Anda di halaman 1dari 2

Jakarta – Bagai pungguk merindukan sang rembulan, begitulah kira-kira saya menggambarkan keaadaan

saat ini. Banyak hal mustahil dan ketidakmungkinan yang selalu menghantui. Seperti kebanyakan siswa
tahun terakhir sekolah menengah pada umumnya yang sedang hectic menghadapi segala ujian di depan
mata.

Berawal dari tahun 2018, saya memutuskan untuk memilih SMAN 34 Jakarta sebagai tempat menimba
ilmu. Ketika PPDB, saya mengalami kebimbingan luar biasa antara memilih SMAN 28 atau SMAN 34.
Pertimbangannya adalah jarak rumah, sehingga Pondok Labu menjadi alternatif terakhir saya untuk
menimba ilmu. Namun, akhirnya saya masuk PPDB dengan peringkat enam melalui jalur umum.

Saya memiliki hubungan love – hate relationship dengan sekolah ini. Banyak hal baru yang masih
membutuhkan penyesuaian bahkan hingga saya berada di semester akhir saat ini. Lingkungan baru,
kondisi baru, dan perilaku baru. Bermacam alasan yang menjadi pertimbangan bahwa saya belum
mampu beradaptasi dengan sekolah ini. Hal tersebut berujung dengan turunnya nilai saya dan
mengalami banyak tekanan.

Ketika berada di kelas 10, saya diperkenalkan dengan teman-teman baru. Bahagia sekali mereka
bersikap suportif hingga semester akhir. Seperti kebanyakan siswa 34 lainnya, saya mengikuti
kepanitiaan HSC ditengah-tengah kesibukan menjadi siswi sekolah menengah. Saat itu saya menjadi
seksi publikasi yang bekerja melayani segala pertanyaan umum dan menginformasikan hal-hal internal
HSC kepada masyarakat luas. Puncak acara HSC saat itu dilaksanakan pada tanggal 8 September 2018.
Acara malam itu berlangsung seru. Artis-artis berdatangan menjadi bintang tamu pada acara tersebut
seperti Raissa, Danilla, RAN, dan Teddy Adhitya.

Berlainan dengan masa kelas 10, saya menghabiskan masa kelas 11 dengan belajar dan mulai fokus
mengejar masalah akademis. Namun, tidak berbuah manis, nilai saya semakin turun. Masa kelas 11
dipenuhi kesulitan karena ketidakcocokan dengan tenaga pengajarnya pada saat itu. Saya kurang
mengerti dengan materi yang dijelaskan. Kelas 11 merupakan masa-masa tersulit saya dalam bidang
akademis. Banyak hal yang tertinggal dan suatu keharusan untuk dikejar kembali.

Kelas 11 semester terakhir diakhiri dengan pandemi. Setengah dari kelas 11 saya dilakukan di rumah.
Pada tanggal 31 Maret, Menteri Pendidikan, Nadiem Makariem, memutuskan untuk meliburkan seluruh
kegiatan di sekolah. Sebagai gantinya, selurus siswa diwajibkan mengikuti pelajaran dari rumah. Hari-
hari di rumah terasa semakin berat karena kegiatan belajar tidak dilakukan tatap muka. Saat itu, tenaga
pengajar belum dapat memanfaatkan aplikasi-aplikasi, seperti Zoom Meeting ataupun Google Meet
untuk mengajar, sehingga belajar terasa semakin sulit. Saat itu saya tidak les dan tidak tahu harus
mendapat ilmu darimana. Semuanya semakin berantakan dan kehilangan arah dalam belajar. Saya
menutup kelas 11 dengan hasil yang tidak memuaskan.

Kelas 12 posisi saya semakin sulit, walaupun nilai saya meningkat. Semakin banyak tugas yang sudah
saya susun pun masih bertumpuk. Belum lagi tuntutan untuk mengikuti ujian untuk memasuki kuliah.
Ketinggalan pelajaran yang saya rasakan pada kelas 11 harus saya kejar di saat ini. Saya tidak sendiri,
semua merasakan hal yang sama. Semua menangis dan kurang tidur. Stres yang meningkat berdampak
pada semua teman-teman saya. Saya pun merasakan hingga di puncak kehilangan berat badan hingga
20 kilogram. Banyak hal yang masih saya usahakan untuk beradaptasi di sini. Namun, ketika suatu saat
saya ditanya tentang masa terberat saya. Saya tentu akan mengatakan bahwa masa paling tidak bahagia
adalah ketika menjalani masa sekolah menengah atas.
Kalimat Fakta :

 Berawal dari tahun 2018, saya memutuskan untuk memilih SMAN 34 Jakarta sebagai tempat menimba
ilmu.
 Namun, akhirnya saya masuk PPDB dengan peringkat enam melalui jalur umum.
 Puncak acara HSC saat itu dilaksanakan pada tanggal 8 September 2018.
 Artis-artis berdatangan menjadi bintang tamu pada acara tersebut seperti Raissa, Danilla, RAN, dan
Teddy Adhitya.
 Pada tanggal 31 Maret, Menteri Pendidikan, Nadiem Makariem, memutuskan untuk meliburkan
seluruh kegiatan di sekolah.

Kalimat Opini :

 Saya memiliki hubungan love – hate relationship dengan sekolah ini.


 Masa kelas 11 dipenuhi kesulitan karena ketidakcocokan dengan tenaga pengajarnya pada saat itu.
 Kelas 11 merupakan masa-masa tersulit saya dalam bidang akademis.
 Kelas 12 posisi saya semakin sulit, walaupun nilai saya meningkat.
 Saya tentu akan mengatakan bahwa masa paling tidak bahagia adalah ketika menjalani masa sekolah
menengah atas.

Anda mungkin juga menyukai