Iam Keluarga
Iam Keluarga
Interaksi edukatif dilakukan dalam beberapa bentuk dengan mempergunakan pola komunikasi, antara
lain: komunikasi sebagai aksi, yaitu komunikasi satu arah dimana pendidik ditempatkan sebagai pemberi
aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Dalam interaksi ini pendidik aktif sementara peserta didik
pasif. Kegiatan belajar mengajar dipandang sebagai momen untuk menyampaikan bahan pelajaran;
komunikasi sebagai interaksi, komunikasi dua arah dimana pendidik berperan sebagai pemberi aksi atau
penerima aksi. Demikian pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai pemberi
aksi. Terjadi dialog antara pendidik dan peserta didik; Dan komunikasi sebagai transaksi, adalah
komunikasi banyak arah yaitu komunikasi yang tidak hanya terjadi antara guru dan peserta didik, tetapi
juga adanya tuntutan terhadap anak didik supaya aktif lebih daripada pendidik. Peserta didik dapat
berfungsi sebagai sumber belajar bagi peserta didik lainnya, seperti halnya pendidik.
Sebagai pemerhati pendidikan, saya mengusulkan agar interaksi edukatif dapat menggunakan pola
komunikasi sebagai transaksi. Pertimbangan saya adalah komunikasi sebagai transaksi dapat
menumbuhkan rasa kebersamaan (sense of colective) peserta didik. Rasa kebersamaan merupakan
puncak dari merasa diterima (sense of membership), yaitu perasaan yang dapat menumbuhkembangkan
peserta didik. Ketika peserta didik merasa diterima, dihormati, dan disenangi dengan segala keadaan
dirinya, maka peserta didik cenderung meningkatkan penerimaan dirinya yang berujung pada tumbuh
kembang yang sesuai harapan pendidik.
http://ayubjoko0223.blogspot.com/2016/01/peran-edukatif-ortu-dalam-keluarga.html?m=1
1.Memilih pasangan yang Shaleh/Shalehah yang taat kepada perintah Allah SWT dan sunnah Rasulullah
SAW.
3.Melihat latar belakang keluarga dan nasab dari pasangan yang dipilih. Diutamakan yang memiliki
nasab terjaga(baik) dan terhormat.
4.Niatkan dari awal untuk beribadah kepada Allah SWT dan menjauhi segala hubungan yang dilarang-
Nya.
6.Sebagai suami, istri ataupun anak, menjalankan tugas dan fungsinya selaku anggota keluarga dengan
sebaik-baiknya.
Fungsi pakaian secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai penutup aurat dan penghangat
badan. Mengapa Al-Qur’an mengibaratkan pasangan suami istri seperti layaknya pakaian? Syaikh
Jalaluddin dalam Tafsir Jalalain menjelaskan, setidaknya ada tiga makna pakaian sebagaimana
disebutkan dalam ayat di atas. Pertama, sebagai bentuk kedekatan pasangan. Pasangan suami istri
diibaratkan seperti pakaian dari sisi kedekatannya. Pakaian selalu menempel dengan kulit. Tidak ada
jarak yang memisahkan keduanya. Maka dalam rumah tangga seharusnya ada rasa saling percaya,
transparansi, tanggung jawab, dan saling setia. Kedua, saling merangkul. Sebagaimana umumnya,
merangkul adalah aktivitas yang menunjukkan adanya rasa sayang, memiliki, bahagia, suka, dan tempat
bersandar. Begitulah semestinya pasangan suami istri. Ada rindu jika jauh, ada kedamaian jika berada di
sisi. Mereka adalah dua insan yang saling menghangatkan baik di kala suka maupun duka. Tempat
bersandar di tengah kesedihan yang melanda. Ketiga, saling membutuhkan. Sebagaimana telah
disebutkan di atas, bahwa dalam rumah tangga ada hak dan kewajiban. Keduanya harus memiliki sikap
responsif terhadap pasangan. Dalam hal ini pasangan suami istri berperan sebagai partner dalam
menjalani kehidupan. Saling membantu, saling menopang, saling meringankan dan sebagainya. (Syaikh
Jalaluddin, Tafsir Jalalain, Daru Ihya, juz I, hal. 27)
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/99082/makna-ayat-suami-istri-adalah-pakaian-bagi-
pasangannya
1.Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam
menjalankan agama. (At-Taubah: 24)
2.Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan Rasul- Nya. (At-Taghabun: 14)
3.Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (Al Furqan : 74)
6. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (1)
Memberi nasehat, (2) Pisah kamar, (3) Memukul dengan (4). pukulan yang tidak menyakitkan. (An-
Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
7. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah
terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
8. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
9. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya
untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
10.Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh,
istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
12.Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i) 13. Apabila istri tidak mentaati suami
(durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun
secara paksa. (AIGhazali)
[1/4 12.33] Siti Nurhalizah 1A: Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Istri
1.Berbakti kepada suami baik dikala suka maupun duka, diwaktu kaya maupun miskin
2 .Patuh dan taat pada suami, menghormatinya dalam batas-batas tertentu sesuai dengan ajaran Islam
3.Selalu menyenangkan hati dan perasaan suami, serta dapat menentramkan pikirannya
4.Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan membantu suami dalam menyelesaikan
kesulitan yang dihadapinya
5.Isteri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita.
(An-Nisa’: 34)
6.Isteri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
8.Isteri menyerahkan dirinya, mentaati suami, tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya, tinggal di
tempat kediaman yang disediakan suami, menggauli suami dengan baik, dan bersifat jujur (Al-Ghazali).