Anda di halaman 1dari 1

Pemeriksaan yang umumnya dilakukan dalam mendiagnosis infeksi Soil Transmitted Helminths (STH)

berupa mendeteksi telur cacing atau larva pada feses manusia (Supali, Margono, dan Abidin, 2009;
Maguire, 2010a; WHO, 2012b). Pemeriksaan rutin feses dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.
Pemeriksaan makroskopis dilakukan untuk menilai warna, konsistensi, jumlah, bentuk, bau, dan ada-
tidaknya mukus. Pada pemeriksaan ini juga dinilai adatidaknya gumpalan darah yang tersembunyi,
lemak, serat daging, empedu, sel darah putih, dan gula (Swierczynski, 2010). Sedangkan, pemeriksaan
mikroskopis bertujuan untuk memeriksa parasit dan telur cacing. Pemeriksaan dilakukan1dengan
menggunakan NaCl 0,85% dan lugol iodin. Pada pemeriksaan ini, kedua reagensia diteteskan pada kaca
objek (object glass), yaitu 1 tetes NaCl 0,85% di sisi kiri dan 1 tetes iodin di sisi kanan. Kemudian, sedikit
spesimen feses (seujung tangkai apliktor) dilarutkan bersama dengan kedua reagensia yang telah
diteteskan di kaca objek. Setelah itu, kaca objek ditutup dengan kaca dek dan diperiksa di bawah
mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan 10x40. 1

Selain pemeriksaan kopromikrokospik, terdapat juga pemeriksaan antibodi, deteksi antigen, dan
diagnosis molekular dengan menggunakan PCR (World Heatlh Organization, 2012). Serodiagnosis dapat
menjadi pemeriksaan pilihan dalam mendiagnosis infeksi STH. Kekurangan pemeriksaan ini adalah
bersifat invasif (seperti dengan pengambilan sampel darah), antibodi tetap terdeteksi setelah
penatalakasanaan, dan terdapat kemungkinan terjadinya reaksi silang dengan nematode lainnya (Knopp
et al., 2008). Akibatnya, fungsi pemeriksaan serologi ini masih kontroversial, terutama pada daerah
endemis. Pemeriksaan dengan menggunakan PCR dapat menjadi pemeriksaan baku (‘gold’ standard),
tetapi perlu dilakukan validasi di berbagai latar epidemiologi yang berbeda untuk mengetahui skala
pemakaiannya secara luas (Becker et al., 2011).1

Penelitian terbaru menyarankan pemakaian teknik FLOTAC dalam mendiagnosis infeksi STH pada
manusia. Kelebihan teknik FLOTAC adalah elemen parasit, seperti telur cacing, terkumpul di bagian
apikal kolum pengapungan sehingga mudah dibaca, misalnya dengan potongan transversal untuk
pemeriksaan dengan mikroskop. Selain itu, elemen parasit terpisah dari debris fekal sehingga
mempermudah identifikasi dan perhitungan. Protokol teknik ini telah berkembang dari teknik FLOTAC
dasar (sensitivitas analitik secara teori = 1 telur per gram feses), teknik FLOTAC dual, teknik FLOTAC
ganda, dan teknik FLOTAC pelet (semua: sensitivitas analitik secara teori = 2 telur per gram feses). Pada
pemeriksaan FLOTAC tunggal, 1 gram feses dianalisis, di mana jumlah sampel ini 24 kali lebih banyak
daripada pemeriksaan Kato-Katz apusan tebal tunggal. Hal ini menjelaskan tingkat kesensitivitasan
FLOTAC yang lebih tinggi (Knopp et al., 2008; Glinz et al., 2010). 1

Anda mungkin juga menyukai