Case Report
62
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016
(A) (B)
(C) (D)
63
Penggunaan Trans Cranial Doppler Sebagai Modalitas Pencarian Etiologi Pada Kasus Tinitus Subyektif Akut
Pemeriksaan audiometri PTA telinga kanan : 6 dB; dilanjutkan dengan diagnosis nyeri kepala tipe migraine
PTA telinga kiri : 3 dB dengan hasil audiometri tutur pada dan dislipidemia yang menimbulkan gejala berupa
telinga kanan nilai Speech Reception Treshold (SRT) 20 dB tinnitus subyektif akut tipe pulsatil. Evaluasi 1 bulan
dan Speech Discrimination Score (SDS) 100%, dan telinga kemudian keluhan dengung dan migraine sudah tidak
kiri nilai SRT 25 dB dan SDS 100%. Pemeriksaan ada, pasien disarankan periksa laboratorium darah.
timpanometri telinga kanan tipe A dan telinga kiri tipe
Ad. Pemeriksaan tes fungsi tuba (ETF) didapatkan kesan Pasien 2
fungsituba eustachius kanan dan kiri dalam batas Seorang perempuan 53 tahun datang ke RSUP
normal. Pemeriksaan pitch matching 500 Hz pulsed type Dr. Kariadi dengan keluhan telinga kanan berdenging.
dan intensity level 50 dB serta minimal masking level 65 dB 1 minggu pasien mengeluh telinga kanan berdenging
(Gambar 1.A-D). bunyi “nging” nada tinggi, awalnya hilang timbul
Hasil Gula darah sewaktu 105 mg/dl, cholesterol kemudian menetap, dengung memberat jika berada di
214 mg/dl, trigliserida143mg/dl, HDL cholesterol 36 tempat sepi. Telinga kanan dirasakan berkurang
mg/dl, LDL cholesterol 133 mg/dl. Kesan hasil pendengarannya. Tidak disertai pusing berputar dan
laboratorium darah adalah hipercholesterolemia. Hasil nyeri kepala serta kelainan neurologis lainnya. Pasien
konsul departemen penyakit dalam, didiagnosis sudah berobat di dokter umum tapi tidak ada perubahan.
dislipidemia dan diberikan terapi simvastatin 10 mg/24 Riwayat sakit kolesterol (+) tidak kontrol teratur, kadar
jam. Hasil konsul departemen saraf pasien didiagnosis kolesterol terakhir 280mg/dl. Riwayat sakit darah tinggi,
dengan migraine dan dilakukan TCD. Hasil TCD kencing manis, trauma kepala disangkal. Hasil pengisian
didapatkan adanya resistensi pembuluh darah yang lembar kuesioner THI didapatkan skor 40. Hasil
meningkat pada arteri serebri posterior kanan dan arteri pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80
basilaris, dicurigai adanyaa terosklerosis (Gambar 2) mmHg. Pemeriksaan fisik dan daerah telinga, hidung
Pasien diberikan terapi tramadol 125 mg/8 jam, tenggorok dalam batas normal. Pemeriksaan artikulasio
paracetamol 500 mg/8 jam, carbamazepine 200 mg/8 jam temporomandibula tidak ditemukan kelainan.
dan amitriptyline 125 mg/24 jam. Pasien disarankan Pemeriksa tidak dapat mendengar denging yang
untuk istirahat agar dapat meredakan migraine bilamana dikeluhkan penderita.
kambuh. Pemeriksaan audiometri PTA telinga kanan : 27,5
Diagnosis pada pasien ini adalah tinitus subyektif dB; PTA telinga kiri : 15 dB dengan hasil audiometri tutur
tipe pulsatil. Penyebab tinitus dicurigai akibat gangguan pada telinga kanan nilai SRT 30dB dan SDS 90%, pada
vaskuler yang mendarahi koklea. Pengobatan yang telinga kiri nilai SRT 15 dB dan SDS 100%. Pemeriksaan
diberikan berupa flunarizine 1 tablet/24 jam dan timpanometri telinga kanan kiri tipe A. Pemeriksaan pitch
mecobalamin 1 tablet/12 jam. matching 2000 Hz puretone type dan intensity level 5 dB serta
Pasien kontrol 1 minggu kemudian dan mengeluh minimal masking level 20 dB (Gambar 3.A-C).
dengung seperti denyutan berkurang seiring dengan Diagnosis pada pasien ini adalah tinitus subyektif
hilangnya nyeri kepala sebelah kanan. Pengobatan akut. Penyebab tinitus dicurigai akibat gangguan pada
64
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016
65
Penggunaan Trans Cranial Doppler Sebagai Modalitas Pencarian Etiologi Pada Kasus Tinitus Subyektif Akut
TABEL 1
Penyebab tinitus
Subyektif Obyektif
Otologik : Noise Induced Hearing Loss, presbikusis, Vaskuler : stenosis aorta atau carotis, venous hum,
penyakit meniere, otosklerosis arteriovenous fistula / malformasi, tumor vaskuler, anemia
Neurologik : multiple sklerosis, chwanomma vestibuler Neurologik : mioklonus palatum, spasme oto stapedius
(neuroma akustik) Patalous Tuba Eustachius
Obat ototoksik (contohnya gentamicin, furosemide)
keatas, dan usia puncak sekitar 60–69 tahun.3–5 Insiden juga mengurangi pelepasan nitric oksida sehingga akan
penderita gangguan pendengaran yang memiliki menganggu mikrosirkulasi koklea. Teori-teori ini
penyakit mendasar berupa dislipidemia sekitar 5,1%.7 membuktikan bahwa kerusakan pada sel rambut koklea
Kedua pasien dalam laporan kasus ini berusia 53 dan 54 dan gangguan pada peredaran darah di koklea dapat
tahun dan keduanya adalah wanita. menjadi salah satu penyebab tinitus.16
Tinitus dilaporkan berhubungan erat dengan Pemeriksaan untuk pencarian etiologidari tinitus
dampak emosional karena dapat menimbulkan sangat penting agar dapat memberikan tatalaksana yang
tekanan/stres, depresi, kecemasan, dan penurunan tepat. Pemeriksaan tersebut dimulai anamnesis yang
kualitas hidup.5 Kualitas hidup pasien tinitus dapat teliti dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh meliputi
diukur dengan berbagai macam kuesioner antara lain telinga hidung tenggorok serta daerah sekitar leher, sendi
Tinnitus Severity Scale, Tinnitus Questionnaire, Tinnitus temporomandibular bahkan fungsi nervus cranialis.
Handicap Questionnaire, Subjective Tinnitus Severity Scale, Pemeriksaan garpu tala pun berperan untuk mengetahui
Tinnitus Severity Index dan Tinnitus Handicap Inventory kurang pendengaran dan harus dievaluasi secara
(THI).14,15 Nilai THI pada pasien dalam laporan kasus ini komprehensif menggunakan audiotimpanometer.
adalah 80 dan 40 yang menunjukkan adanya gangguan Pemeriksaan audiotimpanometri akan membantu
sedang berat bahkan sampai katastrofik pada pasien. menentukan gangguan dikoklea. Pemeriksaan
Patogenesis dan asal tinitus subyektif diduga penunjang lainnya disesuaikan dengan kecurigaan akan
berasal dari koklea dan sistem auditorik pusat. Tinitus etiologinya. Pemeriksaan penunjang lainnya antara lain
adalah gejala bukan penyakit sehingga penting untuk MRI, BERA, OAE , CT scan serta doppler.1,5,8,14
mencari etiologi dari tinitus tersebut.5 Beberapa etiologi TCD merupakan pemeriksaan untuk mengetahui
tinitus yang telah diketahui termuat dalam tabel 1.5 kecepatan aliran darah otak (serebrovaskuler) atau
Kelainan serebrovaskuler dapat menyebabkan pembuluh darah utama intracranial. Pemeriksaan ini
tinitus baik yang obyektif maupun subyektif melalui tidak invasif, tinggi nilai akurasinya, relatif murah, tidak
beberapa mekanisme dan gangguannya terhadap membutuhkan waktu yang lama serta memberikan hasil
tahapan sistem pendengaran.8 Koklea mendapat darah obyektif mengenai gangguan peredaran darah otak.9,10
dari bagian sistem peredaran darah otak/serebro Pembuluh darah yang mendarahi labirin atau telinga
vaskuler. Aliran darah dalam koklea sangat sensitif dalam mendapat darah dari arteri auditorius interna,
terhadap perubahan dan bahkan gangguan perfusi yang cabang dari arteri basilaris yang ikut membentuk
minimal dapat menyebabkan disfungsi dari organokorti. sirkulus willisi dan arteri stylomastoid cabang dari arteri
Uji coba pada hewan membuktikan adanya negatif efek auricularis posterior (Gambar 5).11
dari hiperlipidemia terhadap fungsi pendengaran. Kedua pasien dalam laporan kasus ini merupakan
Penelitian histokimia pada hewan coba yang penderita dislipidemia dan hasil pemeriksaan TCD
hiperkolesterolemia ditemukan adanya degenerasi menunjukkan adanya atherosclerosis pada arteri dalam
vakuolar dari pembuluh darah kapiler di striae serebrovaskuler terutama pada arteri basilaris, cerebri
vaskularis, stria marginalis sel dan Outer Hair Cells posterior dan vertebralis yang mensuplai darah ke
(OHCs). Selain itu tingginya kolesterol dalam serum akan koklea. Gangguan suplai darah ini menyebabkan
merusak membran OHCs dan menganggu fleksibilitas gangguan pada koklea dan menimbulkan keluhan tinitus
OHCs secara langsung. Hiperkolesterolemia juga subyektif akut. Setelah diberikan tatalaksana pada
menyebabkan atherosclerosis pembuluh darah dikoklea dislipidemia dan terapi vasodilator keluhan tinitus
66
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016
67