Oleh:
Kelas: B
Kelompok: 2
Alif Marcotera Zein 200110180097
Dena Abdeul Azis 200110180048
Jefry Daniel Sitorus 200110180056
Intan Iklima 200110180066
Arya Gumilang 200110180072
Tri Yulianti 200110180073
Siti Fatimah 200110180076
Muhammad Farhan Kautsar 200110180090
Raden Ayu Puspita Sari Putri 200110180118
Rizky Maulia 200110180121
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
pihak, tantangan itu dapat teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat
kami butuhkan dan harapkan dari para pembaca sekalian. Kami juga
membacanya.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem kandang closed house merupakan suatu sistem kandang yang sanggup
mengeluarkan kelebihan panas, uap air, dan gas-gas berbahaya (CO, CO2, NH3)
yang ada di dalam kandang tetapi disisi lain dapat menyediakan kebutuhan O2 bagi
ayam sehingga performa ayam optimal (Poultry Indonesia, 2011).
Setelah mengacu dari latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut :
3
1.3. Maksud dan Tujuan
Setelah melihat dari rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Closed house merupakan kandang sistem tertutup yang dijalankan pada peternakan
modern dengan tujuan untuk menyediakan suhu dan kelembaban ideal bagi ayam, sehingga
meminimalkan stres akibat perubahan kondisi lingkungan dan diharapkan mampu meningkatkan
produktivitas ayam. Kandang closed house dapat meminimalkan kontak langsung ayam dengan
organisme lain dan memiliki pengaturan ventilasi yang baik untuk menyediakan kondisi
Sistem ventilasi pada kandang closed house terdiri dari inlet dan outlet. Outlet berfungsi
untuk mengeluarkan gas karbondioksida dan amonia dari dalam kandang, sedangkan inlet
berfungsi untuk menerima udara bersih dari luar kandang kemudian dibawa masuk ke dalam
kandang (Dewanti, 2009). Peningkatan suhu di dalam kandang semakin tinggi pada jarak yang
Musim kemarau yang terjadi di Indonesia memiliki suhu lebih tinggi dari suhu optimum
pertumbuhan ayam broiler dapat menjadi salah satu faktor pemicu stres. Suhu lingkungan pada
musim kemarau di Indonesia mencapai 33 – 35oC, khususnya di Jawa Tengah musim kemarau
ditandai dengan curah hujan di bawah 100 mm (Edwin, 2000). Pemeliharaan ayam broiler di
dataran rendah pada musim kemarau memiliki performans kurang baik karena suhu kandang
Penempatan zona di dalam kandang dibagi menjadi beberapa bagian (pen) yaitu pada
zona dekat dengan inlet dan dekat dengan outlet. Pembagian zona tersebut dapat memudahkan
5
peternak untuk mengetahui dan mengontrol kondisi di sekitar ayam. Pada setiap zona akan
memiliki perbedaan suhu, kelembaban dan kecepatan angin dan kadar amonia pada closed house
Gas amonia merupakan salah satu dampak negatif yang berasal dari kandang closed
house karena dapat menimbulkan polusi dan bau tidak sedap. Amonia (NH3) merupakan salah
satu jenis gas hasil dekomposisi oleh bakteri dari limbah nitrogen dalam ekskreta yang tidak
termetabolisme dengan baik seperti asam urat dan asam amino. Produksi gas amonia dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi kotoran yang lembap dan manajemen litter
Kandungan gas amonia di dalam kandang memiliki batas toleransi tertentu bagi ayam
yang dapat menurunkan produktivitasnya. Amonia pada level tertentu berakibat pada penurunan
performans dan produktivitas ayam broiler seperti laju pertumbuhan dan konversi pakan serta
timbulnya penyakit pernafasan (Patterson dan Adrizal, 2005). Kadar amonia dapat menurunkan
produktivitas ayam pada konsentrasi 25 ppm kadar maksimum yang dapat di toleransi selama 8
jam (Rahmawati, 2000). Pada level 5 ppm amonia dapat mengiritasi mata dan lebih dari 10 ppm
amonia dapat menjadi pemicu stres sehingga mengganggu aktivitas makan pada ayam dan
berakibat pada penurunan konsumsi pakan (Miles et al., 2004; Aziz dan Barnes, 2010). Paparan
amonia secara langsung dan terus menerus mencapai 25 ppm mengakibatkan iritasi saluran
pernafasan pada bagian mukosa dan penurunan performans (Beker et al., 2004; Kristensen dan
Wathes, 2000).
Produksi amonia yang tinggi menyebabkan tingkat kematian tinggi pada ayam dan
dipengaruhi oleh iklim mikro di dalamnya. Variasi perubahan iklim mikro yang meliputi
6
ventilasi, pencahayaan, suhu dan kelembaban berkontribusi dalam konsentrasi amonia
Ayam broiler aatau ayam ras pedaging, merupakan jenis ayam ras unggulan yang
memiliki karakteristik tersendiri dalam produktivitas dagingnya. Ayam broiler mampu tumbuh
cepat dengan tujuan dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat yaitu sekitar lima hingga
enam minggu. Ayam broiler dapat dipelihara dalam waktu cukup singkat yaitu 5 - 7 minggu
dapat menghasilkan bobot badan sekitar 1,8 - 2 kg. Karakteristik ayam broiler yaitu bersifat
tenang, pertumbuhan badan cepat, bentuk tubuh relatif besar dan warna bulu putih (Suprijatna et
al., 2008).
yaitu mudah stres yang dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu dan nutrien pakan.
Ayam broiler yang menghadapi suhu tinggi akan terjadi penimbunan panas dalam tubuhnya,
untuk mengurangi suhu yang tinggi maka ternak berusaha mengeluarkan panasnya, hal tersebut
membutuhkan energi yang tinggi sehingga mampu menurunkan bobot badan ayam broiler
Produktivitas ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lingkungan, nutrien
Performans merupakan suatu penilaian pada ayam broiler untuk mengetahui sifat serta
perilaku yang tampak dari ternak tesebut, sehingga peternak dapat mengetahui hasil akhir
pemeliharaan sesuai yang di harapkan. Penilaian pada ternak yang dijadikan objek penelitian
untuk mendapat informasi berbagai perilaku sesuai dengan kriteria yang diinginkan Indikator
penilian pada performans ayam broiler antara lain konsumsi pakan, pertambahan bobot badan,
konversi pakan (Suprijatna et al., 2008). Performans ayam broiler baik apabila indikator
7
2.5.1. Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pertumbuhan ayam
broiler karena pakan yang dikonsumsi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup ayam,
apabila pakan yang dikonsumsi tidak sesuai maka pertumbuhan ayam akan terganggu
badan yaitu semakin tinggi tingkat konsumsi pakan maka tinggi pula pertumbuhan bobot
badannya.
Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah jenis kelamin, bobot badan ayam,
aktivitas, kualitas dan kuantitas pakan serta kondisi lingkungan (Fadillah dan Polana, 2007).
Suhu lingkungan dan kelembaban yang tinggi dapat menjadi pemicu stres pada ternak dan
berdampak pada penurunan konsumsi pakannya karena ayam berusaha mempertahankan suhu
tubuh dengan melakukan panting . Amonia yang semakin tinggi akan mengganggu pelepasan
panas unggas sehingga berdampak pada efisiensi panting, penurunan konsumsi pakan dan
Pertumbuhan pada ternak dapat dilihat salah satunya dengan mengukur pertambahan
bobot badan ternak tersebut. Pertambahan bobot badan merupakan tolak ukur kemampuan ternak
dalam memanfaatkan nutrien untuk pertumbuhannya . Pertambahan bobot badan diperoleh dari
selisih bobot badan akhir dan awal pemeliharaan dibagi dengan lama waktu pemeliharaan
(Fadillah dan Polana, 2007). Pertambahan bobot badan ayam umur 5 minggu berkisar antara
1.838 – 2.114 g.
Pertambahan bobot badan ayam broiler dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain kandungan nutrien dalam pakan, konsumsi pakan dan kondisi lingkungan. Pertambahan
bobot badan yang sesuai dengan standar dikarenakan kandungan nutrien pakan meliputi
karbohidrat, protein, vitamin, lemak dan mineral tercukupi. Faktor lingkungan seperti amonia,
8
suhu dan kelembaban perlu diperhatikan dalam pemeliharaan agar pertumbuhan ayam broiler
optimal. Suhu ideal untuk pertumbuhan ayam broiler yaitu 18 – 21oC (Amrullah, 2003).
Peningkatan mikroklimatik amonia sebesar 25 ppm dapat menyebabkan penurunan bobot badan
sebesar 2% .
9
BAB III
PEMBAHASAN
Iklim mikro atau Iklim kecil, kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban dan
pergerakan udara di daerah yang sangat terbatas. Iklim di dalam kandang ayam
pencernaan dan perilaku lebih cenderung mudah terjadi pada kandang dengan kondisi
iklim tidak sesuai standar kebutuhan penghuninya. Efisiensi penggunaan pakan dan
kesehatan ayam. Ayam-ayam yang tidak sehat tentu saja tidak bisa diharapkan dapat
membuahkan hasil maksimal. Semakin muda umur ayam atau ketika tingkat produksi
mereka semakin tinggi, ayam cenderung semakin sensitif terhadap kondisi iklim di dalam
kandang.
3.1.1 Suhu
Suhu nyaman ayam broiler berkisar antara 20 – 24°C (Charles, 1981), sementara suhu
harian di daerah tropis pada siang hari dapat mencapai 34 0C. Menurut Baziz et al.
(1996), suhu udara lingkungan termonetral untuk ayam adalah 21-23 oC. Pada suhu udara
termonetral inilah ayam broiler akan berproduksi optimal. Pemeliharaan ayam broiler
pada suhu udara lingkungan di atas 21 oC mengakibatkan ayam mengalami cekaman
panas.
Tingginya suhu lingkungan merupakan salah satu penyebab terjadinya stres oksidatif
yakni keadaan dimana aktivitas oksidan (radikal bebas) melebihi antioksidan. Hasil
penelitian Harlova et al. (2002) menunjukkan bahwa cekaman panas pada ayam broiler
(suhu siang hari 35 - 40°C dan malam hari 28 - 300C), nyata menurunkan jumlah sel
darah merah, sel darah putih, konsentrasi hemoglobin dan nilai hematokrit darah ayam
10
Dilaporkan pula bahwa cekaman panas ternyata menyebabkan turunnya kekebalan
3.1.2 Kelembaban
Apabila kelembaban udara lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroorganisme akan menurun dan akan terjadi fermentasi
anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. Menurut Charles dan Hariono (1991),
senyawa yang menimbulkan bau dapat mudah terbentuk dalam kondisi anaerob seperti
tumpukan kotoran yang masih basah. Senyawa tersebut dapat dihasilkan selama proses
dekomposisi pada kotoran ayam. Oleh karena itu, faktor lingkungan yaitu kelembaban
Hal ini sejalan dengan pendapat NORTH (1982) bahwa kelembaban yang ideal untuk
unggas di daerah tropik tidak lebih dari 75%, karena bila lebih dapat menyebabkan
penyerapan zat amoniak yang dihasilkan dari kotoran itik, kandungan amonia yang tinggi
(Mardalena 2002). Pada Kandang Slat kisaran kelembaban kandang rendah (30%),
sirkulasi udara yang baik pada kandang Slat dapat mengurangi cekaman panas pada itik
yang dapat menyebabkan kotoran itik yang lebih encer, lantai Slat lebih kering
pada kandang yaitu berkisar antara 55-65% (Purwanto & Yani 2006). Borges et al.
(2004) menyatakan bahwa kelembaban udara optimum untuk pertumbuhan ayam broiler
berkisar antara 50%-70%. Menurut BPS (1992), ayam broiler akan terkena stress apabila
11
3.1.3 Kecepatan angin
Menurut DEFRA (2005), kecepatan angin di daerah beriklim tropis untuk ayam
broiler minimal 1,0 m/s dengan kisaran 1,0-1,5 m/s. Kecepatan angin yang semakin
tinggi menyebabkan pencampuran dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer
akan semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer begitu juga
sebaliknya. Hal ini akan menurunkan konsentrasi zat polutan di udara (Hasnaeni, 2004).
Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas yang dapat menghasilkan bau tidak sedap.
Gas tersebut bersifat toksik bagi manusia dan ternak, dapat meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit, dan dapat mengganggu efisiensi aktivitas para pekerja yang berada di
Selain gas H2S, terdapat juga gas NO2 yang dibentuk melalui proses mikrobiologi
dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Gas ini dapat menyebabkan gangguan terhadap
kesehatan terutama gangguan pernafasan akut. Gas ini juga dapat menyebabkan
Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-
binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemberian NO2 dengan kadar 5
(Wardhana, 2001).
Gas NO2 (nitrogen dioksida), dapat juga merusak jaringan paru-paru dan jika
bersama H2O akan membentuk nitric acid (HNO3) yang pada gilirannya dapat
menimbulkan hujan asam yang sangat berbahaya bagi lingkungan (Kusuma, 2002).
Penyebab jumlah terbesar timbulnya bau dari peternakan berasal dari berbagai
komponen yang meliputi NH3, VOCs, dan H2S (NRC, 2003). Senyawa yang
menimbulkan bau ini dapat mudah terbentuk dalam kondisi anaerob seperti tumpukan
kotoran yang masih basah. Senyawa tersebut tercium dengan mudah walau dalam
konsentrasi yang sangat kecil. Untuk H2S, kadar 0,47 mg/l atau dalam konsentarasi part
12
per million (ppm) di udara merupakan batas konsentrasi yang masih dapat tercium bau
busuk. Untuk amonia, kadar rendah yang dapat terdeteksi baunya adalah 5 ppm. Akan
tetapi, kepekaan seseorang terhadap bau ini sangat tidak mutlak, terlebih lagi bau yang
Bau kotoran ayam selain berdampak negatif terhadap kesehatan manusia yang
tinggal di lingkungan sekitar peternakan, juga berdampak negatif terhadap ternak dan
kurang baik dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak itu sendiri karena gas-
gas tersebut dapat menyebabkan produktivitas ayam menurun sedangkan biaya kesehatan
3.2. pengaruh tidak tercapainya target produksi pada system kandang close house saat
panen ayam broiler.
3.2.1 Amonia
Closed house adalah kandang tertutup yang dilengkapi dengan tempat pakan,
tempat minum, alat penerangan, sistem pemanas/ brooder, exhaust fan, cooling pad,
sensor, panel listrik, dan tirai. Penggunaan kandang closed house pada pemeliharaan
ayam broiler untuk mengu-rangi pengaruh dari suhu di luar kandang (Sujana, Darana, dan
Setiawan, 2011). Memelihara broiler dalam jumlah banyak dalam satu kandangakan
menghasilkan amonia yang cukup tinggi. Amonia adalah fermentasi asam urat dalam
ekskreta. Amonia terbentuk dari votilisasi ammonia, kondisi yang mendukung terjadinya
votilisasi amonia adalah suhu hangat, kelembabab, dan pH yang normal namun
cenderung sedikit tinggi (Sarjana dkk. 2017). Gas amonia yang dihasilkan dalam kandang
berasal dari hasil fermentasi anta-ra ekskreta dan litter kandang yang men-galami
dekomposisi menjadi urea (Pereira, 2017). Kadar amonia yang tinggi mempengaruhi
perfoma ayam, meningkat-kan kerentanan penyakit dan mortalitas tinggi (Miles, Branton,
dan Lott, 2004). Kadar amonia yang tinggi pada kandang ayam broiler dapat
13
mempengaruhi perfor-ma ayam broiler. Performa ayam yang turun dapat mempengaruhi
kualitas daging ayam broiler (Assad, Widiastuti, dan Sugi-harto, 2016). Closed house
mempunyai zonasi di dalamnya, dimana pada zona 1 dekat dengan cooling pad memiliki
suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan zona 4 yang dekat dengan exhaust fan,
yang mendapatkan akumulasi panas dari zona 1 sampai zona 4. Hal ini menyebab-kan
1990). Kelembaban yang tinggi dalam kandang juga menyebabkan sulitnya ayam untuk
melepas panas dalam tubuh apalagi pada periode finisher karena ukuran tubuh yang lebih
besar, sehingga panas di dalam tubuh terakumulasi dengan kadar amonia yang tinggi
dalam kandang, berakibat pada stres oksidatif pada ayam dan mempengaruhi kualitas
daging. Produksi amonia yang ada di dalam kan-dang dapat mempengaruhi kualitas
daging ayam broiler. Produksi amonia yang berkepanjangan pada kandang ayam broiler
budidaya ayam broiler karena kemampuan dari anak kendang dalam melakukan tugas sangat
dibutuhkan karena kesalahan sedikit saja bisa saja membuat ayam stress atau bahkan mati.
yang tinggi, penurunan prokduktivitas ayam, penurunan kualitas, tidak mampu mengantisipasi
perubahan cuaca.
14
3.2.4 Biosecuriti yang buruk
Mencegah dari pada mengobati, seorang peternak ataupun anak kandang harus tahu
bagaimana cara mencegah penyakit yang sering menyerang peternakan ayam broiler dengan cara
menerapkan system biosekuriti yang bagus, serta bagaimana cara untuk menyembuhkanya. Jika
peternak ataupn anak kandang tidak tahu apa-apa tentang langkah-langkah preventif, maka PPL
atau konsultan lapangan harus dilibatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
3.3 Cara mengatasi masalah tidak tercapainya target produksi pada system kandang
3.3.1 Amonia
Kebutuhan pergantian udara untuk ayam adalah sekitar 1,5-1,6 x10 +4 m kubik/
detik untuk setiap kilogram pangkat 0,75 dari berat ayam. Apabila kecepatan angin
kurang karena terhalang pepohonan, maka penggunaan kipas angin akan membantu
memberikan udara segar pada ayam. Dianjurkan agar dalam kandang memiliki
Untuk mengurangi dampak bau yang ditimbulkan dari usaha peternakan ayam
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain memperbaiki ventilasi udara,
memberikan imbuhan pakan (feed additif), pemberian ransum denagn asam amino
berimbang serta perlakuan pada litter dengan pemberian ferro sulfat dan asam fosfat
Bahan lain yang dapat mengurangi bau amoniak dalam kandang adalah penambahan kapur
sebanyak 1-3 % pada kotoran ayam. Hal ini dapat mengurangi pelepasan gas amoniak dan H2S
secara nyata.
15
Selain itu, Liquid Smoke yang telah terklorinasi (ZEROMON) juga terbukti
timbulnya bau amoniak dan mencegah munculnya penyakit lain karena ZEROMON juga
penyebab penyakit.
khusus untuk para anak kandang agar lebih memahami tentang penggunaan beberapa
yang mengakibatkan gagal tercapainya target produksi saat panen namun itu dapat
mengatur ulang system biosecurity seperti tidak boleh ada sembarangan orang yang
mati akibat penyakit dan juga membersihkan kandang segera setelah panen agar saat
ayam datang untuk pemeliharaan baru ayam tidak tertular penyakit yang mungkin saya
16
3.2. pengaruh tidak tercapainya target produksi pada system kandang close house saat
panen ayam broiler.
Closed house adalah kandang tertutup yang dilengkapi dengan tempat pakan,
tempat minum, alat penerangan, sistem pemanas/ brooder, exhaust fan, cooling pad,
sensor, panel listrik, dan tirai. Penggunaan kandang closed house pada pemeliharaan
ayam broiler untuk mengu-rangi pengaruh dari suhu di luar kandang (Sujana, Darana, dan
Setiawan, 2011). Memelihara broiler dalam jumlah banyak dalam satu kandangakan
menghasilkan amonia yang cukup tinggi. Amonia adalah fermentasi asam urat dalam
ekskreta. Amonia terbentuk dari votilisasi ammonia, kondisi yang mendukung terjadinya
votilisasi amonia adalah suhu hangat, kelembabab, dan pH yang normal namun
cenderung sedikit tinggi (Sarjana dkk. 2017). Gas amonia yang dihasilkan dalam kandang
berasal dari hasil fermentasi anta-ra ekskreta dan litter kandang yang men-galami
dekomposisi menjadi urea (Pereira, 2017). Kadar amonia yang tinggi mempengaruhi
perfoma ayam, meningkat-kan kerentanan penyakit dan mortalitas tinggi (Miles, Branton,
dan Lott, 2004). Kadar amonia yang tinggi pada kandang ayam broiler dapat
mempengaruhi perfor-ma ayam broiler. Performa ayam yang turun dapat mempengaruhi
kualitas daging ayam broiler (Assad, Widiastuti, dan Sugi-harto, 2016). Closed house
mempunyai zonasi di dalamnya, dimana pada zona 1 dekat dengan cooling pad memiliki
suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan zona 4 yang dekat dengan exhaust fan,
yang mendapatkan akumulasi panas dari zona 1 sampai zona 4. Hal ini menyebab-kan
perbedaan suhu, kelembaban, dan ka-dar amonia pada closed house.
Musim penghujan juga mempengaruhi kadar amonia di kandang closed house,
dikarenakan kelembaban yang tinggi mengakibatkan amonia dalam kandang menguap
lebih cepat di udara sehingga ka-dar amonia di udara lebih besar (William dan Meijerhof,
1990). Kelembaban yang tinggi dalam kandang juga menyebabkan sulitnya ayam untuk
melepas panas dalam tubuh apalagi pada periode finisher karena ukuran tubuh yang lebih
besar, sehingga panas di dalam tubuh terakumulasi dengan kadar amonia yang tinggi
dalam kandang, berakibat pada stres oksidatif pada ayam dan mempengaruhi kualitas
daging. Produksi amonia yang ada di dalam kan-dang dapat mempengaruhi kualitas
daging ayam broiler. Produksi amonia yang berkepanjangan pada kandang ayam broiler
tertutup mengakibatkan stress oksidatif dimana aktivitas radikal bebas melebihi
antioksidan dan mempengaruhi kualitas daging (Xing dkk., 2016).
17
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Iklim mikro yang cocok untuk ayam yaitu suhu sekitar 20-24°C, suhu udara termonetral
untuk ayam adalah 21-23°C. Sedangkan pada ayam broiler, suhu udara diatas 21°C
mengakibatkan ayam mengalami cekaman panas. Kelembaban ideal untuk unggas di daerah
tropik tidak lebih dari 75%. Kelembaban optimum untuk perkembangan ayam broiler berkisar
50-70%. Kecepatan angin di daerah beriklim tropis untuk ayam broiler minimal 1,0 m/s dengan
Tidak tercapainya target produksi pada sistem kandang close house saat panen ayam broiler
biasanya diakibatkan oleh kadar amonia yang tinggi, ABK/pekerja kandang, ketidak cermatan
dalam me-manajemen pemeliharaan dan biosecurity yang buruk. Untuk mengatasi masalah
tersebut dapat dilakukan: pergantian udara untuk ayam adalah sekitar 1,5-1,6 x10 +4 m kubik/
detik untuk setiap kilogram pangkat 0,75 dari berat ayam, atau penggunaan Liquid Smoke yang
18
DAFTAR PUSTAKA
Wurlina dan D.K. Weles. 2012. Teknologi Kandang Tertutup (Closed House) terhadap Berat
Badan, Mortalitas dan Waktu Panen Ayam Pedaging. Surabaya. Jurnal Peternakan, 5 (3) :
215-218.
Dewanti, Ratih, Jafendi hasoloan D.S, Zuprizal. 2009. Pengaruh Pejantan Dan Pakan
Terhadap Pertumbuhan Itik Turi Sampai Umur 8 Minggu. Buletin Peternakan Vol. 33(2) : 88-95
Yani, A., H. Suhardiyanto, Erizal, dan B. P. Purwanto. 2011. Analysis of air temperature
distribution in a closed house for broiler in wet tropical climate. Media Peternakan. 37 (2):
87 – 94.
Renata, T. A. Sarjana dan S. Kismiati. 2018. Pengaruh zonasi dalam kandang closed house
terhadap kadar ammonia dan dampaknya pada kualitas daging ayam broiler di musim
Maliselo, P.S., dan G.K. Nkonde. 2015. Amonia production in poultry houses and its
effect on the growth of gallus gallus domestica (broiler chickens): a case study of a small
Fadilah, R., Polana. dan Agustin. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler.Agromedia Pustaka,
Jakarta.
19
Rahmawati. 2000. Keanekaragaman Serangga Tanah dan Perannya pada Komunitas Rhizopora
Tenggara. Naskah Thesis Mahasiswa s2. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bungkil Kelapa yang Difermentasi Ragi Tape Sebagai Pengganti Sebagian Ransum
Komersial. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan 9(5):8-13.
Anggorodi, H.R. 1995. Ilmu Nutrisi dan Bahan Makanan Ternak. Jakarta: P.T Gramedia.
Amrullah, I. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor
Kusnadi, E. 2008. Pengaruh temperature kandang terhadap konsumsi ransum dan komponen darah
Prasetyanto, N. 2011. Kadar H2S, NO2 dan debu pada peternakan ayam broiler dengan kondisi
lingkungan yang berbeda di kab. Bogor, Jawa Barat. Departemen Ilmu produksi dan Teknologi
Pereira, J.L.S. 2017. Assessment of ammo-nia and greenhouse gas emissions from broiler
houses in Portugal. At-mospheric Pollutiongogo Research, 8(2017): 949 – 955.
Miles, D.M., S. L. Branton, dan B.D. Lott. 2004. Atmospheric ammonia is detrimental to
the performance of modern commercial broilers. Journal Poultry Science, 10(83): 1650 – 1654.
20
Assad. H.A., E. Widiastuti., dan S. Sugi-harto. 2016. Penaruh penambahan onggok
terfermentasi dan/atau anti-biotik dalam ransum terhadap kuali-tas liter dan footpad ayam
broiler. Prosiding Seminar Nasional Peter-nakan Berkelanjutan. Sumedang, 16 November 2016.
William, D.W. dan R. Meijerhof. 1990. The Effect of Different Levels of Rela-tive
Humidity and Air Movement on Litter Conditions, Ammonia Levels, Growth, and Carcass
Quali-ty for Broiler Chickens. Journal Poultry Science, 70 : 746- 755.
Xing, H., S. Luna., Y. Sun., R. Sa., dan H. Zhang. 2016.Effects of ammonia exposure on
carcass traits and fatty acid composition of broiler meat. Journal Animal Nutrion, 2(2016): 282
-287.
Sujana, E., S. Darana, dan L. Setiawan. 2011. Implementasi teknologi semi closed –
house system pada perfor-man ayam broiler di test farm sus-tainable livestock techno park,
kampus Fakultas Peternakan Uni-versitas Padjadjaran, Jatinangor.
Sarjana, T.A., L.D. Mahfudz, M. Rama-dhan, Sugiharto, F. Wahyono, dan S. Sumarsih.
2017. Emisi ammonia dan kondisi litter pada kandang ayam broiler sistem terbuka yang
mendapatkan additive berbeda dan kombinasinya dalam ransum. Semi-nar Nasional
Pengembangan Peter-nakan Berkelanjutan, Universitas Padjajaran. Sumedang.
Pereira, J.L.S. 2017. Assessment of ammo-nia and greenhouse gas emissions from broiler
houses in Portugal. At-mospheric Pollutiongogo Research, 8(2017): 949 – 955.
Miles, D.M., S. L. Branton, dan B.D. Lott. 2004. Atmospheric ammonia is detrimental to
the performance of modern commercial broilers. Journal Poultry Science, 10(83): 1650 – 1654.
Assad. H.A., E. Widiastuti., dan S. Sugi-harto. 2016. Penaruh penambahan onggok
terfermentasi dan/atau anti-biotik dalam ransum terhadap kuali-tas liter dan footpad ayam
broiler. Prosiding Seminar Nasional Peter-nakan Berkelanjutan. Sumedang, 16 November 2016.
William, D.W. dan R. Meijerhof. 1990. The Effect of Different Levels of Rela-tive
Humidity and Air Movement on Litter Conditions, Ammonia Levels, Growth, and Carcass
Quali-ty for Broiler Chickens. Journal Poultry Science, 70 : 746- 755.
Xing, H., S. Luna., Y. Sun., R. Sa., dan H. Zhang. 2016.Effects of ammonia exposure on
carcass traits and fatty acid composition of broiler meat. Journal Animal Nutrion, 2(2016): 282
-287.
21