NUTRISI RUMINANSIA
Pembuatan Silase Pakan Ternak Dari Rumput Gajah dan Dedak
DOSEN PENGAMPU
Ir. Robertho Imanuel, MP.
Disusun Oleh Kelompok I
Juhriyansah / 193010408001
Depris
Andri
Evi
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PRODI PETERNAKAN
2021
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
I.2. Tujuan Praktikum......................................................................... 2
I.3. Rumusan Masalah......................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
III. MATERI DAN METODE
III.1........................................................................................................ Waktu
dan Tempat.................................................................................... 7
III.2........................................................................................................ Alat
dan Bahan...................................................................................... 7
III.3........................................................................................................ Cara
Kerja............................................................................................... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1.......................................................................................................
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan................................................................................... 32
V.2. Saran............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. v
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Silase adalah suatu produk yang dihasilkan dari pemanenan tanaman
makanan ternak atau hijauan pada kadar air (moisture content) yang tinggi (lebih
besar dari 50%) kemudian hasil panen tersebut difermentasikan dalam lubang,
menara (tower), parit (trench), atau plastik silo. Idealnya, proses ini harus terjadi
tanpa kehadiran oksigen (total absence of oxygen). Silase adalah produk yang
dihasilkan dari proses fermentasi terkontrol terhadap tanaman yang berkadar air
tinggi. Ini merupakan bahan pakan yang telah awet, namun masih mempunyai
nilai nutrisi yang tinggi, khususnya untuk hewan ruminansia (Srigandono, 1991).
Hartadi (1992) mengemukakan bahwa pada prinsipnya terdapat 2 tujuan
utama proses silase, yaitu: (1) menciptakan kondisi anaerob, yang dalam praktek
kondisi dapat dicapai dengan cara membuat ruang tertutup dimana oksigen yang
tertinggal akan segera digunakan oleh tanaman untuk aktivitas respirasi enzimatis
dan oleh bakteri untuk aktivitas fermentasi aerobic. Pembuatan silo yang kurang
baik akan menyebabkan terjadinya penyusupan oksigen baru dari luar dan
penguraian nutrien akan berlangsung lama; (2) menghambat aktivitas
bakteri Clostridia yang memang sudah ada pada tanaman sewaktu di alam bebas
dalam bentuk spora, dan dengan segera akan tumbuh setelah kondisi anaerob
dalam silo tercapai, diikuti dengan aktivitasnya dalam merombak karbohidrat
yang mudah larut menjadi asam butirat dan protein menjadi ammonia.
Dalam pembuatan silase ada tiga faktor yang berpengaruh. Pertama,
hijauan yang cocok dibuat silase adalah rumput, tanaman tebu, tongkol gandum,
tongkol jagung, pucuk tebu, batang nenas dan jerami padi. Kedua, penambahan
zat aditif untuk meningkatkan kualitas silase. Beberapa zat aditif adalah limbah
ternak (manure ayam dan babi), urea, air, molases. Aditif digunakan untuk
meningkatkan kadar protein atau karbohidrat pada material pakan. Biasanya
kualitas pakan yang rendah memerlukan aditif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
ternak. Ketiga, kadar air yang tinggi berpengaruh dalam pembuatan silase. Kadar
air yang berlebihan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat. Kadar air
1
yang rendah menyebabkan suhu menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai
resiko yang tinggi terhadap kebakaran (Pioner Development Foundation, 1991)
Pembuatan silase selain dapat meningkatkan zat gizi hijauan pakan, juga
dapat disimpan lebih lama sehingga membantu penyediaan hijauan pakan ternak
sepanjang tahun. Penggunaan berbagai aditif sebagai sumber energi mempercepat
proses pemecahan komponen serat misalnya dengan campuran enzim pemecah
selulosa dan hemiselulosa. Proses pengawetan hijauan secara fermentasi anaerob
pada dasarnya merupakan pengubahan karbohidrat terlarut menjadi asam laktat
yang menyebabkan penurunan pH sampai pada tingkat tertentu, rendahnya nilai
pH dapat menyebabkan proses aktivitas biologi didalam biomassa hijauan yang
diensilase tersebut dapat terhambat (Hartadi, 1992). Lebih lanjut dinyatakan,
tujuan utama penurunan pH sering disebut sebagai salah satu usaha untuk
mencegah hilangnya nutrien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Silase
Silase adalah suatu produk yang dihasilkan dari pemanenan tanaman
makanan ternak atau hijauan pada kadar air (moisture content) yang tinggi (lebih
besar dari 50%) kemudian hasil panen tersebut difermentasikan dalam lubang,
menara (tower), parit (trench), atau plastik silo. Idealnya, proses ini harus terjadi
tanpa kehadiran oksigen (total absence of oxygen). Silase adalah produk yang
dihasilkan dari proses fermentasi terkontrol terhadap tanaman yang berkadar air
tinggi. Ini merupakan bahan pakan yang telah awet, namun masih mempunyai
nilai nutrisi yang tinggi, khususnya untuk hewan ruminansia (Srigandono, 1991).
Hartadi (1992) mengemukakan bahwa pada prinsipnya terdapat 2 tujuan
utama proses silase, yaitu: (1) menciptakan kondisi anaerob, yang dalam praktek
kondisi dapat dicapai dengan cara membuat ruang tertutup dimana oksigen yang
tertinggal akan segera digunakan oleh tanaman untuk aktivitas respirasi enzimatis
dan oleh bakteri untuk aktivitas fermentasi aerobic. Pembuatan silo yang kurang
baik akan menyebabkan terjadinya penyusupan oksigen baru dari luar dan
penguraian nutrien akan berlangsung lama; (2) menghambat aktivitas
bakteri Clostridia yang memang sudah ada pada tanaman sewaktu di alam bebas
dalam bentuk spora, dan dengan segera akan tumbuh setelah kondisi anaerob
dalam silo tercapai, diikuti dengan aktivitasnya dalam merombak karbohidrat
yang mudah larut menjadi asam butirat dan protein menjadi ammonia.
3
BAB III
BAHAN DAN METODE
Praktikum pembuatan silase dari rumput gajah ini dilaksanakan pada selasa
12 April 2022 di area prodi peternakan yang lama, Fakutas pertanian, jurusan
Budidaya Pertanian.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah rumput toples dan
lakban. Sedangkan untuk bahan-bahannya adalah gajah dan dedak halus.
4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bau 2 2 2
Tekstur 3 3 2
Jamur 2 3 3
Kerusakan 3 2 2
Rata-Rata 2,4 2,6 2
4.2 Pembahasan
a. Warna
Pada praktikum ini bagian atas untuk warna silase diberi angka 2 yaitu
berwarna hijau gelap atau kuning kecoklatan. Pada bagian tengahnya juga diberi
angka 2 karena warnanya sama seperti bagian teratas silase, sedangkan pada
bagian bawah silase diberi angka 1 karena berwarna coklat kehitaman. rata-rata
warna rumput gajah menjadi hijau kecoklatan dan dapat dikategorikan berkualitas
baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prabowo, dkk (2013), bahwa silase yang
baik akan berwarna hijau kekuningan atau hijau kecoklatan, sedangkan silase
yang bermutu kurang baik akan berwarna coklat hingga kehitaman.
b. Bau
Pada praktikum ini bau untuk silase paling bagian atas, tengah dan paling
bawah diberi angka 2 yaitu, berbau manis yang keras. hal ini diduga karena asam
laktat yang dihasilkan juga akan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat
5
Zakariah (2016), bahwa aroma silase dipengaruhi oleh produk yang dihasilkan
oleh mikrobia yang terdapat di dalam tumpukan silase. BAL di dalam silase akan
menghasilkan asam laktat yang menjadikan aroma asam segar. Sedangkan pada
P0, aroma silase asam dan sedikit busuk, hal ini menandakan adanya bakteri
pembusuk Clostridia. Hal ini dijelaskan oleh Wattiaux (2013) bahwa kegagalan
fermentasi silase dapat disebabkan oleh bakteri Clostridia.
c. Tekstur
Untuk tekstur silase pada braktikum ini bagian paling atas dang bagian tengah
diberi angka 3 yaitu, padat tidak mengelupas. Sedangkan untuk bagian paling
bawah diberi angka 2 yaitu, Agak lembek. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Zakariah (2016), bahwa tekstur yang tidak menggumpal dan tidak berlendir,
dimiliki oleh silase yang baik dan hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
kerusakan karena tidak adanya oksigen yang masuk kedalam silo ataupun tidak
adanya pertumbuhan jamur yang tidak diharapkan. Lendir yang terdapat pada
silase merupakan indikasi adanya mikrobia pembusuk. Lendir tersebut dihasilkan
oleh mikrobia dari sistem kapsul, sistem kapsul inilah yang menjadikan mikrobia
pembusuk dan patogen menjadi resisten terhadap fagositosis sehingga
meningkatkan virulensinya terhadap ternak.
D. Jamur
Untuk bagian paling atas silase diberi angka 2 yaitu, cukup terdapat jamur.
Sedangkan untuk bagian dan tengah diberi angka 3, yaitu tidak terdapat jamur.
Untuk bagian tengah dan bagian bawah dikategorikan bermutu baik. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Larangahen, dkk (2017) bahwa silase yang baik adalah silase
yang tidak berjamur ataupun berair.
e. Kerusakan
Untuk kerusakan pada bagian atas diberi angka 2, yaitu cukup terdapat
kerusakan seperti daun rumput g
6
ajah yang robek. Sedangkan pada bagian tengah dan bawah diberi angka 3 yaitu,
tidak terdapat kerusakan pada silase rumput gajah.
7
BAB V
PENUTUP
8
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, A., Susanti, A., & Karman, J. (2013). Pengaruh Penambahan Bakteri
Asam Laktat terhadap pH dan Penampilan Fisik Silase Jerami Kacang Tanah.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner.
Zakariah, A. (2016). Potensi Kulit Buah Kakao sebagai Pakan Ternak
Ruminansia. Makasar: Pustaka Almaida.
Larangahen, A., Bagau, B., Imbar, M. R., & Liwe, H. (2016). PEngaruh
penambahan molases terhadap kualitas fisik dan kimia silase kulit pisang
sepatu (Mussa paradisiaca formatypica). ZOOTEC, 37(1), 156– 166.
https://doi.org/10.35792/zot.37.1 .2017.14419