Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wifa Fakhriyah Latifah

NIM : 1174010168

UJIAN TENGAH SEMESTER


BIMBINGAN KONSELING ANAK KEBUTUHAN KHUSUS

Identifikasi Masalah Diagnosa Masalah Perencanaan Implementasi Evaluasi


Orang tua kurang  Kebingungan orang tua Dilakukannya Proses Layanan Evaluasi dilakukan
pemahaman dan dalam menghadapi bimbingan Terlampir dengan melihat
pengetahuan dalam kondisi yang dialami oleh keluarga terhadap perubahan yang
menghadapi anak anak dan berdampak orangtua/keluarga terjadi pada
tunagrahita pada terlambatnya secara rutin. orangtua/keluarga
penangangan yang setelah dilakukan nya
diberikan orang tua konseling. Dilihat dari
 menjadikan orangtua pemahaman orangtua
tidak maksimal dalam ke dalam bentuk
berkomunikasi, dan tindakan yang
memberikan perhatian diberikan pada anak
terhadap anak nya sendiri tunagrahita.
yang mengalami
tunagrahita.
 Sikap orangtua juga
berpengaruh terhadap
kehidupan anak. Baik
dalam permasalahan
pribadi, sosial, belajar
maupun karir nya.
 Anggapan orang lain
terhadap kondisi yang
dialami oleh anak

IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA – ANAK TUNAGRAHITA


Tema/Topik Edukasi dengan menumbuhkan resiliensi orangtua dalam
merawat anak tunagrahita
Bidang Layanan Bimbingan Bimbingan dan Konseling Keluarga (Dengan Anak Tunagrahita)
Kompetensi Orangtua/keluarga dapat menghadapi, mencegah, meminimalkan
bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari
kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan selama merawat dan
mendidik anak tunagrahita
Sub Kompetensi - Mengetahui cara memberikan perhatian khusus terhadap anak
berkebutuhan khusus tunagrahita
- Mampu berkomunikasi dan bekerjasama, kooperatif terhadap
layanan yang diberikan untuk anaknya dengan baik
- Memberikan pengetahuan kepada ibu dan keluarga dari anak-
anak tunagrahita, mengenai resiliensi yang terdapat dalam
dirinya, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam
menghadapi kondisi yang tidak diinginkan.
Program Bimbingan Konseling keluarga secara rutin, (home visit ataupun
di tempat yang layak untuk digunakan konseling)
Fungsi Layanan Edukasi dalam rangka penangulangan, pengembangan, dan
penyembuhan.
Media - Tempat / ruangan yang nyaman untuk kegiatan konseling
- Infokus/ Karton untuk mediasi penyampaian pesan
- Alat tulis (HVS, spidol/pulpen)
Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling kelompok dengan bina diri dan teknik
modelling
Waktu 1 x 45 menit
Sasaran Orangtua/ keluarga anak Tunagrahita
Jumlah Peserta Sesuai yang ikut terlibat dalam pengasuhan anak di rumah

PROSES LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA – ANAK TUNAGRAHITA


Eksperientasi 1. Tahap awal:
- Konselor membuka pertemuan dengan mengucapkan salam dan menyapa klien
- konselor menjelaskan secara singkat maksud dan tujuan pertemuan, bentuk kegiatan dan waktu yang akan
ditempuh serta peran konseli dan konselor
- Kegiatan diawali dengan berdoa
2. Tahap Inti/Kegiatan
- Konselor membagikan HVS dan alat tulis kepada orangtua/keluarga
- Konselor menyiapkan media dan materi yang akan di gunakan dalam proses konseling dan materi bina diri
yang akan diberikan kepada orangtua;
- Konselor meminta orangtua / keluarga mengemukan kesulitan yang dihadapi dalam merawat dan mendidik
anak nya, membayangkan kehadirannya dengan segala perasan yang ada;
- Konselor meminta orangtua / keluarga menuliskan kemampuan mengurus diri, menolong diri, dan merawat
diri anak dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam hal menolong diri sendiri, komunikasi, soialisasi,
makan, mobilitas, perilaku dan membasuh atau mencuci, serta berpakaian atau biasa disebut Activity Daily
Living;
- Konselor meminta orangtua / keluarga menuliskan beberapa kegiatan rutin harian yang perlu diajarkan
termasuk kegiatan keterampilan berkomunikasi;
- Konselor meminta orangtua / keluarga menuliskan perasaan sedih, terpuruk, cemas, rasa takut akan
penolakan dari lingkungan dan tidak percaya diri atau perasaaan negatif nya kepada Allah ketika mengetahui
dan menyadari anaknya mengalami tuna grahita
- Konselor memberikan materi bina diri dan suggesti positif kepada orangtua/keluarga dengan merefleksikan
diri untuk membentuk resiliensi.
- Konselor memberikan sugesti bahwa orangtua / keluarga dengan anak berkubutuhan khusus adalah orang-
orang pilihan yang hebat, kuat dan Allah percaya mereka mampu mengurusnya;
- Setiap klien (orangtua dan keluarga) diberikan kesempatan untuk mengungkapkan harapan nya kepada si
anak yang disampaikan dihadapan semua keluarga, hingga setiap orantua/keluarga bisa mengetahui dan
membantu merealisasikannya;
- Konselor memberi pemahaman bahwa peran keluarga dalam menanamkan suatu akhlak anak tunagrahita
sangat penting dan teknik modelling untuk meningkatkan pembelajaran bina diri yang mana proses konseling
ini menjadikan model sebagai figur atau role model yang akan ditiru dan dicontoh oleh anak tunagrahita;
- Konselor meminta orangtua menuliskan harapan-harapan itu di kertas kosong
- Setelah ada perasaan menerima atas kehadiran anak tersebut, maka konselor memberikan sedikit
pengarahan/bimbingan mengenai karakteristik anak tunagrahita dan bagaimana cara memperhatikannya
- Konselor memberikan gambaran bagaimana nasib masa depan seorang anak yang mendapat perhatian
khusus dengan anak yang diabaikan begitu saja
- Setelah adanya bimbingan tersebut, konselor meminta orangtua/keluarga untuk menulis kembali harapan
kepada si anak dengan ekspetasi yang lebih rendah bahkan lebih tinggi disesuaikan dengan kemampuan anak
- Konselor memberikan fasilitas kepada orangtua/ keluarga untuk berdiskusi dan membagi tugas dan
tanggung jawab dalam memberika perhatian terhadap anak
3. Tahap akhir/penutup
- Konselor melakukan tahap akhir dengan memberikan motivasi, penguatan dan masukan positif kepada
orangtua / keluarga dalam menjalani setian kehidupannya termasuk merawat dan mendidik anak berkebutuhan
khusus Tunagrahita
- Konselor meminta tanggapan kepada orangtua/keluarga setelah dilakukannya proses bimbingan dan
konseling dengan bina diri
- Konselor membuat kesepakatan dengan orangtua/keluarga untuk kegiatan bimbingan dan konseling
selanjutnya
- Konselor menutup kegiatan bimbingan dan konseling dengan do’a

REFERENSI :

Adimayanti, E., & Siyamti, D. (2019). Program Bimbingan Pada Anak Tunagrahita Dan Autis Melalui Terapi Bermain Untuk
Mengembangkan Perilaku Adaptif Di Slb Negeri Ungaran. Dunia Keperawatan, 7(2), 153–162.
https://doi.org/10.20527/dk.v7i2.6926

Alimin, Z. (2011). Model Pembelajaran Anak Tunagrahita (Intellectual Disability) Melalui Pendekatan Konseling (Penelitian
Tindakan Kolaboratif dalam Upaya mengembangkan Anak Tunagrahita Mencapai Perkembangan Optimum). Jassi Anakku,
10(2), 165–175.

Kodang, R. (2015). POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAG RAHITA DI NANGA BULIK KABUPATEN
LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. Journal Pendidikan Dasar, 6(1).

Setiawan, Y. (2017). LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN DIRI SISWA TUNAGRAHITA
SMA DI SLB YAPENAS [UIN Sunan Kalijaga]. In Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai