Anda di halaman 1dari 7

BAB 3

KASUS

Terseretnya Angelina Patricia Pingkan Sondakh atau Angelina Sondakh atau Angie dalam
kasuskorupsi Kasus Wisma Atlet SEA Games Palembang dan Kemendikbud berawal dari
'nyanyian' para tersangka 'pendahulunya' yang ditangkap terlebih dulu oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).

 Kamis, 21 April 2011


KPK menangkap Direktur PT Duta Graha Indah (DGI), Muhammad El Idrus dan seorang
penghubung bernama Mindo Rosalinda Manulang (Rosa). Mereka ditangkap usai menyerahkan
uang suap dalam bentuk 3 lembar cek senilai Rp3,2 miliar kepada Wafid Muharam, Sekretaris
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Seskemenpora), yang juga langsung ikut ditangkap di
kantornya. Suap tersebut merupakan uang balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi
tender proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan.

Turut disita dalam penangkapan itu, mobil Toyota Vellfire bernomor B-173-GD dan mobil
Honda CR-V bernomor B-2717-NT. Penyidik juga melakukan pengembangan dan mendapatkan
uang lainnya, masing-masing dalam bentuk rupiah sebesar Rp73.171.000, dalam bentuk dollar
sebesar US$128,148, dan dollar Australia sebesar 13.070, serta Euro sebesar 1.955.

Awalnya kasus ini menyeret nama Muhammad Nazarudin, karena Rosa sebagai bawahan Nazar
di PT Anak Negeri, bahkan Rosa pernah menjabat Direktur Pemasaran perusahaan yang
dibentuk oleh mantan Bendahara Partai Demokrat itu. Nazarudin dan Rosa juga yang kemudian
menyeret nama Angie sebagai salah satu tersangka, lantaran disebut menerima sejumlah uang.
Kecuali Angelina Sondakh semua tersangka telah divonis, masing-masing Rosa divonis 2,5 tahun
dan denda Rp200 juta, Mohammad El Idris divonis dua tahun dan denda Rp200 juta, Wafid
Muharam dihukum tiga tahun dan denda Rp150 juta, serta Muhammad Nazarudin, dijatuhi
hukuman empat tahun 10 bulan penjara dan denda Rp200 juta.

Nazar dalam pengakuannya di persidangan mengungkapkan, bahwa Angie pernah mengaku


menerima sejumlah uang di depan Tim Pencari Fakta yang dibentuk Partai Demokrat. Dalam
rapat Tim Pencari Fakta yang dihadiri Benny K. Harman, Jafar Hafsah, Edi Sitanggang, Max
Sopacua, Ruhut Sitompul, M. Nasir, janda mendiang Adjie Massaid itu menerima uang Rp9
miliar dari Kemenpora (dalam hal ini Wafid Muharam), sebanyak Rp 8 miliar diserahkan ke
Wakil Ketua Banggar DPR, Mirwan Amir. Namun hal itu dibantah oleh Angie.

Selain Nazarudin, Rosa juga menyebut Angelina telah menerima uang darinya terkait proyek
pembangunan wisma Atlet SEA Games di Palembang. PT Anak Negeri mengeluarkan Rp10 miliar
melalui Angie. Sebanyak Rp5 miliar untuk Angie, Rp5 miliar sisanya tidak diketahui, namun
diduga digunakan sebagai 'pelicin' ke Badan Anggaran DPR agar anggaran segera turun.

Sementara mantan anak buah Nazaruddin yang merupakan Wakil Direktur Keuangan PT Permai
Grup, Yulianis, juga membenarkan ucapan Rosa itu. Bahwa Angelina Sondakh dan Wayan Koster
mendapat Rp5 miliar.

 Rabu, 15 September 2011


Angelina Sondakh mendatangi Kantor KPK. Tepat pukul 09.40 WIB, Angie datang dengan
menaiki mobil Harier B 1230 SJD didampingi adik iparnya, Tjandra Mudji Condrodiningrat
(Mudji). Dia menjalani pemeriksaan kali pertama terkait kasus Korupsi Kemenegpora.
Saat itu Angie diperiksa selama delapan jam sebagai saksi dalam kasus pembangunan wisma
atlet SEA Games di Palembang yang melibatkan tersangka Muhammad Nazaruddin.

 Kamis, 15 Desember 2011


Salah satu penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia di Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Komisaris (Pol) Raden Brotoseno resmi ditarik kembali ke Markas Besar Polri. Dia diduga
memiliki skandal asmara dengan Angelina Sondakh.

Nama Brotoseno kemudian tercantum dalam daftar mutasi atau pergantian terhadap ratusan
anggota Perwira Menengah (Pamen) Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Dalam Surat
Telegram (ST) Kapolri Nomor ST/2431/XII/2011, ST/2432/XII/2011, dan ST/2433/XII/2011,
tertanggal 20 Desember 2011, namanya tertulis pada Bagian Penugasan Khusus Biro
Pembinaan Karir (PD Baggasus Robinkar) Polri.

 Jumat, 3 Februari 2012


Angelina Sondakh dicegah untuk tidak bepergian ke luar negeri hingga 3 Februari 2013.
Pencekalan ini terkait penyebutan nama keduanya oleh para tersangka dan terdakwa kasus
suap Kementrian Pemuda dan Olahraga. Bahkan rencana umroh Angie juga batal. Sebelumnya,
dalam persidangan terdakwa kasus suap wisma atlet, mantan Bendahara
Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin menyebutkan Angie menerima uang Rp 2 miliar.

KPK juga menetapkan Angie sebagai tersangka, menjerat dengan Pasal 5, Pasal 10 dan Pasal 11
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. Pasal tersebut berisi ancaman pidana 1 tahun, 2 tahun
dan 5 tahun serta denda maksimal Rp.250.000.000.

Setelah resmi menjadi tersangka, dia diberhentikan dari jabatan sebagai Wakil Sekjen Partai
Demokrat (PD).

 Rabu, 15 Februari 2012


Saksi Angelina Sondakh bersikeras membantah bahwa dirinya tidak pernah memiliki BlackBerry,
apalagi menggunakan untuk percakapan dengan tersangka lain, Mindo Rosalina Manulang.
Angie mengaku baru menggunakan BlackBerry pada akhir 2010, sementara berdasarkan BAP,
tercatat kalau Angie berkomunikasi BBM dengan Rosa pada 15 Mei 2010.

 Jumat, 27 April 2012


Angie ditahan KPK dan dijebloskan dalam penjara setelah menjalani pemeriksaan perdana
sebagai tersangka. KPK menahan Angie di Rumah Tahanan Salemba Cabang KPK di Kuningan
(Jakarta Selatan) untuk masa 20 hari setelah surat dikeluarkan.

Alasan penahanan Angie juga didasari adanya keterlibatan dalam dugaan suap dalam
pengurusan anggaran di Kementerian Pemuda dan Olahraga serta di Kementerian Pendidikan
Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) 2010/2011.

 Selasa, 1 Mei 2012


Sekitar pukul 14.18 WIB Angie dibawa ke rumah sakit didampingi oleh dua pengawal tahanan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), karena sinusitis yang dideritanya sejak kecil mendadak
kambuh.

 Kamis, 3 Mei 2012


Angelina Sondakh menjalani pemeriksaan untuk kedua kalinya di gedung KPK. Kurang lebih 5
jam diperiksa terkait kasus korupsi Wisma Atlet dan kasus suap di Kemendikbud.

 Jumat 11 Mei 2012


Teuku Nasrullah, pengacara Angelina Sondakh mengungkapkan kalau kliennya sakit cedera
bahu yang membutuhkan operasi, untuk memulihkan kembali kondisinya. Cidera berawal dari
patah tulang yang pernah dialami beberapa waktu lalu, dan membutuhkan perawatan lanjutan.

 Selasa, 15 Mei 2012


KPK memperpanjang masa penahanan terhadap Angie selama 40 hari ke depan. Sebelumnya
KPK melakukan penahanan terhadap politikus Partai Demokrat itu selama 20 hari. Penahanan
sudah dilakukan sejak Jumat (27/4) dan berakhir pada Rabu (16/5). Karena itu KPK memutuskan
memperpanjang masa penahanan terhadap Angie untuk 40 hari dimulai pada Kamis (17/5)
hingga Minggu (25/6).

 Selasa, 29 Mei 2012


Angie diperiksa sejak pukul 10.00 WIB dan keluar pukul 13.35 WIB, dengan menerima kurang
lebih 21 pertanyaan. (kpl/dar).

 Kamis 6 September 2012


Angie menitikkan air mata seusai mendengarkan surat dakwaan perkaranya yang dibacakan
dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.

Ia didakwa menerima pemberian atau janji berupa uang yang totalnya Rp 12 miliar, dan 2 juta
350 ribu dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 21 miliar, sehingga total Rp 33 miliar. Uang
tersebut diberikan Grup Permai seperti yang sebelumnya sudah dijanjikan mantan anak buah
Muhammad Nazaruddin, Mindo Rosalina Manulang kepada Angie.

 Kamis, 20 Desember 2012


Terdakwa kasus korupsi kasus wisma atlet dan anggaran Kemendiknas Angelina
Sondakh dituntut 12 tahun penjara dan sebesar Rp 500 juta. Angelina dituntut 12 tahun penjara
dan diminta membayar uang pengganti sebesar Rp 12,58 miliar dan USD 2,35 juta. Apabila tidak
sanggup membayar maka diganti dengan pidana penjara selama dua tahun.

 Kamis, 10 Januari 2013


Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menjatuhkan vonis berupa hukuman
empat tahun enam bulan penjara ditambah denda Rp 250 juta subsider kurungan enam bulan
kepada Angelina Sondakh.
Hakim menilai, Angie terbukti melakukan tindak pidana korupsi secara berlanjut dengan
menerima pemberian berupa uang senilai total Rp 2,5 miliar dan 1.200.000 dollar Amerika dari
Grup Permai.

 Rabu, 20 November 2013


Mahkamah Agung memperberat hukuman Angie terkait kasus korupsi Kementerian Pendidikan
Nasional serta Kementerian Pemuda dan Olahraga. Puteri Indonesia tahun 2001 itu divonis 12
tahun penjara, dan hukuman denda Rp 500 juta. Vonis ini lebih berat dari hukuman
sebelumnya, penjara 4 tahun 6 bulan.

Majelis kasasi juga menjatuhkan pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti senilai
Rp 12,58 miliar dan 2,35 juta dollar AS (sekitar Rp 27,4 miliar, asumsi kurs 1 dolar AS = Rp
11.650). Total dana yang harus dikembalikan adalah Rp 39,98 miliar.

Seperti yang di lansir dalam sebuah berita yaitu Tribunnews.com, Jakarta — Mahkamah Agung
memperberat hukuman mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai
Demokrat,Angelina Sondakh alias Angie, terkait kasus korupsi Kementerian Pendidikan Nasional
serta Kementerian Pemuda dan Olahraga. Mantan Puteri Indonesia itu divonis 12 tahun penjara
dan hukuman denda Rp 500 juta dari vonis sebelumnya 4 tahun 6 bulan.

Selain itu, seperti dikutip Harian Kompas, Kamis (21/11/2013), majelis kasasi juga menjatuhkan
pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti senilai Rp 12,58 miliar dan 2,35 juta
dollar AS (sekitar Rp 27,4 miliar). Sebelumnya, baik Pengadilan Tindak Pidana Korupsi maupun
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, tidak menjatuhkan pidana uang pengganti.

Putusan tersebut diberikan oleh majelis kasasi yang dipimpin Ketua Kamar Pidana MA Artidjo
Alkostar dengan hakim anggota MS Lumme dan Mohammad Askin, Rabu (20/11/2013). Angie
dijerat Pasal 12 a Undang-Undang Pemberantasan Tipikor. MA membatalkan putusan
Pengadilan Tipikor dan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menyatakan Angie melanggar Pasal
11 UU itu.

Menurut majelis kasasi, Angie dinilai aktif meminta dan menerima uang terkait proyek-proyek
di Kementerian Pendidikan Nasional serta Kementerian Pemuda dan Olahraga.

”Terdakwa aktif meminta imbalan uang atau fee kepada Mindo Rosalina Manulang sebesar 7
persen dari nilai proyek. Disepakati 5 persen. Dan (fee) ini harus sudah harus diberikan kepada
terdakwa 50 persen pada saat pembahasan anggaran dan 50 persen (sisanya) ketika DIPA
turun. Itu aktifnya dia (terdakwa) untuk membedakan antara Pasal 11 dan Pasal 12 a," ungkap
Artidjo kepada Kompas.

Menurut Artidjo, majelis kasasi juga mempertimbangkan peran Angie aktif memprakarsai
pertemuan dan memperkenalkan Mindo dengan Haris Iskandar, sekretaris pada Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional untuk mempermudah
penggiringan anggaran Kemendiknas.

”Terdakwa juga beberapa kali melakukan komunikasi dengan Mindo tentang tindak lanjut dan
perkembangan upaya penggiringan anggaran dan penyerahan imbalan uang atau fee. Terdakwa
lalu mendapat imbalan dari uang fee Rp 12,58 miliar dan 2,35 juta dollar AS,” ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai