Manual CSL Tumbuh Kembang Dan Geriatri
Manual CSL Tumbuh Kembang Dan Geriatri
Disusun Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020
TATA TERTIB
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK Unkhair harus mematuhi tata tertib seperti di
bawah ini :
1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang
dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos
(dengan/tanpa kerah), dan sandal sepatu atau sandal.
2. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapih.
3. Mahasiswi perempuan wajib berpakaian sopan dan bagi yang tidak menggunakan jilbab,
rambutnya ikat dengan rapi serta menggunakan rok panjang sampai mata kaki dan kemeja.
4. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan kampus FK Unkhair.
5. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan FK Unkhair.
6. Memakai papan nama di setiap kegiatan akademik. Jika tidak memakai papan nama maka
tidak diperkenankan mengikuti kegiatan akademik.
7. Mahasiswa yang tidak hadir di kegiatan akademik karena sakit wajib memberitahu bagian
akademik saat itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti diagnosis dari
dokter (diterima paling lambat 1 hari setelah tanggal sakit) kepada koordinator dan atau
sekretaris blok terkait.
Sebelum pelatihan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang bersangkutan dan
bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
1
10. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapihkan kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.
Ujian OSCE
1. Digunakan untuk menilai keterampilan klinis yang dilaksanakan pada akhir blok sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
2. Materi ujian meliputi seluruh bahan CSL (Clinical Skill Learning) yang berjalan dalam 1
blok
3. Wajib diikuti seluruh mahasiswa yang memenuhi syarat, yaitu telah mengikuti 100%
kegiatan CSL dan pembekalan OSCE
4. Mahasiswa yang telah tercantum dalam peserta ujian OSCE wajib mengikuti seluruh
kegiatan ujian, dengan ketentuan :
a. Wajib hadir sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
b. Apabila terlambat dari jadwal yang telah ditetapkan, maka mahasiswa tidak diizinkan
mengikuti ujian OSCE dan wajib mengikuti remedial.
c. Apabila berhalangan mengikuti ujian, harus menyerahkan surat keterangan sakit atau
ijin yang telah diverifikasi oleh koordinator atau sekretaris blok.
d. Apabila dalam pelaksanaan ujian mahasiswa dianggap berbuat curang
(melakukan komunikasi dengan peserta lain, membawa catatan yang berisi materi ke
dalam ruangan ujian, atau kecurangan lainnya) maka mahasiswa tersebut dinyatakan
gugur dan tidak bisa mengikuti ujian remedial & ujian blok serta mendapatkan nilai E
pada blok tersebut.
5. Mahasiswa dinyatakan lulus dalam tiap station apabila mencapai nilai ≥ 80% dan mahasiswa
harus lulus seluruh station OSCE.
6. Mahasiswa yang mendapatkan nilai < 80 % dapat mengikuti ujian remedial OSCE
2
CSL I
PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS
(NEONATAL EXAM)
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu melakukan teknik pemeriksaan fisik pada neonatus secara sistematis dan
benar.
2. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus harus dilakukan anamnesis yang cermat
untuk mengetahui hal-hal berikut:
- Riwayat terdapatnya penyakit keturunan
- Riwayat kehamilan-kehamilan sebelumnya
- Riwayat kehamilan sekarang
- Riwayat persalinan sekarang
Informasi ini akan sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang dibawah lampu yang
terang, yang juga berfungsi sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas. Tangan serta alat
yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat. Pemeriksaan fisik pada neonatus
dilakukan paling kurang 3 kali, yaitu :
1. Pada saat lahir
2. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam
3. Pemeriksaan pada waktu pulang
3
Nilai ini disebut nilai Apgar, sesuai dengan nama orang yang untuk pertama kali
memperkenalkan sistem penilaian ini yakni dr. Virgina Apgar. Penilaian ini dilakukan pada menit
pertama setelah lahir yang memberikan petunjuk adaptasi neonatal. Neonatus yang beradaptasi
dengan baik mempunyai nilai Apgar antara 7-10. Nilai 4-6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan
sampai sedang, sedangkan nilai 0-3 menunjukkan derajat asfiksia yang berat.
Nilai Apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostik oleh karena berhubungan dengan
morbiditas neonatal, nilai Apgar tidak menentukan untuk resusitasi.
Cairan Amnion
Normal :
1. Volume (kehamilan aterm) : 1000-1500 ml
2. Bau : (-), agak amis
3. Warna : jernih
4. Mikroorganisme (bakter/virus) : (-)
5. Terdiri dari 98-99% air, 1-2 % garam-garam anorganik dan bahan organik (protein
terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel.
6. Sirkulasi : 500 cc/jam
Volume cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila volumenya lebih dari 2000 ml disebut
polihidramnion atau hidramnion saja, apabila kurang dari 500 ml disebut sebagai oligohidramnion.
Polihidramnion biasa terdapat dari ibu diabetes atau eklampsia. Oligohidramnion berhubungan dengan
agenesis renal bilateral atau sindrom potter. Pada oligohidramnion perhatikan juga ekstremitas bawah akan
kemungkinan adanya pes equinovarus atau valgus kongenital.
Plasenta
Normal :
1. Berat (kehamilan aterm) : > 500 mg
2. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc
3. Bentuk : bundar/oval
4. Diameter : 15-25 cm, tebal 3-5 cm
Abnormal :
Jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae (kegawatdaruratan
obstetrik).
Plasenta harus ditimbang, dan perhatikanlah adanya perkapuran, nekrosis, dsb. Pada bayi kembar harus
diteliti apakah terdapat 1 atau 2 korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu
diperhatikan adanya anostomosis vaskuler antara kedua amnion, bila perlu dipikirkan kemungkinan
terjadinya transfusi feto-fetal.
Tali pusat
Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Pada potongan tali pusat
diperhatikan apakah ada 1 vena: dan 2 arteri. Kurang lebih 1% dari neonatus hanya mempunyai 1 arteri
umbilikalis dan 15% dari padanya mempunyai 1 atau lebih kelainan kongenital terutama sistem pencernaan,
urogenital, respiratorik, atau kardiovaskular.
Perhatikan pula terdapatnya kelainan congenital seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya. Untuk memastikan apakah terdapat perdarahan intracranial atau hidrosefalus diperlukan
pemeriksaan USG (atau transiluminasi bila USG tidak ada, tetapi ini hanya dapat melihat adanya
hidrosefalus).
Tabel. Ukuran Lingkar Kepala Anak Laki-laki Aterm
Usia Lingkar Kepala (cm)
Saat lahir 35
3 bulan 40
6 bulan 45
9 bulan 50
Nb : LK anak perempuan usia lebih dari 3 bulan lebih kecil 1cm dari anak lakilaki 2 SD = 1 inci (2,5 cm)
d. Leher Normal
Terlihat pendek namun pergerakannya baik. Perhatikan adanya :
1. Kelainan tulang leher → pergerakan terbatas
2. Trauma leher → kerusakan plexus brachialis → tangan lumpuh
3. Tumor leher → trachea tertekan → obstruksi jalan napas
4. Perdarahan m. sternocleidomastoideus → tortikolis (kaku leher hingga leher terpelintir)
5. Webbed neck (leher berselaput) / pterygium colli deformity → lipatan kulit bawaan yang berjalan
sepanjang sisi leher sampai ke bahu
e. Mata
Teknik :
Secara inspeksi dan palpasi Perhatikan adanya :
1. Mikroftalmia congenital → dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan palpasi
2. Glaukoma congenital → mulanya terlihat sebagai pembesaran, kemudian sebagai kekeruhan kornea
3. Katarak congenital → dapat mudah terlihat sebagai pupil yang berwarna putih
4. Trauma pada mata terlihat sebagai edema palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
5. Sekret mata → konjungtivitis oleh kuman gonokok → panoftalmia → buta
f. Mulut
Secara inspeksi perhatikan simetris atau tidaknya. Apakah terdapat kelainan kongenital seperti: 1.
Labiognato-palatoskisis → bibir sumbing 2. Mikrognatia → bibir yang kecil 3. Ranula → kista lunak yang
berasal dari dasar mulut 4. Lidah membesar → sindrom beckwith 5. Lidah selalu bergerak → sindrom down
6. Foote’s sign → lidah keluar masuk → akibat TIK ↑ atau edema cerebral.
g. Telinga
Lakukan lnspeksi letak daun telinga dan liang telinga
6
Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital, seperti daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
yang dapat dijumpai pada neonatus dengan sindrom tertentu antara lain sindrom Pierre-Robin, Mikrotia →
daun telinga yang kecil, Anotia → tidak adanya daun telinga, Bat’s ear → telinga caplang
h. Hidung
Inspeksi pernapasan, apakah melalui hidung atau tidak
Bila neonatus bernapas melalui mulut, pikirkan kemungkinan obstruksi jalan napas oleh karena atresia
koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
Perhatikan apakah terdapat pernapasan cuping hidung
i. Dada
1. Inspeksi
lnspeksi bentuk dada, bentuk dada neonatus adalah seperti tong, apakah terdapat pektus ekskavatum,
atau karinatum
Perhatikan laju napas, laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60 kali Permenit
Gerakan dinding dada, harus simetris bila tidak harus dipikirkan kemungkinan adanya pneumothoraks,
paresis diafragma atau hernia diafragmatika
Tipe pernapasan
Kelenjar payudara neonatus, dapat ditemukan kelainan puting susu berlebih (supemumary nipples).
2.Palpasi
Dengan palpasi kita dapat menemukan fraktur klavikula serta meraba iktus kordis untuk menentukan posisi
jantung (adanya dekstrokardia atau osteosporosis).
3. Perkusi
Pada pemeriksaan neonatus jarang dilakukan perkusi dada
4. Auskultasi
Menghitung laju jantung selama 1 menit penuh dengan menggunakan stetoskop
Laju jantung normal adalah 120-160 kali per menit dan dipengaruhi oleh aktivitas bayi
Mendengar bunyi napas neonatus yaitu vesikuler
Terdengarnya bising usus di daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika
j. Abdomen
l. lnspeksi
Perhatikan dinding abdomen, pada neonatus dinding abdomen lebih datar dari pada dada
Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital seperti: omfalokel (penonjolan usus via akar pusar yang
dilapisi peritoneum dan tidak dilapisi kulit), gastroekisis (usus berada diluar rongga perut) dll
2. Palpasi
Meraba hepar dan limpa
Hepar biasanya teraba 2 sampai 3 cm dibawah arkus aorta kanan, limpa juga sering teraba l cm dibawah
arkus aorta kiri
Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila posisi bayi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar
otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi.
k. Genitalia eksterna
Inspeksi :
Normal (Bayi laki-laki) :
1. Ukuran penis → panjang 3-4 cm; lebar 1-1,3 cm
2. Skrotum bayi biasanya besar dan mempunyai banyak rugae
3. Testis sudah turun ke dalam skrotum.
Perhatikan organ genetalia baik pada bayi laki-laki maupun perempuan
7
Pada bayi laki-laki perhatikan ukuran penis, skrotum, testis, apakah terdapat hipospadia, epispadia,
fimosis, hidrokel taupun kriptorkismus.
Normal (Bayi perempuan) :
1. Labia minora terturup oleh labia mayora
2. Lubang uretra terpisah dari lubang vagina → bila hanya terdapatsatu lubang berarti ada kelainan
3. Terkadang tampak sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu
(withdrawal bleeding)
l. Tulang belakang dan ekstremitas
Neonatus diletakkan dalam posisi tengkurap
Tangan pemeriksa meraba meraba sepanjang tulang untuk mencari terdapatnya scoliosis, meningokel,
spina bifida, sinus pilonidalis atau kelainan kongenital lainnya
Perhatikan pergerakan ekstremitas, apakah simetris atau tidak dan apakah terdapat paralisis atau tidak,
Perhatikan tonus ekstremitas, apakah terdapat hipotonia umum.
Pemeriksaan dislokasi panggul, menggunakan cara: Ortholani (lutut ditekuk sama tinggi atau tidak).
m. Anus
Menilai apakah terdapat atresia ani dan posisi anus
Perhatikan adanya anus imperforate dengan memasukkan thermometer ke dalam anus. Bila ada atresia
perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.
n. Ukuran antropometrik
Melakukan pemeriksaan berat badan lahir, panjang badan lahir dan lingkar kepala
Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai ukuran badan sebagai berikut:
- Berat badan lahir antara 2500 sampai 4000 gram
- Panjang badan lahir 45 sampai 54 cm
- Lingkaran kepala 33 sampai 37 cm
Pemeriksaan usia kehamilan / Penilaian usia gestasi Usia gestasi dapat dinilai dengan beberapa cara,
termasuk dengan menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, atau dengan cara
ultrasonografi. Yang sering dipakai sekarang adalah pemeriksaan menurut New Ballard Score for
Gestational Age Assessment yaitu dengan hanya menilai 6 kriteria neurologis. Mengetahui usia kehamilan
dan keadaan gizi neonatus sangat penting untuk dapat mengkategorikan neonatus apakah cukup bulan,
kurang bulan, atau lebih besar untuk usia kehamilannya.
Pemeriksaan neurologis pada neonatus seharusnya dilakukan pada semua bayi, baik yang sehat maupun
yang sakit. Pada bayi sehat dilakukan pemeriksaan neurologis untuk meyakinkan orang tua, bahwa bayinya
benarbenar tidak menderita kelainan neurologis. Pada bayi sakit pemeriksaan neurologis untuk
menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis. Inspeksi Perhatikan terdapatnya malformasi, trauma
fisis dan kejang. Pada bayi dengan riwayat kejang, harus diperhatikan dengan lebih teliti dan lama. Pada
keadaan normal, bayi cukup bulan lebih sering tidur, rata-rata pada hari pertama tidur selama 17 jam. Pada
waktu istirahat pada neonatus normal dengan masa kehamilan 32-40 minggu terlihat abduksi pada paha,
dan fleksi pada sendi anggota gerak (siku, panggul dan kaki), simetris kanan dan kiri.
Pada neonatus dengan masa kehamilan 25-30 minggu lengan dalam keadaan fleksi, dan tungkai dalam
keadaan fleksi atau eketensi. Pada neonatus dengan masa kehamilan 25 minggu atau lebih, apabila dalam
keadaan istirahat semua anggota geraknya berada dalam posisi ekstensi berarti tidak normal. Pada
penilaian kesadaran, pasien dapat dibangunkan dengan memegang dadanya dengan ibu jari dan telunjuk
8
sambil digoyang-goyang secara lembut. Pasien yang sadar akan bangun membuka mata, mengerenyutkan
muka, menangis dan menggerakkan anggota geraknya. Bila bayi tidak dapat dibangunkan, dan tidak ada
kerutan muka dan gerakan ekstremitas berarti Abnormal yakni kesadaran menurun.Tingkat kesadaran
terdiri atas sadar, apatis/letargi, somnolen, sopor dan koma.
Pemeriksaan saraf otak. Pemeriksaan saraf otak pada neonatus berbeda dengan pemeriksaan pada anak:
Pada waktu pasien bangun, mengerenyutkan muka dan menangis, perhatikan mata dan sudut mulutnya
untuk memeriksa saraf otak VII (saraf fasialis). Pada paresis saraf fasialis akan terlihat mulut mencong ke
sisi sehat, mata tidak dapat menutup dan lipatan nasolabialis hilang pada sisi yang paresis
Pada waktu menangis dan membuka mulut perhatikan lidah dan langitlangit untuk memeriksa saraf XII
dan IX. Pada lidah perhatikan ukurannya dan gerakan simetris atau asimetris, apakah ada fasikulasi (saraf
XII). Pada langit-langit perhatikan gerakan arkus faring dan uvula. Pada paresi saraf IX akan terlihat arkus
sisi paresis tertinggal
Refleks rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di sudut mulut pasien, maka pasien akan
berpaling kearah rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya, kalau ujung jari
dimasukkan kedalam mulutnya 3 cm akah diisap dan disebut sucking reflex (refleks menghisap).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kelainan saraf V, VII, XII
Pemeriksaan refleks menelan dilakukan untuk memeriksa saraf IX dan X
Pada waktu mengisap mata pasien biasanya terbuka secara spontan, saat inilah kesempatan untuk
memeriksa pergerakan bola mata untuk menilai saraf III, IV dan VI.
Doll's eye maneuver dilakukan dengan memutar kepala pasien ke kiri dan kanan untuk menilai gerakan
bola mata ke lateral. Pada waktu kepala diputar ke satu sisi, maka akan terjadi deviasi mata ke
kontralateral. Manuver ini digunakan untuk memeriksa saraf VIII bagian vestibular
Refleks pupil sebenarya sudah ada pada neonatus, tetapi sukar dinilai, karena kalau ada cahaya neonatus
segera akan menutup mata dan sukar dibuka kembali. Pada waktu mata terbuka segera pematikan apakah
pupilnya isokor atau anisokor.
4. Babinski reflex
Teknik:
Dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing
Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari kaki yang
lain
Refleks ini normal pada bayi sampai umur 18 bulan, bila masih terdapat pada umur 2 sampai 2,5 tahun
mungkin terdapat lesi piramidal.
10
KETRAMPILAN PEMERIKSAAN NEONATUS
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan kriteria sebagai berikut :
1 : sama sekali tidak melakukan
2 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
3 : langka-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
3. Menilai Apgar Score, yaitu : laju jantung, usaha bernafas, tonus otot, refleks,
warna kulit
6. Menilai tali pusat (kesegarannya, ada tidaknya simpul, arteri dan vena)
B. PEMERIKSAAN LANJUTAN 0 1 2
1. Pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan keaktifan (melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan, pada
neonatus cukup bulan dan sehat posisi tungkai refleksi dengan gerakan yang
aktif dan simetris
11
hematoma sefal, perdarahan sub aponeurotik atau fraktur tulang tengkorak,
serta kelainan konginital seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes, dsb
11. Pemeriksaan telinga, perhatikan letak daun telinga dan liang telinga, serta
kelainan konginital
Bayi perempuan : labia minor dan labia mayor, lubang uretra dan vagina
yang terpisah
16. Pemeriksaan anus, menilai apakah terdapat atresia ani, posisi anus dan anus
imferforata
12
17. Melakukan pemeriksaan antropometrik (berat badan, panjang badan,
lingkar kepala)
2. Rooting reflek
Menyentuh ujung jari disudut mulut pasien - Pasien akan melihat kearah
rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari tersebut kedalam
mulutnya
Jika ujung jari dimasukkan ke dalam mulut bayi dan di isap, maka disebut
sucking refleks
5. Pemeriksaan N . VII
Memperhatikan mata dan sudut mulut pasien pada saat pasien bangun,
mengerunyutkan muka dan menangis, nilai simetris atau tidak.
6. Pemeriksaan N. XII dan N. IX
Perhatikan ukuran dan gerakan lidah pada saat pasien menangis dan
membuka mulut (N. XII)
Perhatikan gerakan arkus faring dan uvula pada langitlangit (N. IX)
7. Pemeriksaan III, IV, dan VI
Memeriksa pergerakan bola mata
8. Pemeriksaan N.VIII bagian vestibular (Doll’s eye maneuver)
Memutar kepala pasien ke kiri dan ke kanan untuk menilai gerakan bola
mata ke lateral
9. Pemeriksaan Pupil
Lakukan penilaian apakah pupil isokor atau anisokor
C. PEMERIKSAAN REFLEKS NEONATAL PRIMER 0 1 2
1. Moro Reflex
Nilai reaksi yang timbul : bayi akan kaget, lengan-lengan direntangkan dalam
posisi abduksi ekstensi, tangan terbuka dan disusul dengan gerakan lengan
adduksi dan fleksi.
Bayi dalam posisi terlentang, kepala digaris tengah dan anggota gerak dalam
posisi fleksi
13
Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, nilai reaksi yang timbul (akan terjadi
ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan dan fleksi pada anggota gerak
sebelah kiri)
4. Refleks Babinski
Menilai hasil (bila positif reaksinya berupa ekstensi ibu jari kaki disertai
dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain)
5. Stepping Reflex
Memegang bayi pada bagian bawah lengannya dalam posisi tegak dan
kakinya menyentuh permukaan datar
E. PENUTUP 0 1 2
CSL II
14
Anak mempunyai ciri yang khas yang berbeda dengan dewasa adalah mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan. Dalam upaya meningkatkan kualitas anak untuk tercapainya tumbuh
kembang yang optimal maka terpenuhi: (1) kebutuhan dasar anak tersebut (2) deteksi dini adanya
keterlambatan perkembangan.(3) intervensi dini .
Pemeriksaan KPSP adalah penilian perkembangan anak dalam 4 sektor perkembangan yaitu : motorik kasar,
motorik halus, bicara/bahasa dan sosialisasi /kemandirian.
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan cara melakukan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP)
SASARAN PEMBELAJARAN
1. Dapat menentukan umur anak (usia kronoligi, usia koreksi, usia mental)
2. Dapat memberikan penjelasan pada orangtua/keluarga tentang tujuan pemeriksaan ini
3. Memilih alat skrining dan format KPSP yang sesuai usia.
4. Melakukan pemeriksaan KPSP dengan benar dan tepat
5. Memberikan kesimpulan dan argumentasi dari hasil KPSP pada orangtua/keluarga
6. Memberikan penjelasan bentuk-bentuk stimulasi yang diberikan:
15
2. Alat bantu pemeriksaan berupa : bola, boneka, kubus sisi 2,5 cm, benang wol merah, kertas,
krayon, kismis,kerincingan,lonceng.
DESKRIPSI KEGIATAN
1.Pengantar 20 Pengantar
menit
3. Praktek bermain dengan 120 1. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil (3 orang)
umpan balik menit Masing-masing berperan sebagi dokter, anak,
orangtua.
2. Setiap kelompok melakukan praktek langkah-
langkah pemeriksaan KPSP secara bergantian dan
memilih usia yang berbeda (12,15,18,dst) dan
kelompok lain mengamati cara pemeriksaan KPSP
dan memberi pernyataan yang tidak sesuai pada
pengamatan.
PENUNTUN PEMBELAJARAN
PEMERIKSAAN KPSP
16
Beri nilai langkah dengan menggunakan kriteria berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah tak dilakukan dengan benar dan tidak sesuai urutannya.
2. Mampu : langkah-langkah yang dilakukan dengan benar tetapi tidak efisien
3. Mahir : langkah-langkah yang dilakukan dengan benar dan efisien.
NO LANGKAH/KEGIATAN skor
A. PERSIAPAN 1 2 3
4. Jika anak belum mencapai usia skrining, minta ibu datang pada usia
skrining terdekat. Apabila ada keluhan masalah tumbuh kembang,
sedang usia anak bukan usia skrining, pemeriksaan digunakan KPSP
terdekat yang lebih muda.
5. Periksa pasien dalam ruangan yang tenang dan perhatian anak tidak
mudah teralihkan
B. PEMERIKSAAN 1 2 3
C. KESIMPULAN 1 2 3
17
Skor 7-8 : MERAGUKAN
SKOR <6 : PENYIMPANGAN
10. INTERVENSI
SESUAI
- Beri pujian ibu karena telah mengasuh anak dengan baik.
- Teruskan pola asuh sesuai dengan tahapan
perkembangan
- Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai usia dan kesiapan anak.
- Ingatkan untuk pemeriksaan KPSP pada usia 3 bulan
selanjtnya
MERAGUKAN :
- Beri petunjuk pada ibu/keluarga agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan
sesering mungkin.
- Ajari ibu untuk mengintervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengejar ketinggalannya.
- Lakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk menunjang
adanya penyakit yang menyebabkan keterlambatan
perkembangan
- Evaluasi kembali setelah 2 minggu jika tetap 7 atau 8
lakukan pemeriksaan lanjutan lainnya
PENYIMPANGAN
- Lakukan pemeriksaan anak secara menyeluruh
Anamnesis, pemeriksaan fisis umum dan neuorologik dan
pemeriksaan penunjang bila ada indikasi
LAMPIRAN 1.
1. Pada waktu bayi telentang, apakah masing-masing lengan dan tungkai bergerak dengan
mudah? Jawab TIDAK bila salah satu atau kedua tungkai atau lengan bayi bergerak tak
terarah/tak terkendali.
2. Pada waktu bayi telentang apakah ia melihat clan menatap wajah anda?
3. Apakah bayi dapat mengeluarkan suara-suara lain (ngoceh), disamping menangis?
4. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari kanan/kiri ke tengah?
18
5. Pada waktu bayi telentang, apakah. ia dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari satu sisi hampir sampai pada sisi yang lain?
6. Pada waktu anda mengajak bayi berbicara dan tersenyum,apakah ia tersenyum kembali
kepada anda?
7. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya
19
1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang lain?
2. Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak clan stabil? Jawab
TIDAK bila kepala bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri atau ke dadanya
3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari bayi. (jangan meletakkan di atas
telapak tangan bayi). Apakah bayi dapat menggenggam pensil itu selama beberapa detik?
4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat mengangkat dada dengan kedua
lengannya sebagai penyangga seperti padA gambar ?
5. Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik tetapi bukan
menangis?
6. Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari telentang ke telungkup atau
sebaliknya?
7. Pernahkah anda melihat bayi tersenyurn ketika melihat mainan yang lucu, gambar atau
binatang peliharaan pada saat ia bermain sendiri?
8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar kacang, kismis atau uang
logam? Jawab TIDAK jika ia tidak dapat mengarahkan matanya.
9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh namun masih berada dalam
jangkauan tangannya?
10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi
clucluk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah
kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan.
20
1. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi
clucluk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah
kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan.
2. Pernahkah anda melihat bayi memindahkan mainan atau kue kering dari satu tangan ke
tangan yang lain? Benda-benda panjang seperti sendok atau kerincingan bertangkai tidak
ikut dinilai.
3. Tarik perhatian bayi dengan memperlihatkan selendang, sapu tangan atau serbet,
kemudian jatuhkan ke lantai. Apakah bayi mencoba mencarinya? Misalnya mencari di
bawah meja atau di belakang kursi?
4. Apakah bayi dapat memungut dua benda seperti mainan/kue kering, dan masing-masing
tangan memegang satu benda pada saat yang sama? Jawab TIDAK bila bayi tidak pernah
melakukan perbuatan ini.
5. Jika anda mengangkat bayi melalui ketiaknya ke posisi berdiri, dapatkah ia menyangga
sebagian berat badan dengan kedua kakinya? Jawab YA bila ia mencoba berdiri dan
sebagian berat badan tertumpu pada kedua kakinya.
6. Dapatkah bayi memungut dengan tangannya benda-benda kecil seperti kismis,
kacang-kacangan, potongan biskuit, dengan gerakan miring atau menggerapai seperti
gambar ?
7. Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding, dapatkah bayi duduk sendiri selama 60
detik?
21
1. Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/di pojok, kemudian muncui dan menghilang
secara berulang-ulang di hadapan anak, apakah ia mencari anda atau mengharapkan anda
muncul kembali?
2. Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil pensil tersebut dengan perlahan-lahan.
Sulitkah anda mendapatkan pensil itu kembali?
3. Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan berpegangan pada
kursi/meja?
4. Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, misalnya: “ma-ma”, “da-da” atau
“pa-pa”. Jawab YA bila ia mengeluarkan salah—satu suara tadi.
5. Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa bantuan anda?
6. Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang belum ia kenal? la akan
menunjukkan sikap malu-malu atau ragu-ragu pada saat permulaan bertemu dengan orang
yang belum dikenalnya.
7. Apakah anak dapat mengambil Benda kecil seperti kacang atau kismis, dengan meremas di
antara ibu jari dan jarinya seperti pada gambar?
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang?
Kerincingan bertangkai dan tutup, panci tidak ikut dinilai
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan berpegangan?
3. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambai-lambai? Jawab TIDAK
bila ia membutuh kemandirian kaq bantuan.
4. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau
mengatakan “mama” jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak mengatakan
salah satu diantaranya.
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik?
6. Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau lebih?
Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk
memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali?
7. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau merengek?
Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang menyenangkan
8. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
9. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada gambar ini
1. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk
memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali?
2. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau merengek?
Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang menyenangkan.
3. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
4. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit
dengan menggunakan ibu jari clan jari telunjuk seperti pada gambar ?
1. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah anak meniru apa yang anda
lakukan?
2. Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan
kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 — 5 cm.
3. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain "papa"
clan "mama"?
4. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa kehilangan keseimbangan?
1. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, Sosialisasi & atau celananya? (topi
clan kaos kaki tidak ikut dinilai)
2. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga dengan posisi
tegak atau berpegangan pada Binding atau pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik
tangga dengan merangkak atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau anak harus
berpegangan pada seseorang.
3. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar
paling seclikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang
lain)?
4. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah?
5. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat
piring jika diminta?
6. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) Gerak kasar ke depan tanpa
berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.
7. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa bantuan/petunjuk?
8. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
9. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta minum”, “mau
tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
10. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa bantuan?
24
Kuesioner Praskrining untuk Anak 36 bulan
5. Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut atau dada anda dari jarak 1,5 meter?
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata
pada saat memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”.
“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?
7. Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurangkurangnya 2.5 cm. Suruh anak menggambar
garis lain di
samping garis tsb.
8. Letakkan selembar kertas seukuran buku di lantai. Apakah anak dapat melompati bagian
lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari?
25
9. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri?
10. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?
7. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa menjatuhkan
kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
8. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia ikut
bermain clan mengikuti aturan bermain?
9. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di bantu?
(Tidak termasuk kemandirian memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)
6. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa menjatuhkan
kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
7. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia ikut
bermain dan mengikuti aturan bermain?
8. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di bantu?
(Tidak termasuk memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)
9. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK jika ia hanya
menyebutkan sebagian namanya atau ucapannya sulit dimengerti.
1. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa menjatuhkan
kubus tersebut? Kubus yang digunakan ukuran 2-5 – 5 cm.
2. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia ikut
bermain dan mengikuti aturan bermain?
3. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di bantu?
(Tidak termasuk memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)
4. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK jika ia hanya
menyebut sebagian namanya atau ucapannya sulit dimengerti.
5. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulangi
pertanyaan.
"Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?"
"Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?"
"Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?"
Jawab YA biia anak merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan dengan gerakan
atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah "menggigil" ,"pakai mantel’ atau "masuk
kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah "makan"
Jika lelah, jawaban yang benar adalah "mengantuk", "tidur", "berbaring/tidur-tiduran",
"istirahat" atau "diam sejenak"
6. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?
27
7. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri
anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan
dalam waktu 6 detik atau lebih?
8. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata "lebih panjang".
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: "Mana garis yang lebih panjang?"
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali dengan
benar?
9. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?
10. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats pads
saat memberikan perintah berikut ini: "Letakkan kertas ini di atas lantai".
"Letakkan kertas ini di bawah kursi".
"Letakkan kertas ini di depan kamu"
"Letakkan kertas ini di belakang kamu"
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti "di atas", "di bawah", "di depan" dan "di belakang”
1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulangi
pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
Jawab YA biia anak merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan dengan gerakan
atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil” ,”pakai mantel’ atau “masuk
kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”, “berbaring/tidur-tiduran”,
“istirahat” atau “diam sejenak”
2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri
anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan
dalam waktu 6 detik atau lebih?
4. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata “lebih panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?”
28
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats pads
saat memberikan perintah berikut ini: “Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di bawah”, “di depan” dan “di belakang”
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut
pada anda) pada saat anda meninqgalkannya?
8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak : “Tunjukkan segi
empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
‘Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?
9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan?
1. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.
29
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?
2. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats pads
saat memberikan perintah berikut ini: "Letakkan kertas ini di atas lantai".
"Letakkan kertas ini di bawah kursi".
"Letakkan kertas ini di depan kamu"
"Letakkan kertas ini di belakang kamu"
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti "di atas", "di bawah", "di depan" dan "di belakang”
3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut
pada anda) pada saat anda meninqgalkannya?
4. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak :
10. lsi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulangi
pertanyaan sampai 3 kali bila anak menanyakannya.
"Sendok dibuat dari apa?"
31
"Sepatu dibuat dari apa?"
"Pintu dibuat dari apa?"
Apakah anak dapat menjawab ke 3 pertanyaan di atas dengan benar? Sendok dibuat dari
besi, baja, plastik, kayu.
Sepatu dibuat dari kulit, karet, kain, plastik, kayu.
Pintu dibuat dari kayu, besi, kaca.
BUKU ACUAN
CSL III
PEMERIKSAAN FISIK GERIATRI
32
sisi-sisi tempat tidur dan memakai muskulus latissimus dorsi untuk membantu mengatasi meningkatnya
tahanan terhadap aliran keluar selama ekspirasi. Pasien dengan orthopneu duduk atau berbaring diatas
beberapa buah bantal
lnspeksi Leher Pemakaian otot-otot tambahan merupakan suatu tanda paling dini adanya obstruksi
saluran pernapasan. Pada distress pernapasan, muskulus trapezius dan sternocleidomastoideus
berkontraksi selama inspirasi. Otototot tambahan membantu dalam ventilasi, karena mereka mengangkat
klavikula dan dada anterior untuk meningkatkan volume paru-paru dan memperbesar tekanan negatif di
dalam toraks. mi menyebabkan retraksi fossa supnaklavikular dan otot-otot interkostal. Gerakan keatas
klavikula lebih dari 5 mm selama pernapasan berkaitan dengan penyakit obstruktif paru-paru yang berat.
Inspeksi Konfigurasi Dada Berbagai macam keadaan dapat mengganggu ventilasi yang memadai, dan
konfigurasi dada mungkin menunjukkan penyakit paru. Peningkatan diameter anteroposterior (AP)
dijumpai pada COPD tingkat lanjut Diameter AP cenderung mendekati diameter lateral sehingga terbentuk
dada berbentuk tong. lga-iga kehilangan sudut 450 dan menjadi lebih horizontal. Suafu flail chest adalah
konfigurasi dada dimana suatu sisi dada bergerak paradoksal ke dalam selama inspirasi. Keadaan ini
dijumpai pada fraktur iga multipel. Kifoskoliosis adalah deformitas tulang punggung dimana terdapat
lengkungan tulang punggung abnormal AP dan lateral sehingga pengembangan dada dan paru-paru
menjadi sangat terbatas. Pectus excavatum atau dada corong adalah cekungan pada sternum, akan
menimbulkan masalah restriktif pada paru-paru hanya jika cekungannya jelas. Pectus carinatum atau dada
burung merpati adalah suatu deformitas yang lazim ditemukan, tetapi tidak mengganggu ventilasi.
- lnspeksi Tangan
Penemuan untuk clubbing adalah hilangnya sudut antara kuku dengan falang terminal. Clubbing berkaitan
dengan sejumlah gangguan klinis, seperti: 1. Tumor intra thoraks 2. Jalan pintas campuran vena ke arteri
(AV shunt) 3. Penyakit kronis paru 4. Fibrosis hati kronis
Dengan memperhatikan bentuk rongga torak pada waktu diam dan bergerak. Perubahan bentuk torak
dapat diakibatkan oleh perubahan sangkar torak, ataupun oleh karena perubahan isi torak. Apabila
adakelainan pada salah satu sisi hemithoraks akan memberikan kesan yang tidak simetris pada waktu diam
atau pada waktu bergerak. Kelainan dapat berupa efusi pleura, pneumothorak maupun massa dalam
rongga torak. Beberapa hal lain seperti atelektasis dan fibrotik menyebabkan penarikan pada rongga antar
iga yang memberikan kesan tidak simetris pada waktu inspeksi. Setiap kelainan pada paru, pleura maupun
dinding dada akan mengakibatkan gangguan distensibilitas yang dapat diamati dari adanya gangguan pada
pergerakan dada. Pada inspeksi juga diamati pola dan nafas.
33
2. PALPASI
Palpasi Untuk Nyeri Tekan
Semua daerah dada harus diperiksa untuk mengetahui adanya daerahdaerah nyeri tekan. Pukul perlahan
punggung pasien dengan kepalan tangan anda. Keluhan "nyeri dada" mungkin hanya berkaitan dengan
penyakit muskuloskeletal setempat dan titlak berkaitan dengan penyakit jantung atau paru-paru.
Berlakulah dengan sangat cermat dalam memeriksa daerah-daerah nyeri tekan didada.
3. PERKUSI
Perkusi adalah mengetuk pada permukaan untuk menentukan struktur dibawalinya. Pengetukan pada
dinding dada dihantarkan ke jaringan dibawahnya, dipantulkan kembali, di indera oleh indera taktil dan
pendengaran pemeriksa. Bunyi yang terdengar dan sensasi taktil yang dirasakan tergantung pada rasio
udara jaringan. Getaran yang ditimbulkan dengan perkusi hanya dapat menilai paru sampai sedalam 5-6
cm, tetapi perkusi berguna karena banyak perubahan rasio udara-jaringan segera dapat diketahui. Pada
dada normal, redup diatas jantung dan sonor diatas lapangan paru dapat terdengar dan dirasakan. Ketika
paru-paru berisi cairan dan menjadi lebih padat, seperti pada pneumonia, sonor digantikan oleh redup.
lstilah hipersonor dipakai untuk bunyi perkusi pada paru-paru yang kepadatannya berkurang, seperti pada
emfisema. Hipersonor adalah bunyi resonansi dengan tinggi nada rendah, bergaung dan terus-menerus
mendekati bunyi timpani.
Memeriksa Gerakan Diafragma
Perkusi dipakai pula untuk mendeteksi gerakan diafragma. Pasien diminta untuk menarik napas dalam dan
menahannya. Perkusi pada basis paru-paru kanan menentukan daerah sonor terendah, yang
mencerminkan batas diafragma terendah. Dibawah batas ini ada redup hati. Pasien kemudian disuruh
untuk mengeluarkan napas sebanyak mungkin, dan perkusi diulangi. Pada ekspirasi, paru-paru akan
mengecil, hati akan bergerak ke atas dan daerah yang sama akan menjadi redup batas pekak telah bergerak
keatas. Perbedaan antara batas pada waktu inspirasi dengan batas pada waktu ekspirasi merupakan
gerakan diafagma, biasanya sebesar 4 -5 cm. Pasien dengan emfisema mempunyai gerakan diafragma yang
berkurang. Pasien dengan kelumpuhan nervus frenikus,tidak mempunyai gerakan diafragma.
4. AUSKULTASI
34
Auskultasi adalah teknik mendengarkan bunyi yang dihasilkan di dalam tubuh. Auskultasi dada dipakai
untuk mengenali bunyi paru-paru. Stetoskop biasanya mempunyai dua kepala : bel dan diafragma. Bel
dipakai untuk mendeteksi bunyi dengan tinggi nada rendah, sedangkan diafragma lebih baik untuk
mendeteksi bunyi dengan tinggi nada yang lebih tinggi. Bel harus ditempelkan secara longgar di kulit,
karena jika ditekan kuat: kulit akan berlaku sebagai diafragma dan bunyi tinggi nada rendah akan tersaring.
Sedangkan diafragma ditempelkan secara kuat pada kulit. Jangan mendengarkan melalui pakaian. Bel atau
diafragma stetoskop harus selalu berhubungan dengan kulit.
Auskultasi Dada
Auskultasi harus dilakukan dalam lingkungan yang tenang. Pasien diminta menarik dan mengeluarkan
napas melalui mulutnya. Pemeriksa mulamula harus memusatkan perhatian pada panjang inspirasi
kemudian pada panjang ekspirasi. Bila bunyi pernapasan sangat lemah, dipakai istilah jauh. Bunyi
pernapasan yang jauh lazim ditemukan pada pasien dengan paru-paru hiperinflasi, seperti pada emfisema.
Inspeksi Leher
35
Di samping pelebaran kelenjar tiroid pemeriksa juga melihat adanya distensi vena jugularis, dimana pasien
diminta berada pada posisi semifowler dengan kepala sedikit miring menjauh dan sisi yang sedang
diperiksa. Penerangan dengan menggunakan cahaya tangensial (cahaya dan samping) untuk mernbentuk
bayangan kecil di sepanjang leher, hal ini untuk memungkinkan pengamatan gerakan gelombang nadi
dengan baik.
Inspeksi Dada
Pasien terlebih dahulu berada dalam posisi nyaman yaitu telentang semifowler. Penerangan harus cukup
baik pada dinding dada depan agar inspeksi prekordium dapat dilakukan secara adekuat. Di samping
adanya jaringan parut pada dinding dada, pemeriksa mencari pulsasi yang terlihat pada keenam area
prekordium: sternoklavikular, aortik, pulmonik, ventrikular dekstra, ventrikular sinistra dan epigastrik, serta
memperkirakan titik impuls maksimum khususnya di dalam area ventrikular sinistra. Pemeriksa juga
mengamati gerakan dinding dada yang berhubungan dengan peristiwa siklus jantung.
2. PALPASI
Melanjutkan pemeriksaan fisik palpasi nadi perifer dan prekordium. Pasien dipastikan dalam posisi yang
nyaman, diselimuti dengan tepat dan tetap hangat. Pastikan tangan pemeriksa juga hangat dan
menggunakan tekanan yang ringan sampai sedang untuk palpasi.
Palpasi Nadi
Palpasi nadi karotis, brakhialis, radialis, femoralis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior. Arteri-arteri
tersebut dekat dengan permukaan tubuh dan terdapat diatas tulang sehingga mudah untuk dipalpasi.
Palpasi harus dilakukan secara bilateral (setara dan sinkron) di kedua pergelangan tangan dan dinilai:
kecepatan, irama, isi dan karakter. Gelombang nadi normal mempunyai dua komponen sistol dan diastole
dengan regularitas tertentu. Denyut radialis biasanya dinilai dalam 15 detik untuk menghitung frekuensinya
(kali/menit) bila denyutnya reguler. Isi denyut harus diperiksa apakah amplitudonya terasa kecil atau besar.
Isi denyut yang kecil menunjukkan isi sekuncup yang kecil dan curah jantung berkurang, isi denyut yang
besar menunjukkan lsi sekuncup ventrikel kiri yang besar. Karakter nadi mengacu pada bentuk gelombang
nadi. Karakter tersebut paling baik dinilai di arteri brakhialis atau karotis karena ukuran dan letraknya yang
dekat dengan jantung. Gelombang nadi sangat dipengaruhi oleh transmisi melalui percabangan arteri dan
kelainan tertentu lebih mudah dideteksi di satu tempat daripada tempat lain. Cara memeriksa nadi
femoralis yang paling baik adalah dengan pasien membuka baju dan berbaring datar. Pemeriksa harus
menggunakan ibu jari untuk menekan kuat pada titik mid-inguinal dan ditentukan apakah nadi radialis
sinkron dengan femoralis.
Denyut nadi poplitea terletak di dalam fossa poplitea dan paling baik dipalpasi dengan menekan arteri
tersebut ke permukaan posterior ujung distal femur dengan ujung jari kedua tangan. Pasien diminta
berbaring terlentang dengan lutut menekuk. Posisi perabaan nadi dorsalis pedis dan tibialis adalah terletak
pada lokasi anatomi pembuluh darah tersebut
3. PERKUSI
Tindakan perkusi biasanya tidak bermanfaat kecuali dalam menentukan posisi mediastinum pada kasus
pergeseran mediastinum akibat hambatan aliran udara atau kolaps paru kanan yang dicurigai melalui
anamnesa penyakit paru kronik atau ditemukan bukti melalui pemeriksaan fisik thoraks atau paru.
Pada perkusi biasanya bunyi hasil ketukan dapat berupa redup jantung dengan membandingkan terhadap
lingkungan atau area disekitarnya.
Pemeriksaan perkusi jantung sebagai berikut Mencari batas jantung relatif dan absolut:
1. Perkusi batas atas dan Jantung Normal di ICR III. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor
memendek
2. Perkusi batas kiri dari Jantung (lateral ke medial) Normal di ICR V, satu jari didalam linea mid clavicula.
Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek
3. Perkusi batas jantung kanan (laterale medial) Normal di Linea Pars Sternalis kanan, atau satu-dua jari
sebelah kanan Mid Sternal Line. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek, harus
diperkusi perlahan-lahan.
Sesudah itu dicari Batas Jantung Absolut, yang letaknya kira-kira 2 jari didalam batas jantung relatif.
Perkusi dengan perlahan-lahan. Perubahan nada perkusi dari Sonor memendek menjadi Beda.
Diperhatikan apakah jantung membesar ke kanan atau ke kiri
4. AUSKULTASI
Stetoskop berfungsi menyalurkan suara dari dinding dada disertai eksklusi bising lain dan memperkuat
bunyi berfrekuensi tertentu. Bel dipakai untuk mendeteksi bunyi bernada rendah, sedangkan diafragma
memperkuat bunyi bernada yang lebih tinggi. Pada awalnya, pemeriksa perlu mendengarkan bunyi di apek
dengan menggunakan bel dan diafragma untuk mencari bising nada rendah stenosis mitral dan bising
pansistolik regurgitasi mitral. Lalu mendengarkan daerah-daerah klasik dengan menggunakan diafragma.
Daerah-daerah ini adalah: Tepi sternum kiri : bising trikuspid Sela antara iga kedua kiri : bising pulmonal
Sela antar iga kedua kanan : bising aorta
Bunyi jantung dibedakan menjadi:
a. Bunyi Jantung Utama
Terdiri dari : Bunyi jantung (BJ) I, II, III dan IV
Bunyi Jantung I :
Ditimbulkan karena getaran menutupnya katup atrioventrikuler terutama katup mitral. Pada keadaan
normal terdengar tunggal
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I
Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya
37
Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. Makin dekat terhadap posisi
tertutup, makin kecil kesempatan akseterasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin pelan
terdengarnya BJ I. Sebaliknya, makin lebar terbu kanya katup atrioventrikular sebelum kontraksi, makin
keras BJ I, karena akselerasi darah dan gerakan katup lebih cepat
Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus, BJ lebih keras terdengar
dibandingkan pasien gemuk. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum, BJ akan terdengar lebih
lemah
Untuk membedakan BJ I dengan BJ II, pemeriksaan auskultasi dapat disertai dengan pemeriksaan nadi. BJ
I akan terdengar bersamaan dengan denyutan nadi.
Bunyi Jantung II :
Timbul karena getaran menutupnya katup semilunar Aorta maupun Pulmonal. Pada keadaan normal,
terdengar pemisahan (splitting) dari kedua komponen yang bervariasi dengan pernapasan pada anak-anak
atau orang muda. Bunyi jantung II terdiri dari komponen aorta dan pulmonal (BJ II = A2 + P2). Komponen A2
lebih keras terdengar pada area aorta sekitar ruang intercostal II kanan. Komponen P2 hanya dapat
terdengar keras di sekitar area pulmonal.
Bunyi Jantung IV :
Disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke ventrikel yang compliance menurun. Jika atrium
tidak berkontraksi dengan efisien, misalnya pada atrial fibrilasi, maka bunyi jantung IV tidak terdengar.
Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup dimana bunyi tersebut didengar. Ml berarti
bunyi jantung I di daerah mitral. P2 berarti bunyi jantung II di daerah pulmonal. Bunyi jantung I normal akan
terdengar jelas di daerah apeks, sedangkan bunyi jantung II dikatakan mengeras jika intensitasnya
terdengar sama keras dengan bunyi jantung I di apeks.
1. Pemeriksaan Inspeksi
a. Evaluasi Penampilan Umum
Penampilan umum pasien sering memberikan informasi berharga mengenai sifat penyakitnya. Pasien
dbngan kolik ginjal atau empedu benarbenat terlihat menggeliat di tempat tidur mencoba mencari posisi
yang nyaman. Pasien dengan peritonitis yang menderita nyeri hebat jika bergerak secara klias tetap
berdiam diri di tempat tidur karena setiap gerakan sekecil apapun akan memperberat rasa sakitnya.
Mereka mungkin berbaring di tempat tidur dengan lutut di tarik ke atas untuk membantu merelaksasikan
otot-otot perut dan mengurangi tekanan intra-abdominal. Pasien dengan pucat dan berkeringat mungkin
menderita syok awal karena pankreatitis atau perforasi tukak lambung.
b. lnspeksi Kulit
Periksalah kulit untuk melihat adanya ikterus (kuning). Jika mungkin, periksalah adanya ikterus dengan
menggunakan cahaya alamiah, karena lampu pijar akan menutupi adanya ikterus. Periksa pula ada tidaknya
spider angioma, yang dapat ditemukan pada pasien dengan sirosis alkholik, namun tidak spesifik, karena
dapat ditemukan pula pada kehamilan dan penyakit vaskular kolagen.
c. Inspeksi Ektremitas
Apakah otot-otot kecil ditangan mengecil ini berkaitan dengan wasting, warna kulit. Kuku diperiksa dengan
melihat adanya perubahan didasar kuku, terutama peningkatan ukuran lunula, misal pada jari-jari pasien
dengan sirosis hati
d. Inspeksi Wajah
Apakah matanya cekung, apakah ada daerah temporal cekung, ini merupakan tanda-tanda kelemahan dan
nutrisi buruk. Sklera ikterus atau tidak. Kulit disekitar mulut dan mukosa oral dapat memberikan petunjuk
mengenai gangguan saluran cerna, Telangiektesis (pelebaran pembuluh darah kapileryang menetap di kulit
dan mukosa) pada bibir dan lidah mengarah pada sindrom Osier-Weber-Rendu
e. Inspeksi Abdomen
Pemeriksaan inspeksi yaitu melihat perut baik bagian depan atau pun belakang (pinggang). Inspeksi
ini dilakukan dengan penerangan cahay yang cukup sehingga di dapatkan keadaan abdomen seperti
simetris atau tidak, bentuk atau kontur, ukuran, kondisi dinding perut (kulit, vena, umbilikus, striae alba)
dan pergerakan dinding perut.
Pada pemeriksaan tahap awal ini diperhatikan secara inspeksi kelainan-kelainan yang terlihat pada
perut seperti jaringan parut karena pembedahan, asimetris perut yang menunjukkan adanya masa tumor,
stria, vena yang berdilatasi. Cari kaput medusa (aliran berjalan keluar dari umbilikus) atau obstruksi vena
39
kava inferior, peristaltik usus, distensi dan hernia. Pada keadaan normal terlentang, dinding perut terlihat
simetris. Bila ada tumor atau abses atau pelebaran setempat lumen usus membuat perut terlihat tidak
simetris. Pada keadaan normal dan fisiologis, pergerakan dinding usus akibat peristaltik usus tidak terlihat.
Bila terlihat gerakan peristaltik usus maka dapat dipastikan adanya hiperperistaltik dan dilatasi sebagai
akibat obstruksi lumen usus. Obstruksi lumen usus ini dapat disebabkan macam-macam kelainan antara
lain tumor, perlengketan, strangulasi dan skibala.
Bentuk dan ukuran perut dalam keadaan normal bervariasi tergantung habitus, jaringan lemak
subkutan atau intra abdomen dan kondisi otot dinding perut, Pada keadaan starvasi bentuk dinding perut
cekung dan tipis, disebut bentuk skopoid. Pada keadaan ini dapat terlihat gerakan peristaltik usus.
Abdomen yang membuncit dalam keadaan normal dapat terjadi pada pasien gemuk. Pada keadaan
patologis, perut membuncit disebabkan oleh ileus paralitik, ileus obstruktif, meteorismus, asites, kistoma
ovarii, dan kehamilan. Tonjolan setempat menunjukkan adanya kelainan organ dibawahnya, misalnya
tonjolan regio suprapubis terjadi karena pembesaran uterus pada perempuan atau terjadi karena retensi
urin pada pria tua dengan hipertrofi prostat atau prostat atau perempuan dengan kehamilan muda. Pada
stenosis pilorus, lambung dapat menjadi besar sekali sehingga pada abdomen terlihat pembesaran
setempat. Pada kulit perut perlu diperhatikan adanya sikatriks akibat ulserasi pada kulit atau akibat operasi
atau luka tusuk.
Adanya garis-garis putih sering disebut setria alba yang dapat terjadi setelah kehamilan atau pada
pasien yang mulanya gemuk atau bekas asites. Striae kemerahan dapat terlihat pada sindrom dishing.
Pulsasi arteri pada dinding perut dapat terlihat pada pasien aneurisme aorta atau kadang-kadang pada
pasien yang kurus, dan dapat terlihat pulsasi pada epigastrium pada pasien insufiensi katup trikuspidalis.
Kulit perut menjadi kuning pada berbagai macam ikterus. Adakala ditemukan garis-garis bekas garukan
yang menandakan pruritus karena ikterus atau diabetes melitus. Pelebaran vena terjadi pada hipertensi
portal. Pelebaran disekitar umbilikus disebut kaput medusa yang terdapat pada sindrom banti. Pelebaran
vena akibat obstruksi vena kava inferior terlihat sebagai pelebaran vena dari daerah inguinal ke umbilikus,
sedang akibat obstruksi vena kava superior aliran vena ke distal.
Darm steffung/maag sreefung : pergerakan peristaltik dinding perut menyerupai gelembung pada
permukaan air yang berjalan dari kiri kekanan. Dapat terjadi pada pilorus stenosis.
4. Pemeriksaan Auskultasi
Pemeriksaan ini untuk memeriksa :
Suara bunyi usus : frekuensi dan pitch meningkat pada obstruksi, menghilang pada ileus paralitik
Succussion splash – untuk mendektesi obstruksi pada tingkat lambung
Bruit arterial
Venos hum pada kaput medusa
Dalam keadaan normal, suara peristaltik usus kadang-kadang dapat didengar walaupun tanpa
menggunakan stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam keadaan lapar. Dalam keadaan normal bising
usus terdengar lebih kurang 3 kali permenit. Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltik usus ini akan
meningkat, lebih lagi pada saat timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara usus ini disebut
borborigmi. Pada keadaan kelumpuhan usus (paralisis) misal pada pasien pasca operasi atau pada keadaan
peritonitis umum, suara ini sangat melemah dan jarang balikan kadang-kadang menghilang. Keadaan ini
juga bisa. terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi usus dimana usus sangat melebar dan atoni. Pada ileus
obstruksi kaclang terdengar suara peristaltik dengan nada yang tinggi dan suara logam (metallic sound).
Suara murmur sistolik atau diastolik mungkin dapat didengar pada auskultasi abdomen. Bruit
sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada pembesaran hati karena hepatoma. Bising vena
(venom hum) yang kadang-kadang disertai dengan terabanya gerakan (thrill), dapat didengar di antara
40
umbilikus dan epigastrium. Pada keadaan fistula arteriovenosa intra abdominal kadang-kadang dapat
didengar suara murmur.
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi dinding perut sangat penting untuk menentukan ada tidaknya kelainan dalam rongga
abdomen. Palpasi dilakukan secara sisteniatis dengan seksama. Pertama kali tanyakan apakah ada daerah-
daerah yang nyeri tekan. Perhatikan ekspresi wajah pasien selama pemeriksaan palpasi. Sedapat mungkin
seluruh dinding perut terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran masa tumor, apakah hati, limpa
dan kandung empedu membesar atau teraba. Periksa ginjal apakah ballottemen positif atau negatif. Palpasi
dilakukan dalam 2 tahap yaitu palpasi permukaan (superficial) dan palpasi dalam (deeppalpation). Palpasi
dapat dilakukan dengan satu tangan dapat pula dua tangan (bimanual) terutama pada pasien gemuk.
Biasakan palpasi dengan seksama meskipun tidak ada keluhan yang bersangkutan dengan penyakit traktus
gastrointestinal.
Pasien diusahakan dalam posisi telentang dengan bantal secukupnya, kecuali bila pasien sesak
nafas. Pemeriksa berdiri pada sebelah kanan pasien, kecuali pada dokter yang kidal. Palpasi superfisial :
posisi tangan menempel pada dinding perut. Umumnya penekanan dilakukan oleh ruas terakhir dan ruas
tengah jari-jari bukao dengan ujung jari. Sistematika palpasi dilakukan dengan hati-hati pada daerah yang
nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Palpasi superfisial tersebut bisa juga disebut palpasi superfisial tersebut
bisa juga disebut palpasi awal untuk orientasi sekaligus memperkenalkan prosedur palpasi pada pasien.
Palpasi dalam : palpasi dalam dipakai untuk identifikasi kelainan rasa nyeri yang tidak didapat pada
palpasi superfisial dan untuk lebih menegaskan kelainan yang didapat pada palpasi superfisial dan yang
terpenting yaitu untuk palpasi organ secara spesifik misalnya palpasi hati, limpa, ginjal. Palpasi dalam juga
penting pada pasien yang gemuk atau pasien dengan otot dinding yang tebal.
Perinci nyeri tekan abdomen antara lain berat ringannya, lokasi nyeri yang maksimal, apakah ada
tahanan (defans), apakah ada nyeri rebound bila tak ada tahanan. Perinci masa tumor yang ditemukan
antara lain lokasi, ukuran (diukur dalam cm), bentuk, permukaan (rata atau ireguler), konsistensi (lunak
atau keres) pinggir (halus atau ireguler), nyeri tekan, melekat pada kulit atau tidak, melekat pada jaringan
dasar atau tidak, dapat di indent (tinja indentable), berpulsasi/expansile (misal aneurisma aorta), lesi-lesi
satelit yang berhubungan (misal metastase ), transiluminasi (misal kista berisi cairan) dan adanya bruit.
Pada palpasi hati, mulai dari fosa iliaka kanan dan bergerak keatas pada tiap respirasi, jari-jari harus
mengarah pada dada pasien. Pada palpasi kandung empedu, kandung empedu yang teraba biasanya selalu
abnormal, pada keadaan ikterus, kandung empedu yang teraba berarti bahwa penyebabnya bukan hanya
batu kandung empedu tapi juga harus dipikirkan karsinoma pankreas. Pada palpasi limpa, mulai dekat
umbilikus, raba limpa pada tiap inspirasi, bergerak secara bertahap keatas dan kiri setelah tiap inspirasi dan
jika tidak teraba, baringkan pasien pada posisi left lateral, dengan pinggul kiri dan lutut kiri ditekuk, dan
ulangi, Pada posisi ginjal, palpasi bimanual dan pastikan apakah ada ballotement.
Usahakan dapat membedakan limpa dengan ginjal, Bila limpa tidak dapat mencapai bagian atasnya,
bergerak dengan respirasi, redup-pekak pada perkusi, ada notch atau insisura limpa, ballottement negatif
sedangkan pada ginjal : dapat mencapai bagian atasnya, tidak dapat digerakkan (atau bergerak lambat),
beresonarsi pada perkusi, tidak ada notch atau insisura, dan bisa ballotement positif.
1. Hati
Pada inspeksi harus diperhatikan apakah terdapat penonjolan pada regio hipokondrium kanan.
Pada keadaan pembesaran hati yang ekstrim (misal pada tumor hati) akan terlihat permukaan abdomen
yang asimetris antara daerah hipokondrium kanan dan kiri. Untuk memudahkan perabaan hati diperlukan:
41
a. Dinding usus yang lemas dengan cara kaki ditekuk sehingga membentuk sudut 45-60 o
b. Pasien diminta untuk menarik napas panjang
c. Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke kranial
dalam arah parabolik
d. Diharapkan, bila nanti membesar akan terjadi sentuhan antara jari pemeriksa dengan hati pada saat
inspirasi maksimal. Posisi pasien berbaring dengan kedua tungkai kanan dilipat agar dinding abdomen lebih
lentur. Palpasi dikerjakan dengan menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan, bukan ujung jari. Lebih
tegas lagi bila arah jari membentuk sudut 45 0 dengan garis median. Ujung jari terletak pada bagian lateral
muskulus rekctus abdominalis dan kemudian pada garis median untuk memeriksa hati lobus kiri.
Palpasi dimulai dari regio illiaka kanan menuju tepi lengkung iga kanan. Dinding abdomen ditekan
kebawah dengan arah dorsal dan kranial sehingga akan dapat menyentuh tepi anterior hati. Gerakan ini
dilakukan berulang pada posisi digeser 1-2 jari ke arah lengkung iga. Penekanan dilakukan pada saat pasien
sedang inspirasi.
Bila pada palpasi kita dapat meraba adanya pembesaran hati, maka harus dilakukan deskripsi
sebagai berikut:
Beberapa lebar jari tangan cm dibawah lengkung iga kanan
Bagaimana keadaan tepi hati. Misalnya tajam pada hepatitis akut atau tumpul pada tumor hati
Bagaimana konsistensinya. Apakah kenyal (konsistensi normal) atau keras (pada tumor hati)
Bagaimana permukaannya. Pada tumor hati permukaannya teraba berbenjol
Apakah terdapat nyeri tekan. Hal ini dapat terjadi pada kelainan antara lain abses hati, tumor hati. Selain
itu pada abses hati dapat dirasakan adanya iluktuasi.
Pada keadaan normal hati tidak teraba pada palpasi kecuali pada beberapa kasus dengan tubuh
yang kurus (sekitar satu jari) dan pada bayi. Terabanya hati 1-2 jari dibawah lengkung iga harus di
komfirmasikan apakah hal tersebut memang suatu pembesaran hati atau adanya perubahan bentuk
diafragma (misal emfisema paru). Untuk menilai adanya pembesaran lobus kiri hati dapat dilakukan palpasi
pada daerah garis tengah abdomen ke arah epigastrium. Batas atas hati sesuai dengan pemeriksaan perkusi
batas paru hati (normal pada sela iga 6). Pada beberapa keadaan patologis misalnya emlisema pani, batas
ini akan lebih rendah sehingga besar hati yang normal dapat teraba tepinya pada waktu palpasi. Perkusi
batas atas dan bawah hati (perubahan suara dari redup ke timpani) berguna untuk menilai adanya
pengecilan hati (misal sirosis hati). Pekak hati menghilang bila terjadi udara bebas di bawah diafragrna
karena perforasi. Suara bruit dapat terdengar pada pembesaran hati akibat tumor hati yang besar.
2. Limpa
Tekhnik palpasi limpa tidak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan nonnal limpa tidak teraba.
Limpa membesar mulai dari bawah lengkiing iga kiri, melewati umbilikus sampai regie iliaka kanan. Seperti
halnya hati, limpa juga bergerak sesuai inspirasi. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus
digaris tengah abdomen. menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis
Schuffner, yaitu garis yang dimulai dari titik dilengkung iga kiri menuju ke umbilicus dan dibruskan sampai
di spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi bagian yang sama.
Palpasi limpa juga dapat dipermudah dengan memiringkan pasien 45 derajat kearah kanan (kearah
pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, maka dilakukan deskripsi sebagai berikut:
Berapa jauh berada dan lengkung iga kiri garis Schuffner (S-l sampai dengan S-Vlll)
Bagaimana konsistensinya. Apakah kenyal (splenomegali karena hipertensi portal) atau keras sepenti
pada malaria. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba itu adalah limpa, harus diusahakan meraba
incisuranya.
42
3. Ginjal
Ginjal terletak pada daerah retroperitoneal sehingga pemeriksaan harus dengan cara bimanual. Tangan kiri
diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan kanan pada dinding abdomen diventralnya.
Pembesaran ginjal (akibat tumor atau hidronefrosis) akan teraba diantara kedua tangan tersebut, dan bila
salah satu tangan digerakkan akan teraba benturannya ditangan lain. Fenomena ini dinamakan ballotement
positif. Pada keadaan normal ballotement negatif.
3. Pemeriksaan Perkusi
Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, sama seperti pada perkusi di rongga toraks tetapi
dengan penekanan yang lebih ringan dan ketokan yang lebih perlahan. Pemeriksaan ini digunakan untuk:
Mendeteksi kandung empedu atau vesika urinaria, dimana suaranya redup/pekak
Menentukan ukuran hati dan limpa secara kasar
Menentukan penyebab distensi abdomen: penuh gas (timpani), massa tumor (redup-pekak) dan asites.
Perkusi abdomen sangat membantu dalam menentukan apakah rongga abdomen berisi lebih banyak cairan
atau udara. dalam keadaan normal suara perkusi abdomen yaitu timpani, kecuali didaerah hati suara
perkusinya adalah pekak. Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan bertambah bunyi timpani diseluruh
abdomen harus dipikirkan akan kemungkinan adanya udara bebas didalam rongga perut, misalnya pada
perforasi usus.
Cara pemeriksaan batas paru - hati: Pada linea mid clavicula kanan
1. Menentukan batas paru-hati relative
Diperkusi dari atas kebawah, nada sonor berubah monjadi sonor memendek. Normal didapati pada sela iga
ke V atau costa ke V (pada tinggi ini didapati cupula hati)
2. Menentukan batas paru-hati absolut
Diperkusi kebawah lagi, nada sonor memendek berubah menjadi pekak (Beda). Normal disela iga ke Vl atau
costa ke Vl
3. Menentukan benarnya peranjakan batas paru-hati absolut
Pasien disuruh menarik napas yang panjang dan menahan dahulu. Jari yang tadi ditempat batas paru-hati
absolut, jangan digeser-geser lagi. Waktu pasien rnenahan napasnya diperkusi kembali.
43
Normal : yang mula-mula pekak menjadi sonor memendek lagi, kira-kira dua jari kebawah, Disebutkan
batas paru-hati absolut sebesar dua jari.
Dalam keadaan adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen, perkusi diatas dinding perut mungkin
timpani dan di samping nya pekak. Dengan memiringkan pasien ke satu sisi, suara pekak ini akan
berpindah-pindah (shifting dullnes). Pemeriksaan shifting dullnes sangat patognomonis dan dapat lebih
dipercaya dari pada memeriksa adanya gelombang cairan. Suatu keadaan yang disebut tenomena papan
catur (chessboard phenomen) dimana pada perkusi dinding perut ditemukan bunyi timpani dan redup yang
berpindah-pindah, sering ditemukan pada peritonitis tuberkulosa.
Beberapa cara pemeriksaan asites : Cara pemeriksaan gelombang cairan. Cara ini dilakukan pada pasien
dengan asites yang cukup banyak dan perut yang agak tegang. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang
dan tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi sedangkan tangan lainnya mengetuk-ngetuk dinding perut
pada sisi lainnya. Sementara itu mencegah gerakan yang diteruskan melalui dinding abdomen sendiri, maka
tangan pemeriksa lainnya (dapat pula dengan pertolongan tangan pasien sendiri) diletakkan ditengah-
tengah perut dengan sedikit menekan.
Untuk cairan yang lebih sedikit dan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi pasien
tengkurap dan menungging (knee-chest position). Setelah beberapa saat, pada perkusi daerah perut yang
terendah jika terdapat cairan akan didengar bunyi redup. Pemeriksaan Puddle Sign. Seperti pada posisi
knee-chest dan dengan menggunakan stetoskop yang diletakkan pada bagian perut terbawah didengar
perbedaan suara yang ditimbulkan karena ketukan jari-jari pada sisi perut sedangkan stetoskop digeserkan
melalui perut tersebut ke sisi lainnya. Pasien pada posisi tegak maka suara perkusi redup didengar dibagian
bawah.
PENUNTUN BELAJAR
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan kriteria sebagai berikut :
1 : sama sekali tidak melakukan
2 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
3 : langka-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
44
A. PERSIAPAN 0 1 2
2. Memberikan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara
dan tujuan pemeriksaan
6. Wajah : ekspresi wajah, sikap tubuh, gelisah, pucat, ikterik, sianosis, sesak,
tampak kesakitan, teleangiektasis, dll
45
4. Perkusi: batas paru hepar, pemeriksaan asites
E. PENUTUP 0 1 2
CSL IV
KONSELING IMUNISASI
1. Mengetahui pentingnya penjelasan tentang manfaat vaksinasi dan risiko bila anak tidak mendapat
vaksinasi .
46
2. Mengetahui pentingnya riwayat/catatan imunisasi sebelumnya.
3. Menentukan jenis-jenis vaksinasi yang akan diberikan berdasarkan usia.
4. Mengetahui adakah kontra indikasi vaksin yang akan diberikan pada bayi/ anak.
5. Mengetahui mata rantai vaksin di pelayanan primer.
6. Melakukan pemeriksaan terhadap vaksin memenuhi syarat untuk dipergunakan.
7. Mengetahui cara pemberian dengan benar, dan dosis.
8. Mengetahui pentingnya penjelasan kemungkinan KIPI yang bisa terjadi
9. Menentukan jadwal kunjungan vaksinasi selanjutnya.
Media dan alat pembelajaran:
6. Kapas alkohol
7. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.
8. Metode Pembelajaran (skenario)
9. Foto (mata rantai vaksin)
10. Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar
DESKRIPSI KEGIATAN PEMBELAJARAN
mahasiswa
dimengerti.
melakukan praktek.
ceklis/daftar tilik.
masing-masing mahasiswa.
48
CHECKLIST PELATIHAN PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI
No Kegiatan Nilai
1 Mengucapkan salam, menyapa orang tua, dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan dan mencatat identitas anak (nama pasien dan orang tua, usia,
tanggal lahir pasien, alamat dan nomor telepon)
3 Mengecek imunisasi yang sudah didapat
4 Menanyakan KIPI sebelum ya
5 Menanyakan kontra indikasi
6 Melakukan pemeriksaan fisik
7 Menjelaskan vaksin yang akan diberikan dan cara pemberiannya
8 Menjelaskan manfaat vaksin
9 Menjelaskan kemungkinan KIPI dan tatalaksana
10 Mengambil vaksin yang benar, mengecek tanggal kadaluarsa
11 Melihat VVM ( Vaccine Vial Monitor) dan uji kocok
VVM:
A. Segi empat lebih terang dari lingkaran sekitar
Bila belum kadaluwarsa: vaksin dapat DIGUNAKAN
B. Segi empat berubah gelap tapi lebih terang dari lingkaran
sekitar
Bila belum kadaluwarsa: vaksin SEGERA DIGUNAKAN
C. Segi empat berwarna sama dengan lingkaran sekitar
49
Vaksin JANGAN DIGUNAKAN
D. Segi empat berwarna lebih gelap dari lingkaran sekitar
Vaksin JANGAN DIGUNAKAN
Uji Kocok Vaksin
- Siapkan vaksin kontrol yang telah dibekukan di dalam freezer
- Pilih sampel vaksin yang akan diuji
- Kocok vaksin kontrol dan vaksin yang akan diuji selama 10-15 menit
- Biarkan sesaat, bandingkan keduanya
- Jika kecepatan mengendap keduanya sama, mungkin vial tersebut
sudah rusak karena pembekuan dan tidak boleh digunakan lagi.
12 Mencuci tangan
13 Menyiapkan jarum suntik dan spoit steril yang sesuai
14 Mengambil vaksin dengan dosis yang benar
15 Membuang udara
16 Memposisikan anak dengan benar
Posisi anak duduk di pangkuan orang tua, dipeluk menghadap ke dada orang
tua. Tangan/ kaki yang akan disuntik dipegang oleh orang tua. Tangan/ kaki
yang tidak disuntik diusahakan dijepit di ketiak atau di antara kedua paha
orangtua.
17 Desinfeksi kulit sebelum penyuntikan
18 Menyuntik di tempat yang benar
19 Menyuntik dengan sudut yang benar
Intrakutan
- Pegang anak dengan tangan kiri kita sedemikian rupa, sehingga
tangan kiri kita berada di bawah lengannya; ibu jari dan jari-jari
lainnya mengelilingi lengan anak dan meregangkan kulit.
- Pegang spuit dengan tangan kanan, dengan lubang jarum
menghadap ke atas.
- Posisikan spuit hampir sejajar dengan kulit anak kemudian
masukkan jarum ke dalam kulit.
- Pegang plunger di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan.
Tekan plunger dengan ibu jari, suntikkan vaksin dan keluarkan
jarum.
Intramuskular
- Regangkan kulit di bagian yang akan disuntik
- Masukkan jarum dengan posisi tegak lurus, sehingga masuk ke
dalam otot.
- Tekan plunger dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin
- Keluarkan jarum dan tekan tempat bekas suntikan dengan kapas
Subkutan
- Pegang lengan anak dan regangkan kulitnya
- Masukkan jarum menembus kulit dengan sudut 45°
- Tekan plunger untuk memasukkan vaksin
- Cabut jarum dan tekan tempat bekas suntikan dengan kapas
Penetesan Vaksin Oral
- Buka mulut anak dengan cara menekan lembut pipinya sehingga
bibir anak akan terbuka
- Pegang OPV di depan mulut anak dengan sudut 45°
- Masukkan 2 tetes vaksin ke lidah anak
20 Membuang limbah dengan benar
- Letakkan jarum dan suntik di kotak buangan khusus
- Jangan menutup kembali jarumnya atau mencopot jarum dari spuit
50
- Bakarlah jika kotak tersebut sudah penuh
- Kubur sisa bakaran
21 Melakukan pencatatan
- Tanggal, bulan, dan tahun kunjungan
- Lokasi penyuntikan
- Nama vaksin yang diberikan, merk dagang, no batch
22 Menjelaskan kepada keluarga tanggal dan waktu vaksinasi berikutnya
23 Mencuci tangan setelah tindakan
LAMPIRAN
51
2. Jadwal Imunisasi Kemenkes
Umur Jenis Imunisasi
< 24 jam Hepatitis B0
1 bulan BCG, OPV-1
2 bulan DPT-HB-Hib-1, OPV-2
3 bulan DPT-HB-Hib-2, OPV-3
4 bulan DPT-HB-Hib-3, OPV-4 dan IPV
9 bulan Campak / MR
18 bulan MR, DPT-HB-Hib
Kelas 1 MR, DT
Kelas 2 Td
Kelas 5 Td
Sumber: Petunjuk Teknis Introduksi MR, Kemenkes RI, 2017
Vaksinasi BCG
Indikasi kontra
Bayi HIV positif dengan atau tanpa gejala
Bayi status HIV? Dengan gejala HIV, ibu HIV+
Keganasan (misalnya: leukemia, limfoma)
Imunodefisiensi primer/ sekunder
Mendapat imunosupresif (radio/ kemoterapi,
steroid)
Vaksinasi DPT
Indikasi kontra Bukan Indikasi kontra
Encefalopati dalam 7 hari pasca DTaP/DTwP Demam <40,50C pasca DTaP/DTwP sebelumnya
sebelumnya Riwayat kejang dalam keluarga
Riwayat SIDS dalam keluarga
Riwayat KIPI dalam keluarga pasca DTaP/DTwP
Perhatian Khusus
Demam >40,50C, kolaps dan episode
hipotonik-hiporesponsif dalam 48 jam pasca
DTaP/DTwP sebelumnya yang tidak
berhubungan dengan penyebab lain
Kejang dalam 3 hari pasca DTaP/DTwP
sebelumnya
Menangis terus ≥3 jam dalam 48 jam pasca
DTaP/DTwP sebelumnya
Sindrom Guillain-Barre dalam 6 minggu pasca
53
vaksinasi
LAMPIRAN GAMBAR
1. Tempat Penyuntikan
54
2. Cara Pemberian Vaksin
55
56