Disusun oleh :
DINA ANISAWATI
20170340024
Disusun oleh :
DINA ANISAWATI
20170340024
Mengetahui,
Kaprodi Kedokteran Gigi FKIK
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dosen Pembimbing
drg. Edwyn Saleh, Sp.BMM. yang telah membimbing,
memberi nasehat dan mengajari saya dalam menyelesaikan literature review.
iii
Teman bimbingan
Sebagai rasa terima kasih kepada teman seperjuangan penulisan Literature
Review (Nisa Andita dan Widha Rachmada) yang telah berjuang, bekerja sama,
serta membantu satu sama lain selama penulisan Literature Review ini.
Sahabat-sahabat
Sebagai rasa terima kasih kepada sahabat tersayang (Ana, Dea, Alfi, Fani, Eva,
dll) karena sudah memberikan semangat, motivasi, dan bersedia mendengar keluh
kesah saya.
Dina Anisawati
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
NASKAH SEMINAR HASIL.................................................................................ii
LEMBAR PERSEMBAHAN.................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
ABSTRACT.............................................................................................................vii
INTISARI.............................................................................................................viii
LATAR BELAKANG.............................................................................................1
A. Definisi Topik...............................................................................................1
B. Ruang Lingkup..............................................................................................4
C. Eksklusi.........................................................................................................4
D. Temuan Umum.............................................................................................4
E. Ketersediaan Literasi.....................................................................................6
KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................20
A. Karakteristik Responden.............................................................................20
B. Instrumen Penelitian...................................................................................24
C. Stres Pada Penyandang Disabilitas Fisik Tunadaksa..................................29
D. Hubungan Stres Terhadap Kejadian Temporomandibular Disorder..........30
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
v
DAFTAR TABEL
vi
ABSTRACT
Health is a condition of free from disease, weakness, and disability. One form
of physical disability is known as quadriplegic. Person with physical disability
still have not fully received attention in their environment. One of psychological
impacts experienced by person with physical disability is stress. Stress is a
condition resulting from an individual's relationship with their environment
where there is a conflict between the demands and abilities of the individual's
biological, psychological, and social system. Stress has an effect on the body by
activating the hypothalamus-pituitary-adrenal-axis (HPA) through a complex
neural pathway that increases efferent gamma activity which cause the intrafusal
fibers in the spindles in the muscles to contract causing the muscles becomes
tense. If it happens continuously, it can lead to damage the temporomandibular
joint. The aim of this literature is to obtain a theoretical basis for the relationship
of stress with the incidence of temporomandibular disorder in quadriplegic
people. Quadriplegic people is a persons with physical disabilities that have
easily recognized than other types of disability. From the literature review above,
we can get an assumption if the psychological impact of stress experienced by
persons with physical disabilitiy (quadriplegic people) can increase the risk of the
occurance of temporomandibular disorder.
vii
INTISARI
viii
LATAR BELAKANG
A. Definisi Topik
personal, dan sosiokultural. Aspek mental dan sosial adalah salah satu
aspek yang terkandung dalam definisi kesehatan secara luas serta tidak
kecacatan (1). Bentuk kecacatan fisik yang paling banyak dialami dan
ditemui yaitu tunadaksa. Tunadaksa merujuk pada kata tuna yang berarti
kurang atau rugi dan daksa yang berarti tubuh (2). Penyandang disabilitas
mencapai 3,3%, pada orang dewasa berusia 18-59 tahun mencapai 22%,
dan disabilitas pada lansia berusia lebih dari 60 tahun mencapai 1,6%.
Sosial Indonesia pada tahun 2012 mencapai 717,312 jiwa atau sekitar
ketunaan yang lain lebih mudah dikenali karena ketunaannya yang tampak
1
2
jelas secara fisik serta penyandang menyadari hal tersebut. Akibat jenis
psikologis, dan sistem sosial individu (5). Stres memiliki efek pada tubuh
otot menjadi tegang (6). Keadaan hiperaktifitas ini jika berlangsung terus-
menerus dalam kurun waktu yang lama akan memicu kelelahan otot yang
pengunyahan (6).
3
Artinya : Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun
merujuk pada adanya rasa sakit serta gangguan pada sistem pengunyahan
pengobatan (2%-4%). Gangguan sendi ini empat kali lebih umum terjadi
hasil studi cross sectional secara signifikan ditemukan lebih tinggi pada
4
oleh perempuan dengan tingkat keparahan ringan dan sedang pada usia 17-
25 tahun dan keparahan berat pada usia 36-45 tahun dan 46-55 tahun (12).
B. Ruang Lingkup
1. Pertanyaan penelitian
(tunadaksa)?
2. Kriteria
C. Eksklusi
D. Temuan Umum
India dengan judul “Self Esteem, Anxiety, Depression, and Stress Among
dengan tingkat harga diri yang rendah pada orang dengan kondisi
disabilitas fisik dengan orang yang memiliki kondisi fisik normal. Nilai
rata-rata dari skor stres didapatkan 26,8 lebih tinggi pada orang dengan
normal. Skor ini dengan jelas menunjukkan adanya perbedaan stres antara
stres, dan kecemasan sehingga dapat mengarah pada tingkat harga diri
adanya hubungan yang cukup kuat antara gejala stres dengan kejadian
gigi muda pada penelitian tersebut adalah bunyi sendi dan nyeri atau rasa
yang berlebihan dalam jangka waktu lama dan disfungsi otot selama
pengunyahan. Stres pada dokter gigi muda dapat dilihat dari hasil
pekerjaan klinis yang buruk dan tingkat kepuasan pasien yang rendah (7).
E. Ketersediaan Literasi
stres fisik seperti badan yang masih terasa sakit dan nyeri. Responden
pergerakan. Faktor lain yang dapat memicu adanya stres yaitu masalah
harga diri yang rendah pada penyandang disabilitas fisik dengan orang
yang memiliki kondisi fisik normal. Nilai rata-rata dari skor stres
fisik daripada orang yang memiliki kondisi fisik normal. Skor ini
frustasi, stres, dan kecemasan yang dapat mengarah pada tingkat harga
19,7 (SD 7,0) yang secara signifikan lebih tinggi (13,7, SD 6.6; t
yang dirasakan tinggi terutama mereka yang dibatasi oleh rasa sakit,
pelecehan (15).
helkimo yang terdiri dari indek anamnesis dan disfungsi serta untuk
muda pada penelitian tersebut adalah bunyi sendi dan nyeri atau rasa
Stres yang dialami dokter gigi muda dapat dinilai dari hasil pekerjaan
hubungan antara stres, bruxism, dan keausan gigi yang dilakukan pada
pesawat tempur. Nilai p untuk pilot transportasi adalah 0,018 dan untuk
Gigi diikuti deviasi (16,3%), nyeri otot (14,3%), dan nyeri pada sendi
lebih tinggi pada siswa perempuan pre-klinik dengan kelompok usia 21-
yang cukup sensitif dapat memicu adanya stres yang dialami mahasiswa
(20).
10. Penelitian oleh Saputra, dkk. (2016) di Indonesia dengan judul “A Study
produktif. (21).
15
3. Hughes, dkk. (2005) Medical 415 Penyandang Skor stres yang dirasakan rata-rata untuk sampel
Outcomes disabilitas fisik adalah 19,7 (SD 7,0) yang secara signifikan
Study Short (tunadaksa) lebih tinggi (13,7, SD 6.6; t 15.96, p .001)
Form-36 perempuan daripada yang dilaporkan dalam sampel
(SF-36) perempuan dengan kondisi fisik normal.
16
Craig
Handicap
Assesment
And
Reporting
Techinque
(CHART)
Perceived
Stress
Scale (PSS)
Study
Social
Support
Scale.
Abuse
Assessment
Screen-
Disability
(AAS-D)
Bodiliy
pain
subscale.
4. Husada, dkk. (2019) Index 107 Mahasiswa TMD ringan 6,8%
helkimo profesi TMD sedang 44,4%
17
Perceived
stress scale
(PSS)
6. Fellbyan, dkk. Research 41 Remaja yatim Subjek dengan tingkat stres sedang (61%)
(2020) Diagnostic piatu mengalami TMD sebesar 68,3%.
Criteria for Prosentase subjek sebanyak 58,5% mengalami
Temporoman nyeri miofascial.
dibular Prosentase subjek sebanyak 9,8% mengalami
Disorder gangguan disk displacement.
(RDC/TMD)
Perceived
Stress Scale
(PSS)
7. Riffel, dkk. (2015) Fonseca 696 Mahasiswa Dari total 489 responden mahasiswa
anamnestic (70,25%) subjek memiliki beberapa derajat
index. kejadian TMD dan TMD ringan paling umum
(309) di semua jurusan mahasiswa.
Readjustmen
t Rating
Scale
18
8. Yanti, dkk. (2019) Axis 1 50 Pilot Uji Mann Whitney menunjukkan adanya
DC/TMD transportasi perbedaan yang signifikan antara stres dengan
kejadian TMD dengan nilai p= 0.018 vs. p=
American Pilot pesawat 0.010. bruksisme dengan TMD sebesar p= 0.000
Academy of 50 tempur vs. p= 0.000, keausan gigi dengan TMD sebesar
Sleep p= 0.000 vs. p= 0.000 yang terjadi diantara pilot
Medicine transportasi dengan pilot pesawat tempur.
Kuisioner
index etiolgi
temporomandi
bular
disorder.
9. Ahuja, dkk. (2018) Perceives 450 Mahasiswa Kliking ditemukan sebagai tanda dari
stress scale kedokteran temporomandibular disorder (24,9%) diantara
(PSS) gigi mahasiswa Kedokteran Gigi diikuti deviasi
(16,3%), nyeri otot (14,3%), dan nyeri pada
Dental sendi temporomandibula (5,7%).
environment
Stress
10. Saputra, dkk. (2016) Job Stres 116 Akuntan Terdapat presentase yang lebih tinggi pada
Survey (JSS) pasien yang di diagnosis TMD (67,9%) pada
kelompok yang mengalami stres level sedang
Temporomand terkait intensitas pekerjaan.
ibular Kelompok yang memiliki skor stres tinggi
Disorder terkait intensitas pekerjaan, semua subjek
Diagnostic terdiagnosis TMD.
Index (TMD- Kelompok yang memiliki skor stres rendah
19
A. Karakteristik Responden
nampak semangat dan tersenyum dan ada juga yang merespon dengan
(15).
didapatkan sebesar 26,8 yang lebih tinggi daripada stres pada populasi
normal. (13).
pada remaja berusia 13-18 tahun (17). Rentan usia responden 17-54
kelompok usia 20-30 tahun meunjukkan adanya skor level stres yang
tersebut (21).
pada perempuan daripada laki-laki (7, 16, 17, 18, 20). Kondisi tersebut
(20). Fakta ini dikaitkan dengan adanya hormon esterogen pada wanita
disorder pada remaja yatim piatu putri dapat terjadi karena faktor
23
yatim piatu lebih sensitif terhadap rasa sakit termasuk rasa sakit pada
(18).
dapat terjadi karena tekanan waktu, beban kerja yang berat, masalah
B. Instrumen Penelitian
0,7) (13).
25
PSS dinilai pada skala yang terdiri dari 5 poin (0 tidak pernah sampai 4
sangat sering) dengan skor total berkisar dari 0 hingga 40. Skor yang
internal (internal reliability) telah terbukti tinggi yaitu nilai alpha 0,78
(15).
gejala TMD dengan klasifikasi individu dengan skor tanpa TMD (0-
19), TMD ringan (20-44), TMD sedang (45-69) dan TMD berat (70-
relatif singkat dengan biaya rendah. Instrumen ini juga mudah untuk
27
disorder
mengukur tingkat stres responden (20) (16) (17). PSS terdiri dari 10
cukup sering, dan 4 = sangat sering) (20). Semakin tinggi skor stres
yang didapatkan, maka semakin besar stres yang dirasakan (16). Hasil
akhir PSS adalah berupa stres ringan, sedang, dan berat (17).
dan jarang yang terjadi dalam 12 bulan terakhir (18). Pada penelitian
yang dirasakan dari setiap stressor yang diberikan pada skala 1 sampai
29
(tunadaksa) yaitu terkait masalah fisik berupa badan masih sakit dan nyeri,
sumber modal. Beberapa hal tersebut masih menjadi sumber adanya stres
dengan kondisi disabilitas fisik daripada subjek dengan kondisi fisik yang
didapatkan sebesar 26,8 lebih tinggi daripada stres pada populasi dengan
Stres adalah suatu kondisi psikologis yang dapat dialami oleh setiap
orang termasuk anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua (17). Stres
menerus akan berakibat adanya gangguan atau kerusakan lebih lanjut pada
disorder (7).
gamma eferen melalui jalur saraf yang kompleks yang dapat memicu
kontraksi pada otot. Kontraksi otot akan meningkatkan tonusitas pada otot
disorder memiliki prevalensi yang cukup tinggi pada perempuan dan biasanya
menyerang pada dekade usia antara 20-50 tahun. Stres merupakan salah satu
diteliti hubungannya pada komunitas yang memiliki resiko dan paparan stres
cukup tinggi (dalam hal ini mahasiswa kedokteran gigi, pekerja akuntan, pilot,
telah ada. Diharapkan dari hasil penelitian tersebut masyarakat dapat mengetahui
13. Mushtaq S, Akhouri DD. Self Esteem, Anxiety, Depression and Stress among
Physically Disabled People. Int J Indian Psychol. 2016;3(4):9.
14. Urbayatun S. Stres Pada Penyintas Gempa Yang Mengalami Cacat. J Indig.
2015;13(1):102–9.
15. Hughes RB, Taylor HB, Robinson-Whelen S, Nosek MA. Stress and women
with physical disabilities: Identifying correlates. Womens Health Issues. 2005
Jan;15(1):14–20.
16. Augusto VG, Perina KCB, Penha DSG, Santos DCA dos, Oliveira VAS.
Temporomandibular Dysfunction, Stress And Common Mental Disorder In
University Students. Acta Ortopédica Bras. 2016 Dec;24(6):330–3.
18. Riffel CDT, Flores ME, Scorsatto JT, Ceccon LV, De Conto F, Rovani G.
Association of Temporomandibular Dysfunction and Stress in University
Students. Int J Odontostomatol. 2015 Aug;9(2):191–7.
22. Maura Saputra C, Tanti I. A Study of the Relationship Between Job Related
Stress and Temporomandibular Disorders in Accountants Working in Jakarta.
J Dent Indones [Internet]. 2016 Dec 31 [cited 2020 Oct 12];23(3). Available
from: https://scholarhub.ui.ac.id/jdi/vol23/iss3/3/