Anda di halaman 1dari 6

Medica Hospitalia Med Hosp 2016; vol 4 (1) : 62–67

Case Report

Penggunaan Trans Cranial Doppler


sebagai Modalitas Pencarian Etiologi
Pada Kasus Tinitus Subyektif Akut
Christin Rony Nayoan, Zulfikar Naftali, Muyassaroh

Departemen IKTHT-KL FK UNDIP/ SMF KTHT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang

Abstrak Trans cranial doppler as modality


to searching the etology
Latar belakang : Tinitus subyektif adalah persepsi suara tanpa of acute subjective tinnitus
stimulus akustik yang hanya dapat didengar oleh penderitanya.
Berdasarkan durasi tinitus dibagi menjadi akut dan kronik. Tinitus
merupakan gejala beberapa penyakit / kelainan salah satu Abstract
etiologinya gangguan dikoklea. Etiologi tinitus penting diketahui
untuk dapat memberikan tatalaksana yang tepat dan sesuai. Trans
Background : Subjective tinnitus is sound perception without
Cranial Doppler (TCD) merupakan salah satu modalitas untuk
acoustical stimulus that only heard by patient itself. According to
memeriksa peredaran darah di otak termasuk di koklea. Penelitian
duration, tinnitus divided acute and chronic. Tinnitus is a
ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan TCD pada kasus
symptoms of some disease/disorder on cochlea. Knowing tinnitus
tinitus.
etiology is important. Trans cranial doppler (TCD) is one of
Kasus : Dilaporkan 2 kasus wanita berusia 53 dan 54 tahun dengan
modality toexamine blood brain circulation including cochlea.
keluhan tinitus yang berlangsung kurang 1 bulan. Hasil
Subjective : To give information about TCD usage on tinnitus. Case:
pemeriksaan TCD diketahui adanya atherosclerosis pada
We reported 2 cases, female 53 and 54 y.o. with chief complain of
pembuluh darah diotak.
tinnitus last for less than 1 month, after examined using TCD
Penatalaksanaan : Pasien diberikan penatalaksanaan vasodilator
showed atherosclerosis on blood brain vessels.
dan penyebab mendasarinya yaitu dislipidemia selama 1 bulan,
Treatment : After used vasodilator and dislipidemia medicationfor
keluhan tinitus tersebut bekurang dan menghilang.
one month, the complain reduced and even gone.
Simpulan : TCD dapat digunakan sebagai modalitas untuk mencari
Conclusion : TCD can be used to search etiology of acute subjective
etiologi tinitus subyektif akut.
tinnitus.
Kata kunci : Tinitus, Trans Cranial Doppler (TCD), Koklea
Keywords : Tinnitus, Trans Cranial Doppler (TCD), Cochlea

PENDAHULUAN Tinitus merupakan keluhan yang cukup banyak


dijumpai dalam praktek sehari-hari. Penelitian
Tinitus adalah adanya persepsi suara saat tidak ada epidemologi menunjukkan bahwa tinitus temporer
stimulus akustik. Tinitus dapat berupa suara frekuensi merupakan gejala yang cukup sering dijumpai hampir
tinggi, rendah, berdering, berdengung, suara klik, suara pada semua usia. Prevalensi dari tinnitus meningkat
deru, suitan atau seperti denyutan.1 Tinitus secara umum seiring usia, terutama usia 60–69 tahun,3-5 Angka kejadian
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tinitus obyektif tinitus di Amerika Serikat sekitar 14,3%.6 Insiden
dimana tinitus dapat didengar oleh pemeriksa dan tinitus penderita gangguan pendengaran yang memiliki
subyektif dimana tinitus hanya didengar oleh pasien. penyakit mendasar berupa dislipidemia sekitar 5,1%.7
Berdasarkan durasinya dapat dibedakan menjadi tinitus Etiologi tinitus bisa berasal dari banyak gangguan
akut dan kronik.2 atau kelainan. Salah satu gangguan tersebut adalah

62
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016

kelainan metabolik yang berhubungan dengan kelainan LAPORAN KASUS


pada pembuluh darah salah satunya adalah
atherosclerosis. 8 Pencarian etiologi tinitus dapat Pasien 1
menggunakan echo-doppler. 8 TCD adalah jenis Seorang perempuan 54 tahun datang ke RSUP
pemeriksaan echo-doppler, yaitu pemeriksaan non invasif Dr. Kariadi dengan keluhan telinga kanan berdengung.
menggunakan ultrasound untuk memeriksa aliran darah 3 minggu mengeluh telinga kanan berdengung seperti
pada daerah sirkulus willisi dan sistem bunyi denyutan, awalnya muncul saat penderita sedang
vertebrobasiler.9,10 Pembuluh darah yang mendarahi sakit kepala sebelah kanan, kemudian menghilang tetapi
labirin atau telinga dalam mendapat darah arteri basilaris makin lama dengungan tersebut menetap, dengung
yang ikut membentuk sirkulus willisi.11 memberat jika berada di tempat sepi, tidak mengganggu
Kelainan pembuluh darah yang sering tidur, tidak disertai kurang pendengaran. Pasien sudah
berhubungan dengan kelainan metabolik adalah berobat di dokter umum tapi tidak ada perubahan.
atherosclerosis yang dapat menyebabkan stenosis Riwayat sakit darah tinggi, kencing manis,
pembuluh darah, yang bila terjadi pada pembuluh darah kolesterol dan trauma kepala disangkal. Hasil pengisian
kekoklea akan menganggu sirkulasi koklea dan lembar kuesioner Tinitus Handicap Inventory (THI)
menyebabkan gangguan pendengaran seperti tinitus. didapatkan skor 80. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
Sensitivitas dan spesifitas TCD pada kasus stenosis arteri tekanan darah 130/90 mmHg. Pemeriksaan fisik dan
adalah 90,6% dan 85% dengan akurasi ≥ 50% untuk daerah telinga, hidung tenggorok dalam batas normal.
mendeteksi penyumbatan pembuluh darah karena Pemeriksaan artikulasio temporomandibula tidak
aherosclerosis.12,13 ditemukan kelainan. Tidak didapatkan bising pada
Tujuan laporan kasus ini adalah untuk pemeriksaan auskultasi di sekitar telinga dan leher.
mengetahui penggunaan TCD pada kasus tinitus Pemeriksa tidak dapat mendengar denging yang
subyektif akut. dikeluhkan penderita. Penderita merasakan dengungan
itu seiring dengan denyut jantung.

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 1. A.Audiogram nada murni, B.Audiogram tutur, C. Timpanogram, D. ETF

63
Penggunaan Trans Cranial Doppler Sebagai Modalitas Pencarian Etiologi Pada Kasus Tinitus Subyektif Akut

Gambar 2. Hasil TCD

Pemeriksaan audiometri PTA telinga kanan : 6 dB; dilanjutkan dengan diagnosis nyeri kepala tipe migraine
PTA telinga kiri : 3 dB dengan hasil audiometri tutur pada dan dislipidemia yang menimbulkan gejala berupa
telinga kanan nilai Speech Reception Treshold (SRT) 20 dB tinnitus subyektif akut tipe pulsatil. Evaluasi 1 bulan
dan Speech Discrimination Score (SDS) 100%, dan telinga kemudian keluhan dengung dan migraine sudah tidak
kiri nilai SRT 25 dB dan SDS 100%. Pemeriksaan ada, pasien disarankan periksa laboratorium darah.
timpanometri telinga kanan tipe A dan telinga kiri tipe
Ad. Pemeriksaan tes fungsi tuba (ETF) didapatkan kesan Pasien 2
fungsituba eustachius kanan dan kiri dalam batas Seorang perempuan 53 tahun datang ke RSUP
normal. Pemeriksaan pitch matching 500 Hz pulsed type Dr. Kariadi dengan keluhan telinga kanan berdenging.
dan intensity level 50 dB serta minimal masking level 65 dB 1 minggu pasien mengeluh telinga kanan berdenging
(Gambar 1.A-D). bunyi “nging” nada tinggi, awalnya hilang timbul
Hasil Gula darah sewaktu 105 mg/dl, cholesterol kemudian menetap, dengung memberat jika berada di
214 mg/dl, trigliserida143mg/dl, HDL cholesterol 36 tempat sepi. Telinga kanan dirasakan berkurang
mg/dl, LDL cholesterol 133 mg/dl. Kesan hasil pendengarannya. Tidak disertai pusing berputar dan
laboratorium darah adalah hipercholesterolemia. Hasil nyeri kepala serta kelainan neurologis lainnya. Pasien
konsul departemen penyakit dalam, didiagnosis sudah berobat di dokter umum tapi tidak ada perubahan.
dislipidemia dan diberikan terapi simvastatin 10 mg/24 Riwayat sakit kolesterol (+) tidak kontrol teratur, kadar
jam. Hasil konsul departemen saraf pasien didiagnosis kolesterol terakhir 280mg/dl. Riwayat sakit darah tinggi,
dengan migraine dan dilakukan TCD. Hasil TCD kencing manis, trauma kepala disangkal. Hasil pengisian
didapatkan adanya resistensi pembuluh darah yang lembar kuesioner THI didapatkan skor 40. Hasil
meningkat pada arteri serebri posterior kanan dan arteri pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80
basilaris, dicurigai adanyaa terosklerosis (Gambar 2) mmHg. Pemeriksaan fisik dan daerah telinga, hidung
Pasien diberikan terapi tramadol 125 mg/8 jam, tenggorok dalam batas normal. Pemeriksaan artikulasio
paracetamol 500 mg/8 jam, carbamazepine 200 mg/8 jam temporomandibula tidak ditemukan kelainan.
dan amitriptyline 125 mg/24 jam. Pasien disarankan Pemeriksa tidak dapat mendengar denging yang
untuk istirahat agar dapat meredakan migraine bilamana dikeluhkan penderita.
kambuh. Pemeriksaan audiometri PTA telinga kanan : 27,5
Diagnosis pada pasien ini adalah tinitus subyektif dB; PTA telinga kiri : 15 dB dengan hasil audiometri tutur
tipe pulsatil. Penyebab tinitus dicurigai akibat gangguan pada telinga kanan nilai SRT 30dB dan SDS 90%, pada
vaskuler yang mendarahi koklea. Pengobatan yang telinga kiri nilai SRT 15 dB dan SDS 100%. Pemeriksaan
diberikan berupa flunarizine 1 tablet/24 jam dan timpanometri telinga kanan kiri tipe A. Pemeriksaan pitch
mecobalamin 1 tablet/12 jam. matching 2000 Hz puretone type dan intensity level 5 dB serta
Pasien kontrol 1 minggu kemudian dan mengeluh minimal masking level 20 dB (Gambar 3.A-C).
dengung seperti denyutan berkurang seiring dengan Diagnosis pada pasien ini adalah tinitus subyektif
hilangnya nyeri kepala sebelah kanan. Pengobatan akut. Penyebab tinitus dicurigai akibat gangguan pada

64
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016

(A) (B) (C)


Gambar 3. A.Audiogram nada murni, B.Audiogram tutur, C. Timpanogram

Gambar 4. Hasil TCD

kokleanya. Pengobatan yang diberikan berupa PEMBAHASAN


mecobalamin 1 tablet/12 jam dan flunarizine 10 mg/24
jam. Pasien dikonsulkan kembali ke saraf untuk Tinitus adalah adanya persepsi suara saat tidakada
dilakukan TCD karena memiliki riwayat hiper- stimulus akustik. Tinitus dapat berupa suara frekuensi
cholesterolemia. Hasil TCD didapatkan adanya tinggi, rendah, berdering, berdengung, suara klik, suara
peningkatan resistensi pada arteri karotis interna, arteri deru, suitan atau seperti denyutan.1,3 Tinitus dapat dibagi
vertebralis, arteriserebri posterior dan arteri serebri menjadi tinnitus subyektif, bila suara tersebut hanya
media yang disebabkan karena aterosklerosis. didengar oleh penderita sendiri, tinnitus jenis ini yang
Departemen saraf memberikan pasien terapi aspilet 80 paling sering terjadi dan tinnitus objektif, bila suara
mg/24 jam dan simvastatin 10 mg/12 jam (Gambar 4). dapat didengar juga oleh pemeriksa atau dengan
Pasien mendapatkan pengobatan yang diberikan auskultasi disekitar telinga.2 Kedua pasien kasus ini
sebelumnya dan diberikan edukasi mengenai mengeluhkan suara berdenging dan bunyi denyutan di
penyakitnya. Pada pasien ditegakkan diagnosis tinitus telinga kanan tetapi tidak dapat didengar oleh
subyektif akut yang disebabkan gangguan pembuluh pemeriksa, memenuhi definisi dari tinitus subyektif.
darah. Evaluasi 1 bulan kemudian keluhan dengung Tinitus subyektif merupakan tinitus yang paling
sudah berkurang dan disarankan untuk kontrol teratur banyak dikeluhkan yaitu sekitar 30–35% pada populasi
terkait hipercholesterolemia. Penderita disarankan dewasa di Australia dan Amerika Serikat.14 Prevalensi
periksa ke RS daerah terdekat. tinitus meningkat seiring usia dengan usia 45 tahun

65
Penggunaan Trans Cranial Doppler Sebagai Modalitas Pencarian Etiologi Pada Kasus Tinitus Subyektif Akut

TABEL 1
Penyebab tinitus

Subyektif Obyektif

Otologik : Noise Induced Hearing Loss, presbikusis, Vaskuler : stenosis aorta atau carotis, venous hum,
penyakit meniere, otosklerosis arteriovenous fistula / malformasi, tumor vaskuler, anemia
Neurologik : multiple sklerosis, chwanomma vestibuler Neurologik : mioklonus palatum, spasme oto stapedius
(neuroma akustik) Patalous Tuba Eustachius
Obat ototoksik (contohnya gentamicin, furosemide)

Metabolik : penyakit tiroid, diabetes, defisiensi zink


Mekanikal : trauma kepala leher, kelainan di sendi
temporomandibular, infeksi dan impaksi serumen

keatas, dan usia puncak sekitar 60–69 tahun.3–5 Insiden juga mengurangi pelepasan nitric oksida sehingga akan
penderita gangguan pendengaran yang memiliki menganggu mikrosirkulasi koklea. Teori-teori ini
penyakit mendasar berupa dislipidemia sekitar 5,1%.7 membuktikan bahwa kerusakan pada sel rambut koklea
Kedua pasien dalam laporan kasus ini berusia 53 dan 54 dan gangguan pada peredaran darah di koklea dapat
tahun dan keduanya adalah wanita. menjadi salah satu penyebab tinitus.16
Tinitus dilaporkan berhubungan erat dengan Pemeriksaan untuk pencarian etiologidari tinitus
dampak emosional karena dapat menimbulkan sangat penting agar dapat memberikan tatalaksana yang
tekanan/stres, depresi, kecemasan, dan penurunan tepat. Pemeriksaan tersebut dimulai anamnesis yang
kualitas hidup.5 Kualitas hidup pasien tinitus dapat teliti dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh meliputi
diukur dengan berbagai macam kuesioner antara lain telinga hidung tenggorok serta daerah sekitar leher, sendi
Tinnitus Severity Scale, Tinnitus Questionnaire, Tinnitus temporomandibular bahkan fungsi nervus cranialis.
Handicap Questionnaire, Subjective Tinnitus Severity Scale, Pemeriksaan garpu tala pun berperan untuk mengetahui
Tinnitus Severity Index dan Tinnitus Handicap Inventory kurang pendengaran dan harus dievaluasi secara
(THI).14,15 Nilai THI pada pasien dalam laporan kasus ini komprehensif menggunakan audiotimpanometer.
adalah 80 dan 40 yang menunjukkan adanya gangguan Pemeriksaan audiotimpanometri akan membantu
sedang berat bahkan sampai katastrofik pada pasien. menentukan gangguan dikoklea. Pemeriksaan
Patogenesis dan asal tinitus subyektif diduga penunjang lainnya disesuaikan dengan kecurigaan akan
berasal dari koklea dan sistem auditorik pusat. Tinitus etiologinya. Pemeriksaan penunjang lainnya antara lain
adalah gejala bukan penyakit sehingga penting untuk MRI, BERA, OAE , CT scan serta doppler.1,5,8,14
mencari etiologi dari tinitus tersebut.5 Beberapa etiologi TCD merupakan pemeriksaan untuk mengetahui
tinitus yang telah diketahui termuat dalam tabel 1.5 kecepatan aliran darah otak (serebrovaskuler) atau
Kelainan serebrovaskuler dapat menyebabkan pembuluh darah utama intracranial. Pemeriksaan ini
tinitus baik yang obyektif maupun subyektif melalui tidak invasif, tinggi nilai akurasinya, relatif murah, tidak
beberapa mekanisme dan gangguannya terhadap membutuhkan waktu yang lama serta memberikan hasil
tahapan sistem pendengaran.8 Koklea mendapat darah obyektif mengenai gangguan peredaran darah otak.9,10
dari bagian sistem peredaran darah otak/serebro Pembuluh darah yang mendarahi labirin atau telinga
vaskuler. Aliran darah dalam koklea sangat sensitif dalam mendapat darah dari arteri auditorius interna,
terhadap perubahan dan bahkan gangguan perfusi yang cabang dari arteri basilaris yang ikut membentuk
minimal dapat menyebabkan disfungsi dari organokorti. sirkulus willisi dan arteri stylomastoid cabang dari arteri
Uji coba pada hewan membuktikan adanya negatif efek auricularis posterior (Gambar 5).11
dari hiperlipidemia terhadap fungsi pendengaran. Kedua pasien dalam laporan kasus ini merupakan
Penelitian histokimia pada hewan coba yang penderita dislipidemia dan hasil pemeriksaan TCD
hiperkolesterolemia ditemukan adanya degenerasi menunjukkan adanya atherosclerosis pada arteri dalam
vakuolar dari pembuluh darah kapiler di striae serebrovaskuler terutama pada arteri basilaris, cerebri
vaskularis, stria marginalis sel dan Outer Hair Cells posterior dan vertebralis yang mensuplai darah ke
(OHCs). Selain itu tingginya kolesterol dalam serum akan koklea. Gangguan suplai darah ini menyebabkan
merusak membran OHCs dan menganggu fleksibilitas gangguan pada koklea dan menimbulkan keluhan tinitus
OHCs secara langsung. Hiperkolesterolemia juga subyektif akut. Setelah diberikan tatalaksana pada
menyebabkan atherosclerosis pembuluh darah dikoklea dislipidemia dan terapi vasodilator keluhan tinitus

66
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016

Gambar 5. Diagram sirkulasi serebrovaskuler

subyektif akut tersebut berkurang dan menghilang. 29–38.


Penelitian mengenai penggunaan TCD dalam 5. Zimmerman E, Timboe A. Tinnitus step to take, drugs to avoid.
The Journal of Family Practice. 2014;63(2):82-8.
kasus tinitus belum terpublikasi secara luas, tetapi bila 6. Shagorodsky J, Curhan G, Farwell W. Prevalence and
menilik pada banyaknya kasus tinitus dengan penyakit characteristics of tinnitus among US adults. Am J Med.
mendasar berupa kelainan metabolik maka TCD akan 2010;123:711–8.
mengambil peran penting untuk pembuktian secara 7. Pulec JL, Pulec MB, Mendoza I. Progressive sensorineural
obyektif akan adanya gangguan aliran darah ke koklea. hearing loss, subjective tinnitus and vertigo caused by elevated
blood lipids. Ear Nose Throat J. 1997;76(10):716–20.
8. Langguth B, Biesinger E, Bo LD, Ridder DD, Goodey R, Herraiz
SIMPULAN C, et al. Algorithm for the Diagnostic and Therapeutic
Management of Tinnitus. In: Møller AR, Langguth B, Ridder
Telah dilaporkan 2 kasus tinitus subyektif akut dengan DD, Kleinjung T, editors. Textbook of Tinnitus. New York:
penyakit mendasar berupa dislipidemia. Pada kedua Springer; 2011. p. 381–6.
9. Panerai RB. Transcranial doppler for evaluation of cerebral
kasus tersebut dilakukan pemeriksaan TCD untuk
autoregulation. Clin Auton Res. 2009;19:197–211.
membuktikan adanya atherosclerosis pada pembuluh 10. Medicine AIoU. Transcranial doppler ultrasound examination
darah yang menuju koklea dan merupakan etiologi dari for adults and children. 2012.
tinitus subyektif akut. TCD merupakan pemeriksaan non 11. Gray H. The arteries of the brain. Anatomy of the Human Body.
invasif dan nyaman serta memberikan akurasi yang 12. Zhao L, Barlinn K, Sharma VK, Tsivgoulis G, Cava LF, Vasdekis
tinggi untuk mengetahui gangguan peredaran darah SN, et al. Velocity criteria for intracranial stenosis revisited: an
international multicenter study of transcranial doppler and
otak dengan pusat perhatian pada aliran darah ke koklea. digital subtraction angiography. A Journal of cerebral
circulation. 2011;42(12):3429–34.
DAFTAR PUSTAKA 13. Gujjar AR, William R, Jacob PC, Jain R, Al-Asmi AR.
Transcranial doppler ultrasonography in acute ischemic stroke
1. Schleuning AJ, Shi BY, Martin WH. Tinnitus. In: Bayley BJJ, predicts stroke subtype and clinical outcome : a study in Omani
Jonas T, Newlands, Shawn D, editors. Head an Neck Surgery - population. J Clin Monit Comput. 2011;25(2):121–8.
Otolaryngology: Lippincott Williams and Wilkins 2006. p. 14. Yew KS. Diagnostic approach to patients with tinnitus.
2238–45. Virginia: American Academy of Family Physicians; 2014 [cited
2. Moller AR. Introduction. In: Moller AR, Langguth B, Kleinjung 2014 6 Juni 2014].
DDT, editors. Textbook of tinnitus. New York: Springer; 2011. 15. Nugroho DA. Hubungan frekuensi dan intensitas tinitus
p. 3–8. subyektif dengan kualitas hidup pasien. 2013.
3. Bashiruddin J, Sosialisman. Tinitus. In: Arsyad E, Iskandar N, R 16. Canis M, Olzowy B, Welz C, Suckfull M, Stelter K. Simvastatin
R, Bashiruddin J, editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga and ginkgo biloba in the treatment of the subacute tinnitus : a
hidung tenggorok kepala dan leher. Keenam ed. Jakarta: Balai retrospective study of 94 patients. American Journal of
penerbit FKUI; 2010. Otolaryngology-Head and Neck Medicine and Surgery.
4. Moller AR. Epidemiology of tinnitus in adults. In: Moller AR, 2009;32:19–23.
editor. Textbook of Tinnitus. New York: Springer; 2011. p.

67

Anda mungkin juga menyukai