Anda di halaman 1dari 46

PROJECT KIMIA FARMASI MEDISINAL II

“ANALGETIKA-ANTIPIRETIKA”
Dosen Pengampu : Sumantri

Tim Penyusun :

 Nona Ainah 1843050014


 Oktaria Sahlana 1843050077
 Salsabila Mumtaz 1743050003
 Bernita Elvaretta S. 1743050037
 Gena Nafta Araminda 1843050070
 Dewi Ayuningtyas 1843050068
 Siti Saidatus S 1843050079
 Hilmi Asmania 1843050032
 Lestari DickePratiwi 1943057021
 Megawati Lania Vidya 1943057063
 Dea navalia putri 1943057065
 Vera malinda 1943057066
 Anisah raham Y 1943057067
 Siska Aprilia 1843050075
 Maria Agnesi Angi 1843050078
 Kinta Bebimila 1843050085
 Eka Aprianti. K 1943057003
 Oktavia Anggrainy 1943057005
 Selly Bermawi 1943057009
 Abdiel Azarya 1643050061
 Yemima 1943057070
 Maria Fortunata Meze 1743050054

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2021
I. ANALGETIKA-ANTIPIRETIKA
A. PENDAHULUAN
- Turunan Asam Fenilasetat
Asam fenil asetat disebut dengan nama lain asam α-toluic, asam
benzen asetat, asam alfa tolylic dan asam 2-fenil asetat (Wikipedia, 2012b).
Asam fenil asetat adalah komponen organik yang terdiri dari gugus fenil dan
asam karboksilik.
Asam fenil asetat berbentuk kristal putih, bahan ini sering digunakan
dalam pembuatan antibiotik, penghambatan pertumbuhan dan diferensiasi sel-
sel kanker dan tumor, mandelic acid dan pennicilin-G. Asam fenil asetat atau
esternya dapat ditemukan secara alami dalam beberapa alkaloid, hormon
tanaman dan buah-buahan (Taj Pharmaceuticals Ltd API, 2012). Pemanfaatan
asam fenil asetat semakin banyak karena fungsinya yang luas. Hal ini terbukti
dengan tingkat kebutuhan asam fenil asetat di dunia pada tahun 2008 yang
mencapai angka 2,3 juta ton (Smart Export, 2008).

- Turunan Indol
Turunan Indol adalah alkaloid indol memiliki cincin benzopirol yaitu
suatu jenis alkaloid yang disintesis dari asam amino triptofan sebagai
prekursornya. Kelompok alkaloid ini populasinya sangat luas dan beragam,
mulai dari yang paling sederhana seperti serotonin sehingga yang sangat
kompleks seperti vinkristin dan indol terpenoid seperti reserfin.

- Turunan Asam Salisilat


Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang
bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai
turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari
asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan
pula garam salisilat.
Obat jenis analgetik dan antipiretik, turunan salisilat atau asam salisilat adalah
obat yang digunakan untuk meredakan demam, peradangan, dan rasa sakit.
Sebagai analgetika-antipiretika dan antirematik
Efek samping (ES): iritasi lambung.
- Turunan Asam Propionat
Turunan asam propionat yang yang disetujui untuk digunakan dalam
pengobatan gejala rheumatoidarthritis, osteoarthritis, ankylosing
spondylitis, arthritis gout akut dan, juga digunakan sebagai
analgesik,untuk tendinitis akut dan bursitis, dan dismenore
primer.Ibuprofen, yang paling umum digunakan tNSAID di Amerika
Serikat, adalah anggota pertama dari kelasasam propionat NSAID untuk
datang ke dalam penggunaan umum, dan tersedia tanpa resep di
AmerikaSerikat. Naproxen, juga tersedia tanpa resep, memiliki panjang
tetapi variabel paruh, membuatadministrasi dua kali sehari layak (dan
mungkin sekali sehari pada beberapa individu). Oxaprozin juga memiliki
paruh yang panjang dan mungkin dapat diberikan sekali sehari.
Studi klinis mal menunjukkan bahwa turunan asam propionat
sebanding dalam keberhasilan terhadapaspirin untuk kontrol tanda-tanda
dan gejala rheumatoid arthritis dan osteoarthritis, mungkin
denganmeningkatkan tolerabilitas.
Ibuprofen, naproxen, flurbiprofen, fenoprofen, ketoprofen, dan
oxaprozin, yang tersedia di AmerikaSerikat, dijelaskan secara individual di
bawah ini. Beberapa agen tambahan di kelas ini sedang digunakanatau
diteliti di negara lain. Ini termasuk fenbufen, carprofen, pirprofen,
indobufen, dan asam tiaprofenic.Properti Farmakologi Sifat
farmakodinamik dari turunan asam propionat tidak berbeda secara
signifikan.Semua adalah penghambat siklooksigenase nonselektif dengan
efek dan efek samping umum untuk tNSAIDs lainnya. Meskipun ada
cukup banyak variasi dalam potensi mereka sebagai inhibitor COX,
inibukan konsekuensi klinis yang jelas. Beberapa turunan asam propionat,
khususnya naproxen, memilikiefek penghambatan yang menonjol pada
fungsi leukosit, dan beberapa data menunjukkan bahwanaproxen mungkin
memiliki khasiat sedikit lebih baik berkaitan dengan analgesia dan relief
pagikekakuan (Hart dan Huskisson, 1984). Studi epidemiologis
menunjukkan bahwa sementara risiko relatifinfark miokard berubah
dengan ibuprofen, itu dikurangi dengan sekitar 10% naproxen,
dibandingkandengan penurunan dari 20% menjadi 25% oleh aspirin. Ini
saran perjanjian manfaat dengan farmakologiklinis naproxen yang
menunjukkan bahwa beberapa tapi tidak semua individu diobati dengan
500 mg dua kali sehari mempertahankan penghambatan trombosit seluruh
interval dosis.

- Turunan Asam Fenamat


Asam mefenamat adalah obat yang digunakan sebagai analgesik,
antipiretik, serta obat anti-inflamasi non-steroid (AINS) (Wilmana dan
sulistia, 2007). Asam mefenamat merupakan turunan dari asam antranilat.
Asam mefenamat memiliki manfaat dalam pengobatan rheumatoid
arthritis, osteoarthritis, dan penyakit otot lainnya (Espinosa et al., 2005).
Saat ini banyak dijumpai zat aktif dalam berbagai bentuk sediaan, salah
satunya adalah tablet. Dalam sediaan obat tersebut dinyatakan bahwa
sediaan obat mengandung zat aktif sesuai dengan komposisi. Asam
mefenamat merupakan salah satu contoh sediaan tablet yang beredar di
pasaran dan paling banyak dijumpai di masyarakat. Selain mudah
diperoleh, asam mefenamat juga memiliki harga yang terjangkau. Untuk
mengetahui mutu dari obat, salah satu hal yang biasanya dilakukan adalah
dengan melakukan uji penetapan kadar yang dapat dilakukan dengan suatu
metode analisis. Sebelum melakukan penetapakan kadar, maka perlu
dilakukan validasi metode. Untuk melakukan validasi metode maka
parameter yang digunakan antara lain akurasi, presisi, dan lineritas
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Asam mefenamat telah berhasil dianalisis dengan beberapa metode
diantaranya spektrofotometri UV-Vis (Musiam, 2017; Alballaa et al.,
2016). Pada penelitian Musiam (2017) hanya menganalisis asam
mefenamat tanpa pereaksi sedangkan Alballaa et al., (2016) menganalisis
asam mefenamat menggunakan metode spektrofotometri yang didasarkan
pada oksidasi asam mefenamat dengan zat besi (III) dan kemudian
dikompleksasi dengan zat besi (II) dengan o-phenanthroline dan
menghasilkan senyawa komples berwarna merah; KCKT (Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi) (Nawaz, 2012).
- Turunan Pirazolon
Sebelum penemuan asetaminofen berawal dari kulit sinkona Yang
digunakan sebagai agen antipiretik, selain digunakan untuk menghasilkan obat
antimalaria. Karena pohon Sinkona semakin berkurang pada1880-an,sumber
alternatif mulai dicari. Terdapat dua agen antipiretik yang dibuat pada 1880-an
asetanilida pada 1886 dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, parasetamol
telah disintesis oleh Harmon Northrop Morse melalui pengurangan p-
nitrofenol bersama timah dalam asam asetat gletser. Walaupun proses ini telah
dijumpai pada tahun 1873, paracetamol tidak digunakan dalam bidang
pengobatan hingga dua dekade setelahnya.  Pada 1893, parasetamol telah
ditemui di dalam air kencing seseorang yang menggunkan fenasetin,  yang
memekat kepada hablur campuran berwarna putih dan berasa pahit.
Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem syaraf
pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa
mempengaruhi kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai
ambang persepsi rasa sakit.Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya
merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan
tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh,seperti
peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot.
Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau
kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan
melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang
letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringan-
jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui
saraf-saraf sensoris keSistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang
belakang ke thalamus dan kemudian ke pusatnyeri di dalam otak besar,
dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri.
Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh.Pada
keadaan demam, thermostat di hipotalamus terganggu, menyebabkan suhu
tubuh meningkat. Obat analgetika-antipiretika bekerja mengembalikan fungsi
thermostat ke suhu tubuh normal, dengan cara rangsangan pusat pengatur
kalor di hipotalamus. Sehingga terjadi vasodilatasi perifer dikulit dan
pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat.
- Turunan Oksikam
Oksikam adalah kelas obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang
mengikat erat protein plasma . Kebanyakan oksikam adalah penghambat tak
selektif dari enzim siklooksigenase  (COX). Pengecualiannya
adalah meloxicam dengan sedikit preferensi untuk COX-2 , yang,
bagaimanapun, hanya relevan secara klinis pada dosis rendah.

- Turunan Anilin /p-Aminofenol


p-aminofenol (PAF) merupakan senyawa induk penghasil analgetik.
turunan anilin dan p-aminofenol (asetaminofen,paracetamol, asetanilid, dan
fanasetin) mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik sebanding dengan
aspirin, tapi tidak memiliki efek anti inflamasi dan antirematik. Turunan ini
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri kepala dan nyeri pada otot atau sendi,
dan obat penurun panas yang cukup baik

II. LANDASAN TEORI


A. STRUKTUR KIMIA & PERSYARATAN KADAR
1. Turunan Asam Fenilasetat
 2-phenylacetic acid; Alpha-toluic Acid
 C6H5CH2COOH
2. Turunan Indol
 C19H16ClNO4
 Kadar indometasin dalam dispersi padat (1:3) 300 mg setara dengan 75
mg indometasin per tablet.
3. Turunan Asam Salisilat
 Asam salisilat, dikenal juga dengan asam 2-hidroksi benzoat atau asam-
ortohidrobenzoat yang memiliki struktur kimia C7H6O3.
4. Turunan Asam Propionat
Ibuprofen
Ibuprofen adalah turunan asam propionat yang mempunyai aktivitas
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Obat ini mempunyai efek samping yang
lebih sedikit dibanding AINS non selektif lain, tetapi aktivitas antiinflamasinya
lebih lemah. Dosis dewasa 1,6 g sampai 2,4 g sehari diperlukan untuk reumatoid
artritis dan tidak untuk kondisi dengan peradangan yang menonjol seperti pada
gout akut.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV persyaratan kadar zat aktif dari tablet
Ibuprofen yaitu harus mengandung Ibuprofen C13H18O2 tidak boleh kurang dari
90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket. Kadar
zat aktif tablet Ibuprofen yang digunakan adalah 400 mg. Jadi kadar zat aktif yang
disyaratkan adalah tidak boleh kurang dari 360 mg dan tidak boleh lebih dari 440
mg. Kadar zat aktif yang masih memenuhi persyaratan menunjukan proses
pentabletan berjalan dengan baik seperti pencampuran bahan yang homogen, sifat
alir granul yang baik. Penentuan uji profil disolusi merupakan bagian yang
penting untuk pemeriksaan sediaan jadi. Obat-obat yang diberikan secara oral
sebelum diserap harus terdisolusi terlebih dahulu. Ada 2 laju yang mempengaruhi
bioavailabilitas (ketersediaan hayati) obat yaitu laju disolusi (berapa banyak obat
yang larut dan terlepas dari pembawanya per satuan waktu) dan laju absorpsi.
Semakin cepat obat melarut akan semakin cepat obat diabsorpsi oleh membran ke
sistemik dan didistribusikan, maka akan cepat menimbulkan efek terapi. Toleransi
disolusi untuk tablet Ibuprofen Menurut USP XXX tahun 2007 adalah dalam
waktu 60 menit tidak kurang dari 80% Ibuprofen yang terdisolusi.
Dexibuprofen
Deksibuprofen merupakan salah satu obat antiinflamasi nonsteroid.
Deksibuprofen merupakan enantiomer aktif dari ibuprofen. Mayoritas formulasi
ibuprofen mengandung campuran rasemat dari seluruh enantiiomer ibuprofen.

Naproxen
Naproksen, di antaranya dijual dengan nama merek Naprosyn, adalah suatu
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang digunakan untuk mengobati rasa
sakit, kram menstruasi, penyakit-penyakit radang seperti artritis reumatoid, dan
demam. Obat ini diberikan dengan cara di minum. Obat ini tersedia dalam
formulasi rilis segera dan tertunda.Mulai berefek dalam satu jam dan berlangsung
hingga dua belas jam.
5. Turunan Asam Fenamat
Rumus Molekul : C15H15NO2

Berat Molekul : 241,29


Nama Kimia : Asam N-2,3-xililantranilat [61-68-7]
Pemeriaan : Serbuk hablur, putih atau hampir putih; melebur pada suhu
lebih kurang 2300 disertai peruraian
Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam
kloroform; sukar larut dalam etanol dan metanol; praktis tidak larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Depkes
RI,1995).
Asam mefenamat atau asam N-2,3-xiliantranilat (C15H15NO2),
berbentuk hablur berwarna putih atau hampir putih yang melebur pada suhu ±
230o disertai dengan peruraian. Asam mefenamat larut dalam larutan alkali
hidroksida, agak larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol dan metanol
serta praktis tidak larut dalam air (Depkes RI, 1995). Hal ini menunjukkan
bahwa asam mefenamat polimorfisme. Asam mefenamat diketahui memiliki
dua polimorf, yaitu bentuk 1 dan bentuk 2 yang berbeda pada kelarutannya.
Asam mefenamat dengan polimorf bentuk 2 memiliki solubilitas yang lebih
tinggi pada beberapa solven (Dixit, Kini, dan Kulkarni, 2012). Struktur kimia
Asam N-2,3-xiliantranilat (C15H15NO2) (USP29-NF24, 2006).
Asam mefenamat merupakan obat golongan NSAID yang efektif untuk
digunakan untuk pereda nyeri ringan hingga sedang, seperti sakit kepala, sakit
gigi, nyeri setelah operasi dan melahirkan, dysmenorrheal, menorrhagia, dan
pada kelainan muskuloskeletal dan sendi, seperti osteoarthritis dan rheumatoid
arthritis. (Khullar, et al., 2012).

Persyaratan Kadar
Persyaratan kadar asam mefenamat menurut Dirjen POM (1995) dalam
buku Farmakope Indonesia edisi IV, yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak
lebih dari 110%. Untuk melakukan penetapan kadar obat dalam suatu sediaan
dibutuhkan suatu metode yang teliti dan akurat. Pemilihan metode analisis
mengacu pada monografi-monografi yang ada pada kompedia resmi seperti
United States Pharmacopoeia (USP), British Pharmacopoeia (BP), Farmakope
Indonesia (FI), dan lain-lain.

6. Turunan Pirazolon
 Antipirin, dikenal juga dengan Antipyrinum yang memiliki dengan nama
lain antipirin, struktur kimia C11H12N2O
 Metampiron dikenal juga dengan Methampyronum yang memiliki dengan
nama lain Metampiron, Antalgin, struktur kimia C13H16N3NaO4SH2O

7. Turunan Oksikam
 Piroksikam : Piroksikam merupakan salah satu obat analgesik yang
mempunyai waktu paruh yang panjang. Piroksikam mempunyai rumus
kimia C15H13N3O4S dengan nama 4- Hidroksi-2-metil-N-2-piridil-2H-
1,2-benzoyiazin-3-karboksamida 1,1-dioksida. Piroksikam mengandung
tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%.
 Meloksikam : Meloksikam atau movi-cox yang tergolong dalam
generasi terbaru obat obatan NSAID efektif bisa mengobati nyeri dan
inflamasi atau rematik. Meloksikam memiliki rumus kimia 4-hydroxy-
2-methyl-N-(5-methyl-2-thiazoly)-2H-1,2-benzothiazine-3-
carboxamide-1,1-dioxide.
 Tenoksikam : rumus kimia C13H11N3O4S2
8. Turunan Anilin /p-Aminofenol
Struktur Kimia :

Rumus Molekul : C8H9NO2


Berat Molekul : 151,16
Persaratan kadar
a) Larut pada pelarut organik dengan baik, larut pada air dengan
tingkat kelarutan 3,5 % pada 25 C
b) Anilin adalah basa lemah
c) Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat
encer menghasilkan endapan 2,4,6 tribromanilin; sedangkan
halogenasi dengan klorin menghasilkan trikloroanilin 
d) Anilin beraksi dengan gliserol membentuk quinoline dengan
adanya nitrobenzen dan asam sulfat.
e) Anilin bereaksi dengan hidrogen peroksida dan arctonitril dalam
larutan metanol membentuk azoxybenzene 
f) Hidrogenasi anilin dengan menggunakan brom menghasilkan
2,4,6 tribromoanili

B. PEMBAGIAN/PENGGOLONGAN
1. Turunan Asam Fenilasetat
Natrium 2-(2-((2,6-diklorofenil) amino) fenil)asetat atau yang sering
disebut natrium diklofenak adalah salah satu obat yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai kandidat obat penghambat COX. Natrium diklofenak
merupakan NSAID non selektif, golongan asam asetat, dan turunan dari asam
fenilasetat. Obat ini adalah penghambat COX yang kuat dengan efek
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik (Dewi SK, 2009). Natrium diklofenak
memiliki aktivitas menghambat COX melalui penghambatan pembentukan
prostaglandin yang merupakan mediator nyeri (Hardjasaputra, 2002), sehingga
dapat digunakan untuk mengobati segala macam rasa nyeri, migrain dan encok
(Tjay, 20020). Pengembangan terhadap natrium diklofenak yang telah
dilakukan diantaranya mereaksikan natrium diklofenak menjadi ester dengan
substituen aromatis heterosiklik. Dari sintesis yang dilakukan tersebut terbukti
dapat mereduksi efek samping gastrointestinal irritation dan peptic ulcer dari
natrium diklofenaK (Manon B dan Sharman PD, 2000). Pengembangan
natrium diklofenak lainnya dilakukan dengan mensistesis turunan natrium
diklofenak melalui reaksi esterifikasi dengan substituen alkil. Sintesis turunan
natrium dikofenak ini, juga dapat mereduksi efek samping gastrointestinal
irritation dan peptic ulcer dari natrium diklofenak (Suryawanshi, 2014).

2. Turunan Indol
 Turunan indol sederhana
 Turunan Marihuana
 Turunan asam lisergat : turunan asam lisergat merupakan halusinogen
yang sangat kuat, didapat terutama dari claviceps purpurea, suatu jamur
parasit pada gandum

3. Turunan Asam Salisilat


 Aspirin (asam asetil salisilat, asetosal)
- Sebagai analgetika–antipiretika, antirematik.
- pemberian aspirin dalam dosis rendah (40 mg) dalam jangka
waktu lama dapat digunakan untuk mencegah serangan jantung
dan untuk pengobatan trombosis karena memiliki efek anti
platelet.
- absorbsi obat cepat terutama pada usus kecil dan lambung.
- efek analgetika-antipiretika cepat yaitu 30 menit dan bertahan 3-
6 jam.
- Efek anti radang baru tampak setelah 1-4 hari.
- ES : iritasi lambung, telinga mendengung.
- wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan aspirin dalam dosis
besar.
- Dosis :
Nyeri dan demam :
Dewasa : p.o. 500mg–1 g 4 dd.1 p.c maks. 4g/hari
6 – 12 th : p.o. 250mg – 500mg 4dd 1maks 2g/hari.
Rematik : p.o. dan rektal 1 g 2 dd maks 8g/hari
 Salisilamid
- Aktifitas analgetika-antipiretika sama dengan aspirin
- Tidak digunakan sebagai anti radang, anti rematik.
- Absorbsi lebih kuat dari aspirin, efek kerja lebih kuat dari pada
aspirin,
- Toksistas lebih kecil dari pada aspirin.
- ES : gangguan pencernaan
- Dosis : analgetik p.o. 500mg 3dd 1.
 Diflunisal
- Memiliki aktifitas anti radang, analgetika-antipiretika yg lebih
kuat dari pada aspirin.
- Absorbsinya cepat dan sempurna.
- Efektif untuk mengurangi rasa nyeri pasca operasi dan
osteoartritis
- Jarang mengakibatkan perdarahan lambung usus.
- Dosis analgetik : 250mg 2dd 1 p.o. maks

4. Turunan Asam Propionat


Ibuprofen adalah turunan asam propionat yang mempunyai aktivitas
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Obat ini mempunyai efek samping
yang lebih sedikit dibanding AINS non selektif lain, tetapi aktivitas
antiinflamasinya lebih lemah. Dosis dewasa 1,6 g sampai 2,4 g sehari
diperlukan untuk reumatoid artritis dan tidak untuk kondisi dengan peradangan
yang menonjol seperti pada gout akut.
Turunan asam propionat lainnya:
 Naproksen adalah salah satu pilihan pertama karena khasiatnya yang
memadai sekaligus kejadian efek sampingnya relatif rendah (tetapi
lebih banyak dari ibuprofen, lihat keterangan di bawah). Ibuprofen dan
naproksen adalah turunan asam propionat yang digunakan pada anak.
 Fenbufen dinyatakan menyebabkan perdarahan saluran cerna yang
lebih sedikit, tetapi risiko untuk terjadinya ruam kulit tinggi.
 Fenoprofen efektivitasnya sebanding dengan naproksen, dan
flurbiprofen mungkin sedikit lebih efektif. Keduanya menyebabkan
efek samping pada saluran cerna yang sedikit lebih banyak daripada
ibuprofen.
 Ketoprofen aktivitas antiinflamasinya serupa dengan ibuprofen dan
mempunyai efek samping yang lebih banyak.
 Deksketoprofen merupakan isomer ketoprofen, digunakan untuk
mengatasi nyeri ringan hingga sedang jangka pendek.
 Asam tiaprofenat sama efektifnya dengan naproksen; obat ini
mempunyai efek samping yang lebih banyak daripada ibuprofen
(pernah dilaporkan terjadinya sistitis berat).

5. Turunan Asam Fenamat


Asam mefenamat atau Mefenamic Acid adalah obat golongan antiinflamasi
nonsteroid (NSAID). Asam mefenamat mempunyai sedikit aktivitas anti
inflamasi. Kadang-kadang menyebabkan diare dan anemia hemolitik yang
memerlukan penghentian penggunaan

6. Turunan Pirazolon
Terdiri atas fenilbutazon, dipiron, antipirin, apazon, aminopirin, dan
oksifenbutazon. Sekarang ini yang sering dipakai adalah fenilbutazon, yang
lain jarang dipakai. Saat ini dipiron hanya digunakan sebagai analgesic-
antipiretik karena efek anti inflamasi nya lemah

7. Turunan Oksikam
 Piroksikam
 Meloksikam
 Tenoksikam

8. Turunan Anilin /p-Aminofenol


 Asetaminofen
 Paracetamol
 Asetanilid
 Fanasetin

C. SIFAT FISIKA & SIFAT KIMIA


1. Turunan Asam Fenilasetat
Sifat Fisika Fenilasetat
 Nama lain : Asam fenil asetat; 2-phenylacetic acid; Alpha-toluic Acid
 Rumus kimia : C6H5CH2COOH
 Berat molekul : 136,15 G/MOL
 Kenampakan : Kristal berwarna putih
 Densitas : 265,5 oC
 Viskositas : 1,66/100 gr air
 Tekanan uap : 1,22 hPa (97 oC)
 Flash point : 132 oC
 Titik leleh : 76-77 oC (Jiangsu, 2008).
Sifat Kimia Fenilasetat
 Fenil asetat sedikit larut dalam air
 Stabil
 Mudah terbakar, larut dalam pelarut organic, pembiasannya kuat
(Natsir, 2001).

2. Turunan Indol
 Merupakan serbuk kristal berwarna putih, tidak atau hamper tidak
berbau.
 Serbuk hablur, polimorf kuning pucat hingga kuning kecoklatan
 BeratMolekul : 357,8
 Titiklebur : 52 – 54 derajat celcius
 TitikDidih : 158 – 162 derajat celcius
 Praktis tidak larut dalam air, tidak stabil terhadap cahaya dan suhu
tinggi
 Disimpan pada wadah tertutup pada suhu dibawah 30C dan terlindung
dari cahaya,
 Larut dalam etanol (1:50), dalam aseton, dalam kloroform (1:30),
dalam eter (1:45)
 Bersifat Asam lemah
 Keasaman (pKa): 4,5 dalam air
 Dasar (pKb) : 17,6

3. Turunan Asam Salisilat


 Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk
halus putih; rasa agakmanis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis
warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat
berwarna kekuningan atau merah muda dan berbau lemah mirip mint.
 Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzen,larut dalam air
mendidih;mudah larut dalam etanol dan dalam eter; agak sukar larut
dalam kloroform.
 Berat molekul 138,1; Rumus molekul C7H6O3(1); Titik sublimasi
76oC; Titik lebur 159oC; Kelarutan dalam air 0,2 g/100 mL pada 20
oC. Kerapatan relatif (air=1) : 1,4

4. Turunan Asam Propionat


Ibuprofen berupa serbuk hablur, putih hingga putih, khas lemah. Ibuprofen
praktis tidak larut dalam udara, sangat mudah larut dalam etanol, metanol,
aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam etil asetat (Ditjen POM, 1995).
Larut dalam larutan alkali hidroksida dan karbonat.
Naproxen
Rumus : C14H14O3
Massa mol. : 230.259 g/mol
Titik lebur : 152-154 °C (-93 °F)

5. Turunan Asam Fenamat


Berdasarkan sifat fisika kimia tersebut asam mefenamat akan sukar
diadsorbsi dalam badan. Bagi senyawa senyawa yang sukar larut dalam air,
laju disolusi merupakan tahap penentu absorbansinya dalam saluran cerna
secara difusi pasif.
Asam mefenamat mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari
102,0% C2H15NO2 dihitung terhadap zat yang dikeringkan.
Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih, melebur pada suhu lebih
kurang 2300 C disertai peruraian. Kelarutan : larut dalam larutan alkali
hidroksida, agak sukar larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol dan
dalam methanol, praktis tidak larut dalam air.

6. Turunan Pirazolon
a. Antipirin
Berat Molekul : 188, 23
Kandungan : antipirin mengandung tidak kurang dari 99,0%
dan tidak lebih dari 100 5% C11H12N2O,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Serbuk hablur, hablut tidak berwarna atau putih,
Tidak berbau atau agak pahit. Larutan netral
terhadap lakmus.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam
etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam eter.
Jarak lebur : Antara 110º-112,5º
Baku pembanding : Antipirin BPFI; lakukan pengeringan pada suhu
60º selama 2 jam sebelum digunakan.
Kelarutan : Kesempurnaan melarut dan warna larutan larut
sempurna dalam 1 bagian air dingin, jika diamati
secara melintang dalam tabung yang berdiameter lebih
kurang 20 mm, larutan tampak tidak berwarna dari
kuning pucat.
b. Metampiron
Berat Molekul : 351,37
Pemerian : Serbuk hablur; putih atau putih kekuningan.
Kandungan : Metampiron mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C13H16N3NaO4S. dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan
7. Turunan Oksikam
 Piroksikam : Piroksikam merupakan serbuk kristalin, tidak berbau,
berasa pahit, dalam bentuk monohidrat berwarna kuning. Tidak larut
dalam air, dalam asam encer dan sikloheksana, sedikit larut dalam
metanol, etanol, isopropanol, dalam dimetil formamid dengan
perbandingan 1:10, dimetilsulfoksid (1:50), aseton (1:50), etil asetat
(1:80), kloroform (1:20), dan kelarutannya dalam larutan alkali
(1:100). Wujudnya adalah padatan, berat molekul 331,35 g/mol,
warnanya putih dan memiliki titik leleh 1990c.
 Meloksikam : Meloksikam merupakan serbuk berwarna kuning, praktis
tidak larut dalam air, sedikit larut dalam aseton, sangat sedikit dalam
etanol, dan dalam metanol.
 Tenoksikam : Tenoksikam memiliki sifat fisikokimia berupa serbuk
kristal berwarna kuning, polimorfik, praktis tidak larut dalam air,
sedikit larut dalam alcohol terhidrasi , larut dalam dikloromethan, larut
dalam asam dan basa. Terlindung dari cahaya. Tenoksikam stabil
dalam campuran 0,02% ceftadizime 0,5% dalam injeksi glukosa 5%

8. Turunan Anilin /p-Aminofenol


Sifat Fisika :
a) Berat molekul 93,128 g/mol6
b) Titik lebur 267,13 K f.
c) Titik didih 457,6 K
d) Berupa zat cair seperti minyak dan Sukar larut dalam ai

Sifat Kimia :
g) Larut pada pelarut organik dengan baik, larut pada air dengan
tingkat kelarutan 3,5 % pada 25 C
h) Anilin adalah basa lemah
i) Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat
encer menghasilkan endapan 2,4,6 tribromanilin; sedangkan
halogenasi dengan klorin menghasilkan trikloroanilin 
j) Anilin beraksi dengan gliserol membentuk quinoline dengan
adanya nitrobenzen dan asam sulfat.
k) Anilin bereaksi dengan hidrogen peroksida dan arctonitril dalam
larutan metanol membentuk azoxybenzene 
l) Hidrogenasi anilin dengan menggunakan brom menghasilkan
2,4,6 tribromoanili

D. ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF


1. Turunan Asam Fenilasetat
Analisis kualitatif di lakukan dengan KLT menggunakan fase diam
silica gel dan fase gerak etil asetat sedangkan Analisis kuantitatif secara
spektrometri UV-VIS

2. Turunan Indol
- Analisis Kualitatif
Turunan Indol berbentuk serbuk hablur, polimorf kuning pucat hingga
kuning kecoklatan; tidak berbau atau hampir tidak berbau. Peka
terhadap cahaya; meleleh pada suhu lebih kurang 162 derajat celcius.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam
metanol, dalam kloroform dan dalam eter. pKa : 4.5.
- Analisis Kuantitatif
Dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Spektrofotodensitrometri
Menggunakan 2 sistem fase gerak yang berbeda yaitu dengan sistem
TF dan TE, pada panjang gelombang 210 nm untuk membuat
kromatogramnnya dan spektrumnya dibuat pada panjang gelombang
190 – 400 nm.
Dengan metode Spektrofotometri visibel (Natrium diklofenak dengan
asam sitrat 63% b/v). Sebanyak 2,0 ml larutan sampel yang
mengandung netrium diklofenak dipipet dan dimasukkan kedalam labu
takar 10 ml dan ditambahkan 1 ml asam nitrat 63% b/v. Larutan
berwarna kekuningan yang dihasilkan selanjutnya diencerkan sampai
batas standar dengan aquadest dan diukur terhadap reagen blanko pada
panjang gelombang 380 nm.

3. Turunan Asam Salisilat


- Kualitatif Identifikasi
Reaksi warna dilakukan dengan cara penambahan reagen
terhadap zat uji. Pada Asam Salisilat reaksi warna dilakukan dengan
cara penambahan FeCl3 kedalam larutan sehingga menghasilkan
warna ungu lembuyang. Fenol yang bereaksi dengan FeCl3 akan
memberikan warna ungu, karena asam salisilat adalah senyawa yang
mengandung fenol maka reaksi FeCl3 dengan asam salisilat juga akan
memberikan warna ungu, namun ketika ditambahkan HCl maka warna
akan hilang dan terbentuk endapan asam salisilat.
Zat ditambah 1 ml air, lalu ditambah 1 tetes FeCl3 terjadi
warna biru violet. Kemudian zat ditambah pereaksi Folin-Ciocalteu
menghasilkan warna biru. Setelah itu dilakukan reaksi kristal dengan
aseton-air.
- Kuantitatif Penetapan kadar
Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, larutkan dalam 25
ml etanol encer P yang sudah dinetralkan dengan natrium hidroksida
0,1 N LV. Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 13,81 mg
C7H6O3

4. Turunan Asam Propionat


Kualitatif
Kromatografi sering digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu
senyawa dalam campuran. Hasil kromatogram memberikan informasi
tentang senyawa yang berada pada campuran berdasarkan waktu retensi.
Dalam kromatogram tersebut, ketidakhadiran suatu senyawa pada
campuran yang dianalisis (sampel) ditandai dengan tidak adanya puncak
pada waktu retensi yang sama dengan yang dihasilkan oleh kromatogram
pada senyawa referensi (standar). Tidak adanya puncak pada waktu retensi
yang sama tidak selalu diakibatkan karena ketidakhadiran senyawa
tersebut namun dapat juga diakibatkan oleh konsentrasi senyawa (sampel)
yang berada dibawah batas deteksi alat.
Ciri-ciri hasil analisis keluaran GC yang ideal yaitu memiliki spektral
puncak yang simetris, sempit, terpisah atau tidak overlap, dan berupa garis
halus. Sebaliknya, hasil yang kurang bagus yaitu menghasilkan spektral
puncak yang lebar, overlap, dan bentuknya tidak merata. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi hasil tersebut adalah cara penginjeksian sampel.
Jika terlalu pelan, maka puncak yang dihasilkan akan melebar.
Kuantitatif
Pada analisis GC/MS, suatu konsep perkiraan konsentrasi senyawa dari
suatu campuran dapat diperoleh dengan menggunakan metode daerah
puncak. Metode ini mengasumsikan bahwa persen daerah tersebut hampir
sama dengan persen berat suatu senyawa. Konsentrasi suatu senyawa
diartikan sebagai perbandingan antara daerah setiap puncak dengan jumlah
daerah dari semua puncak.
5. Turunan Asam Fenamat
Uji dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif Secara kualitatif
dilakukan dengan pemeriksaan reaksi warna, penentuan 2 maksimum,
penentuan pengaruh bahan pengisi terhadap kurva absorbsi asam
mefenamat. Sedangkan secara kuantitatif penetapan kadar dilakukan
dengan metode Spektrofotometri UV karena kepekaan analisis yang tinggi
dan biaya murah sampai sedang. Sebelum dilakukan penetapan kadar,
dilakukan validasi metode mengenai LOD dan LOQ, linearitas, presisi,
serta akurasi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh-kesimpulan yang valid
dan agar bisa mengidentifikasi sumber error. Pada penelitian ini diperoleh
uji kualitatif yang positif , hal ini diketahui dari hasil uji sampel yang
menunjukkan hasil uji yang sama dengan hasil uji standar.

6. Turunan Pirazolon
a. Metode Gravimetri
Dalam larutan natrium bikarbonat, antipirin bereaksi dengan iodium
sehingga menghasilkan senyawa monoiodo. Senyawa monoiodoantipirin
dapat diekstraksi dengan kloroform.Jika terdapat kafein, maka kafein akan
masuk ke dalam kloroform.Iodium dilepaskan dari gabungan senyawa ini
dengan mereaksikannya menggunakan sulfur dioksida, sementara itu perak
nitrat digunakan untuk menentukan berat antipirin yang ada.Jika kafein
tidak ada, maka iodoantipirin dapat ditimbang secara langsung.
b. Metode kompleksometri
Metode ini berdasarkan pada pengendapan aminopirin sebagai
kompleks kadmium-aminopirin-tiosianat.Strukturnya dipostulasikan
sebagai Cd(Am)(SCN)4. Pespitat disaring da kandungan kadmiumnya
ditentukan dengan titrasi menggunakan dinatrium etilendiamintetraasetat
(EDTA). Reagen pengendap: sebanyak 5 g kadmium klorida dan 65 g
amonium tiosianat dilarutkan dalam 100 ml air.Penyiapan air pencuci:
sebanyak 13,0 g amonium tiosianat dilarutkan dalam 20 ml air yang
selanjutnya dijenuhkan dengan dicuci menggunakan kompleks kadmium-
aminopirin-tiosianat bebas kloroda.Larutan buffer:sebanyak 13,5 g
amonium klorida dan 8,8 ml amonium hidroksida pekat dilarutkan dalam
air secukupnya hingga 250 ml.Indikator: Hitam eriokrom (Eriochrome
black T) digerus halus dengan natrium klorida dengan rasio 1:400.Larutan
versenat (EDTA) 0,05 M: sebanyak 18,615 g dinatrium
etilendiamintetraasetat (EDTA) dilarutkan dalam air secukupnya hingga 1
L. Cara analisis aminopirin denga kompleksometri: sampel yang setara
dengan 0,25-0,3 g aminopirin dilarutkan dalam 10 ml air.Larutan didihkan
dan sebanyak 20 ml reagen presipitasi ditambahkan ke dalamnya.Larutan
dinetralkan terhadap metil merah dengan NaOH 1 N.Setelah 1,5 sampai 2
jam, presipitat secara kuantitatif dipindahkan ke dalam penyaring, lalu
disaring dan dicuci dengan 3 bagian air pencuci.Presipitat dilarutkan dalam
5 ml amonium hidroksida pekat dan penyaring dicuci kembali dengan 50
ml air pencuci.Air cucian ini dikumpulkan dengan endapan yang telah
diendapkan.Sejumlah kecil indikator dan 2-3 ml larutan buffer
ditambahkan, dan larutan diencerkan sampai 10 ml, dan selanjutnya
dititrasi dengan engan larutan EDTA 0,05 M. Tiap ml larutan EDTA 0,05
M setara dengan 11,57 g aminopirin.
c. Metode spektrofotometri UV
Aminopirin telah diukur secara spektrofotometri dalam campuran
dengan kuinin.Dalam etanol, aminopirin mempunyai panjang gelombang
maksimal di 270 nm.
d. Metode Spektrofotometri Vis
Jika antipirin diperlakukan dengan natrium nitrit dalam larutan asam
( biasanya digunakan HCL), maka warna yang dihasilkan dapat diukur
secara spektrofotometri. Absorbansi maksimumnya diperoleh padapanjang
gelombang 350 nm.
Metode yang peka untuk analisis antipirin didasarkan pada reaksi antara
antipirin dengan -dimetilaminobenzaldehid yang menghasilakan senyawa
dengan panjang gelombang maksimal di 513 nm.Reagen 𝝆-
dimetilaminobenzaldehid (0,5 g) dilarutkan dalam campuran 4,5 ml asam
sulfat pekat dan 8,5 ml air.
Cara analisis antipirin dengan 𝝆—dimetilaminobenzaldehid: sebanyak 5,0
ml alikuot larutan antipirin dalam air (yang mengandung kurang lebih 1,5
mg/ml) dicampur dengan volume larutan reagen -dimetilaminobenzaldehid
yang sama , dan setelah 1 jam, absorbansinya diukur pada panjang
gelombang 513nm. Warana yang dihsilkan merah mawar sampai merah
salmon. Meskipun waktu pembentukan intensitas warna maksimum
berlangsung setelah 4-5 jam, akan tetapi pembacaan absorbansi dapat
dilakukan setelah 1 jam, karena setelah 1 jam, penambahan intennsitas
warnah sangat rendah sekali. Aminopirin dan asetosal tidak mengganggu
penempatan kadar dengan metode ini.
Suatu prosedur yang telah digunakan untuk analisis aminopirin dalam
cairan tubuh adalah berdasarkan pada reaksi antara aminopirin dengan 𝝆—
nitroanilin yangg didiazotasi. Warna kuning dhasilkan ada metode ini.
Dalam larutan netral atau sedikit asam, aminopiri bereaksi dengan besi(III)
klorida membbentuk warna violet, yang absorbansinya dapat diukur pada
panjang gelombang 570 nm.

e. Metode Polarografi
Cara analisis antipirindengan cara polagrafi: sebanyak 1 mL asam
sulfat 0,1 N ditambahkan pada 1mL antipirin 10-2 M. Campuran dibiarkan
selama 12 menit pada suhu 23 – 28 °C untuk menjamin sempurnanya
reaksi. Kelebihan asam nitrat selanjutnya dinetralkan dengan natrium
hidroksida 0,1 N, lalau larutan ditambah 0,5 ml gelatin 1% dan dilakukan
analisis dengan polarograf. Konsentrasi antipirin dilaporkan proporsional
dengan arus difusi.

7. Turunan Oksikam
 Piroksikam : Piroksikam dapat dianalisa secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisa kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa
metode diantaranya HPLC (High Pressure Liquid Chromatography)
dan spektrofotometri, sedangkan untuk analisa kualititatif dapat
menggunakan metode TLC (Thin Layer Chromatography) dan
menggunakan reagen spesifik. Analisa standar piroksikam
menggunakan spektrofotometri pernah dilakukan oleh Azmi, et al
(2009) menggunakan spektrofotometer Shimadzu UV-visible 1601,
piroksikam dari Sigma Chemical Company, dan reagen ferric
sulphate. Hasil analisa menunjukkan panjang gelombang optimum
yaitu 504 nm, dimana pada panjang gelombang ini terbentuk kompleks
antara reagen dengan piroksikam. Selain itu, piroksikam dapat
dianalisa menggunakan RP-HPLC dimana kolom yang digunakan
yaitu Inertsil ODS-3V (150mm x 4.6mm) dengan kecepatan 0.8
ml/min, fasa gerak campuran antara methanol dengan buffer pH 3
dengan perbandingan 55:45 v/v, banyaknya volum yang diinjeksikan
ke dalam kolom yaitu 10 µl, dan detektor PDA (Photo Diode Array)
pada panjang gelombang 240 nm. Hasil analisa menunjukkan retention
time piroksikam untuk menghasilkan puncak tertinggi yaitu selama
7,013 menit dengan luas area 100%.
 Meloksikam : Tablet meloksikam telah memenuhi persyaratan uji
disolusi dan penetapan kadar krang dari 90% dan tidak lebih dari
110%. Sediaan tablet mengandung zat berkhasiat dan tambahan pula.
Penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob seperti magnesium
stearat dapat menaikkan tegangan antar obat dengan medium, hal ini
menyebabkan obat yang terdisolusi menjadi lebih sedikit dan
berpengaruh terhadap obat yang diabsorpsi. Faktor lain yang
mempengaruhi laju disolusi adalah faktor fisika kimia obat, faktor alat
dan kondisi lingkungan
8. Turunan Anilin /p-Aminofenol
Analisa Kualitatif paracetamol
 Reaksi warna dilakukan dengan cara penambahan reagen terhadap zat
uji. Pada paracetamol reaksi warna dilakukan dengan cara penambahan
larutan sehingga menghasilkan warna ungu lembuyang.
 Spectrum sarapa inframerah zat yang telah dikeringkan di atas yang
cocok dan didispersikan dalam kalium bromine menunjukan maksimal
hanya pada panjang gelomang yang sama
 Analisa kuantitatif paracetamol
Penetapan kadar
Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, larutkan dalam 25
ml etanol encer P yang sudah dinetralkan dengan natrium hidroksida
0,1 N LV. Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 13,81 mg
C7H6O3

E. STABILITAS OBAT & CARA PENYIMPANAN


1. Turunan Asam Fenilasetat
Stabilitas natrium diklofenak terhadap kelembaban dengan menggunakan 40̊C,
dan 75% RH selama 3 bulan pada ruangan lembab, maka natrium diklofeenak
akan terdegrasi sebanyak 5% (mandala,2013). Serbuk natrium diklofenak
digunakan sebanyak 100 mg menggunakan sinar UV fotolitik pada 254nm selama
48 jam tidak menunjukkan adanya tanda-tanda degrarasi (Shaalan and Belal,
2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eyjoylfasson (2000), tablet natrium
diclofenac ditambahkan 0,33 M HCL pada suhu 100̊C selama 60 menit tidak
mengalami degrasi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Shaalan and Belal
(2013) yaitu natrium diclofenac mudah terurai yaitu sebanyak 43% dalam media
asam, dilakukan penelitian dengan memanaskan natrium diklofenak dengan 1M
HCL pada suhu 60̊C selama 30 menit menunjukkan puncak natrium diklofenak
yang tersisa sekitar 53% dari area yang diharapkan. Puncak degrasi kecil terjadi
pada waktu 8,58 menit dan 20,10 menit.
2. Turunan Indol
 Stabilitas obat :Stabil secara fisika tidak kurang dari 6 bulan pada suhu
ruang dan 40oC dalam kondisi kering.Stabil tidak kurang dari. 90 hari
(pada suhu 4°C,. 25°C, 40°C, kondisi kering)
 Cara penyimpanan : paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan
dari cahaya langsung dan tempat yang lembab. Jangan simpan
indometasin dikamar mandi atau freezer.
3. Turunan Asam Salisilat
 Stabilitas obat : Stabil pada tekanan dan suhu normal.
 Cara penyimpanan
- Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
standard yang berlaku.
- Simpan terpisah dari bahan-bahan inkompatibel
- Simpan di wadah yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.

4. Turunan Asam Propionat


Asam propionat memiliki sifat fisik pertengahan antara asam-asam karboksilat
kecil, asam format dan asetat, serta asam lemak yang berukuran besar.
Senyawa ini dapat tercampur di dalam air, tetapi dapat dipisahkan dengan air
dengan menambahkan garam.
Cara penyimpanan: disimpan di ruangan suhu kamar yang tidak lembab
5. Turunan Asam Fenamat
Stabilitas Obat
Salah satu obat generik yang tidak stabil dan banyak digunakan adalah
asam mefenamat 500mg. Asam mefenamat merupakan senyawa obat yang
rentan baik terhadap cahaya maupun udara atau kelembapan, Ketidakstabilan
tablet asam mefenamat dapat dilihat dari sifat fisika dan kimianya yaitu :
Perubahan warna, bentuk, ukuran, kekerasan, waktu hancur, lama
penyimpanan dan penurunan kadar tablet dapat mempengaruhi khasiat obat
dan toksisitas yang membahayakan pasien.
Cara Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup rapat. Penyimpanan asam mefenamat
dianjurkan tidak lebih dari 30o C juga dibawah 40 oC (20–25 oC) dan
terlindung dari cahaya dan kelembaban. Asam mefenamat suatu senyawa
polimorf yang pada kelembaban tinggi akan mengalami perubahan bentuk.
Suatu polimorf yang mengalami perubahan bentuk akan berubah kelarutan
dan kecepatan melarutnya sehingga akan akan mempengaruhi
bioavailabilitasnya. Jika bioavailabilitas berubah maka efektifitas
farmakologi obatpun akan berubah, sehingga tujuan pengobatan tidak
tercapai.

6. Turunan Pirazolon
Antipirin
BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 60º selama 2 jam sebelum digunakan.
Kesempurnaan melarut dan warna larutan larut sempurna dalam 1 bagian air
dingin, jika diamati secara melintang dalam tabung yang berdiameter lebih
kurang 20 mm, larutan tampak tidak berwarna dari kuning pucat.

7. Turunan Oksikam
 Piroksikam : Kurva perubahan kadar piroksikam dalam rekristal
piroksikam dan disperse padat piroksikam- PEG 6000 ditunjukkan
bahwa tidak ada pola penurunan kadar. Artinya selama waktu
penyimpanan tersebut secara kimia piroksikam tetap stabil, tidak
terjadi degradasi molekuler piroksikam. Hasil uji anova juga
menunjukkan bahwa perubahan kandungan selama penyimpanan tidak
bermakna (p>0,05), sehingga tidak perlu dilakukan penentuan orde
degradasi dengan membuat persamaan regresi linear. Stabilitas
kimia piroksikam juga ditunjukkan oleh penelitian yang menguji
stabilitas tablet piroksikam 20 mg selama 45 hari pada suhu 450c.
 Meloksikam : penyimpanan pada suhu 25°C dan 50°C selama 30 hari
tidak mempengaruhi stabilitas viskositas gel dispersi padat
meloksikam:PVP. Nilai viskositas gel dispersi padat meloksikam:PEG
sebelum dan setelah proses penyimpanan menunjukkan bahwa
viskositas sediaan gel yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan
viskositas sediaan semisolid yang baik dan memenuhi rentang
viskositas yang diinginkan. Data Meloksikam-PEG 6000 1:8
Meloksikam-PEG 6000 1:5 Meloksikam-PEG 6000 1:1 yang diperoleh
merupakan salah satu bukti bahwa penyimpanan pada suhu 25°C dan
50°C selama 30 hari tidak mempengaruhi stabilitas viskositas gel
dispersi padat meloksikam:PEG 6000.
 Tenoksikam : Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan,
jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan
disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini
mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda.

8. Turunan Anilin /p-Aminofenol


 pada suhu ruang (25-30⁰C) paling lama 2 hari dari hari pertama
pembuatan karena warna larutan masih tetap bening dan kadar
parasetamol yang didapat 100,05 %. Sedangkan pada suhu
penyimpanan pada suhu rendah (2-8⁰C) paling lama 13 hari dari hari
pertama pembuatan meskipun secara nilai kadar sedikit fluktuatif.

F. MEKANISME KERJA OBAT


1. Turunan Asam Fenilasetat
Mekanisme kerja obat ini adalah obat anti inflamasi non steroid dengan
demikian menghambat reversible siklooksigense-1 dan 2, juga menghambat
intesis prostaglandin.

2. Turunan Indol
Mekanisme kerjanya sebagai anti inflamasi, bila membran sel
mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis,
maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida menjadi asam
arachidonat. Asam lemak poli-tak jenuh ini kemudian untuk sebagian diubah
oleh enzim cyclo-oksigenase menjadi endoperoksida dan seterusnya menjadi
prostaglandin. Cyclo-Oksigenase terdiri dari dua iso-enzim, yaitu COX-1
(tromboxan dan prostacyclin) dan COX-2 (prostaglandin). Kebanyakan COX-
1 terdapat di jaringan, antara lain dipelat-pelat darah, ginjal dan saluran cerna.
COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat dijaringan tetapi dibentuk selama
proses peradangan oleh sel-sel radang. Penghambatan COX-2 lah yang
memberikan efek anti radang dari obat AINS.AINS yang ideal hanya
menghambat COX-2 (peradangan) dan tidak menghambat COX-1
(perlindungan mukosa lambung) (Tan dan Rahardja, 2008).
Absorpi indometasin setelah pemberian oral cukup baik; 92-99%
indometasin terikat pada protein plasma. Metabolismenya terjadi di hati.
Indometasin diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit melalui urin dan
empedu. Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam (Wilmana dan Gan, 2007)

3. Turunan Asam Salisilat


Asam salisilat dan turunannya termasuk dalam golongan obat
antiinflamasi non steroid (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs =
NSAIDs). Obat-obatan NSAIDs bekerja dengan cara menghambat enzim
siklooksigenase (COX) sehingga menyebabkan konversi asam arakidonat
menjadi prostaglandin terganggu. Selain COX, 5-lipoksigenase (5-LO)
merupakan salah satu enzim penting yang terlibat dalam proses metabolisme
asam arakidonat. Derivat hidrazon memiliki karakter farmakoforik untuk
menghambat COX dan tipe hidrazon merupakan dual inhibitor terhadap enzim
COX dan 5-LO.

4. Turunan Asam Propionat


Ibuprofen merupakan turunan asam propionat yang memiliki efek
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik (The UK Health Departemen, 2011).
Ibuprofen termasuk kedalam obat golongan NSAID (non-steroid anti
inflammatory drug) yang bekerja menghambat siklooksigenase-1 dan
siklooksigenase-2 (Anderson, Knoben & Troutman, 2002). Ibuprofen
mengobati nyeri dan inflamasi pada penyakit rematik dan penyakit
musculoskeletal lainnya. Ibuprofen memiliki efek samping ketidaknyamanan
gastrointestinal, mual, diare, terkadang pendarahan, dan terjadi ulserasi (The
UK Health Departemen, 2011).

5. Turunan Asam Fenamat


Dengan cara menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX), suatu enzim
yang berfungsi sebagai pembentukan prostaglandin. Prostaglandin itu sendiri
adalah suatu gejala yang terjadi akibat luka sehingga menyebabkan rasa sakit
dan peradangan.
6. Turunan Pirazolon
Fenilbutazon dan turunnya saat ini yang digunakan adalah dipiron
sebagai analgetik antipiretik, karena efek inflamasinya lemah.Efek samping
semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik
dan trombositopenia. Dibeberapa negara penggunaannya sangat dibatasi
bahkan dilarang karena efek samping tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi
pemakaian dipiron cukup tinggi meskipun sudah ada laporan mengenai
terjadinya agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia Dibeberapa
negara penggunaanya sangat dibatasi bahkan dilarang karena efek samping
tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi
meskipun sudah ada laporan mengenai terjadinya agranulositosis.
Fenilbutazon digunakan untuk mengobati arthritis rheumatoid.(annonim,2010)

7. Turunan Oksikam
- Piroksikam : Dengan menghambat enzim yang memproduksi
prostaglandin. Prostaglandin adalah senyawa yang dilepas tubuh dan
menyebabkan rasa sakit serta inflamasi. Dengan menghalangi produksi
prostaglandin, obat ini akan mengurangi rasa sakit dan inflamasi.
Piroxicam hanya dapat mengurangi gejala dan tidak menyembuhkan
arthritis.
- Meloksikam : Meloxicam adalah obat antiinflamasi dan antirematik
nonsteroid (AINS) dari golongan asam enolate. Meloxicam bekerja
dengan cara menghambat biosynthesize prostaglandin yang merupakan
mediator peradangan melalui penghambatan cyclooxygenase-2 (COX-
2), sehingga terjadinya proses peradangan dapat dihambat.
- Tenoksikam : Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis
prostaglandin dengan menghambat siklooksigenase. Tenoxicam
digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan pada osteoarthritis
dan rheumatoid arthritis, tatalaksana jangka pendek gangguan
muskuloskeletal seperti pada keadaan terkilir dan cedera jaringan lunak
lainnya.

8. Turunan Anilin /p-Aminofenol


Cara kerja dari paracetamol adalah dengan menekan kemampuan tubuh
untuk memproduksi zat yang menyebabkan peradangan, yaitu prostaglandin.
Saat produksi zat tersebut berhasil dikurangi, tubuh tidak akan merasakan
gejala sakit peradangan seperti nyeri dan juga demam.

G. KHASIAT DAN EFEK SAMPING


1. Turunan Asam Fenilasetat
Khasiat : Mengurangi peradangan
Efek samping : Mual, diare, sakit maag, nyeri dada, sakit kepala, mata perih,
hilang nafsu makan

2. Turunan Indol
 Khasiat : Meredakan nyeri akibat radang sendi, penyait asam urat,
radang tendon, atau nyeri haid.
 Efek samping
 Sakit perut
 Mual dan muntah
 Diare
 Penyakit asam lambung
 Dispepsia
 Sakit kepala atau pusing
 Sangat mengantuk
 Kehilangan nafsu makan
 Leher terasa kaku tanpa sebab

3. Turunan Asam Salisilat


 Khasiat
Sebagai analgetik, antipiretik, dan anti rematik
 Efek samping
 Iritasi lambung
 Alergi pada kulit
 Telinga berdengung
 Kejang-kejang

4. Turunan Asam Propionat


Oleh sebab itu dikembangkan kombinasi antara ibuprofen dengan famotidin.
Famotidin merupakan golongan obat antagonis reseptor H2. Obat antagonis
reseptor H2 bekerja menghambat gastritis dan ulser duodenal dengan
mengurangi produksi asam lambung (The UK Health Departemen, 2011).
Famotidin dilaporkan dapat bekerja 7,5 hingga 20 kali lebih kuat
dibandingkan dengan ranitidin dan simetidin (Patel, Patel & Pandaya, 2010).
Sehingga jika diberikan secara bersama diharapkan dapat menurunkan efek
samping yang ditimbulkan oleh ibuprofen.
Interaksi antar dua atau lebih bahan aktif farmasi pada saat ini sangat menarik
karena dengan adanya interaksi tersebut menunjukkan efek kuratif yang
sinergis dan dapat mengurangi efek samping dari sediaan obat. Namun jika
kedua zat tersebut tidak kompatibel maka dapat mengakibatkan senyawa obat
tersebut bersifat toksik atau tidak memberikan efek klinik yang diharapkan.
Sifat yang tidak kompatibel dari suatu senyawa obat dapat dikategorikan
sebagai interaksi fisika atau kimia yang dapat terjadi akibat proses
penyimpanan dan selama proses produksi serta saat pencampuran bahan aktif
farmasi tersebut (Nugrahani, Asyarie, Soewandhi & Ibrahim, 2007).
Pada umumnya sediaan farmasi terdiri dari dua atau lebih bahan obat dan
eksipien. Kombinasi antara dua atau lebih bahan aktif serta kombinasi antara
bahan aktif dan eksipien dapat mengakibatkan transformasi dan interaksi
padatan-padatan baik secara kimia maupun fisika (Zaini, Sumirtapura,
Soewandhi & Halim, 2010). Interaksi fisika yang terjadi antara dua atau lebih
padatan obat atau eksipien dapat berupa pembentukkan campuran eutektik,
larutan padat dan fase kokristal (Zaini, Sumirtapura, Soewandhi, Halim,
Uekusa & Fujii, 2010).

5. Turunan Asam Fenamat


Asam mefenamat atau mefenamic acid merupakan obat yang termasuk
dalam golongan anti infalamasi non steroid sebagai anti nyeri pada tingkat
ringan hingga sedang. Obat ini dapat digunakan untuk meredakan sakit kepala,
sakit gigi, nyeri haid, nyeri akibat trauma, nyeri pada otot dan nyeri sesudah
operasi.

Sama seperti obat-obatan lain, asam mefenamat juga memiliki efek samping
serius. Berikut beberapa efek samping yang mungkin muncul saat
mengonsumsi asam mefenamat untuk sakit gigi:

Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, sakit perut, diare,


sembelit dan perut kembung

 Sakit kepala dan pusing


 Jantung berdebar
 Sesak napas
 Kulit gatal dan ruam
 Pandangan kabur
 Sariawan
 Gangguan fungsi ginjal dan hati

6. Turunan Pirazolon
o Farmakologi Turunan Pirazolon
Bekerja secara sentral di otakdalam menghilangkan nyeri, menurunkan
demam dan menyembuhkan rheumatik.Turunan Pirazolon mempengaruhi
hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasasakit dan
thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986).
o Farmakodinamika Turunan Pirazolon
Sebagai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensita
rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap
nyeri yangberkaitan dengan inflamasi.Efek analgetiknya jauh lebih lemah
dari efekanalgetik opiat, obat ini tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) dan
efek sampingsentral yang merugikan. Sebagai antipiretik, obat ini akan
menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Kerja analgetik
antalgin lebih besar dibandingkan dengan kerjaantipiretik yang
dimilikinya. Sedangkan efek antiinflamasinya sangat
lemah(Ganiswara,1981).
o Farmakokinetik Turunan Pirazolon
Fase farmakokinetik adalah perjalanan antalgin mulai titik masuk ke
dalambadan hingga mencapai tempat aksinya.Turunan pirazolon
mengalami proses ADME yaituabsorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi yang berjalan secara simultanlangsung atau tidak langsung
melintasi sel membrane (Anief, 1990).Pada pemberian secara oral senyawa
diserap cepat dan sempurna dalamsaluran cerna.Terdapat 60% turunan
pirazolon yang terikat oleh protein plasma, masa parudalam plasma 3
jam.Obat ini dimetabolisme di hati menjadi metabolit utama dandiekskresi
melalui ginjal (Widodo, 1993).
o Efek yang tidak diharapkan
Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang
lamapenggunaan obat Turunan Pirazolon kadang-kadang
dapatmenimbulkan kasus agranulositosis fatal.Untuk mendeteksi hal
tersebut, selamapenggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara
teratur (Lukmanto, 1986).Efek samping lain yang mungkin terjadi ialah
urtikaria, leukopenia,trombopenia. Terutama pada pasien usia lanjut terjadi
retensi Na dan air denganedema. Pada kelebihan dosis, terjadi hipotensi,
nafas terengah-engah, torus ototmeninggi, rahang menutup, kehilangan
kesadaran dan serangan kram/kejangcerebral (Widodo, 1993).

7. Turunan Oksikam
 Piroksikam : Khasiat piroksikam merupakan turunan oksikam yang
memiliki efek anti inflamasi. Piroksikam dapat dijadikan pilihan untuk
mengobati gangguan muskuloskeletal dan gangguan sendi seperti
ankylosing spondilitis, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, gangguan
jaringan lunak, dalam gaut akut, dan dalam nyeri pasca operasi.
Piroksikam juga digunakan dalam pengobatan lokal dari berbagai
kondisi yang menyakitkan atau inflamasi sebagai gel topical. Efek
samping tersering adalah gangguan saluran cerna, antara lain yang
berat adalah tukak lambung. Efek samping lain adalah pusing, tinitus,
nyeri kepala dan eritem kulit. Piroksikam dianggap berhubungan
dengan risiko menengah efek gastrointestinal. Nekrosi hati, kadang-
kadang fatal, telah dikaitkan dengan piroksikam. Nefropati akut
dengan fitur karakteristik Henoch Schonlein purpura,gagal ginjal akut,
uremia dengan hiperkalemia dan nefritis interstitial akut telah dikaitkan
dengan penggunaan sistemik dari piroksikam. sindrom nefrotik dan
nefriti intesatitial telah mengikuti penggunaan topikal piroksikam gel.
 Meloksikam : Khasiat Meloksikam merupakan turunan oxicam, yaitu
termasuk golongan NSAID yang merupakan inhibitor selektif COX 2.
Meloksikam digunakan dalam pengobatan rheumatoid arthritis, untuk
pengobatan simtomatik jangka pendek eksaserbasi akut osteoarthritis,
dan untuk pengobatan gejala ankylosing spondylitis. Dapat juga
digunakan dalam pengobatan arthiritis juvenile idiopathic. Meloksikam
digunakan sebagai alternatif untuk diklofenak pada sapo di Asia
Selatan ( untuk mengurangi toksisitas pada burung nasar yang dapat
mengkonsumsi bangkai). Efek samping meloksikam yaitu Ganggunan
umum gastrointestinal, seperti ketidaknyamanan pencernaan, mual dan
diare; ini biasanya ringan dan reversibel tetapi dalam beberapa ulkus
peptikum, pasien dan perdarahan gastrointestinal yang parah dapat
terjadi.
 Tenoksikam : Tenoxicam Tablet digunakan untuk mengobati
osteoarthritis dan rheumatoid arthritis, cedera jangka pendek seperti
keseleo dan cedera jaringan lunak lainnya. Efek samping tenoksikam
adalah gangguan pencernaan atau mulas, sembelit, masuk angin,
kehilangan nafsu makan (anoreksia), tinja berwarna gelap, kurang
darah, sakit perut atau ketidak nyamanan, diare, merasa atau sakit
(terutama muntah darah atau partikel gelap yang terlihat seperti bubuk
kopi) dan maag.

8. Turunan Anilin /p-Aminofenol


pada suhu ruang (25-30⁰C) paling lama 2 hari dari hari pertama
pembuatan karena warna larutan masih tetap bening dan kadar parasetamol
yang didapat 100,05 %. Sedangkan pada suhu penyimpanan pada suhu rendah
(2-8⁰C) paling lama 13 hari dari hari pertama pembuatan meskipun secara
nilai kadar sedikit fluktuatif
H. HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIFITAS OBAT
1. Turunan Asam Fenilasetat
Secara umum mempunyai gambaran struktur sebagai berikut :
1) Mempunyai gugus karbonil atau ekivalenya seprti asam
enolat,sulfonamide yang terpisah oleh satu atom C dari inti aromatic datar.
Pemisahan dengan lebih dari satu ataom C, missal pada turunan asam
propionate atau butirat, akan menurunkan aktivitas
2) Adanya gugus α-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan
aktivitas antiradangnya. Contoh : ibufenak, tidak mempunyai gugus α-
metil dan bersifat hepatotoksik.
3) Adanya α-subtitusi menyebabkan senyawa bersifat optis-aktifr dan
kadang-kadang isomer satu lebih aktif di banding yang lain. Mempunyai
aktifitas analgetik, antipiretik dan antiradang. Senyawa ini merupakan
inhibitor siklooksigense. Selain itu, tampak menurunkan konsentrasi
intrasel arakidonat bebas dalam leukosit, dengan mengubah pelepsan atau
pengambilan asam lemak tersebut.

2. Turunan Indol
1) Adanya atom C asimetris, seperti pada C8 dan C5, dapat menghasilkan
4 diastereoisomer, yaitu d & I-asam lisergat serta d & I-asam
isolisergat. Hanya d- asam lisergat yang menghasilkan aktivitas
halusinogen.
2) Turunan n-asetil dalam tubuh akan terhidrolisis menjadi senyawa
induk aktif.
3) Hidrogen nasi pada ikatan rangkap C2-C3 akan menurunkan aktivitas
± seperdelapan kali.
4) Hidrogenasi pada ikatan rangkap C9-C10 dapat menghilangkan
aktivitas.
5) Memiliki cincin benzopirol yaitu suatu jenis alkaloid yang disintesis
dari asam amino triptofan sebagai prekursor nya sebagai aktivitas
halusinogen.
3. Turunan Asam Salisilat
1) Senyawa yang aktif sebagai antiradang adalah anion salisilat. Gugus
karboksilat penting untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus
berdekatan dengannya.
2) Turunan halogen, seperti asam 5-klorsalisilat dapat meningkatkan
aktivitas tetapi toksisitas lebih besar.
3) Adanya gugus amino pada posisi 4 akan menghilangkan aktivitas.
4) Pemasukan gugus metil pada posisi 3 menyebabkan metabolisme atau
hidrolisis gugus asetil menjadi lambat sehingga masa durasi obat
menjadi lebih panjang.
5) Adanya gugus aril yang bersifat hidrofob pada posisi 5 dapat
meningkatkan aktivitas.
6) Adanya gugus difluorofenil pada posisi meta dari gugus karboksilat
(diflunisal) dapat meningkatkan aktivitas analgetik, memperpanjang
durasi obat dan menghilangkan efek samping, seperti iritasi saluran
cerna, dan meningkatkan waktu pembekuan darah.
7) Efek iritasi dari aspirin disebabkan oleh gugus karboksilat. Esterifikasi
gugus karboksil akan menurunkan efek iritasi tsb.

4. Turunan Asam Propionat


1) Mempunyai gugus karboksil atau ekivalennya seperti asam enolat,
asam hidroksamat, sulfonamide dan tetrasol, yang terpisah oleh satu
atom C dari inti aromatic datar. Pemisahan dengan lebih dari satu atom
C misal pada turunan asam propionate atau butirat akan menurunkan
aktivitas.
2) Adanya gugus α-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan
aktivitas antiradangnya. Contohnya ibufenak tidak mempunyai gugus
α-metil dab bersifat hepatotoksik, turunan α-metilnya (ibuprofen)
mempunyai aktivitas antiradang lebih tinggi daripada ibufenak. Makin
panjang jumlah atom C aktivitasnya makin menurun.
3) Adanya α-substitusi menyebabkan senyawa bersifat optis aktif dan
kadang-kadang isomer 1 lebih aktif dibanding yang lain. Konfigurasi
yang aktif adalah bentuk isomer S. contoh : S (+) ibuprofen lebih aktif
dibanding isomer (-), sedang isomer (+) dan (-) fenoprofen mempunyai
aktivitas yang sama.
4) Turunan ester dan amida juga mempunyai aktivitas antiradang karena
secara invivo dihidrolisis menjadi bentuk asamnya. Demikian pula
untuk turunan alcohol dan aldehida, secara invivo dioksidasi menjadi
gugus karboksil. Contoh : Natrium diklofenak, ibuprofen, ketoprofen,
Flurbiprofen, loksoprofen dan fenbufen

5. Turunan Asam Fenamat

Hubungan struktur dan aktivitas obat :


1) Turunan asam N-antranilat mempunyai aktivitas yang lebih tinggi bila
pada cincin benzene yang terikat atom N mempunyai
substituensubstituen pada posisi 2,3, dan 6
2) Yang aktif adalah turunan senyawa 2,3-disubstitusi. Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa mempunyai aktivitas yang lebih besar
apabila gugus-gugus pada N-aril berada di luar koplanaritas asam
antranilat. Struktur tidak planar tersebut sesuai dengan tempat reseptor
hipotetik antiradang. Contoh: adanya substituen orto-metil pada asam
mefenamat dan orto-klor pada asam meklofenamat akan meningkatkan
aktivitas analgesic
3) Penggantian atom N pada asam antranilat dengan gugus-gugus
isosterik seperti O,S, dan CH2 dapat menurunkan aktivitas.
(Siswandono dan Soekardjo, 2008).

6. Turunan Pirazolon
Turunan 5-Pirazolon Turunan 5-pirazolon, seperti antipirin,
amidopirin, dan metampiron mempunyai aktifitas analgesik-antipiretik dan
antirematik serupa dengan aspirin.Turunan ini digunakan untuk mengurangi
rasa sakit pada keadaan nyeri kepala, nyeri pada spasma usus, ginjal, saluran
empedu dan usus, neuralgia, migraine, dismenore, nyeri gigi dan nyeri pada
rematik.Efek sampinga yang ditimbulkan oleh turunan 5-pirazolon adalah
agranulositosis yang dalam beberapa kasus dapat berakibat fatal. Struktur
umum molekul 5-Pirazolon.

7. Turunan Oksikam
1) Piroksikam : Mempunyai aktivitas analgesic, antirematik dan
antiradang yang kurang lebih sama dengan indometasin, dengan masa
kerja yang cukup panjang. Kadang kadang digunakan untuk
pengobatan penyakit tiroid akut. Menimbulkan efek samping iritasi
saluran cerna cukup besar. Piroksikam diabsorpsi dengan baik dalam
saluran cerna, kurang lebih 99% obat terikat oleh protein plasma.
Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 3-5 jam setelah pemberian oral,
dengan waktu paruh plasma kurang lebih 30-60jam.
2) Meloksikam : Meloksikam adalah agen NSAIA memamerkan
analgesic, antipiretik dan tindakan anti inflamasi yang telah disebut
sebagai preferensial dari pada selektif COX-2 inhibitor. Khasiat dari
7,5 atau 15 mg sekali sehari adalah sebanding dengan piroksikam 2 mg
sehari atau 1 mg harian konvensional atau diperpanjang rilis
diklofenak.
3) Tenoksikam : Mempunyai aktivitas antiradang, analgetik antipiretik
dan juga menghambat agregasi platelet. Tenoksikam digunakan
terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat peradangan dan kelainan
degenaeratif pada system otot rangka. Efek samping iritasi saluran
cerna cukup besar. Tenoksikam mempunyai masa kerja yang panjang
dan waktu paruh biologisnya kurang lebih 72 jam.

8. Turunan Anilin /p-Aminofenol


Hubungan struktur-aktivitas dari senyawa obat turunan anilin dan para-
aminofenol adalah sebagai berikut :
1) Anilin mempunyai efek antipiretik cukup tinggi tetapi toksisitasnya
juga besar karenamenimbulkan methemoglobin, suatu bentuk
hemoglobin yang tidak dapat berfungsisebagai pembawa oksigen.
2) Substitusi pada gugus amino mengurangi sifat kebasaan dan dapat
menurunkanaktivitas dan toksisitasnya. Asetilasi gugus amino
(asetanilid) dapat menurunkantoksisitasnya, pada dosis terapi relatif
aman tetapi pada dosis yang lebih besarmenyebabkan pembentukan
methemoglobin dan mempengaruhi jantung. Homologyang lebih tinggi
dari asetanilid mempunyai kelarutan dalam air sangat rendahsehingga
efek analgesik dan antipiretiknya juga rendah.
3) Turunan aromatik dari asetanilid, seperti benzenanilid, sukar larut
dalam air, tidakdapat dibawa oleh cairan tubuh ke reseptor sehingga
tidak menimbulkan efekanalgesik, sedang salisilanilid sendiri
walaupun tidak mempunyai efek analgesik tetapidapat digunakan
sebagai antijamur.
4) Para-aminifenol adalah produk metabolic dari anilin, toksisitasnya
lebih rendahdisbanding anilin dan turunan orto dan meta, tetapi masih
terlalu toksik untuklangsung digunakan sebagai oat sehingga perlu
dilakukan modifikasi struktur untukmengurangi toksisitasnya.
5) Asetilasi gugus amino dari para-aminofenol (asetaminofen) akan
menurunkantoksisitasnya, pada dosis terapi relatif aman tetapi pada
dosis yang lebih besar danpada pemakaian jangka panjang dapat
menyebabkan methemoglobin dan kerusakanhati.
6) Eterifikasi gugus hidroksi dari para-aminofenol dengan gugus metil
(anisidin) dan etil(fenetidin) meningkatkan aktivitas analgesik tetapi
karena mengandung gugus aminobebas maka pembentukan
methemoglobin akan meningkat.
7) Pemasukan gugus yang bersifat polar, seperti gugus karboksilat dan
sulfonat, ke intibenzene akan menghilangkan aktivitas analgesik.
8) Etil eter dari asetaminofen (fenasentin) mempunyai aktivitas analgesik
cukup tinggi,tetapi pada penggunaan jangka panjang menyebabkan
methemoglobin, kerusakanginjal dan bersifat karsinogenik sehingga
obat ini dilarang di Indonesia.
I. BENTUK SEDIAAN & DOSIS
1. Turunan Asam Fenilasetat
 Bentuk sediaan diklofenak yaitu oral yang tersedia : tablet 25mg, 50
mg.
 Tablet salut selaput : 25mg, 50mg, 75mg.
 Kapsul lepas lambat : 75mg, 100mg.
 Dosis : dewasa 50mg, 3 kali sehari. Dewasa dosis awal 50mg pada
serangan pertama, bila migrai masih terasa setelah 2 jam,
konsumsi lagi 50mg

2. Turunan Indol
 Bentuk sediaan : Kapsul, Oral: 25 mg, 50 mg. Kapsul Extended
Release, Oral: 75 mg. Solution Reconstituted, Intravenous: 1 mg.
 Dosis : Oral, penyakit reumatik, 50-200 mg sehari dalam dosis terbagi,
bersama makanan; ANAK : tidak dianjurkan. Gout akut, 150-200 mg
sehari dalam dosis terbagi Dismenorea, hingga 75 mg sehari. Rektal
dalam bentuk supositoria, 100 mg pada malam hari dan pagi hari jika
diperlukan; ANAK: tidak dianjurkan. Menggabungkan pengobatan
oral dan rektal, maksimum dosis total sehari 150-200 mg.

3. Turunan Asam Salisilat


 Bentuk sediaan cairan (27,5%) digunakan dengan terlebih dahulu
melindungi kulit yang tidak terkena di sekitarnya dengan petrolatum
atau dikenal dengan brand Vaseline®. Kemudian, cairan asam salisilat
dioleskan ke setiap kutil dan biarkan mengering. Ulangi pengolesan 1-
2x sehari hingga 6 minggu.
 Bentuk sediaan cairan (17%) atau gel digunakan dengan
membersihkan terlebih dahulu area kulit yang kering kemudian
dioleskan setiap kutil dan biarkan mengering. Digunakan 1-2x sehari
hingga 12 minggu.
 Bentuk sediaan gel (6%) dioleskan pada kulit yang bermasalah 1x
sehari, lebih baik digunakan pada malam hari dan dibilas pada pagi
hari. Bentuk sediaan asam salisilat berbentuk busa digunakan dengan
cara digosokkan pada kulit sampai benar-benar terserap dan digunakan
2x sehari
 Bentuk sediaan asam salisilat patch (15%) digunakan dengan
menempelkan patch langsung di atas area kulit yang terkena,
sedangkan patch (40%) dibiarkan di tempat selama 48 jam dan dapat
diulang penggunaannya hingga 12 minggu.
 Bentuk sediaan plester digunakan tergantung dari aturan pakai yang
tertera pada produk. Bentuk sediaan salep (3%) digunakan dengan
mengoleskan pada plak atau sisik pada kulit tiap 6 jam (tidak
digunakan pada kulit kepala atau wajah).
 Bentuk sediaan krim (2,5%) digunakan dengan mengoleskan pada area
kulit yang bermasalah tiap 6-8 jam, dapat dibiarkan dalam semalam
tergantung pada produk. Bentuk sediaan bedak tabur digunakan
dengan mengoleskan bedak tabur pada area kulit yang bermasalah,
kemudian didiamkan.
 Bentuk sediaan shampo (1,8-3%) digunakan dengan memijat produk
ke rambut basah atau area kulit yang bermasalah dan biarkan selama
beberapa menit. Setelah dirasa cukup, bilas sampai bersih. Shampo
asam salisilat ini dapat digunakan 2-3x seminggu atau seperti yang
diarahkan oleh professional kesehatan, dapat juga dibiarkan dalam
semalam tergantung produk yang digunakan.

4. Turunan Asam Propionat


 Bentuk Sediaan :Oral, Kapsul, Tablet
 Dosis : Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari.
Anak 1-2 tahun, 50 mg 3-4 kali sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg 3-4 kali
sehari. 8-12 tahun, 200-250 mg 3-4 kali sehari. Tidak boleh
dipergunakan pada anak dengan berat badan kurang dari 7 kg.
Sebaiknya diminum setelah makan. Osteoartritis, artritis reumatoid.
1200 mg – 1800 mg 3 kali sehari. Eksaserbasi akut. Dosis maksimum
2400 mg/hari, jika kondisi sudah stabil selanjutnya dosis dikurangi
hingga maksimum 1800 mg/hari.
5. Turunan Asam Fenamat
 Bentuk Sediaan : Oral, Tablet, Sirup
 Dosis : Asam mefenamat tersedia dalam bentuk tablet 250 mg, tablet
500 mg, dan sirup. Dewasa: 500 mg untuk dosis pertama, dilanjutkan
dengan 250 mg setiap 6 jam selama 2 sampai 3 hari. Anak-anak 14
tahun ke atas: dosis ditentukan oleh dokter.

6. Turunan Pirazolon
 Metampiron
Bentuk sediaan : Tablet 500 mg, Injeksi 1000 mg/2 ml
Aturan dosis metampiron harus sesuai dengan anjuran dokter.Jangan
melebihkan atau mengurangi dosis tanpa pengawasan dokter. Secara
umum terdapat beberapa rekomendasi dosis yang sering digunakan
oleh dokter, yaitu: Dosis Oral
dewasa : 0,5-1 gram yang dikonsumsi 3-4 kali sehari.
Anak usia > 3 bulan : 8-16 mg/kgBB yang dikonsumsi 1-4 kali sehari.
 Dosis Injeksi
Dewasa: 1 g sebanyak 4 kali/hari atau 2,5 g sebanyak 2 kali/hari. Dosis
dapat disesuaikan berdasarkan keparahan penyakit dan respons pasien
terhadap obat.Dosis maksimal 5 g/hari.
Anak-anak > 3 bulan: dosis ditentukan berdasarkan berat badan.
Sedangkan pada pemberian metampiron injeksi biasanya akan
diberikan dalam pengawasan dokter secara langsung. Injeksi bisa
diberikan melalui pembuluh darah vena (intravena) atau melalui otot
(intramuskular).

7. Turunan Oksikam
 Piroksikam : Bentuk sediaannya adalah tablet,injeksi,jel dan kapsul.
Dosis piroxicam tergantung kepada tingkat keparahan gejala, kondisi
kesehatan dan respon tubuh pasien. Dosis yang umum diberikan adalah
10-20mg per hari. Dosis maksimum obat ini adalah 20mg per hari.
Penggunaan piroxicam, khususnya untuk manula diatas 70 tahun,
sebaiknya dilakukan dibawah pengawasan dokter. Sedangkan anak-
anak dibawah usia 12 tahun tidak dianjurkan mengonsumsi obat ini.
 Meloksikam : Bentuk obat adalah tablet dan supossituria. TABLET:
Dewasa: 7,5-15 mg per hari. Lansia: 7,5 mg per hari. Anak-anak ≥ 60
kgBB: 7,5 mg per hari. SUPOSSITURIA: Dewasa: 1 kapsul
suppositoria per hari
 Tenoksikam : Bentuk sediaan tablet. Dosis harian biasa adalah 20mg,
dikonsumsi 1 tablet pada waktu yang sama setiap harinya. Jangan
menggunakan Tenoxicam lebih dari yang dianjurkan dokter. Luka
sementara: Pengobatan normalnya  tidak boleh lebih dari 7 hari, tetapi
untuk kasus yang parah, dapat dilanjutkan maksimal 14 hari. Pasien
lansia: Dokter akan menggunakan dosis serendah mungkin dan akan
tetap memeriksa Anda untuk melihat adanya efek samping atau tidak.

8. Turunan Anilin /p-Aminofenol


 Bentuk Sediaan :tablet, suspense , injeksi
 Dosis:
Dewasa
325–650 mg tiap 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam. Paracetamol
biasanya tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 500 mg.
Paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4–6 jam sekali untuk
meredakan demam.
Anak<2bulan
10–15 mg/kgBB, tiap 6–8 jam sekali atau sesuai dengan anjuran
dokter.
Anak2 bulan–12 tahun
10–15 mg/kgBB, tiap 4–6 jam sekali atau sesuai anjuran dokter. Dosis
maksimal 5 kali pemberian dalam 24 jam.
Anak > 12 tahun
325–650 mg per 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.
DAFTAR PUSTAKA

- Eyjolfsson, R., 2000. Diclofenac Sodium: Degradation in solution and Solid


State. Drug Development and Industrial Pharmacy, 26(4), 451-453
- Hardjasaputra SLP, Budipratono G, Sembiring SU, dan Kamil I. Data Obat di
Indonesia. Jakarta: Grafidian Medipress; 2002.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,. 2014. Farmakope Indoensia EdisiV.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
- Mandala, B., Das, D., Rameshabu, P. A., Dhara, S., and Pal, s., 2016.
Biodegradle, Biocompatible Transdermal Device Derived From
Carboxymethyl Cellulose and Multi Walled carbon Nanotube For
SustainedRelease of Diclofenac Sodium. The Royal Society of
Chemistry.1-8
- Tjay TH, dan Rahardja K. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan EfekEfek
Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2002.
- Suryawanshi SB, Osman HA, Shaikh YI, dan Nazerrudin GM. Synthesis of
Various Esters of Diclofenac (NSAID’s) as ProDrugs and their
BiologicalEvaluation. J. Chem. Scien. Trans. 2014; 3(2): 562-565
- Sittig, M. Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens.Third
Edition. Noyes Publications. New Jersey. 1991
- OHS, MDL Information System, Inc., Donelson Pike, Nashville, 1997
- Sudjadi, Abd Rohman, 2012, Analisis Farmasi, PustakaPelajar Yogyakarta.
- Tjay, Drs. Tan Hoan dan Rahardja, Drs. Kirana, 2008. Obat-Obat Penting Edisi
Enam. Jakarta: PT Gramedia
- Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
- A.L Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuanitatif.  Jakarta: Erlangga.
- Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI
- Donald, C. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: EGCPudjaatmaka.1992. Kimia
Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga
- Soekardjo bambang, Siswando. 2008. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University Press
- Siswandono dan B. Soekardjo. 2008. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University Press.
- Indrawati T. 2010. Stabilitas Kaplet Asam Mefenamat Dengan Suhu dan Kelembapan
Ruang Penyimpanan yang Berbeda. Program Study Farmasi, FMIPA, Institute Sains
dan Teknologi Nasional. Jakarta Selatan.
- Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Balai Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
- Gandjar, G.H,. dan Rohman, A,. 2007.Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar,
Jakarta.
- Dieki, R. 2012. Pengaruh Suhu Pembentukan Kristal Terhadap Karakteristik
Kokristal Asam Mefenamat Dengan Asam Tatra

Anda mungkin juga menyukai