Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ovie Ferdianti

Npm : 173110139
Kelas : 5’a Perbaian Angatan 2017
Tugas : Uas Tenologi Sediaan Padat
Dosen Pengampu : Apt Subur Widodo ,S.Si,Farm

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL


PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok)
SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

Sugiyono1), Siti Komariyatun1), Devi Nisa Hidayati1)


1)
Program S1 Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Jl. Menoreh Tengah X/22 Sampangan Semarang
Email:sugiyono272@yahoo.com
Media farmasi indonesia vol 12 no 1
Parasetamol merupakan obat analgetik-antipiretik yang banyak diproduksi dan
digunakan oleh masyarakat karena keamannya. Tablet parasetamol (C8H9NO2) mengandung
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket
(DepKes RI, 2014). Parasetamol merupakan bahan dengan karaketristik kompaktibilitas
kurang baik dan sifat alirnya yang buruk. Untuk memperbaiki sifat alir dan kompaktibilitas
maka dalam pembuatan tablet digunakan metode granulasi basah (Voigt, 1984). Metode ini
mengandung pengikat dalam bentuk mucilago untuk meningkatkan kohesivitas agar
kekerasannya semakin tinggi.
Selain zat aktif, tablet terdiri dari bahan tambahan dengan fungsi yang berbeda
diantaranya bahan pengisi, penghancur, pengikat, pembasah dan pelicin . Bahan pengikat
dalam pembuatan tablet berfungsi untuk meningkatkan kekompakan dan daya tahan tablet,
yang akan menjamin penyatuan beberapaa partikel serbuk dalam sebuah granul sehingga
mudah untuk dicetak.
Bonggol pisang kepok (Musa paradisiaca cv. Kepok) mengandung pati yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengikat tablet, dengan kandungan pati di dalam tepung
bonggol pisang kepok sebesar 48,26%. Oleh karena itu ,diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan tentang bahan limbah yang masih dapat dimanfaatkan dalam
bidang farmasi, terutama sebagai bahan tambahan pada tablet salah satunya sebagai
pengikat. Serta tujuan untuk mengetahui pengaruh tepung bonggol pisang kepok sebagai
bahan pengikat terhadap sifat fisik dan kimia tablet parasetamol.
Metode penelitian ini meliputi pengumpulan bahan, pembuatan Tepung
Bonggol Pisang Kepok , pemeriksaan Kualitatif dan Kuantitatif Tepung Bonggol Pisang
Kepok, pembuatan tablet, selanjutnya dilakukan pengujian sifat fisik granul Tablet yang
sudah dicetak diuji sifat fisik dan pelepasan obatnya. Data yang diperoleh dianalisis secara
statistik menggunakan analisis regresi linier.
Hasil pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif ,adanya bentuk pati di dalam tepung
bonggol pisang kepok berbentuk bulat telur seperti bentuk mikroskopik pati dan
mengandung pati sebesar 30,16%. Pemerikasaan sifat fisika tablet parasetamol ,Penggunaan
bahan pengikat tepung bonggol pisang kepok tidak mempengaruhi keseragaman bobot dari
tablet parasetamol yang dapat dilihat dari nilai rata-rata tiap formula yang berbeda dan
kenaikan konsentrasi dari penggunaan pengikat tidak berpengaruh pada kenaikan bobot
tablet dari masing-masing formula. Hasil pengujian kekerasan tablet diperoleh nilai b
sebesar 0,608. Nilai b yang dihasilkan adalah positif yang menunjukan ada hubungan searah
antara variasi konsentrasi tepung bonggol pisang kepok dengan kekerasan tablet
parasetamol. Untuk pengujian kerapuhan nilai b negatif sebesar 6,625. Arti dari negatif
adalah terjadi hubungan yang berbanding terbalik antara variasi konsentrasi tepung bonggol
pisang kepok terhadap kerapuhan tablet parasetamol. Data waktu hancur dari pengujian
terhadap tablet parasetamol memenuhi persyaratan. Tepung bonggol pisang yang digunakan
sebagai bahan pengikat pada tablet parasetamol tidak mempengaruhi pelepasan parasetamol
dari tablet, yang mana kenaikan konsentrasi tepung bonggol pisang yang digunakan tidak
diikuti dengan kenaikan kadar pelepasan obat.
Kesimpulan penggunaan tepung bonggol pisang kepok sebagai bahan pengikat
ini mempengaruhi kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur tablet tetapi tidak berpengaruh
pada dan pelepasan obat. Semakin tinggi konsentrasi tepung bonggol pisang kepok, semakin
tinggi kekerasan dan semakin lama waktu hancur tablet tetapi kerapuhan semakin menurun.
FORMULASI TABLET PARACETAMOL DENGAN
BAHAN PENGIKAT PATI UMBI GEMBILI
(DIOSCOREA ESCULENTAL)
Elya Zulfa*, Malinda Prihantini
Faculty of Pharmacy, Wahid Hasyim University, Semarang
*Email: elya@unwahas.ac.id
Jurnal Pharmascience, Vol. 06 , No.02, Oktober 2019, hal: 55 - 64
ISSN-Print. 2355 – 5386 ISSN-Online. 2460-9560
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pharmascience

Dalam pembuatan tablet diperlukan bahan tambahan yaitu bahan pengisi,


pengikat, penghancur, pelicin dan pewarna. Bahan pengikat memegang peranan penting
dalam pembuatan tablet yaitu untuk menjamin penyatuan bersama dari partikel serbuk
dalam sebuah butir granulat. Kompaktibilitas tablet dapat dipengaruhi oleh tekanan
kompresi maupun bahan pengikat. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah gula,
amilum, gelatin, tragakan, povidon (PVP), gom arab dan zat lain yang sesuai.
Banyak jenis pati dari berbagai tanaman dimanfaatkan sebagai bahan pengikat
dalam formulasi tablet. Pati atau amilum dapat diperoleh dari berbagai tanaman yang
memiliki kandungan karbohidrat tinggi diantaranya adalah umbi-umbian. Gembili
(Dioscorea esculenta L.) merupakan jenis umbi dari keluarga Dioscoreaceae yang banyak
tumbuh di Asia Tenggara. Umbi banyak mengandung karbohidrat, utamanya adalah
amilopektin . Amilopektin bersifat lekat dan cenderung membentuk gel apabila dicampur
dengan air. Selain itu, gembili mengandung senyawa glukomannan. Glukomannan bersifat
meerkat sehingga dapat dipakai dalam bidang farmasi sebagai sebagai bahan pengisi,
penghancur dan pengikat tablet.
Parasetamol merupakan drug of choice untuk menurunkan demam dan
menghilangkan rasa nyeri, yang telah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat.
Parasetamol memiliki sifat alir dan kompaktibilitas yang buruk dengan bentuknya yang
kristal, maka perlu dibuat granul dengan metode granulasi basah sehingga dapat
meningkatkan fluiditas dan kompresibilitas yang baik (Voight, 1984). Dimana pada
pembuatan tablet parasetamol dengan granulasi basah membutuhkan bahan pengikat.
Berdasarkan hal tersebut maka akan dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan
PUG (Dioscorea esculenta L.) sebagai bahan pengikat tablet Parasetamol terhadap sifat fisik
dan pelepasan zat aktif.
Metode penelitian ini meliputi pembuatan Pati Umbi Gembili, Penyiapan
Formula Tablet, Pembuatan Tablet Parasetamol, Pemeriksaan sifat fisik granul (uji sudut
diam, uji pengetapan, uji aktu alir), Pemeriksaan sifat fisik tablet (Pemeriksaan
keseragaman bobot, Pemeriksaan kekerasan tablet, Pemeriksaan kerapuhan tablet,
Pemeriksaan waktu hancur tablet Sebanyak enam tablet dimasukkan dalam tabung
disintegration tester). Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan dua cara pendekatan
deskriptif, yaitu data yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan dalam kompendial.
Hasil Pemeriksaan Kualitatif Pati Umbi Gembili didapat bentuk serbuk PUG
berarna putih kecoklatan tekstur halus dan berbau khas tiddak berasa ,secara mikroskopis
telihat PUG dengan ukuran sekitar 0,75 µm .dan pada uji identifikasi PUG berubah arna
menjadi merah keunguan.
Hasil pemeriksaan sifat fisik granul Kecepatan Alir bahwa semakin besar
kandungan PUG maka kecepatan alirnya semakin besar. Sudut diam Dari hasil penelitian
terhadap sudut diam dapat disimpulkan semakin besar kadar pengikat mucilago PUG maka
sudut diam yang dihasilkan semakin kecil. Indeks pengetapan Berdasarkan data pada Tabel
III menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki indeks pengetapan kurang dari 20%, maka
granul yang dihasilkan memiliki sifat alir yang baik. Dari hasil penelitian terhadap indeks
pengetapan dapat disimpulkan bahwa semakin besar kandungan mucilago PUG maka
indeks pengetapan yang dihasilkan semakin kecil.
Hasil pemeriksaan sifat fisik tablet Keseragaman Bobot hasil pengujian
menunjukkan bahwa perbedaan variasi kadar pengikat tidak mempengaruhi keseragaman
bobot tablet. Kekerasan tablet yang dihasilkan pada ketiga formula memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Farmakope yaitu masuk ke dalam rentang 4-8 kg. Kerapuhan tablet
semakin besar kandungan mucilago PUG, kecenderungan partikel untuk melekat satu sama
lain semakin besar sehingga granul yang dihasilkan lebih kompak, padat, rapat dan
porositas turun akibatnya tablet yang dihasilkan kuat dan tidak rapuh. Selain itu kekerasan
juga mempengaruhi kerapuhan, semakin tinggi kekerasan tablet maka akan semakin rendah
persentase kerapuhannya. Waktu hancur dapat dilihat bahwa semakin besar kadar mucilago
PUG menyebabkan granul yang dihasilkan semakin padat dan kompak, sehingga tablet
yang dihasilkan juga lebih kompak, porositas semakin kecil dan sulit ditembus air, yang
berakibat pada waktu hancur tablet yang semakin lama.
Dapat disimpulkan bahwa hasil uji sifat fisik tablet menunjukkan bahwa seluruh
formula yang dibuat memenuhi syarat yang ditetapkan dalam kompendial.
Tabel perbandingan kedua jurnal :

Pembanding Pembahasan
Judul dan latar belakang Jurnal 1 :

FORMULASI TABLET PARASETAMOL


MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG
KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok)
SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

Bonggol pisang kepok (Musa paradisiaca cv. Kepok)


mengandung pati yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pengikat tablet, dengan kandungan pati di dalam
tepung bonggol pisang kepok sebesar 48,26%. Oleh
karena itu ,diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan tentang bahan limbah yang
masih dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi,
terutama sebagai bahan tambahan pada tablet salah
satunya sebagai pengikat. Serta tujuan untuk
mengetahui pengaruh tepung bonggol pisang kepok
sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik dan kimia
tablet parasetamol.

Judul 2 :

FORMULASI TABLET PARACETAMOL


DENGAN BAHAN PENGIKAT PATI UMBI
GEMBILI (DIOSCOREA ESCULENTAL)
Banyak jenis pati dari berbagai tanaman
dimanfaatkan sebagai bahan pengikat dalam formulasi
tablet. Pati atau amilum dapat diperoleh dari berbagai
tanaman yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi
diantaranya adalah umbi-umbian. Gembili (Dioscorea
esculenta L.) merupakan jenis umbi dari keluarga
Dioscoreaceae yang banyak tumbuh di Asia Tenggara.
Umbi banyak mengandung karbohidrat, utamanya
adalah amilopektin . Amilopektin bersifat lekat dan
cenderung membentuk gel apabila dicampur dengan
air. Selain itu, gembili mengandung senyawa
glukomannan. Glukomannan bersifat meerkat sehingga
dapat dipakai dalam bidang farmasi sebagai sebagai
bahan pengisi, penghancur dan pengikat tablet.

Metode Jurnal 1:

Metode penelitian ini meliputi pengumpulan bahan,


pembuatan Tepung Bonggol Pisang Kepok ,
pemeriksaan Kualitatif dan Kuantitatif Tepung
Bonggol Pisang Kepok, pembuatan tablet, selanjutnya
dilakukan pengujian sifat fisik granul Tablet yang
sudah dicetak diuji sifat fisik dan pelepasan obatnya.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik
menggunakan analisis regresi linier.

Jurnal 2 :

Metode penelitian ini meliputi pembuatan Pati Umbi


Gembili, Penyiapan Formula Tablet, Pembuatan Tablet
Parasetamol, Pemeriksaan sifat fisik granul (uji sudut
diam, uji pengetapan, uji aktu alir), Pemeriksaan sifat
fisik tablet (Pemeriksaan keseragaman bobot,
Pemeriksaan kekerasan tablet, Pemeriksaan kerapuhan
tablet, Pemeriksaan waktu hancur tablet Sebanyak
enam tablet dimasukkan dalam tabung disintegration
tester). Hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan dua cara pendekatan deskriptif, yaitu
data yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan
dalam kompendial

Hasil Jurnal 1 :

Hasil uji kualitatif dan kuantitatif, adanya pati dalam


bonggol pisang kepok dan mengandung
30,16% ,berikutnya hasil pemeriksaan sifat fisik
parasetamol ,penggunaan tepung bonggol pisang kepok
sebagai bahan pengikat ini mempengaruhi kekerasan,
kerapuhan dan waktu hancur tablet tetapi tidak
berpengaruh pada dan pelepasan obat. Semakin tinggi
konsentrasi tepung bonggol pisang kepok, semakin
tinggi kekerasan dan semakin lama waktu hancur tablet
tetapi kerapuhan semakin menurun.

Jurnal 2 :

Hasil Pemeriksaan Kualitatif Pati Umbi Gembili


didapat adanya pati ditandai dengan warna pati putih
kecoklatan bila di beri iodin berubah menjadi keunguan
lalu ukuran pati 0,75 µm.
pemeriksaan sifat fisik granul didapan bahwa uji sudut
diam uji pengetapan dan uji waktu alir yang baik dan
telah memenuhi persyaratan.
Hasil pemeriksaan sifat fisik tablet Keseragaman
Bobot hasil pengujian menunjukkan bahwa perbedaan
variasi kadar pengikat tidak mempengaruhi
keseragaman bobot tablet. Kekerasan tablet yang
dihasilkan pada ketiga formula memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Farmakope yaitu masuk ke
dalam rentang 4-8 kg. Kerapuhan tablet semakin besar
kandungan mucilago PUG, kecenderungan partikel
untuk melekat satu sama lain semakin besar sehingga
granul yang dihasilkan lebih kompak, padat, rapat dan
porositas turun akibatnya tablet yang dihasilkan kuat
dan tidak rapuh. Selain itu kekerasan juga
mempengaruhi kerapuhan, semakin tinggi kekerasan
tablet maka akan semakin rendah persentase
kerapuhannya. Waktu hancur dapat dilihat bahwa
semakin besar kadar mucilago PUG menyebabkan
granul yang dihasilkan semakin padat dan kompak,
sehingga tablet yang dihasilkan juga lebih kompak,
porositas semakin kecil dan sulit ditembus air, yang
berakibat pada waktu hancur tablet yang semakin lama.

Kesimpulan Jurnal 1 :

Kesimpulan penggunaan tepung bonggol pisang


kepok sebagai bahan pengikat ini mempengaruhi
kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur tablet tetapi
tidak berpengaruh pada dan pelepasan obat. Semakin
tinggi konsentrasi tepung bonggol pisang kepok,
semakin tinggi kekerasan dan semakin lama waktu
hancur tablet tetapi kerapuhan semakin menurun.

Jurnal 2 :

Dapat disimpulkan bahwa hasil uji sifat fisik tablet


menunjukkan bahwa seluruh formula yang dibuat
memenuhi syarat yang ditetapkan dalam kompendial.

Kesimpulan keseluruhan :

Jadi dari keduan jurnal tersebut telah didapat pati yang


baik digunaan sebagai zzat tambahan ( pengiat ) dalalm
sediaan tablet parasetamol adalah pati umbi gembili

Anda mungkin juga menyukai