan K13

A. Standar Penilaian KTSP

1. Penilaian Berbasis Kelas

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam
rangka proses pembelajaran. PBK merupakan proses pengumpulan dan penggunaan
informasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat
pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan (standar komptensi,
komptensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar). Penilaian berbasis kelas, dilakukan
baik dalam bentuk tes tertulis, kinerja/penampilan, penugasan (project), hasil karya (product),
maupun pengumpulan kerja siswa (portofolio). Dalam praktiknya penilaian PBK harus
memperhatikan tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.19

2. Penialaian Kinerja (Performance)

Penilian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilaian terhadap


aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian kinerja biasanya digunakan untuk
menilaian kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah,
partisipasi siswa dalam berdiskusi, memainkan alat music, olahraga dan lain-lain.20

3. Penilaian Penugasan (Proyek)

Penilaian penugasan proyek merupakan penilaian untuk mendapatkan gambaran


kemampuan menyeluruh/umum secara konstektual, mengenai kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu.21

4. Penilaian Hasil Kerja (Produk)

18
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses KTSP 2006 dan Permendikbud No. 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses Kurikulum 2013

19
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual, Panduan Bagi Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm 91.

20
Ibid, hlm 95.

21
Op chit, hlm 105.

13
Penilaian hasil kerja atau produk merupakan penilaian kepada siswa dalam
mengontrol proses dan memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu,kerja
praktik atau kualitas estetis dari sesuatu yang mereka produksi.

5. Penilaian Tes tertulis

Penilaian secara tertulis dilakukan dengan cara tertulis. Tes tertulis merupakan tes
dimana soal dan jawabannya yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tertulis.22

6. Penilaian Portofolio

Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja siswa/suatu koleksi pribadi hasil


pekerjaan seseorang siswa (bersifat individual) yang menggambarkan (merefleksikan) taraf
pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan, dan pekerjaan terbaik siswa. Hasil kerja tersebut
sering disebut artefak. Artefak-artefak dihasilkan dari pengalaman belajar/proses
pembelajaran siswa dalam periode tertentu.23

7. Penilaian Sikap

Penilaian sikap merupakan penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap
suatu obyek, fenomena/masalah. Secara umum, penilaian sikap dalam berbagai mata
pelajaran dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai obyek sikap sebagai berikut : a) Sikap
terhadap mata pelajaran, b) Sikap guru terhadap mata pelajaran, c) Sikap terhadap proses
pembelajaran, dan lain-lain. Penilaian ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

1. Observasi perilaku, misalnya tentang kerja sama, inisiatif, perhatian.

2. Pertanyaan langsung, misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah yang baru

3. Laporan pribadi, misalnya menulis tentang “Indahnya kebersamaan”

8. Penilaian Diri (Self Assessment)

22
Masnur Muslich, KTSP, hlm 115

23
Masnur Muslich, KTSP, hlm 117

14
Penilaian diri di tingkat kelas atau Classroom Self Assessment (CSA) adalah
penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di tingkat kelas.24

B. Standar Penilaian Pendidikan pada Kurikulum 2013

Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau variable. Jadi penilaian
autentik adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran
telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Berdasarkan lampiran Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 tantang Standar Penilaian yang dilakukan secara komperhensif untuk menilai,
mulai dari proses hingga keluar (output) pembelajaran. Penilaian autentik mencakup ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.25

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan


instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.26

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin
perencanaan penilaian pserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan
berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara
professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks social budaya,
pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan inofatif.27

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk


mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri,

24
Masnur Muslich, KTSP, hlm 119

Munardi dan Selly Rahmawati, Penilaian dalam Kurikulum 2013: Membantu Guru dan Calon Guru
25

Mengetahui Langkah-langkah Penilaian Pembelajaran, (Jogjakarta: Andi, 2013), hlm. 27

26
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, hlm. 2.

27
Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 35

15
penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan
ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.

a. Penilaian Otentik

Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk


menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran.28

b. Penilaian Diri

Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara
reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.

c. Penilain Berbasis Portofolio

Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai


keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau
kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.

d. Ulangan

Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi


peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan
dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

e. Ulangan Harian

Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk menilai
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

f. Ulangan Tengah Semester

28
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, hlm. 2.

16
Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan
pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

g. Ulangan Akhir Semester

Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.29

h. Ulangan Tingkat Kompetensi

Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan


pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat
kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan
Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

i. Ujian Mutu Pendidikan Kompetensi

Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan


kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat
kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan
Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

j. Ujian Nasional

Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran


kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar
Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.

k. Ujian Sekolah/Madrasah

29
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, hlm. 2.

17
Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di
luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.30

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada KTSP proses pembelajaran yang lebih dominan adalah aspek kognitif, psikomotor,
dan afektif, sedangkan pada kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar nantinya yang
lebih dominan adalah afektif, psikomotor, baru kognitif. Artinya siswa dalam proses lebih
menonjolkan afektif dan psikomotornya.

2. Kurikulum 2013 sangat menekankan penyeimbangan antara aspek kognitif (intelektual),


psikomotorik (gerak) dan afektif (sikap). Berbeda dengan KTSP 2006 yang pada tahap
implemntasinya cenderung lebih fokus pada aspek kognitifnya

3. Aspek standar isi. Jumlah mata pelajaran yang ada di dalam setiap jenjang di kurikulum
2013 berkurang. Contoh: untuk sekolah dasar yang awalnya 10 menjadi 6 mata pelajaran,
tetapi esensi yang diharapkan dari setiap pembelajaran tetap ada, sehingga cara yang
digunakan didalam kurikulum 2013 adalah integrasi beberapa pelajaran ke pelajaran lain.

30
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Teknis Penilaian dan Pengisian Rapot di SD,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2014), hlm. 17.

18
Integrasi ini disebut pembelajaran tematik. Pengurangan jumlah pelajaran pada
kurikulum 2013 namun dmikian berimbas pada penambahan waktu belajar. Untuk
tingkat sekolah dasar penambhan 4 jam dalam 1 minggu.

4. Standar proses pemebelajaran. Perubahan yang signifikan terjadi pada penedekatan


pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran yang pada awalnya menggunkan pendekatan
behaviorisme dan kognitifisme, sekarang mulai bergeser menuju kedekatan
konstrutivisme. Hal ini akan berimbas pada guru di kelas yang pada awalnya cenderung
menggunkan guru sebagai sumber pembelajaran (teacher-centered leaning), menjadi siswa
dan lingkungannya sebagai sumber (student-centered leaning).

5. Perubahan standar penilaian. Pada kurikulum KTSP 2006 penilaian yang dilakukan
cenderung menggunakan penilaian akhir tanpa ada penilaian pada proses pembelajaran.
Pada kurikulum baru ini, penilaian akan di proses belajar turut dimasukan. Nantinya akan
ada penilaian forfolio terhadap forfolio terhadap pribadi siswa.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentunya masih terdapat banyak
kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan sran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
makalah ke depan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Rosdiana Rina, DKK, .Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SMP dan SMA, Bogor:
Binatama Raya, 2006

Kunandar, Penilaian autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan


Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2015

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2010

Permendiknas No 22 Tahun 2006

Sri Wardhani, Standar Isi dan Standar Kelulusan, Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidikan, 2008

Vivi Rulfiana, Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar, Jakarta : Grafindo, 2008

Permendikbud No 64 tahun 2013 tentang standar isi kurikulum 2013

20
Salirawati, Rasionalitas Kurikulum 2013, Yogyakarta : Gava Media, 2010

Rusman, Manajemen Kurikulum Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009

Sulfemi, Wahyu Bagja. Perundang-undangan pendidikan, Bogor : program studi administrasi


pendidikan STKIP Muhammadiyah Bogor. 2016

Tarpan Suparman, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung : Mizan, 2020

Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses KTSP 2006 dan Permendikbud No.
65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Kurikulum 2013

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual, Panduan Bagi
Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2007

Munardi dan Selly Rahmawati, Penilaian dalam Kurikulum 2013: Membantu Guru dan
Calon Guru Mengetahui Langkah-langkah Penilaian Pembelajaran, Yogjakarta:
Andi, 2013

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, hlm. 2.

Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan


Kurikulum 2013, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, hlm. 2.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Teknis Penilaian dan Pengisian Rapot di
SD, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2014

21

Anda mungkin juga menyukai