Anda di halaman 1dari 13

Nama : SAFRIZAL

AKK (UTS)

Dosen Dr.dr.Felix Kasim, M.kes

1. Pengertian administrasi menurut para ahli sebagai berikut:

a. Waldo berpendapat bahwa manajemen dan organisasi dari manusia dan

peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah.

b. Menurut berpendapat bahwa kombinasi antara pengambilan keputusan

dengan pelaksanaan dari keputuan tersebut bertujuan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan bersama.

c. Terry berpendapat bahwa sebuah perencanaan, pengendalian dan

pengorganisasian pekerjaan perkantoran serta penggerakan mereka yang

melaksanakannya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan

d. Donell berpendapat bahwa upaya mencapai tujuan yang diinginkan

dengan menciptakan lingkungan kerja yang menguntungkan..

2. Ada 5 unsur pokok dalam administrasi kesehatan yang peranannya amat

penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan administrasi

kesehatan. Berikut penjelasannya :

a. Masukan, yang dimaksud dengan masukan (input), dalam administrasi

adalah segala sesuatu yang dibutuhkanuntuk dapat melaksanakan

pekerjaan administrasi. Masukan ini dikenal pula dapat melaksanakan

pekerjaan administrasi (tools of administration). Masukan dan/atau

perangkat administrasi tersebut banyak macamnya


b. Proses, Yang dimaksud dengan proses (process) dalam administrasi adalah

langkah-langkah yang harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Proses ini dikenal dengan nama fungsi administrasi (function of

administration). Pada umumnya proses dan ataupun fungsi administrasi ini

merupakan tanggung jawab pimpinan.

c. Keluaran

Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah hasil dari suatu

pekerjaan administrasi. Untuk administrasi kesehatan, keluaran tersebut

dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health service). Pada saat ini

pelayanan kesehatan tersebut banyak macamnya, secara umum dapat

dibedakan atas 2 macam.

d. Sasaran

Yang dimaksud dengan sasaran (target group) adalah kepada siapa

keluaran yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut ditujukan.

Untuk administrasi kesehatan sasaran yang dimaksudkan disini dibedakan

atas 4 macam, yakni perseorangan, keluarga , kelompok dan masyarakat.

Dapat bersifat sasaran langsung (direct target group) atau pun bersifat

sasaran tidak langsung (indirect group target).

e. Dampak

Yang dimaksud dengan dampak adalah akibat yang ditimbulakn oleh

keluaran, untuk administrasi kesehatan, dampak yang diharapkan adalah


makin meningkatnya derjat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan ini

hanya akan dapat dicapai apabila kebutuhan dan tuntutan perseorangan,

keluarga dan kelompok dan/atau masyarakat terhadap kesehatan,

pelayanan kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat terpenuhi.

Kebutuhan dan tuntutan ini adalh sesuatu yang terdapat pada pihak

pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer)

3. Adapun faktor IPOLEKSOSBUD adalah Tuntutan kesehatan (health demands)

pada dasarnya bersifat subyektif, karena itu pemenuhanya bersifat fakultatif.

Tuntutan kesehatan yang subyektif dipengaruhi oleh latar belakang individu

(pendidikan, ekonomi, budaya dsb). Tuntutan kesehatan sangat dipengaruhi oleh

teknologi kedokteran

4. Ruang lingkup administrasi kesehatan

a. Mencakup semua fungsi administrasi yaitu: perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, penganggaran, pengawasan, evaluasi, penilaian, dll. Mencakup

semua pelayanan kesehatan, berdasarkan sifatnya promotif/peningkatan

kesehatan, preventif/kesehatan pencegahan, kuratif/pengobatan, dan

Rehabilitatif/pemulihankesehatan)

b. Objek dan subjek administrasi kesehatan adalah sistem kesehatan (kumpulan

dari berbagai faktor yg kompleks dan salin berhubungan yg terdapat pd suatu


negara dan yg diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan

kesehatan perorangan, keluarga , kelompok serta masyarakat pada setiap saat

yg dibutuhkan.

5. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Proses ini dalam ilmu administrasi dikenal dengan sebutan fungsi

administrasi (functions of administration). Pada umumnya fungsi administrasi

menjadi tanggung jawab pimpinan. Beberapa fungsi administrasi yang

dikemukakan oleh para ahli, ada yang mengatakan 4 (empat) fungsi, ada yang

mengatakan 5 (lima) fungsi, dan sebagainya, Dalam praktek sehari-hari untuk

memudahkan pelaksanaannya, berbagai fungsi administrasi ini sering

disederhanakan menjadi 4 macam saja, yaitu :

a. Perencanaan (planning) yang didalamnya termasuk penyusun anggaran

belanja.

b. Pengorganisasian (organizing) yang didalamnya termasuk penyusunan staf.

c. Pelaksanaan (implementing) yang didalamnya termasuk pengarahan,

pengkoordinasian,bimbingan, penggerakan dan pengawasan.

d. Penilaian (evaluation) yang didalamnya termasuk penyusunan laporan.


6. Segmentasi Rumah sakit di Indonesia dan kaitannya dengan penyediaan SDM

kesehatan Rumah sakit merupakan salah satu dari bentuk pelayanan kesehatan

yang tertua dan kompleks yang mempunyai tujuan utama untuk melindungi,

menyembuhkan dan mengurangi penderitaan orang-orang yang jatuh sakit. Dalam

perkembangannya, status rumah sakit yang semula mempunyai fungsi sosial

kuratif, dalam dua dekade terakhir ini sebagian telah berubah menjadi jasa yang

dapat memberi keuntungan finansial. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya

persaingan dan kompetisi antar rumah sakit. Persaingan terjadi dalam berbagai

aspek seperti perbedaan tarif pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan,

karakteristik/kualitas SDM yang dimiliki, segmentasi dan target pasarnya, serta

bagaimana memposisikan rumah sakit pada masayarakat. Lalu Pemasaran, selain

berguna untuk perusahaan, pemasaran berguna pula untuk organisasi seperti rumah

sakit baik yang berorientasi profit maupun berorientasi nirlaba, intinya pemasaran

itu diperlukan dan oleh semua pihak yang memiliki produk yang ingin

didistribusikan kepada pihak lainnya. Dengan berjalannya waktu, rumah sakit

telah menjadi institusi yang bersifat sosio-ekonomis. Sehingga tidak heran

sekarang ini banyak dibangun rumah sakit baru yang memiliki pelayanan seperti

hotel berbintang, teknologi baru dan canggih, serta dikelola dengan manajemen

profesional yang tentunya berorientasi profit. Pemasaran rumah sakit adalah suatu

perencanaan, implementasi dan kontrol terhadap program yang telah dirancang

guna meningkatkan penjualan jasa kesehatan yang di sediakan oleh rumah sakit

yang nantinya menghasilkan keuntungan atau laba sesuai harapan manajemen


rumah sakit. Pemasaran rumah sakit dilakukan manajemen rumah sakit untuk

mengetahui kebutuhan.

7. Ideologi kesehatan di Indonesia

Sejak jaman dahulu, pihak swasta diberi peran yang cukup signifikan untuk turut

serta dalam membangun rumah sakit. Dengan demikian, sejak awal berdirinya,

sebenarnya Indonesia sudah mempunyai ideologi yang berbasis pasar. Hal ini juga

tampak dari adanya kelas-kelas (VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3) dalam rumah

sakit yang menunjukkan adanya pengakuan akan struktur masyarakat yang

didasarkan pada hierarki sosial ekonomi. Ideologi berbasis pasar ini semakin

tampak pada masa orde baru yang semakin lama semakin mengurangi peran

pemerintah. Contohnya berkurangnya subsidi negara dan didorongnya

“kemandirian” dan peran serta masyarakat dalam membiayai pengobatan sehingga

RS boleh memungut tarif dari masyarakat langsung. Dari tahu ke tahun, tampak

bahwa pembangunan RS swasta yang berbentuk PT semakin meningkat. Antara

tahun 2002 sampai dengan 2008, ada penambahan 25 RS berbentuk PT yang

tadinya berasal dari bentuk Yayasan. Sebaliknya hanya 5 PT berubah bentuk

menjadi Yayasan. Tidak mengherankan bahwa RS berbentuk PT ini melayani

kelompok pasar menengah atas. Namun menarik untuk diamati bahwa dalam

beberapa tahun belakangan ini, terjadi penguatan peran pemerintah yang

mencerminkan ideologi yang tidak menyerahkan ke pasar. Sebagai contoh adalah

program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang dananya berasal dari


pemerintah pusat dan berfungsi “membeli” premi asuransi kesehatan bagi orang

miskin. Kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah merasa perlu untuk lebih

berperan dalam pembiayaan kesehatan. Adanya pemilihan presiden dan kepala

daerah langsung nampaknya juga berpengaruh terhadap kebijakan yang cenderung

mengandung ciri-ciri “welfare-state” ini. Hal ini nampak pada janji janji kampanye

yang seringkali berupa “pengobatan gratis”. Kemudian disusul dengan adanya

progra Jaminan Persalinan (Jampersal) yang bahkan membolehkan mereka yang

tidak miskin untuk digratiskan biaya persalinannya asal mau dirawat di kelas 3 RS

yang dikontrak. Pada saat yang sama Pemerintah Indonesia melalui Kementrian

Kesehatan menggulirkan 7 Reformasi Pembangunan Kesehatan yaitu: 1)

revitalisasi pelayanan kesehatan, 2) ketersediaan, distribusi, retensi dan mutu

sumberdaya manusia, 3) mengupayakan ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu,

efektivitas, keterjangkauan obat, vaksin dan alkes, 4) Jaminan kesehatan, 5)

keberpihakan kepada daerah tertinggal perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan

daerah bermasalah kesehatan (DBK), 6) reformasi birokrasi, dan 7) world class

health care. Bil dicermati dari ketujuh reformasi ini terdapat ideologi berbasis

pasar dan sosialis sekaligus. Butir keberpihakan pada daerah tertinggal dan

pemerataan mencerminkan ideologi sosial liberal namun “world class health care”

cenderung berbasis pada intervensi pemerintah terhadap pasar dengan cara

memberikan subsidi agar mampu bersaing dalam pasar kesehatan Asia Tenggara

yang semakin bebas. Penerapan beberapa ideologi dalam satu Negara ini

berkembang menarik. Terdapat negara yang menerapkan multi ideologi seperti


Cina yang sistem politiknya komunis dan sosialis ternyata sistem ekonominya

kapitalis. Amerika Serikat yang kapitalis juga cenderung ke “kiri” atau “sosialis”

dengan UU reformasi kesehatan yang meningkatkan peran pemerintah dalam

kesehatan. Ideologi sebagai pedoman penetapan kebijakan dan pelaksanaanya

Kebijakan kesehatan memerlukan mekanisme kontrol dan pola pengelolaan yang

tepat. Dalam hal ini ideologi dapat dipergunakan menjadi pedoman. Sebagai

gambaran dalam Jampersal diharapkan, “jangan sampai orang kaya masuk VIP

sebuah RS lalu meminta Jampersal membiayai persalinannya di kelas 3, dan dia

membayar selisihnya”. Hal ini penting ditekankan karena Indonesia yang sangat

luas ini mempunyai infrastruktur layanan kesehatan yang amat beragam. Daerah

NTT dan Papua kekurangan dokter dan fasilitas kesehatan yang memadai sehingga

Jampersal atau pelayanan kesehatan gratis tidak akan dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat jika di daerahnya tidak ada fasilitas kesehatan yang memadai dan

tenaga kesehatan yang cukup. Bila orang kaya menggunakan Jampersal tanpa

kontrol, maka akan ada kegagalan Jampersal untuk meratakan pelayanan ke daerah

sulit. Dana Jampersal akan tersedot oleh masyarakat kaya atau yang tinggal di

dekat sarana dan SDM kesehatan. Untuk itu, sebenarnya Jamkesmas dan

Jampersal saja tidak cukup kalau tidak diiringi pembangunan infrastruktur

kesehatan. Pemerintah harus juga memikirkan alokasi biaya investasi dan

pemerataan SDM kesehatan, bukan hanya biaya operasional saja. Dengan

pedoman ideologi, kebijakan pemerintah dalam konteks Jampersal ini dapat lebih

terarah untuk membantu masyarakat yang memang perlu dibantu.


8. Mungkin saja terjadi, karena sudah ada Konsep penetapan tarif di rumah sakit

seperti yang kita ketahui Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan

dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang

tersebut sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Tarif rumah

sakit merupakan aspek yang sangat diperhatikan oleh rumah sakit swasta juga oleh

rumah sakit milik pemerintah. Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif

memang ditetapkan berda- sarkan Surat Keputusan Menkes atau Pemerintah

Daerah. Hal ini menunjukkan adanya kontrol ketat pemerintah sebagai pemilik

terhadap rumah sakit sebagai firma atau pelaku usaha. Akan tetapi disadari bahwa

tarif pemerintah umumnya mempunyai cost-recovery (pemulihan biaya) yang

rendah. Apabila tarif mempunyai tingkat pemulihan biaya rendah diberlakukan

pada kelas pelayanan bawah (misal kelas III) maka hal tersebut merupakan sesuatu

yang layak, sehingga terjadi subsidi pemerintah bagi masyarakat miskin untuk

menggunakan pelayanan rumah sakit. Akan tetapi, apabila tingkat pemulihan

biaya ternyata juga rendah untuk kelas VIP misalnya, maka dapat terjadi subsidi

untuk masyarakat atas. Adanya kebijakan swadana telah memberikan wewenang

penetapan tarif pada direktur rumah sakit, khususnya untuk bangsal VIP dan kelas

I yang tidak banyak mempengaruhi orang miskin. Oleh karena itu, pemahaman

mengenai konsep tarif perlu diketahui oleh para manajer rumah sakit.
Dalam ekonomi mikro, sudah dikenal suatu titik keseimbangan yaitu harga berada

pada equilibrium berdasarkan demand dan supply. Pada sistem ekonomi yang

berbasis pada keseimbangan pasar, jelas bahwa subsidi pemerintah tidak dilakukan

atau terbatas pada masyarakat miskin. Akibatnya, tarif dibiarkan sesuai dengan

permintaan pasar. Akan tetapi, hal ini dapat menyebabkan terjadinya ketidakadilan

yaitu masyarakat miskin sulit mendapatkan pelayanan rumah sakit, sehingga

subsidi perlu diberikan karena keadaan ini sangat penting pada proses penetapan

tarif rumah sakit pemerintah.

9. Iya harus, karena dokter enggan bekerja di sistem jaminan pendapatannya rendah.

Dalam memilih kebijakan pembiayaan kesehatan, setiap negara perlu memastikan

kecukupan fiskal. Bukti menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan yang dibayar

oleh pemerintah membutuhkan negara yang mempunyai pendaptan cukup. Dalam

konteks kebijakan negara di pengumpulan dan penyaluran dana kesehatan, perlu

dipahami ideology yang dianut negara. Kebijakan UU SJSN dan UU BPJS adalah

sebuah kebijakan yang bersifat populis, hanya untuk menyenangkan rakyat tanpa

perhitungan teknis, kemampuan fiscal, dan tidak berdasarkan ideology. Dari tahun

ke tahun, tampak bahwa pembangunan RS swasta yang berbentuk PT semakin

meningkat. Antara tahun 2002 sampai dengan 2008, ada penambahan 25 RS

Namun menarik untuk diamati bahwa dalam decade 2000an terjadi pergeseran

ideology. Sebagai contoh adalah program Jaminan Kesehatan Masyarakat


(Jamkesmas) yang dananya berasal dari pemerintah pusat dan berfungsi

“membeli” premi asuransi kesehatan bagi orang miskin. Kebijakan ini

menunjukkan bahwa pemerintah merasa perlu untuk lebih berperan dalam

pembiayaan kesehatan. Hal ini merupakan tanda bahwa sosialisme menguat di

Indonesia. Akan tetapi adanya pemilihan presiden dan kepala daerah langsung di

Indonesia nampaknya juga berpengaruh terhadap kebijakan public dalam

pembiayaan kesehatan. Kebijakan yang cenderung mengandung ciri-ciri

“sosialisme” ini ditumpangi oleh penguatan arus “populisme” yang cenderung

hanya untuk menyenangkan rakyat. Hal ini nampak pada janji janji kampanye

yang seringkali berupa “pengobatan gratis”. Kemudian disusul dengan adanya

program Jaminan Persalinan (jampersal) yang bahkan membolehkan mereka yang

tidak miskin untuk digratiskan biaya persalinannya asal mau dirawat di kelas 3 RS

yang dikontrak.

10. Dokter harus menangani kedua struktur ekonomi-sosial masyarakat karena

Seorang dokter harus berkompeten dalam melaksanakan profesinya. Profesi dokter

tidak sekedar menjadi agent of treatment tetapi juga sebagai agen sosial. Dokter

tidak hanya menyembuhkan penyakit tetapi juga melakukan edukasi kepada

masyarakat. Untuk itu seorang dokter harus berkompeten. Seorang dokter yang

berkompeten dalam pemaparannya harus memiliki berbagai kemampuan. “Dokter

harus memiliki ketrampilan efektif maupun klinis. Memiliki landasan ilmu


kedokteran, memiliki kemampuan dalam pengelolaan masalah kesehatan,

pengelolaan informasi, kemampuan mawas diri dan pengembangan. Kemampuan

etika, moral, mediko legal atau hukum kedokteran, profesionalisme serta

keselamatan pasien.

11. Kerangka yang digunakan untuk memahami pentingnya mempertimbangkan isi

kebijakan, proses penyusunan kebijakan dan bagaimana kekuatan digunakan

dalam kebijakan kesehatan. Hal tersebut mengarah ke pemaparan peran Negara

secara nasional dan internasional, serta kelompok-kelompok yang membentuk

masyarakat social secara nasional dan global, memahami bagaimana mereka

berinteraksi dan mempengaruhi kabijakan kesehatan. Juga berarti pemahaman

terhadap proses dimana 6 pengaruh-pengaruh tersebut diolah (contoh: dalam

penyusunan kebijakan) dan konteks dimana para pelaku dan proses yang berbeda

saling berinteraksi. Kerangka ini berfokus pada isi, konteks, proses dan pelaku.

Kerangka tersebut digunakan dalam buku karena membantu dalam mengeksplorasi

secara sistematis bidang politik yang terabaikan dalam kebijakan kesehatan dan

kerangka tersebut dapat diterapkan dinegara dengan penghasilan rendah,

menengah dan tinggi. Segitiga kebijakan kesehatan merupakan suatu pendekatan

yang sudah sangat disederhanakan untuk suatu tatanan hubungan yang kompleks,

dan segitiga ini menunjukkan kesan bahwa ke-empat faktor dapat dipertimbangkan

secara terpisah. Tidak demikian seharusnya! Pada kenyataannya, para pelaku dapat
dipengaruhi (sebagai seorang individu atau seorang anggota suatu kelompok atau

organisasi) dalam konteks dimana mereka tinggal dan bekerja; konteks

dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: ketidak-stabilan atau ideologi, dalam hal

sejarah dan budaya; serta proses penyusunan kebijakan – bagaimana isu dapat

menjadi suatu agenda kebijakan, dan bagaimana isu tersebut dapat berharga –

dipengaruhi oleh pelaksana, kedudukan mereka dalam strutur kekuatan, norma dan

harapan mereka sendiri. Dan isi dari kebijakan menunjukan sebagian atau seluruh

bagian ini. Jadi, segitiga tersebut tidak hanya membantu dalam berpikir sistematis

tentang pelaku-pelaku yang berbeda yang mungkin mempengaruhi kebijakan,

tetapi juga berfungsi seperti peta yang menunjukkan jalan-jalan utama sekaligus

bukit, sungai, hutan, jalan setapak dan pemukiman.

Anda mungkin juga menyukai