Anda di halaman 1dari 57

Manual CSL

SISTEM TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI

Diberikan pada Mahasiswa Semester VI

Disusun Oleh:

dr. Nurmala Dewi

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2020
TATA TERTIB

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK Unkhair harus mematuhi tata tertib seperti di
bawah ini :
1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang
dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos
(dengan/tanpa kerah), dan sandal sepatu atau sandal.
2. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapih.
3. Mahasiswi perempuan wajib berpakaian sopan dan bagi yang tidak menggunakan jilbab,
rambutnya ikat dengan rapi serta menggunakan rok panjang sampai mata kaki dan kemeja.
4. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan kampus FK Unkhair.
5. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan FK Unkhair.
6. Memakai papan nama di setiap kegiatan akademik. Jika tidak memakai papan nama maka
tidak diperkenankan mengikuti kegiatan akademik.
7. Mahasiswa yang tidak hadir di kegiatan akademik karena sakit wajib memberitahu bagian
akademik saat itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti diagnosis dari
dokter (diterima paling lambat 1 hari setelah tanggal sakit) kepada koordinator dan atau
sekretaris blok terkait.

TATA-TERTIB KEGIATAN KETERAMPILAN KLINIK /


CLINICAL SKILL LABORATORY (CSL)

Sebelum pelatihan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang bersangkutan dan
bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.

Pada saat pelatihan


1. Datang 10 menit sebelum CSL dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan CSL.
Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas
laboratorium.
5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah medis),
misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang
mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah tajam dimasukan pada
tempat sampah tajam.
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia.
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat dan
bahan yang ada pada ruang CSL.

1
10. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapihkan kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.

Ujian OSCE
1. Digunakan untuk menilai keterampilan klinis yang dilaksanakan pada akhir blok sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
2. Materi ujian meliputi seluruh bahan CSL (Clinical Skill Learning) yang berjalan dalam 1
blok
3. Wajib diikuti seluruh mahasiswa yang memenuhi syarat, yaitu telah mengikuti 100%
kegiatan CSL dan pembekalan OSCE
4. Mahasiswa yang telah tercantum dalam peserta ujian OSCE wajib mengikuti seluruh
kegiatan ujian, dengan ketentuan :
a. Wajib hadir sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
b. Apabila terlambat dari jadwal yang telah ditetapkan, maka mahasiswa tidak diizinkan
mengikuti ujian OSCE dan wajib mengikuti remedial.
c. Apabila berhalangan mengikuti ujian, harus menyerahkan surat keterangan sakit atau
ijin yang telah diverifikasi oleh koordinator atau sekretaris blok.
d. Apabila dalam pelaksanaan ujian mahasiswa dianggap berbuat curang
(melakukan komunikasi dengan peserta lain, membawa catatan yang berisi materi ke
dalam ruangan ujian, atau kecurangan lainnya) maka mahasiswa tersebut dinyatakan
gugur dan tidak bisa mengikuti ujian remedial & ujian blok serta mendapatkan nilai E
pada blok tersebut.
5. Mahasiswa dinyatakan lulus dalam tiap station apabila mencapai nilai ≥ 80% dan mahasiswa
harus lulus seluruh station OSCE.
6. Mahasiswa yang mendapatkan nilai < 80 % dapat mengikuti ujian remedial OSCE

Ujian Remedial OSCE


1. Ujian remedial OSCE merupakan kesempatan ujian untuk mahasiswa memperbaiki nilai
OSCE yang merupakan syarat wajib mengikuti ujian blok.
2. Mahasiswa diberikan bimbingan sebelum melakukan ujian remedial OSCE
3. Mahasiswa yang diijinkan mengikuti ujian remedial OSCE bila:
a. Mahasiswa yang memiliki nilai <80 pada ujian OSCE.
b. Mahasiswa yang tidak hadir saat ujian OSCE :
(1) Mahasiswa yang sakit / dirawat di rumah sakit pada saat ujian praktikum dengan
memberikan surat sakit yang telah diverifikasi kebenarannya oleh koordinator atau
sekretaris blok paling lama 1x24 jam dari jadwal ujian OSCE.
(2) Meninggalnya keluarga inti, dengan menunjukkan bukti tertulis dari orangtua/wali
yang diserahkan paling lama 1x24 jam dari jadwal ujian OSCE.
(3) Ijin kegiatan kurikuler mewakili Fakultas/Universitas di luar kampus dengan
sepengetahuan Dekan dan atau Kaprodi yang dibuktikan dengan surat tertulis
bertandatangan Dekan dan atau Kaprodi paling lambat 1x24 jam sebelum jadwal
ujian OSCE.
4. Mahasiswa yang tidak mencapai nilai kelulusan 80% tidak dapat mengikuti ujian blok.

2
CSL I
PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS
(NEONATAL EXAM)

Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu melakukan teknik pemeriksaan fisik pada neonatus secara sistematis dan
benar.
2. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus harus dilakukan anamnesis yang cermat
untuk mengetahui hal-hal berikut:
- Riwayat terdapatnya penyakit keturunan
- Riwayat kehamilan-kehamilan sebelumnya
- Riwayat kehamilan sekarang
- Riwayat persalinan sekarang
Informasi ini akan sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang dibawah lampu yang
terang, yang juga berfungsi sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas. Tangan serta alat
yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat. Pemeriksaan fisik pada neonatus
dilakukan paling kurang 3 kali, yaitu :
1. Pada saat lahir
2. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam
3. Pemeriksaan pada waktu pulang

a. Pemeriksaan pada saat lahir


Tujuan pemeriksaan pada saat lahir adalah :
1. Untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine
2. Untuk mencari kelainan kongenital yang memerlukan penanganan segera

Penilaian adaptasi neonatus


Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan dengan cara menghitung nilai Apgar (Apgar
Score). Cara ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia. Kriteria yang dinilai adalah :
1. Laju jantung
2. Usaha bernafas
3. Tonus otos
4. Refleks terhadap rangsangan
5. Warna kulit
Setiap kriteria diberi nilai 0, 1 atau 2 sehingganeonatus dapat memperoleh nilai 0 – 10.
Cara-cara penilaian Apgar dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tanda 0 1 2
Laju Jantung Tidak ada <100 >100
Usaha Bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat
Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Warna Kulit Seluruh tubuh biru/ Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
ekstremitas biru kemerahan

3
Nilai ini disebut nilai Apgar, sesuai dengan nama orang yang untuk pertama kali
memperkenalkan sistem penilaian ini yakni dr. Virgina Apgar. Penilaian ini dilakukan pada menit
pertama setelah lahir yang memberikan petunjuk adaptasi neonatal. Neonatus yang beradaptasi
dengan baik mempunyai nilai Apgar antara 7-10. Nilai 4-6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan
sampai sedang, sedangkan nilai 0-3 menunjukkan derajat asfiksia yang berat.
Nilai Apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostik oleh karena berhubungan dengan
morbiditas neonatal, nilai Apgar tidak menentukan untuk resusitasi.

Cairan Amnion
Normal :
1. Volume (kehamilan aterm) : 1000-1500 ml
2. Bau : (-), agak amis
3. Warna : jernih
4. Mikroorganisme (bakter/virus) : (-)
5. Terdiri dari 98-99% air, 1-2 % garam-garam anorganik dan bahan organik (protein
terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel.
6. Sirkulasi : 500 cc/jam
Volume cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila volumenya lebih dari 2000 ml disebut
polihidramnion atau hidramnion saja, apabila kurang dari 500 ml disebut sebagai oligohidramnion.
Polihidramnion biasa terdapat dari ibu diabetes atau eklampsia. Oligohidramnion berhubungan dengan
agenesis renal bilateral atau sindrom potter. Pada oligohidramnion perhatikan juga ekstremitas bawah akan
kemungkinan adanya pes equinovarus atau valgus kongenital.

Plasenta
Normal :
1. Berat (kehamilan aterm) : > 500 mg
2. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc
3. Bentuk : bundar/oval
4. Diameter : 15-25 cm, tebal 3-5 cm
Abnormal :
Jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae (kegawatdaruratan
obstetrik).
Plasenta harus ditimbang, dan perhatikanlah adanya perkapuran, nekrosis, dsb. Pada bayi kembar harus
diteliti apakah terdapat 1 atau 2 korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu
diperhatikan adanya anostomosis vaskuler antara kedua amnion, bila perlu dipikirkan kemungkinan
terjadinya transfusi feto-fetal.

Tali pusat
Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Pada potongan tali pusat
diperhatikan apakah ada 1 vena: dan 2 arteri. Kurang lebih 1% dari neonatus hanya mempunyai 1 arteri
umbilikalis dan 15% dari padanya mempunyai 1 atau lebih kelainan kongenital terutama sistem pencernaan,
urogenital, respiratorik, atau kardiovaskular.

II. Pemeriksaan Lanjutan


4
1. Pemeriksaan Umum
a. Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan :
- Frekuensi denyut jantung/frekuensi denyut nadi dengan nilai normalnya yaitu : 100-160x/menit
(dalam keadaan istirahat) dan 120-160x/menit (dalam keadaan aktif)
- Frekuensi napas neonatus, dengan nilai normalnya yaitu : 40-60x/menit
- Suhu tubuh, yang diukur melalui aksiter. Suhu neonatus normal adalah 36.5-27.5 oC
b. Keaktifan
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan hangat dan gerakan tungkai dan
lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam keadaan fleksi,
sedangkan gerakan tungkai dan lengannya aktif dan simetris. Bila ada asimetri pikirkan terdapatnya
kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonatus diam saja, mungkin terdapat depresi susunan saraf
pusat atau akibat obat akan tetapi masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.
c. Tangisan bayi
Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi, misalnya tangisan yang melengking
menunjukkan bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih
terdapat pada bayi dengan kesukaran pernafasan.

2. Pemeriksaan secara rinci


a. Kulit
Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang terlihat sianosis pada ujung-ujung
jari pada hari pertama, tebal jaringan subkutan : 0.25 sampai 0.5 cm. Bila terdapat sianosis seluruh tubuh
pikirkan kemungkinan kelainan jantung bawaan sianotik atau methemoglobinemia. Warna kulit yang pucat
terdapat pada anemia berata atau asfiksia palida. Pletora tampak pada polisitemia.
Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam serum darah, atau
pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar bilirubin indirek memberi warna kuning-jingga sedang
penumpukan bilirubin direk memberikan warna kuning kehijauan. Pada neonatus yang berkulit gelap,
ikterus sebaiknya diperiksa pada mukosa. Pada orang kulit berwarna, dalam keadaan normal dapat terlihat
warna kebiruan pada punggung dan bokong yang disebut Mongolian spots. Kulit neonatus cukup bulan
ditutupi oleh semacam zat yang bersifat seperti lemak yang disebut verniks kaseosa, yang berfungsi sebagai
pelumas serta sebagai isolasi panas. Lanugo, yaitu rambut halus yang terdapat pada punggung bayi, lebih
banyak terdapat pada bayi kurang bulan dan makin berkurang sampai hilang pada bayi cukup bulan.
Perhatikan terdapatnya petekie, atau ekimosis yang disebabkan oleh trauma lahir atau oleh sepsis,
penyakit perdarahan atau trombositopenia.
b. Wajah
Sering kali wajah neonatus tampak asimetris oleh karena posisi janin intrauterine. Kelainan wajah yang khas
terdapat pada beberapa sindrom seperti Sindrom Down atau Sindrom Pierre Robin, yang mudah dikenal.
Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lehir seperti laserasi, paresis N. fasialis atau patah tulang
zigomatikus.
c. Kepala
Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih karena molding. Keadaan
ini akan normal setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun besar dan kecil mudah diraba. Pada
pemeriksaan ubunubun perlu diperhatikan ukuran dan ketegangannya. Perhatikan terdapatnya kelainan
yang disebabkan trauma lahir, seperti caput suksedaneum, hematoma sefal, perdarahan subaponeurotik
atau fraktur tulang tengkorak.
 Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala, lunak tidak berfluktuasi batasnya tidak tegas dan
menyeberangi sutura, dan akan hilang dalam beberapa hari.
5
 Sefal hematom tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh kaput suksedaneum. Konsistensi
sefal hematoma ini lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, jadi tidak menyeberangi
sutura. Bila sefal hematom menyeberangi sutura berarti terdapat fraktur tulang tengkorak. Sefal hematom
akan mengalami kalsifikasi setelah beberapa hari, dan akan menghilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
 Perdarahan subaponeurotik terjadi oleh karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar
dengan sinus-sinus dalam tengkorak. Perdarahan ini dapat terjadi pada tiap persalinan yagn diakhiri dengan
alat. Biasanya batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala dapat tampak asimetris. Pada perabaan sering
ditemukan fluktuasi dan juga terdapat edema. Bila berat, kelainan ini dapat mengakibatkan
renjatan/kejang, anemia atau hiperbilirubinemia
 Molding adalah tumpang tindihnya tulang kepala yang disebabkan oleh tekanan jalan lahir yang
menyebabkan bentuk kepala menjadi lonjong, biasanya hilang dalam beberapa waktu.

Perhatikan pula terdapatnya kelainan congenital seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya. Untuk memastikan apakah terdapat perdarahan intracranial atau hidrosefalus diperlukan
pemeriksaan USG (atau transiluminasi bila USG tidak ada, tetapi ini hanya dapat melihat adanya
hidrosefalus).
Tabel. Ukuran Lingkar Kepala Anak Laki-laki Aterm
Usia Lingkar Kepala (cm)
Saat lahir 35
3 bulan 40
6 bulan 45
9 bulan 50
Nb : LK anak perempuan usia lebih dari 3 bulan lebih kecil 1cm dari anak lakilaki 2 SD = 1 inci (2,5 cm)

d. Leher Normal
Terlihat pendek namun pergerakannya baik. Perhatikan adanya :
1. Kelainan tulang leher → pergerakan terbatas
2. Trauma leher → kerusakan plexus brachialis → tangan lumpuh
3. Tumor leher → trachea tertekan → obstruksi jalan napas
4. Perdarahan m. sternocleidomastoideus → tortikolis (kaku leher hingga leher terpelintir)
5. Webbed neck (leher berselaput) / pterygium colli deformity → lipatan kulit bawaan yang berjalan
sepanjang sisi leher sampai ke bahu
e. Mata
Teknik :
Secara inspeksi dan palpasi Perhatikan adanya :
1. Mikroftalmia congenital → dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan palpasi
2. Glaukoma congenital → mulanya terlihat sebagai pembesaran, kemudian sebagai kekeruhan kornea
3. Katarak congenital → dapat mudah terlihat sebagai pupil yang berwarna putih
4. Trauma pada mata terlihat sebagai edema palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
5. Sekret mata → konjungtivitis oleh kuman gonokok → panoftalmia → buta
f. Mulut
Secara inspeksi perhatikan simetris atau tidaknya. Apakah terdapat kelainan kongenital seperti: 1.
Labiognato-palatoskisis → bibir sumbing 2. Mikrognatia → bibir yang kecil 3. Ranula → kista lunak yang
berasal dari dasar mulut 4. Lidah membesar → sindrom beckwith 5. Lidah selalu bergerak → sindrom down
6. Foote’s sign → lidah keluar masuk → akibat TIK ↑ atau edema cerebral.
g. Telinga
 Lakukan lnspeksi letak daun telinga dan liang telinga
6
 Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital, seperti daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
yang dapat dijumpai pada neonatus dengan sindrom tertentu antara lain sindrom Pierre-Robin, Mikrotia →
daun telinga yang kecil, Anotia → tidak adanya daun telinga, Bat’s ear → telinga caplang
h. Hidung
 Inspeksi pernapasan, apakah melalui hidung atau tidak
 Bila neonatus bernapas melalui mulut, pikirkan kemungkinan obstruksi jalan napas oleh karena atresia
koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
 Perhatikan apakah terdapat pernapasan cuping hidung
i. Dada
1. Inspeksi
 lnspeksi bentuk dada, bentuk dada neonatus adalah seperti tong, apakah terdapat pektus ekskavatum,
atau karinatum
 Perhatikan laju napas, laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60 kali Permenit
 Gerakan dinding dada, harus simetris bila tidak harus dipikirkan kemungkinan adanya pneumothoraks,
paresis diafragma atau hernia diafragmatika
 Tipe pernapasan
 Kelenjar payudara neonatus, dapat ditemukan kelainan puting susu berlebih (supemumary nipples).
2.Palpasi
Dengan palpasi kita dapat menemukan fraktur klavikula serta meraba iktus kordis untuk menentukan posisi
jantung (adanya dekstrokardia atau osteosporosis).
3. Perkusi
Pada pemeriksaan neonatus jarang dilakukan perkusi dada
4. Auskultasi
 Menghitung laju jantung selama 1 menit penuh dengan menggunakan stetoskop
 Laju jantung normal adalah 120-160 kali per menit dan dipengaruhi oleh aktivitas bayi
 Mendengar bunyi napas neonatus yaitu vesikuler
 Terdengarnya bising usus di daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika
j. Abdomen
l. lnspeksi
 Perhatikan dinding abdomen, pada neonatus dinding abdomen lebih datar dari pada dada
 Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital seperti: omfalokel (penonjolan usus via akar pusar yang
dilapisi peritoneum dan tidak dilapisi kulit), gastroekisis (usus berada diluar rongga perut) dll
2. Palpasi
 Meraba hepar dan limpa
 Hepar biasanya teraba 2 sampai 3 cm dibawah arkus aorta kanan, limpa juga sering teraba l cm dibawah
arkus aorta kiri
Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila posisi bayi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar
otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi.
k. Genitalia eksterna
Inspeksi :
Normal (Bayi laki-laki) :
1. Ukuran penis → panjang 3-4 cm; lebar 1-1,3 cm
2. Skrotum bayi biasanya besar dan mempunyai banyak rugae
3. Testis sudah turun ke dalam skrotum.
 Perhatikan organ genetalia baik pada bayi laki-laki maupun perempuan

7
 Pada bayi laki-laki perhatikan ukuran penis, skrotum, testis, apakah terdapat hipospadia, epispadia,
fimosis, hidrokel taupun kriptorkismus.
Normal (Bayi perempuan) :
1. Labia minora terturup oleh labia mayora
2. Lubang uretra terpisah dari lubang vagina → bila hanya terdapatsatu lubang berarti ada kelainan
3. Terkadang tampak sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu
(withdrawal bleeding)
l. Tulang belakang dan ekstremitas
 Neonatus diletakkan dalam posisi tengkurap
 Tangan pemeriksa meraba meraba sepanjang tulang untuk mencari terdapatnya scoliosis, meningokel,
spina bifida, sinus pilonidalis atau kelainan kongenital lainnya
 Perhatikan pergerakan ekstremitas, apakah simetris atau tidak dan apakah terdapat paralisis atau tidak,
Perhatikan tonus ekstremitas, apakah terdapat hipotonia umum.
Pemeriksaan dislokasi panggul, menggunakan cara: Ortholani (lutut ditekuk sama tinggi atau tidak).
m. Anus
 Menilai apakah terdapat atresia ani dan posisi anus
 Perhatikan adanya anus imperforate dengan memasukkan thermometer ke dalam anus. Bila ada atresia
perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.
n. Ukuran antropometrik
 Melakukan pemeriksaan berat badan lahir, panjang badan lahir dan lingkar kepala
 Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai ukuran badan sebagai berikut:
- Berat badan lahir antara 2500 sampai 4000 gram
- Panjang badan lahir 45 sampai 54 cm
- Lingkaran kepala 33 sampai 37 cm
Pemeriksaan usia kehamilan / Penilaian usia gestasi Usia gestasi dapat dinilai dengan beberapa cara,
termasuk dengan menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, atau dengan cara
ultrasonografi. Yang sering dipakai sekarang adalah pemeriksaan menurut New Ballard Score for
Gestational Age Assessment yaitu dengan hanya menilai 6 kriteria neurologis. Mengetahui usia kehamilan
dan keadaan gizi neonatus sangat penting untuk dapat mengkategorikan neonatus apakah cukup bulan,
kurang bulan, atau lebih besar untuk usia kehamilannya.

III. Pemeriksaan Neurologis Neonatus

Pemeriksaan neurologis pada neonatus seharusnya dilakukan pada semua bayi, baik yang sehat maupun
yang sakit. Pada bayi sehat dilakukan pemeriksaan neurologis untuk meyakinkan orang tua, bahwa bayinya
benarbenar tidak menderita kelainan neurologis. Pada bayi sakit pemeriksaan neurologis untuk
menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis. Inspeksi Perhatikan terdapatnya malformasi, trauma
fisis dan kejang. Pada bayi dengan riwayat kejang, harus diperhatikan dengan lebih teliti dan lama. Pada
keadaan normal, bayi cukup bulan lebih sering tidur, rata-rata pada hari pertama tidur selama 17 jam. Pada
waktu istirahat pada neonatus normal dengan masa kehamilan 32-40 minggu terlihat abduksi pada paha,
dan fleksi pada sendi anggota gerak (siku, panggul dan kaki), simetris kanan dan kiri.
Pada neonatus dengan masa kehamilan 25-30 minggu lengan dalam keadaan fleksi, dan tungkai dalam
keadaan fleksi atau eketensi. Pada neonatus dengan masa kehamilan 25 minggu atau lebih, apabila dalam
keadaan istirahat semua anggota geraknya berada dalam posisi ekstensi berarti tidak normal. Pada
penilaian kesadaran, pasien dapat dibangunkan dengan memegang dadanya dengan ibu jari dan telunjuk

8
sambil digoyang-goyang secara lembut. Pasien yang sadar akan bangun membuka mata, mengerenyutkan
muka, menangis dan menggerakkan anggota geraknya. Bila bayi tidak dapat dibangunkan, dan tidak ada
kerutan muka dan gerakan ekstremitas berarti Abnormal yakni kesadaran menurun.Tingkat kesadaran
terdiri atas sadar, apatis/letargi, somnolen, sopor dan koma.
Pemeriksaan saraf otak. Pemeriksaan saraf otak pada neonatus berbeda dengan pemeriksaan pada anak:
 Pada waktu pasien bangun, mengerenyutkan muka dan menangis, perhatikan mata dan sudut mulutnya
untuk memeriksa saraf otak VII (saraf fasialis). Pada paresis saraf fasialis akan terlihat mulut mencong ke
sisi sehat, mata tidak dapat menutup dan lipatan nasolabialis hilang pada sisi yang paresis
 Pada waktu menangis dan membuka mulut perhatikan lidah dan langitlangit untuk memeriksa saraf XII
dan IX. Pada lidah perhatikan ukurannya dan gerakan simetris atau asimetris, apakah ada fasikulasi (saraf
XII). Pada langit-langit perhatikan gerakan arkus faring dan uvula. Pada paresi saraf IX akan terlihat arkus
sisi paresis tertinggal
 Refleks rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di sudut mulut pasien, maka pasien akan
berpaling kearah rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya, kalau ujung jari
dimasukkan kedalam mulutnya 3 cm akah diisap dan disebut sucking reflex (refleks menghisap).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kelainan saraf V, VII, XII
 Pemeriksaan refleks menelan dilakukan untuk memeriksa saraf IX dan X
 Pada waktu mengisap mata pasien biasanya terbuka secara spontan, saat inilah kesempatan untuk
memeriksa pergerakan bola mata untuk menilai saraf III, IV dan VI.
 Doll's eye maneuver dilakukan dengan memutar kepala pasien ke kiri dan kanan untuk menilai gerakan
bola mata ke lateral. Pada waktu kepala diputar ke satu sisi, maka akan terjadi deviasi mata ke
kontralateral. Manuver ini digunakan untuk memeriksa saraf VIII bagian vestibular
 Refleks pupil sebenarya sudah ada pada neonatus, tetapi sukar dinilai, karena kalau ada cahaya neonatus
segera akan menutup mata dan sukar dibuka kembali. Pada waktu mata terbuka segera pematikan apakah
pupilnya isokor atau anisokor.

Pemeriksaan refleks neonatal primer :


1. Moro reflex
Teknik:
 Bayi dalam posisi telentang, kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa cm dengan hati-hati ke
tangan pemeriksa
 Reaksi : bayi akan kaget, lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi, tangan terbuka dan disusul
dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi
 Nilai abnormal : apabila tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali ataupun apabila rentangan
lengan asimetri.

2. Tonic neck reflex


Teknik:
 Bayi dalam posisi telentang, kepala di garis tengah dan anggota gerak dalam Posisifleksi
 Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, maka akan terjadi ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan dan
fleksi pada anggota gerak sebelah kiri
 Yang selalu terjadi adalah ekstensi lengan, sedangkan tungkai tidak selalu ekstensi, dan fleksi anggota
gerak kontralateral juga tidak selalu terjadi
 Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri
 Tonus ekstensor meninggi pada anggota gerak arah muka berpaling
 Tonus fleksor meninggi pada anggota gerak kontralateral,
9
3. Palmar grasp reflex (rafleks menggenggam)
Teknik:
 Meletakkan telunjuk pemeriksaan di telapak tangan pasien
 Nilai: telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan adanya refleks memegang (grasp reflex)
 Agar pegangan lebih kuat pegangannya tangan pemeriksa juga memegang tangan pasien, kemudian
ditarik perlahan-lahan kearah duduk
 Pada bayi normal, kepala segera mengikuti dan hanya tertinggal sedikit.

4. Babinski reflex
Teknik:
 Dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing
 Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari kaki yang
lain
 Refleks ini normal pada bayi sampai umur 18 bulan, bila masih terdapat pada umur 2 sampai 2,5 tahun
mungkin terdapat lesi piramidal.

5. Stepping reflex ( refleks melangkah )


Teknik:
 Bila BBL ( bayi baru lahir) dipegang pada bagian bawah lengannya dalam posisi tegak dan kakinya
menyentuh permukaan datar, maka secara otomatis bayi akan meluruskan tungkainya seolah hendak
berdiri
 Bila posisi bayi dimiringkan kedepan, bayi akan meletakkan satu kakinya di depan kaki yang lain
 Refleks ini akan menghilang, dan akan muncul setelah bayi sudah siap untuk berjalan

IV. Pemeriksaan pada waktu memulangkan


Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk meyakinkan bahwa tidak ada kelainan
kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewatkan. Perlu diperhatikan:
- SSP : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun
- Kulit : adanya ikterus, pioderma
- Jantung : adanya bising yang timbul kemudian
- Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya
- Tali pusat : adanya infeksi
Disamping itu perlu diperhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengerti cara
pemberian ASI yang benar.
Penting untuk diperhatikan :
 Pemeriksaan pada neonatus harus : didahului dengan anamnesis yang lengkap tentang riwayat kehamilan
sebelumnya, riwayat kehamilan sekarang, dan riwayat kelahiran bayi
 Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir tediri dan pemeriksaan cepat segera setelah lahir, pemeriksaan
lanjutan yang dilakukan 24 jam pasca lahir, dan pemeriksaan saat bayi akan dibawa pulang
 Sebelum dan setelah memeriksa neonatus tangan pemeriksa harus dicuci dengan sabun atau larutan
antiseptik
 Semua hasil pemeriksaan harus dikomunikasikan dengan orang tua bayi, demikian pula rencana
pemeriksaan selanjutnya.
PENUNTUN BELAJAR

10
KETRAMPILAN PEMERIKSAAN NEONATUS

(Digunakan oleh peserta)

Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan kriteria sebagai berikut :
1 : sama sekali tidak melakukan
2 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
3 : langka-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)

NO LANGKAH KLINIK KASUS

A. PEMERIKSAAN SAAT LAHIR 0 1 2

1. Mempersiapkan bayi yang akan diperiksa yaitu dalam keadaan telanjang


dibawah lampu yang terang yang dapat berfungsi sebagai penghangat.

2. Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan tangan serta alat yang bersih


dan hangat

3. Menilai Apgar Score, yaitu : laju jantung, usaha bernafas, tonus otot, refleks,
warna kulit

4. Menilai cairan amnion (warna,bau)

5. Menilai plasenta (kelengkapan bagian-bagiannya, tanda-tanda klasifikasi dan


nekrosis

6. Menilai tali pusat (kesegarannya, ada tidaknya simpul, arteri dan vena)

B. PEMERIKSAAN LANJUTAN 0 1 2

1. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan tanda vital (denyut jantung/denyut nadi, frekuensi nafas, suhu


tubuh)

2. Pemeriksaan keaktifan (melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan, pada
neonatus cukup bulan dan sehat posisi tungkai refleksi dengan gerakan yang
aktif dan simetris

3. Pemeriksaan tangisan bayi (melengking, melemah, atau merintih)

4. Pemeriksaan secara rinci

Pemeriksaan kulit, (warna kulit, kelainan-kelainan yang ditemukan, seperti


petekie ekimosis dll)

5. Pemeriksaan wajah, (simetris atau tidak, apakah terdapat kelainan yang


khas seperti Sindrom Down, Sindrom Pierrerobin, ataupun tanda-tanda
trauma -

6. Pemeriksaan kepala, apakah terdapat: molding, kaput suksedenum,

11
hematoma sefal, perdarahan sub aponeurotik atau fraktur tulang tengkorak,
serta kelainan konginital seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes, dsb

7. Pemeriksaan leher, apakah tampak pendek, kelainan pada tulang leher,


tumor, trauma leher, dan webbed neck (yang terdapat pada beberapa
kelainan konginital)

8. Pemeriksaan mata, perhatikan apakah terdapat mikroftalmia konginital,


katarak konginital, trauma pada mata, sekret pada mata, dll

9. Pemeriksaan mulut, perhatikan simetris atau tidak, apakah terdapat


kelainan konginital seperti labiognato-palatokisis, dll.

10. Pemeriksaan hidung, perhatikan pernafasan, apakah terdapat atresia koana


bilateral, fraktur tulang hidung atau ensafalokel yang menonjol ke
nasofaring, pernafasan cuping hidung, serta adanya sekret pada luba hidung.

11. Pemeriksaan telinga, perhatikan letak daun telinga dan liang telinga, serta
kelainan konginital

12. Pemeriksaan dada, Inspeksi : bentuk dada (pektus eksavatum atau


karinatum) gerakan dinding dada, laju nafas, tipe pernafasan dan kelenjar
payudara neonatus. Palpasi : gerakan dinding dada (simetris atau tidak)

13. Pemeriksaan abdomen : Inspeksi : bentuk dinding dada perut, kelainan


konginital, tali pusat (kesegaran, adakah simpul, arteri dan vena umbilikalis)
Palpasi : hepar, limpa dan ginjal

14. Pemeriksaan genitalia eksterna :

Bayi perempuan : labia minor dan labia mayor, lubang uretra dan vagina
yang terpisah

Bayi laki-laki : ukuran penis, hipospadia, epispadia, fimosis, skrotom,


hidrokel, testis, kriptorkismus serta trauma pada alat kelamin

15. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas (pasien dibaringkan dalam


posisi tengkurap)

 Tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang untuk mencari


terdapatnya skoliosis, meningokel, spina bifida, spina bifida okulta, atau
sinus pilonidalis

 Perhatikan pergerakan ekstremitas apakah terdapat asimetris (patah


tulang, osteogenesis imperfakta), kelumpuhan pada tangan atau paralisis
pada kedua tungkai

 Memperhatikan tonus ekstremitas apakah terdapat hipotonia

16. Pemeriksaan anus, menilai apakah terdapat atresia ani, posisi anus dan anus
imferforata

12
17. Melakukan pemeriksaan antropometrik (berat badan, panjang badan,
lingkar kepala)

18. Pemeriksaan usia kehamilan/penilaian usia gestasi (ballard score)

19. Pemeriksaan neurologis neonatus

C. PEMERIKSAAN SARAF OTAK 0 1 2

1. Inspeksi : (menilai kesadaran, malformasi, trauma fisis, kejang, dan posisi


ekstremitas)

2. Rooting reflek

Menyentuh ujung jari disudut mulut pasien - Pasien akan melihat kearah
rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari tersebut kedalam
mulutnya

3. Sucking refleks (melihat kelainan N.V, VII, XII)

Jika ujung jari dimasukkan ke dalam mulut bayi dan di isap, maka disebut
sucking refleks

5. Pemeriksaan N . VII
Memperhatikan mata dan sudut mulut pasien pada saat pasien bangun,
mengerunyutkan muka dan menangis, nilai simetris atau tidak.
6. Pemeriksaan N. XII dan N. IX
Perhatikan ukuran dan gerakan lidah pada saat pasien menangis dan
membuka mulut (N. XII)
Perhatikan gerakan arkus faring dan uvula pada langitlangit (N. IX)
7. Pemeriksaan III, IV, dan VI
Memeriksa pergerakan bola mata
8. Pemeriksaan N.VIII bagian vestibular (Doll’s eye maneuver)
Memutar kepala pasien ke kiri dan ke kanan untuk menilai gerakan bola
mata ke lateral
9. Pemeriksaan Pupil
Lakukan penilaian apakah pupil isokor atau anisokor
C. PEMERIKSAAN REFLEKS NEONATAL PRIMER 0 1 2

1. Moro Reflex

Bayi dalam posisi telentang kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat


beberapa cm dengan hati-hati ke tangan pemeriksa

Nilai reaksi yang timbul : bayi akan kaget, lengan-lengan direntangkan dalam
posisi abduksi ekstensi, tangan terbuka dan disusul dengan gerakan lengan
adduksi dan fleksi.

2. Tonic Neck Reflex

Bayi dalam posisi terlentang, kepala digaris tengah dan anggota gerak dalam
posisi fleksi

13
Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, nilai reaksi yang timbul (akan terjadi
ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan dan fleksi pada anggota gerak
sebelah kiri)

Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri.

3. Palmar Grasp Reflex

Meletakkan telunjuk pemeriksa di telapak tangan pasien - Nilai: telunjuk


akan dipegang oleh pasien dengan adanya rileks memegang (grasp reflek)

4. Refleks Babinski

Mengores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing

Menilai hasil (bila positif reaksinya berupa ekstensi ibu jari kaki disertai
dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain)

5. Stepping Reflex

Memegang bayi pada bagian bawah lengannya dalam posisi tegak dan
kakinya menyentuh permukaan datar

Nilai reaksinya : normalnya secara otomatis bayi akan meluruskan


tungkainya seolah hendak berdiri

D. PEMERIKSAAN PADA WAKTU MEMULANGKAN 0 1 2

1. SSP : Aktifitas bayi ketegangan ubun-ubun

Kulit : adanya ikteru, pioderma

Jantung : adanya bising yang timbul kemudian

Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya

Tali pusat : adanya infeksi

E. PENUTUP 0 1 2

1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut

2. Mengucapkan terima kasih dan berjabat tangan

CSL II

PEMERIKSAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN


PENGERTIAN

14
Anak mempunyai ciri yang khas yang berbeda dengan dewasa adalah mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan. Dalam upaya meningkatkan kualitas anak untuk tercapainya tumbuh
kembang yang optimal maka terpenuhi: (1) kebutuhan dasar anak tersebut (2) deteksi dini adanya
keterlambatan perkembangan.(3) intervensi dini .

Monitoring perkembangan secara rutin dapat mendeteksi adanya keterlambatan perkembangan


secara dini pada anak. IDAI bersama DEPKES menyusun penggunaaan KPSP sebagai alat praskrening
perkembangan sampai anak usia 6 tahun, pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan untuk di bawah 2 tahun
dan setiap 6 bulan hingga anak usia 6 tahun.Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal/sesuai
umur atau ada penyimpangan.

Pemeriksaan KPSP adalah penilian perkembangan anak dalam 4 sektor perkembangan yaitu : motorik kasar,
motorik halus, bicara/bahasa dan sosialisasi /kemandirian.

SASARAN BELAJAR

Mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan cara melakukan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP)

SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah melakukan latihan ketrampilan ini mahasiswa :

1. Dapat menentukan umur anak (usia kronoligi, usia koreksi, usia mental)
2. Dapat memberikan penjelasan pada orangtua/keluarga tentang tujuan pemeriksaan ini
3. Memilih alat skrining dan format KPSP yang sesuai usia.
4. Melakukan pemeriksaan KPSP dengan benar dan tepat
5. Memberikan kesimpulan dan argumentasi dari hasil KPSP pada orangtua/keluarga
6. Memberikan penjelasan bentuk-bentuk stimulasi yang diberikan:

MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Formulir KPSP menurut usia 3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66,72 bulan. Formulir ini


berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak.

15
2. Alat bantu pemeriksaan berupa : bola, boneka, kubus sisi 2,5 cm, benang wol merah, kertas,
krayon, kismis,kerincingan,lonceng.

DESKRIPSI KEGIATAN

KEGIATAN WAKTU DESKRIPSI

1.Pengantar 20 Pengantar
menit

2.Bermain peran dan tanya 30 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa


menit 2. Dua orang instruktur memberikan contoh
Jawab bagaimana melakukan pemeriksaan KPSP (misal usia
6 bulan). Mahasiswa mengamati peragaan dengan
menggunakan penuntun belajar.
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya dan instruktur memberikan penjelasan
tentang aspek-aspek yang penting.

3. Praktek bermain dengan 120 1. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil (3 orang)
umpan balik menit Masing-masing berperan sebagi dokter, anak,
orangtua.
2. Setiap kelompok melakukan praktek langkah-
langkah pemeriksaan KPSP secara bergantian dan
memilih usia yang berbeda (12,15,18,dst) dan
kelompok lain mengamati cara pemeriksaan KPSP
dan memberi pernyataan yang tidak sesuai pada
pengamatan.

4.Curah pendapat/diskusi 30 1. Curah pendapat/diskusi: apa yang dirasakan dan


menit kesultan pada saat melakukan pemeriksaan KPSP
2. Instruktur membuat kesimpulan dengan menjawab
pertanyaan dan memperjelas hal yang belum
dimengerti
Total waktu 200
menit

PENUNTUN PEMBELAJARAN

PEMERIKSAAN KPSP

16
Beri nilai langkah dengan menggunakan kriteria berikut :

1. Perlu perbaikan : langkah tak dilakukan dengan benar dan tidak sesuai urutannya.
2. Mampu : langkah-langkah yang dilakukan dengan benar tetapi tidak efisien
3. Mahir : langkah-langkah yang dilakukan dengan benar dan efisien.

NO LANGKAH/KEGIATAN skor

A. PERSIAPAN 1 2 3

1. Sapalah anak, ibu /keluarga dengan ramah dan perkenalkan diri

2. Jelaskan tujuan pemeriksaan anak pada ibu/keluarga

3. Tanyakan tanggal lahir dan adakah keluhan ibu/keluarga tentang


anaknya.

4. Jika anak belum mencapai usia skrining, minta ibu datang pada usia
skrining terdekat. Apabila ada keluhan masalah tumbuh kembang,
sedang usia anak bukan usia skrining, pemeriksaan digunakan KPSP
terdekat yang lebih muda.

5. Periksa pasien dalam ruangan yang tenang dan perhatian anak tidak
mudah teralihkan

B. PEMERIKSAAN 1 2 3

6. Menetukan formulir KPSP berdasarkan tanggal lahir dan tanggal


pemeriksaan ( bila usia >16 hari dibulatkan 1 bulan)
Bayi premature ≤ 35 minggu dan usia di bawah 2 tahun pakai usia
koreksi.

7. Memilih alat bantu pemeriksa yang sesuai

8. Tanyakan secara berutan pertanyaan satu persatu pada ibu atau


pengantar yang mengetahui perkembangan anak sehari hari dan test
kemampuan anak sesuai format pernyataan KPSP
Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban, YA ( bila pernah, kadang ,
sering melakukan.TIDAK ( belum pernah, bisa melakukan), catat
jawaban tersebut pada formulir.

C. KESIMPULAN 1 2 3

9. Menghitung jumlah YA pada formulir KPSP


Skor 9-10 : SESUAI

17
Skor 7-8 : MERAGUKAN
SKOR <6 : PENYIMPANGAN

10. INTERVENSI
SESUAI
- Beri pujian ibu karena telah mengasuh anak dengan baik.
- Teruskan pola asuh sesuai dengan tahapan
perkembangan
- Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai usia dan kesiapan anak.
- Ingatkan untuk pemeriksaan KPSP pada usia 3 bulan
selanjtnya
MERAGUKAN :
- Beri petunjuk pada ibu/keluarga agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan
sesering mungkin.
- Ajari ibu untuk mengintervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengejar ketinggalannya.
- Lakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk menunjang
adanya penyakit yang menyebabkan keterlambatan
perkembangan
- Evaluasi kembali setelah 2 minggu jika tetap 7 atau 8
lakukan pemeriksaan lanjutan lainnya
PENYIMPANGAN
- Lakukan pemeriksaan anak secara menyeluruh
Anamnesis, pemeriksaan fisis umum dan neuorologik dan
pemeriksaan penunjang bila ada indikasi

LAMPIRAN 1.

Kuesioner Praskrining untuk Bayi 3 bulan

1. Pada waktu bayi telentang, apakah masing-masing lengan dan tungkai bergerak dengan
mudah? Jawab TIDAK bila salah satu atau kedua tungkai atau lengan bayi bergerak tak
terarah/tak terkendali.
2. Pada waktu bayi telentang apakah ia melihat clan menatap wajah anda?
3. Apakah bayi dapat mengeluarkan suara-suara lain (ngoceh), disamping menangis?
4. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari kanan/kiri ke tengah?

18
5. Pada waktu bayi telentang, apakah. ia dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari satu sisi hampir sampai pada sisi yang lain?

6. Pada waktu anda mengajak bayi berbicara dan tersenyum,apakah ia tersenyum kembali
kepada anda?
7. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya

seperti pada gambar ini?


8. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya

sehingga membentuk sudut 45° seperti pada gambar ?


9. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya

dengan tegak seperti pada gambar?


10. Apakah bayi suka tertawa keras walau tidak digelitik atau diraba-raba?

Kuesioner Praskrining untuk Bayi 6 bulan

19
1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang lain?

2. Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak clan stabil? Jawab
TIDAK bila kepala bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri atau ke dadanya
3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari bayi. (jangan meletakkan di atas
telapak tangan bayi). Apakah bayi dapat menggenggam pensil itu selama beberapa detik?

4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat mengangkat dada dengan kedua
lengannya sebagai penyangga seperti padA gambar ?

5. Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik tetapi bukan
menangis?
6. Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari telentang ke telungkup atau
sebaliknya?
7. Pernahkah anda melihat bayi tersenyurn ketika melihat mainan yang lucu, gambar atau
binatang peliharaan pada saat ia bermain sendiri?
8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar kacang, kismis atau uang
logam? Jawab TIDAK jika ia tidak dapat mengarahkan matanya.
9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh namun masih berada dalam
jangkauan tangannya?
10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi
clucluk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah
kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan.

Kuesioner Praskrining untuk Bayi 9 bulan

20
1. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi
clucluk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah
kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan.

 
2. Pernahkah anda melihat bayi memindahkan mainan atau kue kering dari satu tangan ke
tangan yang lain? Benda-benda panjang seperti sendok atau kerincingan bertangkai tidak
ikut dinilai.
3. Tarik perhatian bayi dengan memperlihatkan selendang, sapu tangan atau serbet,
kemudian jatuhkan ke lantai. Apakah bayi mencoba mencarinya? Misalnya mencari di
bawah meja atau di belakang kursi?
4. Apakah bayi dapat memungut dua benda seperti mainan/kue kering, dan masing-masing
tangan memegang satu benda pada saat yang sama? Jawab TIDAK bila bayi tidak pernah
melakukan perbuatan ini.
5. Jika anda mengangkat bayi melalui ketiaknya ke posisi berdiri, dapatkah ia menyangga
sebagian berat badan dengan kedua kakinya? Jawab YA bila ia mencoba berdiri dan
sebagian berat badan tertumpu pada kedua kakinya.
6. Dapatkah bayi memungut dengan tangannya benda-benda kecil seperti kismis,
kacang-kacangan, potongan biskuit, dengan gerakan miring atau menggerapai seperti
gambar ?

7. Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding, dapatkah bayi duduk sendiri selama 60
detik?

8. Apakah bayi dapat makan kue kering sendiri?


9. Pada waktu bayi bermain sendiri dan anda diam-diam datang berdiri di belakangnya,
apakah ia menengok ke belakang seperti mendengar kedatangan anda? Suara keras tidak
ikut dihitung. Jawab YA hanya jika anda melihat reaksinya terhadap suara yang perlahan
atau bisikan.
10. Letakkan suatu mainan yang dinginkannya di luar jangkauan bayi, apakah ia mencoba
mendapatkannya dengan mengulurkan lengan atau badannya?

Kuesioner Praskrining untuk Bayi 12 Bulan

21
1. Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/di pojok, kemudian muncui dan menghilang
secara berulang-ulang di hadapan anak, apakah ia mencari anda atau mengharapkan anda
muncul kembali?
2. Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil pensil tersebut dengan perlahan-lahan.
Sulitkah anda mendapatkan pensil itu kembali?
3. Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan berpegangan pada
kursi/meja?
4. Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, misalnya: “ma-ma”, “da-da” atau
“pa-pa”. Jawab YA bila ia mengeluarkan salah—satu suara tadi.
5. Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa bantuan anda?
6. Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang belum ia kenal? la akan
menunjukkan sikap malu-malu atau ragu-ragu pada saat permulaan bertemu dengan orang
yang belum dikenalnya.
7. Apakah anak dapat mengambil Benda kecil seperti kacang atau kismis, dengan meremas di
antara ibu jari dan jarinya seperti pada gambar?

8. Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan?


9. Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata-kata yang lengkap). Apakah ia
mencoba meniru menyebutkan kata-kata tadi ?
10. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang?
Kerincingan bertangkai dan tutup panel tidak ikut dinilai.

 Kuesioner Praskrining untuk 15 bulan

1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang?
Kerincingan bertangkai dan tutup, panci tidak ikut dinilai
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan berpegangan?
3. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambai-lambai? Jawab TIDAK
bila ia membutuh kemandirian kaq bantuan.
4. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau
mengatakan “mama” jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak mengatakan
salah satu diantaranya.
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik?
6. Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau lebih?
Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk
memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali?
7. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau merengek?
Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang menyenangkan
8. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
9. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit

dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada gambar ini

Kuesioner Praskrining untuk Anak 18 bulan


22
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambai-lambai? Jawab TIDAK
bila ia membutuhkan bantuan.
2. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau
mengatakan “mama” jika memanggil/melihat ibunya?
3. Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik?
4. Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau lebih?
5. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk
memungut mainan di lantai clan kemudian berdiri kembali?
6. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau merengek?
Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang menyenangkan.
7. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
8. Apakah anak anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan
biskuit dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada gambar ?

9. Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah ia menggelindingkan/melemparkan


kembali bola pada anda?
10. Apakah anak dapat memegang sendiri cangkir/gelas dan minum dari tempat tersebut
tanpa tumpah?

Kuesioner Praskrining untuk Anak 21 bulan

1. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk
memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali?
2. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau merengek?
Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang menyenangkan.
3. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
4. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit
dengan menggunakan ibu jari clan jari telunjuk seperti pada gambar ?

5. Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah ia menggelindingkan/melemparkan


kembali bola pada anda?
6. Apakah anak dapat memegang sendiri cangkir/gelas clan minum dari tempat tersebut
tanpa tumpah?
7. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah anak meniru apa yang anda
lakukan?
8. Apakah anak dapat meletakkan satu kubus di atas Gerak halus Ya Tida kubus yang lain
tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5-5.0 cm
9. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain “papa”
dan “mama”?.
10. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa kehilangan keseimbangan?
(Anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik mainannya)
23
Kuesioner Praskrining untuk Anak 24 bulan

1. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah anak meniru apa yang anda
lakukan?
2. Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan
kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 — 5 cm.
3. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain "papa"
clan "mama"?
4. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa kehilangan keseimbangan?

(Anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik mainannya).


5. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, atau celananya? (topi clan kaos kaki
tidak ikut dinilai).
6. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga dengan posisi
tegak atau berpegangan pada dinding atau pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik
tangga dengan merangkak atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau anak harus
berpegangan pada seseorang.
7. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar
paling sedikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang
lain)?
8. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah?
9. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat
piring jika diminta?
10. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) ke depan tanpa berpegangan
pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.  

Kuesioner Praskrining untuk Anak 30 bulan

1. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, Sosialisasi & atau celananya? (topi
clan kaos kaki tidak ikut dinilai)
2. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga dengan posisi
tegak atau berpegangan pada Binding atau pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik
tangga dengan merangkak atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau anak harus
berpegangan pada seseorang.
3. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar
paling seclikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang
lain)?
4. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah?
5. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat
piring jika diminta?
6. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) Gerak kasar ke depan tanpa
berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.
7. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa bantuan/petunjuk?
8. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
9. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta minum”, “mau
tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
10. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa bantuan?

24
Kuesioner Praskrining untuk Anak 36 bulan

1. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa bantuan/petunjuk?


2. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
3. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta minum”; “mau
tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
4. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa bantuan?

5. Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut atau dada anda dari jarak 1,5 meter?
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata
pada saat memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”.
“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?
7. Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurangkurangnya 2.5 cm. Suruh anak menggambar
garis lain di
samping garis tsb.

8. Letakkan selembar kertas seukuran buku di lantai. Apakah anak dapat melompati bagian
lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari?

25
9. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri?
10. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?

Kuesioner Praskrining untuk Anak 42 bulan

1. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri?


2. Dapatkah anak mengayuh sepeda rods tiga sejauh sedikitnya 3 meter?
3. Setelah makan, apakah anak mencuci clan mengeringkan tangannya dengan balk sehingga
anda ticlak perlu mengulanginya?
4. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya clan beri
anak anda kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan
dalam waktu 2 detik atau lebih?
5. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Apakah anak dapat melompati
panjang kertas ini dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului
lari?
6. Jangan membantu anak clan jangan menyebut lingkaran. Suruh anak menggambar seperti
contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Dapatkah anak menggambar lingkaran?

7. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa menjatuhkan
kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
8. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia ikut
bermain clan mengikuti aturan bermain?
9. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di bantu?
(Tidak termasuk kemandirian memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)

Kuesioner Praskrining untuk Anak 48 bulan

1. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?


2. Setelah makan, apakah anak mencuci dan mengeringkan tangannya dengan baik sehingga
anda tidak perlu mengulanginya?
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri
anak anda kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan
dalam waktu 2 detik atau lebih?
26
4. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Apakah anak dapat melompati
panjang kertas ini dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului
lari?
5. Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Suruh anak menggambar seperti
contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Dapatkah anak menggambar lingkaran?

6. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa menjatuhkan
kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
7. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia ikut
bermain dan mengikuti aturan bermain?
8. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di bantu?
(Tidak termasuk memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)
9. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK jika ia hanya
menyebutkan sebagian namanya atau ucapannya sulit dimengerti.

Kuesioner Praskrining untuk Anak 54 bulan

1. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa menjatuhkan
kubus tersebut? Kubus yang digunakan ukuran 2-5 – 5 cm.
2. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia ikut
bermain dan mengikuti aturan bermain?
3. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di bantu?
(Tidak termasuk memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)
4. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK jika ia hanya
menyebut sebagian namanya atau ucapannya sulit dimengerti.
5. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulangi
pertanyaan.
"Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?"
"Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?"
"Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?"
Jawab YA biia anak merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan dengan gerakan
atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah "menggigil" ,"pakai mantel’ atau "masuk
kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah "makan"
Jika lelah, jawaban yang benar adalah "mengantuk", "tidur", "berbaring/tidur-tiduran",
"istirahat" atau "diam sejenak"
6. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?

27
7. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri
anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan
dalam waktu 6 detik atau lebih?
8. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata "lebih panjang".
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: "Mana garis yang lebih panjang?"
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali dengan
benar?
9. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

10. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats pads
saat memberikan perintah berikut ini: "Letakkan kertas ini di atas lantai".
"Letakkan kertas ini di bawah kursi".
"Letakkan kertas ini di depan kamu"
"Letakkan kertas ini di belakang kamu"
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti "di atas", "di bawah", "di depan" dan "di belakang”

Kuesioner Praskrining untuk Anak 60 bulan

1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulangi
pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
Jawab YA biia anak merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan dengan gerakan
atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil” ,”pakai mantel’ atau “masuk
kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”, “berbaring/tidur-tiduran”,
“istirahat” atau “diam sejenak”
2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri
anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan
dalam waktu 6 detik atau lebih?
4. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata “lebih panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?”
28
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats pads
saat memberikan perintah berikut ini: “Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di bawah”, “di depan” dan “di belakang”
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut
pada anda) pada saat anda meninqgalkannya?
8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak : “Tunjukkan segi
empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
‘Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?

9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan?

Kuesioner Praskrining untuk Anak 66 bulan

1. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.

29
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini? 

2. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats pads
saat memberikan perintah berikut ini: "Letakkan kertas ini di atas lantai".
"Letakkan kertas ini di bawah kursi".
"Letakkan kertas ini di depan kamu"
"Letakkan kertas ini di belakang kamu"
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti "di atas", "di bawah", "di depan" dan "di belakang”
3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut
pada anda) pada saat anda meninqgalkannya?
4. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak :

"Tunjukkan segi empat merah"


"Tunjukkan segi empat kuning"
‘Tunjukkan segi empat biru”
"Tunjukkan segi empat hijau"
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?
5. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
6. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan?
7. Suruh anak menggambar di tempat kosong yang tersedia. Katakan padanya: "Buatlah
gambar orang".
Jangan memberi perintah lebih dari itu. Jangan bertanya/ mengingatkan anak bila ada
bagian yang belum tergambar. Dalam memberi nilai, hitunglah berapa bagian tubuh yang
tergambar. Untuk bagian tubuh yang berpasangan seperti mata, telinga, lengan dan kaki,
setiap pasang dinilai satu bagian. Dapatkah anak menggambar sedikitnya 3 bagian tubuh?
8. Pada gambar orang yang dibuat pada nomor 7, dapatkah anak menggambar sedikitnya 6
bagian tubuh?
9. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat yang belum selesai ini, jangan
membantu kecuali mengulang pertanyaan:   
"Jika kuda besar maka tikus ………  
"Jika api panas maka es ………  
"Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang ………  
Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin, ayah seorang pria) ?
10. Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola tenis/bola kasti hanya dengan
menggunakan kedua tangannya? (Bola besar tidak ikut dinilai).

Kuesioner Praskrining untuk Anak 72 bulan


30
1. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak :

“Tunjukkan segi empat merah”


“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?
2. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
3. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan?
4. Suruh anak menggambar di tempat kosong yang tersedia. Katakan padanya: "Buatlah
gambar orang".
Jangan memberi perintah lebih dari itu. Jangan bertanya/ mengingatkan anak bila ada
bagian yang belum tergambar. Dalam memberi nilai, hitunglah berapa bagian tubuh yang
tergambar. Untuk bagian tubuh yang berpasangan seperti mata, telinga, lengan dan kaki,
setiap pasang dinilai satu bagian. Dapatkah anak menggambar sedikitnya 3 bagian tubuh?
5. Pada gambar orang yang dibuat pads nomor 7, dapatkah anak menggambar sedikitnya 6
bagian tubuh?
6. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat yang belum selesai ini, jangan
membantu kecuali mengulang pertanyaan:   
"Jika kuda besar maka tikus   
"Jika api panas maka es   
"Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang   
Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin, ayah seorang pria) ?
7. Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola tenis/bola kasti hanya dengan
menggunakan kedua tangannya? (Bola besar tidak ikut dinilai).
8. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya    clan beri
anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan
dalam waktu 11 detik atau lebih?
9. Jangan membantu anak clan jangan memberitahu nama gambar ini, Suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia- Berikan 3 kali kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

10. lsi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulangi
pertanyaan sampai 3 kali bila anak menanyakannya.
"Sendok dibuat dari apa?"   

31
"Sepatu dibuat dari apa?"   
"Pintu dibuat dari apa?"   
Apakah anak dapat menjawab ke 3 pertanyaan di atas dengan benar? Sendok dibuat dari
besi, baja, plastik, kayu.
Sepatu dibuat dari kulit, karet, kain, plastik, kayu.
Pintu dibuat dari kayu, besi, kaca.

BUKU ACUAN

------------Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang DEPKES 2010

CSL III
PEMERIKSAAN FISIK GERIATRI

a. PEMERIKSAAN FISIK PARU


1. INSPEKSI
 lnspeksi Ekspresi Wajah Pasien Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti: pasien dalam keadaan
akut, cuping hidung mengembang, bernapas dengan bibir dikerutkan, tanda-tanda sianosis, tanda-tanda
pemapasan yang dapat didengar seperti stridor atau wheezing (berhubungan dengan obstruksi aliran
udara)
 lnspeksi Sikap Tubuh Pasien Pasien dengan obstruksi saluran pernapasan cenderung memilih posisi
dimana mereka dapat menyokong lengan mereka dan memfiksasi otototot bahu dan leher untuk
membantu respirasi. Suatu teknik yang lazim dipakai pasien dengan obstruksi bronkus adalah memegang

32
sisi-sisi tempat tidur dan memakai muskulus latissimus dorsi untuk membantu mengatasi meningkatnya
tahanan terhadap aliran keluar selama ekspirasi. Pasien dengan orthopneu duduk atau berbaring diatas
beberapa buah bantal
 lnspeksi Leher Pemakaian otot-otot tambahan merupakan suatu tanda paling dini adanya obstruksi
saluran pernapasan. Pada distress pernapasan, muskulus trapezius dan sternocleidomastoideus
berkontraksi selama inspirasi. Otototot tambahan membantu dalam ventilasi, karena mereka mengangkat
klavikula dan dada anterior untuk meningkatkan volume paru-paru dan memperbesar tekanan negatif di
dalam toraks. mi menyebabkan retraksi fossa supnaklavikular dan otot-otot interkostal. Gerakan keatas
klavikula lebih dari 5 mm selama pernapasan berkaitan dengan penyakit obstruktif paru-paru yang berat.
 Inspeksi Konfigurasi Dada Berbagai macam keadaan dapat mengganggu ventilasi yang memadai, dan
konfigurasi dada mungkin menunjukkan penyakit paru. Peningkatan diameter anteroposterior (AP)
dijumpai pada COPD tingkat lanjut Diameter AP cenderung mendekati diameter lateral sehingga terbentuk
dada berbentuk tong. lga-iga kehilangan sudut 450 dan menjadi lebih horizontal. Suafu flail chest adalah
konfigurasi dada dimana suatu sisi dada bergerak paradoksal ke dalam selama inspirasi. Keadaan ini
dijumpai pada fraktur iga multipel. Kifoskoliosis adalah deformitas tulang punggung dimana terdapat
lengkungan tulang punggung abnormal AP dan lateral sehingga pengembangan dada dan paru-paru
menjadi sangat terbatas. Pectus excavatum atau dada corong adalah cekungan pada sternum, akan
menimbulkan masalah restriktif pada paru-paru hanya jika cekungannya jelas. Pectus carinatum atau dada
burung merpati adalah suatu deformitas yang lazim ditemukan, tetapi tidak mengganggu ventilasi.

Menilai Laju dan Pola Respirasi


Pada saat menilai laju respirasi, jangan meminta pasien untuk benapas "secara normal". Orang secara
volunter akan mengubah pola dan laju pernapasannya bila mereka menyadarinya. Cara yang lebih baik
adalah, setelah menghitung denyut radial, arahkan mata anda ke dada dan mengevaluasi pernapasan
pasien sementara masih memegang pergelangan tangannya. Pasien tidak menyadari bahwa anda sudah
tidak menghitung denyut nadi lagi, dan perubahan pernapasan secara volunter tidak akan terjadi. Hitunglah
jumlah pernapasan dalam periode 30 detik dan kalikanlah angkanya dengan 2 untuk mendapatkan laju
pernapasan per menit.
Orang dewasa bernapas kira-kira 10-14 kali per menit. Bradipneu adalah perlambatan respirasi secara
abnormal; Takipneu adalah peningkatan abnormal. Apneu adalah berhentinya pernapasan untuk
sementara. Lstilah hiperpneu adalah peningkatan dalamnya pernapasan, biasanya berkaitan dengan
asidosis metabolik. Dikenal pula sebagai pernapasan Kussmaul. Ada banyak macam pola pernapasan
abnormal.

- lnspeksi Tangan
Penemuan untuk clubbing adalah hilangnya sudut antara kuku dengan falang terminal. Clubbing berkaitan
dengan sejumlah gangguan klinis, seperti: 1. Tumor intra thoraks 2. Jalan pintas campuran vena ke arteri
(AV shunt) 3. Penyakit kronis paru 4. Fibrosis hati kronis
Dengan memperhatikan bentuk rongga torak pada waktu diam dan bergerak. Perubahan bentuk torak
dapat diakibatkan oleh perubahan sangkar torak, ataupun oleh karena perubahan isi torak. Apabila
adakelainan pada salah satu sisi hemithoraks akan memberikan kesan yang tidak simetris pada waktu diam
atau pada waktu bergerak. Kelainan dapat berupa efusi pleura, pneumothorak maupun massa dalam
rongga torak. Beberapa hal lain seperti atelektasis dan fibrotik menyebabkan penarikan pada rongga antar
iga yang memberikan kesan tidak simetris pada waktu inspeksi. Setiap kelainan pada paru, pleura maupun
dinding dada akan mengakibatkan gangguan distensibilitas yang dapat diamati dari adanya gangguan pada
pergerakan dada. Pada inspeksi juga diamati pola dan nafas.

33
2. PALPASI
Palpasi Untuk Nyeri Tekan
Semua daerah dada harus diperiksa untuk mengetahui adanya daerahdaerah nyeri tekan. Pukul perlahan
punggung pasien dengan kepalan tangan anda. Keluhan "nyeri dada" mungkin hanya berkaitan dengan
penyakit muskuloskeletal setempat dan titlak berkaitan dengan penyakit jantung atau paru-paru.
Berlakulah dengan sangat cermat dalam memeriksa daerah-daerah nyeri tekan didada.

Pemeriksaan Pergerakan Dada Posterior


Derajat simetri pergrerakan dada dapat ditentukan dengan meletakkan tangan anda secara mendatar pada
punggung pasien dengan ibu jari sejajar dengan garis tengah kira-kira setinggi iga ke-10 dan menarik kulit
dibawahnya sedikit kearah garis tengah. Pasien diminta untuk menarik napas dalam, dan perhatikan
gerakan tangan. Perhatikan simetris gerakan tangan. Penyakit paru setempat dapat menyebabkan satu sisi
dada bergerak lebih sedikit dari pada sisi lainnya

Pemeriksaan Fremitus Taktil


Dapat diperiksa dengan salah satu dari 2 cara. Pada teknik pertama pemeriksa meletakkan sisi ulnar tangan
pada dinding dada, dan meminta pasien untuk mengatakan "tujuh puluh tujuh". Fremitus taktil dinilai, dan
tangan pemeriksa diletakkan ke posisi yang sama pada sisi yang berlawanan. Fremitus taktil kemudian
dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. Dengan menggerakkan tangan dari sisi ke sisi, dari atas ke
bawah, pemeriksa dapat mendeteksi perbedaan penghantaran suara ke dinding dada. "Tujuh puluh tujuh"
adalah salah satu frasa yang dipakai karena menimbulkan bunyi fibrasi yang baik. Fremitus taktil sebaiknya
diperiksa pada lima atau enam lokasi.

3. PERKUSI
Perkusi adalah mengetuk pada permukaan untuk menentukan struktur dibawalinya. Pengetukan pada
dinding dada dihantarkan ke jaringan dibawahnya, dipantulkan kembali, di indera oleh indera taktil dan
pendengaran pemeriksa. Bunyi yang terdengar dan sensasi taktil yang dirasakan tergantung pada rasio
udara jaringan. Getaran yang ditimbulkan dengan perkusi hanya dapat menilai paru sampai sedalam 5-6
cm, tetapi perkusi berguna karena banyak perubahan rasio udara-jaringan segera dapat diketahui. Pada
dada normal, redup diatas jantung dan sonor diatas lapangan paru dapat terdengar dan dirasakan. Ketika
paru-paru berisi cairan dan menjadi lebih padat, seperti pada pneumonia, sonor digantikan oleh redup.
lstilah hipersonor dipakai untuk bunyi perkusi pada paru-paru yang kepadatannya berkurang, seperti pada
emfisema. Hipersonor adalah bunyi resonansi dengan tinggi nada rendah, bergaung dan terus-menerus
mendekati bunyi timpani.
Memeriksa Gerakan Diafragma
Perkusi dipakai pula untuk mendeteksi gerakan diafragma. Pasien diminta untuk menarik napas dalam dan
menahannya. Perkusi pada basis paru-paru kanan menentukan daerah sonor terendah, yang
mencerminkan batas diafragma terendah. Dibawah batas ini ada redup hati. Pasien kemudian disuruh
untuk mengeluarkan napas sebanyak mungkin, dan perkusi diulangi. Pada ekspirasi, paru-paru akan
mengecil, hati akan bergerak ke atas dan daerah yang sama akan menjadi redup batas pekak telah bergerak
keatas. Perbedaan antara batas pada waktu inspirasi dengan batas pada waktu ekspirasi merupakan
gerakan diafagma, biasanya sebesar 4 -5 cm. Pasien dengan emfisema mempunyai gerakan diafragma yang
berkurang. Pasien dengan kelumpuhan nervus frenikus,tidak mempunyai gerakan diafragma.

4. AUSKULTASI

34
Auskultasi adalah teknik mendengarkan bunyi yang dihasilkan di dalam tubuh. Auskultasi dada dipakai
untuk mengenali bunyi paru-paru. Stetoskop biasanya mempunyai dua kepala : bel dan diafragma. Bel
dipakai untuk mendeteksi bunyi dengan tinggi nada rendah, sedangkan diafragma lebih baik untuk
mendeteksi bunyi dengan tinggi nada yang lebih tinggi. Bel harus ditempelkan secara longgar di kulit,
karena jika ditekan kuat: kulit akan berlaku sebagai diafragma dan bunyi tinggi nada rendah akan tersaring.
Sedangkan diafragma ditempelkan secara kuat pada kulit. Jangan mendengarkan melalui pakaian. Bel atau
diafragma stetoskop harus selalu berhubungan dengan kulit.

Auskultasi Dada
Auskultasi harus dilakukan dalam lingkungan yang tenang. Pasien diminta menarik dan mengeluarkan
napas melalui mulutnya. Pemeriksa mulamula harus memusatkan perhatian pada panjang inspirasi
kemudian pada panjang ekspirasi. Bila bunyi pernapasan sangat lemah, dipakai istilah jauh. Bunyi
pernapasan yang jauh lazim ditemukan pada pasien dengan paru-paru hiperinflasi, seperti pada emfisema.

Evaluasi Posisi Trakea


Posisi trakea dapat ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan di incisura suprasternal dan
menggerakkannya sedikit ke lateral untuk meraba lokasi trakea. Teknik ini diulangi, dengan menggerakkan
jari dari incisura suprasternal ke sisi lain. Ruang antara trakea dan klavikula harus sama. Pergeseran
mediastinum dapat memindahkan trakea ke satu sisi.

Pemeriksaan Mobilitas Trakea


Gerakan trakea ke atas di pakai untuk menentukan apakah trakea terfiksasi pada mediastinum, ini disebut
teknik tarikan trakea. Kepala pasien harus agak difleksikan, dan tangan kiri pemeriksa harus menyokong
bagian belakang kepala pasien. Tangan kanan pemeriksa harus diletakkan sejajar dengan trakea dengan
telapak tangan menghadap keluar. Jari tengah dimasukkan kedalam ruang krikotiroid, dan laring di dorong
keatas. Laring dan trakea biasanya bergerak kira-kira 1-2 cm, setelah menggerakkan laring keatas, secara
perlahan-lahan turunkan sebelum melepaskan jari-jari anda. Jangan melepaskannya seeara tiba-tiba dari
posisinya dibagian atas. Trakea yang terfiksasi menunjukkan fiksasi mediastinal, dapat terjadi pada pasien
neoplasma atau tuberkulosis.
Kemudian, mintalah pasien untuk berbaring pada punggungnya untuk pemeriksaan dada anterior. Lengan
pasien diletakkkan pada sisi tubuhnya. Pemeriksaan tidak boleh dilakukan diatas jaringan payudara.

b. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG


1.INSPEKSI
Inspeksl Ekspresi Wajah Pasien
Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti: pasien dalam keadaan sakit (ringan s/d berat), pucat,
berkeringat, sesak saat istirahat, tanda-tanda sianosis sentral atau anemia di konjungtiva, dan ikterus di
sklera.

Inspeksi Anggota Gerak


Adanya jari tabuh (clubbing finger), perdarahan splinter, kulit lengan, kuku dan sianosis perifer.

Inspeksi Leher
35
Di samping pelebaran kelenjar tiroid pemeriksa juga melihat adanya distensi vena jugularis, dimana pasien
diminta berada pada posisi semifowler dengan kepala sedikit miring menjauh dan sisi yang sedang
diperiksa. Penerangan dengan menggunakan cahaya tangensial (cahaya dan samping) untuk mernbentuk
bayangan kecil di sepanjang leher, hal ini untuk memungkinkan pengamatan gerakan gelombang nadi
dengan baik.

Inspeksi Dada
Pasien terlebih dahulu berada dalam posisi nyaman yaitu telentang semifowler. Penerangan harus cukup
baik pada dinding dada depan agar inspeksi prekordium dapat dilakukan secara adekuat. Di samping
adanya jaringan parut pada dinding dada, pemeriksa mencari pulsasi yang terlihat pada keenam area
prekordium: sternoklavikular, aortik, pulmonik, ventrikular dekstra, ventrikular sinistra dan epigastrik, serta
memperkirakan titik impuls maksimum khususnya di dalam area ventrikular sinistra. Pemeriksa juga
mengamati gerakan dinding dada yang berhubungan dengan peristiwa siklus jantung.

2. PALPASI
Melanjutkan pemeriksaan fisik palpasi nadi perifer dan prekordium. Pasien dipastikan dalam posisi yang
nyaman, diselimuti dengan tepat dan tetap hangat. Pastikan tangan pemeriksa juga hangat dan
menggunakan tekanan yang ringan sampai sedang untuk palpasi.
Palpasi Nadi
Palpasi nadi karotis, brakhialis, radialis, femoralis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior. Arteri-arteri
tersebut dekat dengan permukaan tubuh dan terdapat diatas tulang sehingga mudah untuk dipalpasi.
Palpasi harus dilakukan secara bilateral (setara dan sinkron) di kedua pergelangan tangan dan dinilai:
kecepatan, irama, isi dan karakter. Gelombang nadi normal mempunyai dua komponen sistol dan diastole
dengan regularitas tertentu. Denyut radialis biasanya dinilai dalam 15 detik untuk menghitung frekuensinya
(kali/menit) bila denyutnya reguler. Isi denyut harus diperiksa apakah amplitudonya terasa kecil atau besar.
Isi denyut yang kecil menunjukkan isi sekuncup yang kecil dan curah jantung berkurang, isi denyut yang
besar menunjukkan lsi sekuncup ventrikel kiri yang besar. Karakter nadi mengacu pada bentuk gelombang
nadi. Karakter tersebut paling baik dinilai di arteri brakhialis atau karotis karena ukuran dan letraknya yang
dekat dengan jantung. Gelombang nadi sangat dipengaruhi oleh transmisi melalui percabangan arteri dan
kelainan tertentu lebih mudah dideteksi di satu tempat daripada tempat lain. Cara memeriksa nadi
femoralis yang paling baik adalah dengan pasien membuka baju dan berbaring datar. Pemeriksa harus
menggunakan ibu jari untuk menekan kuat pada titik mid-inguinal dan ditentukan apakah nadi radialis
sinkron dengan femoralis.
Denyut nadi poplitea terletak di dalam fossa poplitea dan paling baik dipalpasi dengan menekan arteri
tersebut ke permukaan posterior ujung distal femur dengan ujung jari kedua tangan. Pasien diminta
berbaring terlentang dengan lutut menekuk. Posisi perabaan nadi dorsalis pedis dan tibialis adalah terletak
pada lokasi anatomi pembuluh darah tersebut

Palpasi Tekanan Vena Jugularis


Kemampuan menilai fungsi jantung dan volume darah yang dipompakan dapat tergambar melalui penilaian
tekanan vena jugularis/jungular venous pressure (JVP). Vena-vena servikalis membentuk suatu manometer
berisi darah yang berhubungan dengan atrium kanan dan dapat digunakan untuk mengukur tekanan rata-
rata atrium kanan (Gambar 5). Selain itu, vena-vena servikalis tersebut dapat memberikan informasi
mengenai bentuk gelombang pada atrium kanan. Tinggi tekanan vena rata-rata harus diukur dengan
patokan sudut sternum. Umumnya tekanan tersebut setinggi sudut sternum, bila tinggi tekanan di 2 cm di
atas sudut stemum pada pasien yang berbaring pada sudut 450 , tekanannya dianggap normal
36
Palpasi Prekordium
Iktus kordis adalah titik terjauh ke arah kiri dan bawah, tempat impuls jantung (Gambar 7). Ditentukan
melalui palpasi menggunakan telapak tangan dan ujung jari dengan pasien berbaring 450 . Iktus kordis
normal terletak di sela antar iga ke-5 dan garis midklavikula. Bila teraba jauh keluar, berarti ada
pembesaran 1 atau 2 ventrikel atau pergeseran jantung ke kiri akibat deformitas thoraks atau penyakit
paru. Penilaian dilanjutkan kepada kualitas denyut, iktus kordis yang kuat menunjukkan adanya
peningkatan curah jantung. Denyut yang teraba perlu dikonfirmasi dengan menggunakan pemeriksaan
bimanual, yaitu meletakkan telapak tangan kiri di batas sternum dengan tangan kanan meraba iktus kordis.

3. PERKUSI
Tindakan perkusi biasanya tidak bermanfaat kecuali dalam menentukan posisi mediastinum pada kasus
pergeseran mediastinum akibat hambatan aliran udara atau kolaps paru kanan yang dicurigai melalui
anamnesa penyakit paru kronik atau ditemukan bukti melalui pemeriksaan fisik thoraks atau paru.
Pada perkusi biasanya bunyi hasil ketukan dapat berupa redup jantung dengan membandingkan terhadap
lingkungan atau area disekitarnya.
Pemeriksaan perkusi jantung sebagai berikut Mencari batas jantung relatif dan absolut:
1. Perkusi batas atas dan Jantung Normal di ICR III. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor
memendek
2. Perkusi batas kiri dari Jantung (lateral ke medial) Normal di ICR V, satu jari didalam linea mid clavicula.
Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek
3. Perkusi batas jantung kanan (laterale medial) Normal di Linea Pars Sternalis kanan, atau satu-dua jari
sebelah kanan Mid Sternal Line. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek, harus
diperkusi perlahan-lahan.
 Sesudah itu dicari Batas Jantung Absolut, yang letaknya kira-kira 2 jari didalam batas jantung relatif.
Perkusi dengan perlahan-lahan. Perubahan nada perkusi dari Sonor memendek menjadi Beda.
 Diperhatikan apakah jantung membesar ke kanan atau ke kiri

4. AUSKULTASI
Stetoskop berfungsi menyalurkan suara dari dinding dada disertai eksklusi bising lain dan memperkuat
bunyi berfrekuensi tertentu. Bel dipakai untuk mendeteksi bunyi bernada rendah, sedangkan diafragma
memperkuat bunyi bernada yang lebih tinggi. Pada awalnya, pemeriksa perlu mendengarkan bunyi di apek
dengan menggunakan bel dan diafragma untuk mencari bising nada rendah stenosis mitral dan bising
pansistolik regurgitasi mitral. Lalu mendengarkan daerah-daerah klasik dengan menggunakan diafragma.
Daerah-daerah ini adalah: Tepi sternum kiri : bising trikuspid Sela antara iga kedua kiri : bising pulmonal
Sela antar iga kedua kanan : bising aorta
Bunyi jantung dibedakan menjadi:
a. Bunyi Jantung Utama
Terdiri dari : Bunyi jantung (BJ) I, II, III dan IV

Bunyi Jantung I :
 Ditimbulkan karena getaran menutupnya katup atrioventrikuler terutama katup mitral. Pada keadaan
normal terdengar tunggal
 Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I
 Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya

37
 Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. Makin dekat terhadap posisi
tertutup, makin kecil kesempatan akseterasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin pelan
terdengarnya BJ I. Sebaliknya, makin lebar terbu kanya katup atrioventrikular sebelum kontraksi, makin
keras BJ I, karena akselerasi darah dan gerakan katup lebih cepat
 Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus, BJ lebih keras terdengar
dibandingkan pasien gemuk. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum, BJ akan terdengar lebih
lemah
 Untuk membedakan BJ I dengan BJ II, pemeriksaan auskultasi dapat disertai dengan pemeriksaan nadi. BJ
I akan terdengar bersamaan dengan denyutan nadi.

Bunyi Jantung II :
Timbul karena getaran menutupnya katup semilunar Aorta maupun Pulmonal. Pada keadaan normal,
terdengar pemisahan (splitting) dari kedua komponen yang bervariasi dengan pernapasan pada anak-anak
atau orang muda. Bunyi jantung II terdiri dari komponen aorta dan pulmonal (BJ II = A2 + P2). Komponen A2
lebih keras terdengar pada area aorta sekitar ruang intercostal II kanan. Komponen P2 hanya dapat
terdengar keras di sekitar area pulmonal.

Bunyi Jantung III :


Disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat pengisian cepat (rapid filling phase) dari ventrikel.
Hanya terdengar pada anak-anak atau orang dewasa muda atau keadaan dimana compliance otot ventrikel
menurun (hipertrofi atau dilatasi).

Bunyi Jantung IV :
Disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke ventrikel yang compliance menurun. Jika atrium
tidak berkontraksi dengan efisien, misalnya pada atrial fibrilasi, maka bunyi jantung IV tidak terdengar.
Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup dimana bunyi tersebut didengar. Ml berarti
bunyi jantung I di daerah mitral. P2 berarti bunyi jantung II di daerah pulmonal. Bunyi jantung I normal akan
terdengar jelas di daerah apeks, sedangkan bunyi jantung II dikatakan mengeras jika intensitasnya
terdengar sama keras dengan bunyi jantung I di apeks.

b. Bunyi Jantung Tambahan


 Merupakan bunyi yang terdengar akibat adanya kelainan anatomis atau aliran darah yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan bunyi atau getaran
 Terdiri dari:
 Klik Ejeksi (Ejection click) : adalah bunyi yang disebabkan karena pembukaan katup semilunar
pada stenosis/menyempit.
 Ketukan Perikardial : bunyi ekstrakardial yang terdengar akibat getaran/gerakan perikardial pada
perikarditis/efusi perikard.

c. Bising Jantung (murmur)


 Merupakan bunyi akibat getaran yang timbul dalam masa lebih lama. Jadi, perbedaan antara bunyi dan
bising terutama berkaitan dengan lamanya bunyi/getaran berlangsung
 Terdiri-dari:
 Bising holosistolik : mengisi seluruh fase siklus jantung. Ditemukan pada mitral insufisiensi atau
ventricular septal defect (VSD). Bising sistolik diastolik: mengisi baik fase sistolik maupun diastolik
siklus jantung
38
 Bising sistolik : terdengar pada fase sistolik, ditemukan pada : Atrial Stenosis (AS), Pulmonal
Stenosis (PS), Ventrikular Septal Defect (VSD), Mitral lnsufisiensi (MI)
 Bising diastolik : terdengar pada fase diastolik, misalnya pada lnsufisiensi Aorta (AI)
 Terdengar terus menerus (continous murmur), misalnya pada Patent Ductus Arteriosus (PDA).
Bising yang tedengar pada sebagian dari suatu fase siklus jantung :  Late systolic murmur, misalnya
pada prolaps katup mitral.  Early diastolic murmur, misalnya pada aorta insufisiensi (Al) atau
pulmonal insufisiensi (Pl).  Late diastolic murmur, misalnya pada mitral stenosis.

C. PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN


Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kepala rata atau dengan satu bantal, dengan
kedua tangan disisi kanan-kirinya. Usahakan semua bagian abdomen dapat diperiksa termasuk xiphoideus
sternum dan mulut hernia. Sebaliknya kandung kemih dikosongkan dulu sebelum pemeriksaan dilakukan.
Pemeriksaan abdomen ini terdiri dari 4 tahap yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

1. Pemeriksaan Inspeksi
a. Evaluasi Penampilan Umum
Penampilan umum pasien sering memberikan informasi berharga mengenai sifat penyakitnya. Pasien
dbngan kolik ginjal atau empedu benarbenat terlihat menggeliat di tempat tidur mencoba mencari posisi
yang nyaman. Pasien dengan peritonitis yang menderita nyeri hebat jika bergerak secara klias tetap
berdiam diri di tempat tidur karena setiap gerakan sekecil apapun akan memperberat rasa sakitnya.
Mereka mungkin berbaring di tempat tidur dengan lutut di tarik ke atas untuk membantu merelaksasikan
otot-otot perut dan mengurangi tekanan intra-abdominal. Pasien dengan pucat dan berkeringat mungkin
menderita syok awal karena pankreatitis atau perforasi tukak lambung.
b. lnspeksi Kulit
Periksalah kulit untuk melihat adanya ikterus (kuning). Jika mungkin, periksalah adanya ikterus dengan
menggunakan cahaya alamiah, karena lampu pijar akan menutupi adanya ikterus. Periksa pula ada tidaknya
spider angioma, yang dapat ditemukan pada pasien dengan sirosis alkholik, namun tidak spesifik, karena
dapat ditemukan pula pada kehamilan dan penyakit vaskular kolagen.
c. Inspeksi Ektremitas
Apakah otot-otot kecil ditangan mengecil ini berkaitan dengan wasting, warna kulit. Kuku diperiksa dengan
melihat adanya perubahan didasar kuku, terutama peningkatan ukuran lunula, misal pada jari-jari pasien
dengan sirosis hati
d. Inspeksi Wajah
Apakah matanya cekung, apakah ada daerah temporal cekung, ini merupakan tanda-tanda kelemahan dan
nutrisi buruk. Sklera ikterus atau tidak. Kulit disekitar mulut dan mukosa oral dapat memberikan petunjuk
mengenai gangguan saluran cerna, Telangiektesis (pelebaran pembuluh darah kapileryang menetap di kulit
dan mukosa) pada bibir dan lidah mengarah pada sindrom Osier-Weber-Rendu

e. Inspeksi Abdomen
Pemeriksaan inspeksi yaitu melihat perut baik bagian depan atau pun belakang (pinggang). Inspeksi
ini dilakukan dengan penerangan cahay yang cukup sehingga di dapatkan keadaan abdomen seperti
simetris atau tidak, bentuk atau kontur, ukuran, kondisi dinding perut (kulit, vena, umbilikus, striae alba)
dan pergerakan dinding perut.
Pada pemeriksaan tahap awal ini diperhatikan secara inspeksi kelainan-kelainan yang terlihat pada
perut seperti jaringan parut karena pembedahan, asimetris perut yang menunjukkan adanya masa tumor,
stria, vena yang berdilatasi. Cari kaput medusa (aliran berjalan keluar dari umbilikus) atau obstruksi vena
39
kava inferior, peristaltik usus, distensi dan hernia. Pada keadaan normal terlentang, dinding perut terlihat
simetris. Bila ada tumor atau abses atau pelebaran setempat lumen usus membuat perut terlihat tidak
simetris. Pada keadaan normal dan fisiologis, pergerakan dinding usus akibat peristaltik usus tidak terlihat.
Bila terlihat gerakan peristaltik usus maka dapat dipastikan adanya hiperperistaltik dan dilatasi sebagai
akibat obstruksi lumen usus. Obstruksi lumen usus ini dapat disebabkan macam-macam kelainan antara
lain tumor, perlengketan, strangulasi dan skibala.
Bentuk dan ukuran perut dalam keadaan normal bervariasi tergantung habitus, jaringan lemak
subkutan atau intra abdomen dan kondisi otot dinding perut, Pada keadaan starvasi bentuk dinding perut
cekung dan tipis, disebut bentuk skopoid. Pada keadaan ini dapat terlihat gerakan peristaltik usus.
Abdomen yang membuncit dalam keadaan normal dapat terjadi pada pasien gemuk. Pada keadaan
patologis, perut membuncit disebabkan oleh ileus paralitik, ileus obstruktif, meteorismus, asites, kistoma
ovarii, dan kehamilan. Tonjolan setempat menunjukkan adanya kelainan organ dibawahnya, misalnya
tonjolan regio suprapubis terjadi karena pembesaran uterus pada perempuan atau terjadi karena retensi
urin pada pria tua dengan hipertrofi prostat atau prostat atau perempuan dengan kehamilan muda. Pada
stenosis pilorus, lambung dapat menjadi besar sekali sehingga pada abdomen terlihat pembesaran
setempat. Pada kulit perut perlu diperhatikan adanya sikatriks akibat ulserasi pada kulit atau akibat operasi
atau luka tusuk.
Adanya garis-garis putih sering disebut setria alba yang dapat terjadi setelah kehamilan atau pada
pasien yang mulanya gemuk atau bekas asites. Striae kemerahan dapat terlihat pada sindrom dishing.
Pulsasi arteri pada dinding perut dapat terlihat pada pasien aneurisme aorta atau kadang-kadang pada
pasien yang kurus, dan dapat terlihat pulsasi pada epigastrium pada pasien insufiensi katup trikuspidalis.
Kulit perut menjadi kuning pada berbagai macam ikterus. Adakala ditemukan garis-garis bekas garukan
yang menandakan pruritus karena ikterus atau diabetes melitus. Pelebaran vena terjadi pada hipertensi
portal. Pelebaran disekitar umbilikus disebut kaput medusa yang terdapat pada sindrom banti. Pelebaran
vena akibat obstruksi vena kava inferior terlihat sebagai pelebaran vena dari daerah inguinal ke umbilikus,
sedang akibat obstruksi vena kava superior aliran vena ke distal.
Darm steffung/maag sreefung : pergerakan peristaltik dinding perut menyerupai gelembung pada
permukaan air yang berjalan dari kiri kekanan. Dapat terjadi pada pilorus stenosis.

4. Pemeriksaan Auskultasi
Pemeriksaan ini untuk memeriksa :
 Suara bunyi usus : frekuensi dan pitch meningkat pada obstruksi, menghilang pada ileus paralitik
 Succussion splash – untuk mendektesi obstruksi pada tingkat lambung
 Bruit arterial
 Venos hum pada kaput medusa
Dalam keadaan normal, suara peristaltik usus kadang-kadang dapat didengar walaupun tanpa
menggunakan stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam keadaan lapar. Dalam keadaan normal bising
usus terdengar lebih kurang 3 kali permenit. Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltik usus ini akan
meningkat, lebih lagi pada saat timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara usus ini disebut
borborigmi. Pada keadaan kelumpuhan usus (paralisis) misal pada pasien pasca operasi atau pada keadaan
peritonitis umum, suara ini sangat melemah dan jarang balikan kadang-kadang menghilang. Keadaan ini
juga bisa. terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi usus dimana usus sangat melebar dan atoni. Pada ileus
obstruksi kaclang terdengar suara peristaltik dengan nada yang tinggi dan suara logam (metallic sound).
Suara murmur sistolik atau diastolik mungkin dapat didengar pada auskultasi abdomen. Bruit
sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada pembesaran hati karena hepatoma. Bising vena
(venom hum) yang kadang-kadang disertai dengan terabanya gerakan (thrill), dapat didengar di antara
40
umbilikus dan epigastrium. Pada keadaan fistula arteriovenosa intra abdominal kadang-kadang dapat
didengar suara murmur.
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi dinding perut sangat penting untuk menentukan ada tidaknya kelainan dalam rongga
abdomen. Palpasi dilakukan secara sisteniatis dengan seksama. Pertama kali tanyakan apakah ada daerah-
daerah yang nyeri tekan. Perhatikan ekspresi wajah pasien selama pemeriksaan palpasi. Sedapat mungkin
seluruh dinding perut terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran masa tumor, apakah hati, limpa
dan kandung empedu membesar atau teraba. Periksa ginjal apakah ballottemen positif atau negatif. Palpasi
dilakukan dalam 2 tahap yaitu palpasi permukaan (superficial) dan palpasi dalam (deeppalpation). Palpasi
dapat dilakukan dengan satu tangan dapat pula dua tangan (bimanual) terutama pada pasien gemuk.
Biasakan palpasi dengan seksama meskipun tidak ada keluhan yang bersangkutan dengan penyakit traktus
gastrointestinal.
Pasien diusahakan dalam posisi telentang dengan bantal secukupnya, kecuali bila pasien sesak
nafas. Pemeriksa berdiri pada sebelah kanan pasien, kecuali pada dokter yang kidal. Palpasi superfisial :
posisi tangan menempel pada dinding perut. Umumnya penekanan dilakukan oleh ruas terakhir dan ruas
tengah jari-jari bukao dengan ujung jari. Sistematika palpasi dilakukan dengan hati-hati pada daerah yang
nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Palpasi superfisial tersebut bisa juga disebut palpasi superfisial tersebut
bisa juga disebut palpasi awal untuk orientasi sekaligus memperkenalkan prosedur palpasi pada pasien.
Palpasi dalam : palpasi dalam dipakai untuk identifikasi kelainan rasa nyeri yang tidak didapat pada
palpasi superfisial dan untuk lebih menegaskan kelainan yang didapat pada palpasi superfisial dan yang
terpenting yaitu untuk palpasi organ secara spesifik misalnya palpasi hati, limpa, ginjal. Palpasi dalam juga
penting pada pasien yang gemuk atau pasien dengan otot dinding yang tebal.
Perinci nyeri tekan abdomen antara lain berat ringannya, lokasi nyeri yang maksimal, apakah ada
tahanan (defans), apakah ada nyeri rebound bila tak ada tahanan. Perinci masa tumor yang ditemukan
antara lain lokasi, ukuran (diukur dalam cm), bentuk, permukaan (rata atau ireguler), konsistensi (lunak
atau keres) pinggir (halus atau ireguler), nyeri tekan, melekat pada kulit atau tidak, melekat pada jaringan
dasar atau tidak, dapat di indent (tinja indentable), berpulsasi/expansile (misal aneurisma aorta), lesi-lesi
satelit yang berhubungan (misal metastase ), transiluminasi (misal kista berisi cairan) dan adanya bruit.
Pada palpasi hati, mulai dari fosa iliaka kanan dan bergerak keatas pada tiap respirasi, jari-jari harus
mengarah pada dada pasien. Pada palpasi kandung empedu, kandung empedu yang teraba biasanya selalu
abnormal, pada keadaan ikterus, kandung empedu yang teraba berarti bahwa penyebabnya bukan hanya
batu kandung empedu tapi juga harus dipikirkan karsinoma pankreas. Pada palpasi limpa, mulai dekat
umbilikus, raba limpa pada tiap inspirasi, bergerak secara bertahap keatas dan kiri setelah tiap inspirasi dan
jika tidak teraba, baringkan pasien pada posisi left lateral, dengan pinggul kiri dan lutut kiri ditekuk, dan
ulangi, Pada posisi ginjal, palpasi bimanual dan pastikan apakah ada ballotement.
Usahakan dapat membedakan limpa dengan ginjal, Bila limpa tidak dapat mencapai bagian atasnya,
bergerak dengan respirasi, redup-pekak pada perkusi, ada notch atau insisura limpa, ballottement negatif
sedangkan pada ginjal : dapat mencapai bagian atasnya, tidak dapat digerakkan (atau bergerak lambat),
beresonarsi pada perkusi, tidak ada notch atau insisura, dan bisa ballotement positif.

Pemeriksaan Palpasi Organ Abdomen

1. Hati
Pada inspeksi harus diperhatikan apakah terdapat penonjolan pada regio hipokondrium kanan.
Pada keadaan pembesaran hati yang ekstrim (misal pada tumor hati) akan terlihat permukaan abdomen
yang asimetris antara daerah hipokondrium kanan dan kiri. Untuk memudahkan perabaan hati diperlukan:
41
a. Dinding usus yang lemas dengan cara kaki ditekuk sehingga membentuk sudut 45-60 o
b. Pasien diminta untuk menarik napas panjang
c. Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke kranial
dalam arah parabolik
d. Diharapkan, bila nanti membesar akan terjadi sentuhan antara jari pemeriksa dengan hati pada saat
inspirasi maksimal. Posisi pasien berbaring dengan kedua tungkai kanan dilipat agar dinding abdomen lebih
lentur. Palpasi dikerjakan dengan menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan, bukan ujung jari. Lebih
tegas lagi bila arah jari membentuk sudut 45 0 dengan garis median. Ujung jari terletak pada bagian lateral
muskulus rekctus abdominalis dan kemudian pada garis median untuk memeriksa hati lobus kiri.
Palpasi dimulai dari regio illiaka kanan menuju tepi lengkung iga kanan. Dinding abdomen ditekan
kebawah dengan arah dorsal dan kranial sehingga akan dapat menyentuh tepi anterior hati. Gerakan ini
dilakukan berulang pada posisi digeser 1-2 jari ke arah lengkung iga. Penekanan dilakukan pada saat pasien
sedang inspirasi.
Bila pada palpasi kita dapat meraba adanya pembesaran hati, maka harus dilakukan deskripsi
sebagai berikut:
 Beberapa lebar jari tangan cm dibawah lengkung iga kanan
 Bagaimana keadaan tepi hati. Misalnya tajam pada hepatitis akut atau tumpul pada tumor hati
 Bagaimana konsistensinya. Apakah kenyal (konsistensi normal) atau keras (pada tumor hati)
 Bagaimana permukaannya. Pada tumor hati permukaannya teraba berbenjol
 Apakah terdapat nyeri tekan. Hal ini dapat terjadi pada kelainan antara lain abses hati, tumor hati. Selain
itu pada abses hati dapat dirasakan adanya iluktuasi.
Pada keadaan normal hati tidak teraba pada palpasi kecuali pada beberapa kasus dengan tubuh
yang kurus (sekitar satu jari) dan pada bayi. Terabanya hati 1-2 jari dibawah lengkung iga harus di
komfirmasikan apakah hal tersebut memang suatu pembesaran hati atau adanya perubahan bentuk
diafragma (misal emfisema paru). Untuk menilai adanya pembesaran lobus kiri hati dapat dilakukan palpasi
pada daerah garis tengah abdomen ke arah epigastrium. Batas atas hati sesuai dengan pemeriksaan perkusi
batas paru hati (normal pada sela iga 6). Pada beberapa keadaan patologis misalnya emlisema pani, batas
ini akan lebih rendah sehingga besar hati yang normal dapat teraba tepinya pada waktu palpasi. Perkusi
batas atas dan bawah hati (perubahan suara dari redup ke timpani) berguna untuk menilai adanya
pengecilan hati (misal sirosis hati). Pekak hati menghilang bila terjadi udara bebas di bawah diafragrna
karena perforasi. Suara bruit dapat terdengar pada pembesaran hati akibat tumor hati yang besar.

2. Limpa
Tekhnik palpasi limpa tidak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan nonnal limpa tidak teraba.
Limpa membesar mulai dari bawah lengkiing iga kiri, melewati umbilikus sampai regie iliaka kanan. Seperti
halnya hati, limpa juga bergerak sesuai inspirasi. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus
digaris tengah abdomen. menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis
Schuffner, yaitu garis yang dimulai dari titik dilengkung iga kiri menuju ke umbilicus dan dibruskan sampai
di spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi bagian yang sama.
Palpasi limpa juga dapat dipermudah dengan memiringkan pasien 45 derajat kearah kanan (kearah
pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, maka dilakukan deskripsi sebagai berikut:
 Berapa jauh berada dan lengkung iga kiri garis Schuffner (S-l sampai dengan S-Vlll)
 Bagaimana konsistensinya. Apakah kenyal (splenomegali karena hipertensi portal) atau keras sepenti
pada malaria. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba itu adalah limpa, harus diusahakan meraba
incisuranya.

42
3. Ginjal
Ginjal terletak pada daerah retroperitoneal sehingga pemeriksaan harus dengan cara bimanual. Tangan kiri
diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan kanan pada dinding abdomen diventralnya.
Pembesaran ginjal (akibat tumor atau hidronefrosis) akan teraba diantara kedua tangan tersebut, dan bila
salah satu tangan digerakkan akan teraba benturannya ditangan lain. Fenomena ini dinamakan ballotement
positif. Pada keadaan normal ballotement negatif.

Menyingkirkan Kemungkinan Nyeri Tekan Ginjal


Untuk melakukan pemeriksaan ini, pasien harus dalam posisi duduk. Pemeriksa mengepalkan tinjunya dan
dengan lembut memukul daerah sudut kostovertebral di kedua sisi. Pasien dengan pielonefritis biasanya
merasakan nyeri hebat bahkan pada perkusi ringan di daerah ini. Jika mencurigai adanya pielonefritis,
pakailah tekanan dengan jari-jari saja.

3. Pemeriksaan Perkusi
Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, sama seperti pada perkusi di rongga toraks tetapi
dengan penekanan yang lebih ringan dan ketokan yang lebih perlahan. Pemeriksaan ini digunakan untuk:
 Mendeteksi kandung empedu atau vesika urinaria, dimana suaranya redup/pekak
 Menentukan ukuran hati dan limpa secara kasar
 Menentukan penyebab distensi abdomen: penuh gas (timpani), massa tumor (redup-pekak) dan asites.

1. Pekak pada pinggir dan timpani resonant pada bagian tengah/sentral


2. Shifting dullnes menentukan letak pekak pada perkusi, miringkan pasien pada posisi kanan/kiri, asites di
demontrasikan dengan adanya timpani pada perkusi setelah dimiringkan kembali
3. Demontrasikan thrill cairan atau pemeriksaan gelombang.

Dengan perkusi abdomen dapat diketahui :


 Pembesaran organ
 Adanya udara bebas
 Cairan bebas didalam rongga abdomen

Perkusi abdomen sangat membantu dalam menentukan apakah rongga abdomen berisi lebih banyak cairan
atau udara. dalam keadaan normal suara perkusi abdomen yaitu timpani, kecuali didaerah hati suara
perkusinya adalah pekak. Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan bertambah bunyi timpani diseluruh
abdomen harus dipikirkan akan kemungkinan adanya udara bebas didalam rongga perut, misalnya pada
perforasi usus.

Cara pemeriksaan batas paru - hati: Pada linea mid clavicula kanan
1. Menentukan batas paru-hati relative
Diperkusi dari atas kebawah, nada sonor berubah monjadi sonor memendek. Normal didapati pada sela iga
ke V atau costa ke V (pada tinggi ini didapati cupula hati)
2. Menentukan batas paru-hati absolut
Diperkusi kebawah lagi, nada sonor memendek berubah menjadi pekak (Beda). Normal disela iga ke Vl atau
costa ke Vl
3. Menentukan benarnya peranjakan batas paru-hati absolut
Pasien disuruh menarik napas yang panjang dan menahan dahulu. Jari yang tadi ditempat batas paru-hati
absolut, jangan digeser-geser lagi. Waktu pasien rnenahan napasnya diperkusi kembali.
43
Normal : yang mula-mula pekak menjadi sonor memendek lagi, kira-kira dua jari kebawah, Disebutkan
batas paru-hati absolut sebesar dua jari.

Dalam keadaan adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen, perkusi diatas dinding perut mungkin
timpani dan di samping nya pekak. Dengan memiringkan pasien ke satu sisi, suara pekak ini akan
berpindah-pindah (shifting dullnes). Pemeriksaan shifting dullnes sangat patognomonis dan dapat lebih
dipercaya dari pada memeriksa adanya gelombang cairan. Suatu keadaan yang disebut tenomena papan
catur (chessboard phenomen) dimana pada perkusi dinding perut ditemukan bunyi timpani dan redup yang
berpindah-pindah, sering ditemukan pada peritonitis tuberkulosa.

Beberapa cara pemeriksaan asites : Cara pemeriksaan gelombang cairan. Cara ini dilakukan pada pasien
dengan asites yang cukup banyak dan perut yang agak tegang. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang
dan tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi sedangkan tangan lainnya mengetuk-ngetuk dinding perut
pada sisi lainnya. Sementara itu mencegah gerakan yang diteruskan melalui dinding abdomen sendiri, maka
tangan pemeriksa lainnya (dapat pula dengan pertolongan tangan pasien sendiri) diletakkan ditengah-
tengah perut dengan sedikit menekan.

Pemeriksaan menentukan adanya redup yang berpindah (shifting dullness):


 Pasien berbaring telentang, cairan akan berkumpul pada tempat yang terendah yaitu pada kedua sisi
perut (cairan akan menghasilkan suara redup)
 Jika perkusi redup disebabkan oleh cairan maka dengan memiringkan pasien kesisi yang lain bunyi perkusi
menjadi timpani, ini terjadi oleh karena berpindahnya cairan ke tempat yang lain yang lebih rendah
 Bunyi perkusi redup yang hilang dengan merubah posisi pasien disebut shifting dullness.

Untuk cairan yang lebih sedikit dan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi pasien
tengkurap dan menungging (knee-chest position). Setelah beberapa saat, pada perkusi daerah perut yang
terendah jika terdapat cairan akan didengar bunyi redup. Pemeriksaan Puddle Sign. Seperti pada posisi
knee-chest dan dengan menggunakan stetoskop yang diletakkan pada bagian perut terbawah didengar
perbedaan suara yang ditimbulkan karena ketukan jari-jari pada sisi perut sedangkan stetoskop digeserkan
melalui perut tersebut ke sisi lainnya. Pasien pada posisi tegak maka suara perkusi redup didengar dibagian
bawah.

PENUNTUN BELAJAR

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK GERIATRI

(Digunakan oleh peserta)

Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan kriteria sebagai berikut :
1 : sama sekali tidak melakukan
2 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
3 : langka-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)

NO LANGKAH KLINIK KASUS

44
A. PERSIAPAN 0 1 2

1. Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan stres


sebelum melakukan pemeriksaan

2. Memberikan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara
dan tujuan pemeriksaan

3. Memberikan penjelasan pada orang tua pasien tentang kemungkinan


adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang timbul selama pemeriksaan
dilakukan

4. Pemeriksaan umum : keadaan umum, kesan keadaan sakit, kesadaran,


status gizi, tanda vital, status fungsional, gangguan kognitif, pola miksi-
defekasi

5. Pemeriksaan fungsi : penglihatan dan pendengaran, gigi geligi (hubungan


dengan diit), riwayat jatuh

6. Wajah : ekspresi wajah, sikap tubuh, gelisah, pucat, ikterik, sianosis, sesak,
tampak kesakitan, teleangiektasis, dll

7. Leher : kelenjar tiroid, distensi vena jugularis, trakea, pembesaran kelnjar


getah bening, bising a. carotis

B. PEMERIKSAAN FISIK PARU 0 1 2

1. Inspeksi: konfigurasi dada (dada anterior dan posterior), spider nervi,


pemakaian otot nafas tambahan, retraksi dinding dada dll

2. Palpasi: kesimetrisan dada, nyeri tekan, fremitus (dada anterior dan


posterior)

3. Perkusi: dada anterior dan posterior

4. Auskultasi: dada anterior dan posterior

C. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG 0 1 2

1. Inspeksi: pulsasi pada dinding dada

2. Palpasi: nadi, tekanan vena jugularis, ictus cordis

3. Perkusi: batas-batas jantung

4. Auskultasi: bunyi jantung utama, tambahan bising

D. PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN 0 1 2

1. Inspeksi: keadaan dinding perut, gerakan dinding perut, pulsasi pada


abdomen, caput medusae, sicatrik, pelebaran vena dll

2. Auskultasi: peristaltik, bising pembuluh darah

3. Palpasi: hepar, lien, ginjal, pembesaran organ abdomen, nyeri tekan/tidak

45
4. Perkusi: batas paru hepar, pemeriksaan asites

5. Ekstremitas superior/inferior: palmar eritema, pucat, edama, kuku, clubing


finger, sianosis, atrofi/hipotrofi otot

E. PENUTUP 0 1 2

1. Melaporkan hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut

2. Mengucapkan terima kasih

CSL IV
KONSELING IMUNISASI

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :

Setelah selesai melakukan pengamatan/observasi vaksinasi mahasiswa mampu menjelaskan prosedur


vaksinasi meliputi tata cara pemberian vaksinasi, penjelasan kepada orangtua mengenai jenis vaksin,
penyimpanan vaksin, pengenceran, serta cara pemberian

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah selesai melakukan pengamatan vaksinasi diharapkan dapat.

1. Mengetahui pentingnya penjelasan tentang manfaat vaksinasi dan risiko bila anak tidak mendapat
vaksinasi .

46
2. Mengetahui pentingnya riwayat/catatan imunisasi sebelumnya.
3. Menentukan jenis-jenis vaksinasi yang akan diberikan berdasarkan usia.
4. Mengetahui adakah kontra indikasi vaksin yang akan diberikan pada bayi/ anak.
5. Mengetahui mata rantai vaksin di pelayanan primer.
6. Melakukan pemeriksaan terhadap vaksin memenuhi syarat untuk dipergunakan.
7. Mengetahui cara pemberian dengan benar, dan dosis.
8. Mengetahui pentingnya penjelasan kemungkinan KIPI yang bisa terjadi
9. Menentukan jadwal kunjungan vaksinasi selanjutnya.
Media dan alat pembelajaran:

1. Buku panduan peserta skill lab blok siklus hidup


2. Boneka manikin.
3. Vaksin (gambar/ foto masing-masing jenis vaksin)
4. Spoit 1 cc, 3 cc
5. Jarum: Suntikan subkutan : Jarum no 25 panjang 26 mm, bayi kecil jarum no 27 panjang 12mm
Suntikan intramuskuler : org dewasa yang gemuk jarum no 23 panjang 38 mm

Suntikan intradermal (BCG) : jarum no 25 -27 dengan panjang 10 mm

6. Kapas alkohol
7. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.
8. Metode Pembelajaran (skenario)
9. Foto (mata rantai vaksin)
10. Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar
DESKRIPSI KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 5 menit 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk

mahasiswa

2. Penjelasan singkat tentang prosedur

kerja, peran masing-masing mahasiswa

dan alokasi waktu.

2. Demonstrasi singkat 5 menit 1. Seluruh mahasiswa melihat

tentang cara vaksinasi oleh demonstrasi cara vaksinasi oleh


Instruktur.
47
instruktur pada model

2. Diskusi singkat bila ada yang kurang

dimengerti.

3. Praktek pelaksanaan 15 menit 1.Membenntuk grup kecil, membahas skenario,


vaksinasi menentukan jadwal vaksinasi dan melakukan
prosedur imunisasi dengan lege artis secara
runut.

2. Instruktur memperhatikan dan memberikan

bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna

melakukan praktek.

3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa

dan melakukan supervise menggunakan

ceklis/daftar tilik.

4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap

praktek vaksinasi : apa yang dirasa

mudah, apa yang sulit.

2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi

tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur

mendengar dan memberikan jawaban.

3. Instruktur menjelaskan penilaian umum

tentang jalannya praktek vaksinasi:

apakah secara umum berjalan baik, apakah

ada sebagian mahasiswa yang masih

kurang. Bila perlu mengumumkan hasil

masing-masing mahasiswa.

48
CHECKLIST PELATIHAN PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI
No Kegiatan Nilai
1 Mengucapkan salam, menyapa orang tua, dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan dan mencatat identitas anak (nama pasien dan orang tua, usia,
tanggal lahir pasien, alamat dan nomor telepon)
3 Mengecek imunisasi yang sudah didapat
4 Menanyakan KIPI sebelum ya
5 Menanyakan kontra indikasi
6 Melakukan pemeriksaan fisik
7 Menjelaskan vaksin yang akan diberikan dan cara pemberiannya
8 Menjelaskan manfaat vaksin
9 Menjelaskan kemungkinan KIPI dan tatalaksana
10 Mengambil vaksin yang benar, mengecek tanggal kadaluarsa
11 Melihat VVM ( Vaccine Vial Monitor) dan uji kocok
VVM:
A. Segi empat lebih terang dari lingkaran sekitar
Bila belum kadaluwarsa: vaksin dapat DIGUNAKAN
B. Segi empat berubah gelap tapi lebih terang dari lingkaran
sekitar
Bila belum kadaluwarsa: vaksin SEGERA DIGUNAKAN
C. Segi empat berwarna sama dengan lingkaran sekitar
49
Vaksin JANGAN DIGUNAKAN
D. Segi empat berwarna lebih gelap dari lingkaran sekitar
Vaksin JANGAN DIGUNAKAN
Uji Kocok Vaksin
- Siapkan vaksin kontrol yang telah dibekukan di dalam freezer
- Pilih sampel vaksin yang akan diuji
- Kocok vaksin kontrol dan vaksin yang akan diuji selama 10-15 menit
- Biarkan sesaat, bandingkan keduanya
- Jika kecepatan mengendap keduanya sama, mungkin vial tersebut
sudah rusak karena pembekuan dan tidak boleh digunakan lagi.
12 Mencuci tangan
13 Menyiapkan jarum suntik dan spoit steril yang sesuai
14 Mengambil vaksin dengan dosis yang benar
15 Membuang udara
16 Memposisikan anak dengan benar
Posisi anak duduk di pangkuan orang tua, dipeluk menghadap ke dada orang
tua. Tangan/ kaki yang akan disuntik dipegang oleh orang tua. Tangan/ kaki
yang tidak disuntik diusahakan dijepit di ketiak atau di antara kedua paha
orangtua.
17 Desinfeksi kulit sebelum penyuntikan
18 Menyuntik di tempat yang benar
19 Menyuntik dengan sudut yang benar
Intrakutan
- Pegang anak dengan tangan kiri kita sedemikian rupa, sehingga
tangan kiri kita berada di bawah lengannya; ibu jari dan jari-jari
lainnya mengelilingi lengan anak dan meregangkan kulit.
- Pegang spuit dengan tangan kanan, dengan lubang jarum
menghadap ke atas.
- Posisikan spuit hampir sejajar dengan kulit anak kemudian
masukkan jarum ke dalam kulit.
- Pegang plunger di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan.
Tekan plunger dengan ibu jari, suntikkan vaksin dan keluarkan
jarum.
Intramuskular
- Regangkan kulit di bagian yang akan disuntik
- Masukkan jarum dengan posisi tegak lurus, sehingga masuk ke
dalam otot.
- Tekan plunger dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin
- Keluarkan jarum dan tekan tempat bekas suntikan dengan kapas
Subkutan
- Pegang lengan anak dan regangkan kulitnya
- Masukkan jarum menembus kulit dengan sudut 45°
- Tekan plunger untuk memasukkan vaksin
- Cabut jarum dan tekan tempat bekas suntikan dengan kapas
Penetesan Vaksin Oral
- Buka mulut anak dengan cara menekan lembut pipinya sehingga
bibir anak akan terbuka
- Pegang OPV di depan mulut anak dengan sudut 45°
- Masukkan 2 tetes vaksin ke lidah anak
20 Membuang limbah dengan benar
- Letakkan jarum dan suntik di kotak buangan khusus
- Jangan menutup kembali jarumnya atau mencopot jarum dari spuit

50
- Bakarlah jika kotak tersebut sudah penuh
- Kubur sisa bakaran
21 Melakukan pencatatan
- Tanggal, bulan, dan tahun kunjungan
- Lokasi penyuntikan
- Nama vaksin yang diberikan, merk dagang, no batch
22 Menjelaskan kepada keluarga tanggal dan waktu vaksinasi berikutnya
23 Mencuci tangan setelah tindakan

LAMPIRAN

1. Jadwal Imunisasi IDAI

51
2. Jadwal Imunisasi Kemenkes
Umur Jenis Imunisasi
< 24 jam Hepatitis B0
1 bulan BCG, OPV-1
2 bulan DPT-HB-Hib-1, OPV-2
3 bulan DPT-HB-Hib-2, OPV-3
4 bulan DPT-HB-Hib-3, OPV-4 dan IPV
9 bulan Campak / MR
18 bulan MR, DPT-HB-Hib
Kelas 1 MR, DT
Kelas 2 Td
Kelas 5 Td
Sumber: Petunjuk Teknis Introduksi MR, Kemenkes RI, 2017

3. Jenis Vaksin Berdasarkan Cara Pemberian


Cara Pemberian Vaksin
Intramuskular DPT, DT, Td, Hepatitis B, Hib, PCV, IPV, Influenza, Hepatitis A, Tifoid
Subkutan Campak, MMR, Varicela, IPV
Intrakutan BCG
Oral OPV, Rotavirus

4. Petunjuk indikasi kontra dan perhatian khusus


Indikasi kontra dan perhatian khusus Bukan indikasi kontra

Berlaku umum untuk semua vaksin


52
DTaP/DTP, OPV, IPV, MMR, Varicella, Hib, Hepatitis B
 Reaksi anafilaksis terhadap vaksin, indikasi  Reaksi lokal ringan-sedang (sakit, kemerahan,
kontra pemberian vaksin tersebut berikutnya bengkak) sesudah suntikan vaksin
 Reaksi anafilaksis terhadap konstituen vaksin,  Demam ringan atau sedang pasca vaksinasi
indikasi kontra pemberian semua vaksin yang sebelumnya
mengandung bahan kpnstituen tersebut.  Sakit akut ringan dengan atau tanpa demam
 Sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa ringan
demam  Riwayat KIPI pada keluarga
 Sedang mendapat terapi antibiotik, terpapar
penyakit
 Masa konvalesen suatu penyakit
 Prematuritas
 Terpajan terhadap suatu penyakit menular
 Riwayat alergi penisilin, atau alergi lain
nonspesifik, atau alergi dalam keluarga
 Ibu hamil dalam keluarga, menyusui
 Penghuni rumah lainnya tidak divaksinasi
 Kelainan neurologi yang stabil: Cerebral Palsy,
Sindrom Down.
 Asma, Eksim
 Pemberian steroid topikal atau inhalasi
 Usia di atas usia yang telah direkomendasikan
(kecuali untuk vaksin tertentu seperti DPT
setelah usia 7 tahun)

Vaksinasi BCG
Indikasi kontra
 Bayi HIV positif dengan atau tanpa gejala
 Bayi status HIV? Dengan gejala HIV, ibu HIV+
 Keganasan (misalnya: leukemia, limfoma)
 Imunodefisiensi primer/ sekunder
 Mendapat imunosupresif (radio/ kemoterapi,
steroid)

Vaksinasi DPT
Indikasi kontra Bukan Indikasi kontra
 Encefalopati dalam 7 hari pasca DTaP/DTwP  Demam <40,50C pasca DTaP/DTwP sebelumnya
sebelumnya  Riwayat kejang dalam keluarga
 Riwayat SIDS dalam keluarga
 Riwayat KIPI dalam keluarga pasca DTaP/DTwP

Perhatian Khusus
 Demam >40,50C, kolaps dan episode
hipotonik-hiporesponsif dalam 48 jam pasca
DTaP/DTwP sebelumnya yang tidak
berhubungan dengan penyebab lain
 Kejang dalam 3 hari pasca DTaP/DTwP
sebelumnya
 Menangis terus ≥3 jam dalam 48 jam pasca
DTaP/DTwP sebelumnya
 Sindrom Guillain-Barre dalam 6 minggu pasca
53
vaksinasi

Vaksinasi polio oral (OPV)


Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra
 Infeksi HIV atau kontak HIV serumah  Menyusui
 Imunodefisiensi (keganasan hematologi atau  Sedang dalam terapi antibiotik
tumor padat, imunodefisiensi kongenital,  Diare ringan
terapi imunposupresan jangka panjang)
 Imunodefisiensi penghuni serumah
Perhatian Khusus
Kehamilan

LAMPIRAN GAMBAR

1. Tempat Penyuntikan

54
2. Cara Pemberian Vaksin

3. Mata Rantai Vaksin (Cold Chain)

55
56

Anda mungkin juga menyukai