Mitem Safrizal, Akk
Mitem Safrizal, Akk
AKK (UTS)
c. Keluaran
dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health service). Pada saat ini
d. Sasaran
Dapat bersifat sasaran langsung (direct target group) atau pun bersifat
e. Dampak
Kebutuhan dan tuntutan ini adalh sesuatu yang terdapat pada pihak
teknologi kedokteran
Rehabilitatif/pemulihankesehatan)
yg dibutuhkan.
ditentukan. Proses ini dalam ilmu administrasi dikenal dengan sebutan fungsi
dikemukakan oleh para ahli, ada yang mengatakan 4 (empat) fungsi, ada yang
belanja.
kesehatan Rumah sakit merupakan salah satu dari bentuk pelayanan kesehatan
yang tertua dan kompleks yang mempunyai tujuan utama untuk melindungi,
kuratif, dalam dua dekade terakhir ini sebagian telah berubah menjadi jasa yang
persaingan dan kompetisi antar rumah sakit. Persaingan terjadi dalam berbagai
berguna untuk perusahaan, pemasaran berguna pula untuk organisasi seperti rumah
sakit baik yang berorientasi profit maupun berorientasi nirlaba, intinya pemasaran
itu diperlukan dan oleh semua pihak yang memiliki produk yang ingin
sekarang ini banyak dibangun rumah sakit baru yang memiliki pelayanan seperti
hotel berbintang, teknologi baru dan canggih, serta dikelola dengan manajemen
profesional yang tentunya berorientasi profit. Pemasaran rumah sakit adalah suatu
guna meningkatkan penjualan jasa kesehatan yang di sediakan oleh rumah sakit
mengetahui kebutuhan.
Sejak jaman dahulu, pihak swasta diberi peran yang cukup signifikan untuk turut
serta dalam membangun rumah sakit. Dengan demikian, sejak awal berdirinya,
sebenarnya Indonesia sudah mempunyai ideologi yang berbasis pasar. Hal ini juga
tampak dari adanya kelas-kelas (VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3) dalam rumah
didasarkan pada hierarki sosial ekonomi. Ideologi berbasis pasar ini semakin
tampak pada masa orde baru yang semakin lama semakin mengurangi peran
RS boleh memungut tarif dari masyarakat langsung. Dari tahu ke tahun, tampak
kelompok pasar menengah atas. Namun menarik untuk diamati bahwa dalam
miskin. Kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah merasa perlu untuk lebih
mengandung ciri-ciri “welfare-state” ini. Hal ini nampak pada janji janji kampanye
tidak miskin untuk digratiskan biaya persalinannya asal mau dirawat di kelas 3 RS
yang dikontrak. Pada saat yang sama Pemerintah Indonesia melalui Kementrian
health care. Bil dicermati dari ketujuh reformasi ini terdapat ideologi berbasis
pasar dan sosialis sekaligus. Butir keberpihakan pada daerah tertinggal dan
pemerataan mencerminkan ideologi sosial liberal namun “world class health care”
memberikan subsidi agar mampu bersaing dalam pasar kesehatan Asia Tenggara
yang semakin bebas. Penerapan beberapa ideologi dalam satu Negara ini
kapitalis. Amerika Serikat yang kapitalis juga cenderung ke “kiri” atau “sosialis”
tepat. Dalam hal ini ideologi dapat dipergunakan menjadi pedoman. Sebagai
gambaran dalam Jampersal diharapkan, “jangan sampai orang kaya masuk VIP
membayar selisihnya”. Hal ini penting ditekankan karena Indonesia yang sangat
luas ini mempunyai infrastruktur layanan kesehatan yang amat beragam. Daerah
NTT dan Papua kekurangan dokter dan fasilitas kesehatan yang memadai sehingga
Jampersal atau pelayanan kesehatan gratis tidak akan dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat jika di daerahnya tidak ada fasilitas kesehatan yang memadai dan
tenaga kesehatan yang cukup. Bila orang kaya menggunakan Jampersal tanpa
kontrol, maka akan ada kegagalan Jampersal untuk meratakan pelayanan ke daerah
sulit. Dana Jampersal akan tersedot oleh masyarakat kaya atau yang tinggal di
dekat sarana dan SDM kesehatan. Untuk itu, sebenarnya Jamkesmas dan
pedoman ideologi, kebijakan pemerintah dalam konteks Jampersal ini dapat lebih
seperti yang kita ketahui Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan
dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang
tersebut sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Tarif rumah
sakit merupakan aspek yang sangat diperhatikan oleh rumah sakit swasta juga oleh
rumah sakit milik pemerintah. Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif
Daerah. Hal ini menunjukkan adanya kontrol ketat pemerintah sebagai pemilik
terhadap rumah sakit sebagai firma atau pelaku usaha. Akan tetapi disadari bahwa
pada kelas pelayanan bawah (misal kelas III) maka hal tersebut merupakan sesuatu
yang layak, sehingga terjadi subsidi pemerintah bagi masyarakat miskin untuk
biaya ternyata juga rendah untuk kelas VIP misalnya, maka dapat terjadi subsidi
penetapan tarif pada direktur rumah sakit, khususnya untuk bangsal VIP dan kelas
I yang tidak banyak mempengaruhi orang miskin. Oleh karena itu, pemahaman
mengenai konsep tarif perlu diketahui oleh para manajer rumah sakit.
Dalam ekonomi mikro, sudah dikenal suatu titik keseimbangan yaitu harga berada
pada equilibrium berdasarkan demand dan supply. Pada sistem ekonomi yang
berbasis pada keseimbangan pasar, jelas bahwa subsidi pemerintah tidak dilakukan
atau terbatas pada masyarakat miskin. Akibatnya, tarif dibiarkan sesuai dengan
permintaan pasar. Akan tetapi, hal ini dapat menyebabkan terjadinya ketidakadilan
subsidi perlu diberikan karena keadaan ini sangat penting pada proses penetapan
9. Iya harus, karena dokter enggan bekerja di sistem jaminan pendapatannya rendah.
dipahami ideology yang dianut negara. Kebijakan UU SJSN dan UU BPJS adalah
sebuah kebijakan yang bersifat populis, hanya untuk menyenangkan rakyat tanpa
perhitungan teknis, kemampuan fiscal, dan tidak berdasarkan ideology. Dari tahun
Namun menarik untuk diamati bahwa dalam decade 2000an terjadi pergeseran
Indonesia. Akan tetapi adanya pemilihan presiden dan kepala daerah langsung di
hanya untuk menyenangkan rakyat. Hal ini nampak pada janji janji kampanye
tidak miskin untuk digratiskan biaya persalinannya asal mau dirawat di kelas 3 RS
yang dikontrak.
tidak sekedar menjadi agent of treatment tetapi juga sebagai agen sosial. Dokter
masyarakat. Untuk itu seorang dokter harus berkompeten. Seorang dokter yang
keselamatan pasien.
penyusunan kebijakan) dan konteks dimana para pelaku dan proses yang berbeda
saling berinteraksi. Kerangka ini berfokus pada isi, konteks, proses dan pelaku.
secara sistematis bidang politik yang terabaikan dalam kebijakan kesehatan dan
yang sudah sangat disederhanakan untuk suatu tatanan hubungan yang kompleks,
dan segitiga ini menunjukkan kesan bahwa ke-empat faktor dapat dipertimbangkan
secara terpisah. Tidak demikian seharusnya! Pada kenyataannya, para pelaku dapat
dipengaruhi (sebagai seorang individu atau seorang anggota suatu kelompok atau
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: ketidak-stabilan atau ideologi, dalam hal
sejarah dan budaya; serta proses penyusunan kebijakan – bagaimana isu dapat
menjadi suatu agenda kebijakan, dan bagaimana isu tersebut dapat berharga –
dipengaruhi oleh pelaksana, kedudukan mereka dalam strutur kekuatan, norma dan
harapan mereka sendiri. Dan isi dari kebijakan menunjukan sebagian atau seluruh
bagian ini. Jadi, segitiga tersebut tidak hanya membantu dalam berpikir sistematis
tetapi juga berfungsi seperti peta yang menunjukkan jalan-jalan utama sekaligus