Oleh:
Zeniasha Vitasari
104216053
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
kesempatan, kesehatan dan kemudahan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan laporan
kerja praktik ini.
Penyusunan laporan ini dibuat berdasarkan hasil kerja praktik di PT Pamapersada Nusantara
selama kurun waktu 1 bulan 15 hari. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah
kerja praktik pada kurikulum program sarjana di Universitas Pertamina.
Tujuan dilaksanakannya kerja praktik ini adalah untuk mengenalkan mahasiswa kepada dunia kerja
yang sebenarnya sebelum turun ke dunia profesi setelah lulus.
Dalam pelaksanaan kerja praktik ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang
telah membantu dalam proses pelaksanaan dan penulisan laporan kerja praktik ini. Secara khusus
penulis sampaikan terimakasih kepada :
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini.
Penulis berharap dan berterimakasih atas segala kritik, saran dan masukan dari pembaca. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan.
Zeniasha V
i
DAFTAR ISI
ii
REFERENSI...................................................................................................................................... 32
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I PENDAHULUAN
Air asam tambang merupakan isu lingkungan yang sering dihadapi oleh perusahaan pertambangan,
terutama tambang batu bara. Air asam tambang (AAT) adalah air yang bersifat asam yang berasal
dari galian batuan yang bersifat asam dan tersingkap atau tertutup bersama logam-logam yang
terdapat di bumi (Abfertiawan,2017). AAT tersebut dapat masuk kedalam sumber-sumber air
seperti badan air dan air tanah sehingga mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan di sekitar
area penambangan. Untuk itu, upaya untuk mencegah timbulnya AAT dilakukan mulai dari tahap
eksplorasi hingga reklamasi melalui kajian geokimia. AAT yang tidak dapat dicegah dan kemudian
terbentuk perlu untuk dilakukan pengolahan supaya ketika dibuang ke badan air sudah memenuhi
baku mutu sehingga tidak mencemari lingkungan.
PT Pamapersada Nusantara (PAMA) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia
jasa kontraktor pertambangan batu bara, dalam proses bisnisnya PAMA juga memiliki tanggung
jawab dalam pengelolaan lingkungan sesuai dengan visinya yaitu “Menjadi kontraktor
pertambangan terdepan di dunia dengan memberikan yang terbaik dalam produktivitas, teknik dan
keselamatan lingkungan”. Oleh karena itu, tema yang diambil pada pelaksanaan kerja praktik ini
mengenai pengolahan AAT yang dihasilkan dari proses penambangan batu bara di PAMA.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya kerja praktik ini yaitu untuk memahami dengan jelas proses pengolahan air
asam tambang dari hasil proses penambangan batu bara yang ada di PT Pamapersada Nusantara job
site MTBU.
6
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kerja praktik dilakukan selama 1 bulan 15 haridi dua tempat yang berbeda yaitu:
Alamat : Jl. Rawagelam 1 No.9, Jakarta Industrial Estate Pulo Gadung, Jakarta 13930 -
Indonesia
7
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
PT Pamapersada Nusantara (PAMA) merupakan anak perusahaan dari PT United Tractor Tbk (UT)
yang tergabung dalam Astra International Group. PAMA adalah sebuah perusahaan yang bergerak
dalam bisnis kontraktor penambangan batu bara. Dibentuk pada tahun 1993 dan hingga saat ini
PAMA sudah menjadi perusahaan besar yang memiliki lebih dari 10 anak perusahaan yang terdiri
dari 5 perusahaan utama yang mana masing-masing perusahaan tersebut bergerak dalam bidang
yang berbeda .
PAMA memiliki 17 job sites yang tersebar di wilayah Kalimantan, Sumatera dan 1 job site di
Sumbawa serta 2 support offices dan kantor pusat yang berada di Jakarta. Dalam pelaksanaan
operasinya, PAMA membuat keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja menjadi salah satu
prioritas yang penting. Dengan cara memperhatikan ekspektasi evolving community, praktik
manajemen serta ilmiah terbaru, perkembangan pengetahuan dan teknologi di bidang keselamatan,
kesehatan dan lingkungan hidup dan dengan melakukan audit situs sesuai standar PAMA Safety
Management System (PSMS), PAMA akan memastikan bahwa proses operasinya berjalan secara
berkesinambungan. Selama 24 tahun mengabdi, PAMA dinilai lebih baik dari para pesaingnya,
terlihat dari banyaknya perusahaan terkemuka yang sudah bekerja sama dengan PAMA.
8
Kerja Praktik dilaksanakan pada Divisi Safety, Health & Environment (SHE). Sedangkan proyek
dilaksanakan pada Divisi Pit service, Departemen Dewatering.
Pada umumnya Divisi Pit Service memiliki fungsi untuk menyediakan segala keperluan area pit
pertambangan. Pit service memiliki tiga departemen yang berbeda yaitu root, dewatering dan
general. Departemen Dewatering sendiri memiliki fungsi mencegah air yang masuk kedalam area
pertambangan dan mengeluarkan air yang sudah masuk ke area tambang untuk mendukung proses
produksi.
9
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK
Pelaksanaan kegiatan Kerja Praktik di Head Office dan Job Site PAMA pada umumnya
dilaksanakan selama 8 hingga 11 jam dengan kegiatan yang bervariasi seperti melakukan
Pembicaraan 5 Menit (P5M), pengolahan air asam tambang, serta kegiatan-kegiatan lain yang
sangat erat kaitannya dengan PAMA. Selama 38 haripelaksanaanya, secara rinci akan dijelaskan
dalam tabel berikut :
13 Rabu, 17 Juli 2019 General SHE talk, cek kesehatan, safety induction
Perkenalan dengan divisi pit service, P5M, materi AAT oleh karyawan
15 Jumat, 19 Juli 2019
Divisi pit service
10
Kunjungan ke KPL komodo dan KTU, sump thar tengah dan barat,
16 Sabtu, 20 Juli 2019
sump Gobi dan menyalakan pompa
31 Rabu, 7 Agustus 2019 Melihat proses pengangkutan limbah B3 cair di TPS LB3
34 Sabtu, 10 Agustus 2019 Observasi TPS LB3, workshop, assembling dan KPL DIKLAT
36 Selasa, 13 Agustus 2019 Diskusi mengenai solusi KPL dengan karyawan Divisi Pit Service
11
Bimbingan laporan KP dengan karyawan Divisi SHE, penandatanganan
37 Rabu, 14 Agustus 2019
formulir bimbingan
38 Kamis, 15 Agustus 2019 Menandatangani berkas dari kampus, pamitan dan perjalanan pulang
Kegiatan kerja praktik di job site dilaksanakan di waktu jam kerja karyawan yaitu pukul 06.15 -
16.30 WIB setiap hariSenin - Sabtu, namun beberapa karyawan dengan shift yang sudah ditentukan
akan masuk kerja pada hariMinggu atau harilibur. sedangkan di kantor head office PAMA jam
kerja karyawan dilaksanakan pukul 07.30 - 17.00 WIB setiap hariSenin - Jumat. Jabaran singkat
mengenai kegiatan kerja praktik yang telah dilaksanakan akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Safety Induction
Safety induction merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melakukan pengenalan mengenai
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) di area PAMA supaya
mencegah terjadinya korban jiwa atau pun kecelakaan ketika terjadi keadaan darurat. Materi
tersebut diberikan oleh Divisi SHE kepada orang baru (karyawan magang, karyawan baru dll) yang
memasuki area PAMA dalam jangka waktu tertentu.
LOVE merupakan sharing mengenai 6 nilai inti PAMA yang dilakukan setiap hari Senin. Tujuan
dari kegiatan ini yaitu untuk membangkitkan semangat para karyawan PAMA. Sharing tersebut
dilakukan melalui audio perkantoran sehingga dapat didengarkan oleh seluruh karyawan.
Kegiatan ini dilakukan setiap hari Selasa mengenai update insiden yang ada di 17 job site project
PAMA. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengevaluasi insiden yang terjadi pada suatu job site
agar tidak terjadi di job site lain. Update insiden tersebut dihadiri oleh seluruh karyawan PAMA
Divisi SHE.
12
d. On the spot
On the spot merupakan kegiatan inspeksi ke setiap bagian gedung PAMA tujuannya untuk
mengetahui keadaan langsung area perkantoran PAMA. Selain itu kegiatan tersebut juga dapat
meningkatkan awareness karyawan, khususnya Divisi SHE mengenai K3LH di area kerja.
Gambar 3.2 Kegiatan On the Spot TPS Limbah B3 di PAMA Head Office
e. Sharing Knowledge
Sharing Knowledge merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menambah pengetahuan
bagi karyawan PAMA khususnya Divisi SHE, materi tersebut berkaitan dengan kegiatan yang
dilakukan oleh Divisi SHE. Materi disampaikan oleh seorang ahli atau orang yang sudah
berpengalaman dalam bidangnya.
(a) (b)
Gambar 3.3 (a) Sharing Knowledge Mengenai Basic Life Support (b) Karyawan SHE mengikuti
kegiatan Sharing Knowledge
13
f. Safety Talk
Safety talk merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menambah pengetahuan dan mengingatkan
para karyawan tentang pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup
(K3LH) di area kerja. Kegiatan ini wajib dihadiri oleh seluruh karyawan Head Office (HO) PAMA
dan dilaksanakan di lapangan kantor PAMA
a. Safety induction
Safety Induction merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap hariRabu dan Jumat yang dihadiri
oleh karyawan dan operator baru, visitor atau mitra kerja yang baru pertama kali mendatangi area
pertambangan. Tujuan dari kegiatan tersebut sebagai salah satu langkah untuk meminimalisasi
korban jiwa jika terjadi suatu keadaan darurat di area pertambangan yang memiliki risiko tinggi
(high risk).
b. Orientasi Lapangan
Pengenalan area pertambangan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana
proses bisnis pertambangan batu bara. Dengan mengetahui proses bisnis pertambangan tersebut
dapat memudahkan dalam mengetahui dan mengidentifikasi apa saja permasalahan lingkungan
yang terdapat di area pertambangan.
14
(a) (b)
Gambar 3.5 (a) Lokasi Area Tambang dari View Point (b) sump Gobi
Kegiatan P5M dilakukan di pagi harisebelum para karyawan melakukan pekerjaannya. Topik yang
dibicarakan berupa kegiatan apa saja yang akan dilakukan, update mengenai pekerjaan yang sudah
dilakukan di shift sebelumnya atau berupa pengumuman-pengumuman yang penting untuk
disampaikan. Kegiatan tersebut harus di lakukan di setiap departemen dan setiap divisi di PAMA.
Gambar 3.6 (a) dan (b) Kegiatan P5M oleh Divisi SHE di job site MTBU
d. Pengecekan pH di KPL
Pengecekan pH di Kolam Pengendap Lumpur (KPL) dilakukan untuk memastikan bahwa pH air
yang keluar dari KPL sesuai dengan baku mutu yang berlaku. Pengecekan dilakukan menggunakan
kertas lakmus oleh penjaga KPL.
15
Gambar 3.7 Pengecekan Nilai pH di KPL Diklat
Kegiatan general safety talk merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengingatkan para pekerja
mengenai pentingnya K3LH sebagai budaya kerja di area tambang. Kegiatan tersebut wajib
dihadiri oleh karyawan PAMA dan sub kontraktor PAMA.
Gambar 3.8 Kegiatan General Safety Talk di Lapangan Office Job Site MTBU
f. Presentasi
Presentasi di Departemen SHE merupakan kegiatan yang setiap minggunya dilakukan oleh setiap
mahasiswa yang melakukan kerja praktik di PAMA. Tujuan dari presentasi tersebut yaitu untuk
memantau progres kegiatan dan melakukan evaluasi dari kerja praktik yang sudah dilakukan.
16
Gambar 3.9 Kegiatan Presentasi Mingguan di Job Site MTBU
17
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK
Inti dari proses pertambangan batu baraterletak pada tahap eksploitasi/operasi yaitu dilakukanya
proses penambangan, pengelolaan, pemurnian dan pengendalian dampak lingkungan termasuk
pengangkutan dan penjualan. Pada tahapan tersebut potensi timbulnya air limbah tambang sangat
besar karena adanya proses galian, sehingga batuan sulfida mudah teroksidasi. Salah satu limbah
tambang yang dihasilkan yaitu air asam tambang.
PT Pamapersada Nusantara merupakan kontraktor pertambangan batu bara yang mengerjakan area
tambang milik pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP). Dalam area tambang tersebut terdapat
dua pit atau area penambangan yang berbeda, yaitu MTBU dan TSBC. Metode penambangan yang
diterapkan dalam proses penambangan tersebut yaitu penambangan terbuka (open pit mining)
seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.
Area tambang yang berwarna hitam menandakan bahwa cadangan batu bara sudah terlihat dan siap
untuk diambil. Batu bara yang sudah terlihat kemudian diambil dengan menggunakan alat berat dan
diangkut dengan menggunakan HD atau dump truck. Lokasi pengambilan batu bara tersebut
disebut dengan front pit atau front loading. Sedangkan untuk menunjang proses produksi tambang,
jalan operasional dibentuk sesuai dengan perhitungan agar bahan bakar kendaraan yang digunakan
18
terpakai dengan efektif dan efisien. Sedangkan sump digunakan untuk menampung air yang masuk
ke area tambang supaya jalan operasiaonal dan front loading tidak banjir, sehingga proses produksi
dapat berlangsung.
Galian tambang dengan menggunakan metode penambangan terbuka akan menimbulkan cekungan
yang kedalamannya dapat mencapai puluhan bahkan ribuan meter dari permukaan tanah. Karena
bentuknya berupa cekungan, maka dinding tambang harus dibentuk berundak-undak yang terdiri
dari crest, toe dan bench untuk mencegah terjadinya longsoran yang dapat membahayakan
keselamatan pekerja tambang. Selain itu, dengan bentuknya yang cekung air cenderung mengalir
ke area tambang dan mengisi bagian yang paling rendah dari suatu pit. Air yang masuk ke dalam
pit jika tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik akan mengakibatkan banjir sehingga dapat
menghambat berlangsungnya proses produksi. Sumber air yang masuk ke area tambang (pit)
tersebut berasal dari air hujan, air yang keluar dari rembesan air tambang atau air yang sengaja
dikeluarkan melalui pemboran dinding tambang.
Untuk mengendalikan air yang masuk ke dalam area tambang maka dibentuk outer drainase dan
inner drainase. Outer drainase memiliki fungsi untuk mencegah masuknya air kedalam area
tambang dari catchment area di luar pit. Sedangkan inner drainase berfungsi untuk mengalirkan air
limpasan yang sudah terlanjur masuk ke dalam pit kemudian mengalirkannya menuju kolam
terbuka yang berada di area paling rendah dari bagian pit atau biasa disebut dengan sump. Metode
pengairan menggunakan drainase atau paritan menuju sump pada umumnya digunakan dalam
metode penambangan terbuka karena memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan air dari bagian
lokasi yang tinggi menuju lokasi yang lebih rendah.
19
Untuk membuat sump perlu dilakukan perencanaan yang baik agar kapasitas dan ketahanan sump
dapat tercapai. Ketahanan sump merupakan kemampuan sump untuk menampung air dalam waktu
tertentu. Jika sump tidak mampu menampung jumlah air yang masuk maka akan terjadi banjir. air
yang sudah masuk ke dalam sump harus segera dikeluarkan supaya ketahanan dan kapasitas sump
tetap memadai.
Cara mengeluarkan air yang terdapat di sump yaitu dengan memompakan air menggunakan pompa
multiflo dan pipa High-density Polyethylene (HDPE) ke settling pond atau kolam pengendap
lumpur (KPL) untuk kemudian diolah dan dilepas ke badan air atau digunakan sebagai water fill
untuk menyiram jalan tambang agar tidak berdebu terutama saat musim kemarau. Pengolahan air
perlu dilakukan karena air yang berada di sump pada umumnya bersifat asam sebab terdapat proses
oksidasi batuan sulfida (pirit). Kemudian batuan yang teroksidasi tersebut terkena air sehingga air
bersifat asam, memiliki kandungan TSS, Mn dan Fe yang tinggi.
Air limbah tambang yang memiliki sifat asam timbul akibat adanya oksidasi mineral sulfida yang
kemudian bertemu dengan air sehingga memiliki pH yang rendah. Air yang memasuki area
pertambangan dan kemudian terkumpul di sump kemungkinan besar pada akhirnya akan menjadi
air asam tambang (AAT). Air tersebut memiliki karakteristik yang berbeda tergantung dari
seberapa banyak batuan sulfida yang teroksidasi dan banyaknya jumlah air yang bereaksi dengan
batuan tersebut. Beberapa parameter yang menjadi fokus pada pengolahan AAT yaitu nilai pH,
TSS, kandungan besi dan mangan yang diatur dalam Keputusan Menteri LH No. 113 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara.
20
Gambar 4.4 Contoh Ortho KPL
Air yang sudah terkumpul dalam sump kemudian diolah di KPL yang terdiri dari beberapa
kompartemen. KPL Diklat sendiri memiliki 5 kompartemen dengan sistem zig zag (seperti buffle)
dimana masing-masing kompartemen memiliki fungsi yang berbeda. Air yang sudah di pompa dari
sump kemudian melewati sebuah drainase yang cukup panjang yang berisi batuan dengan ukuran
yang bervariasi. Dengan adanya batuan tersebut, proses aerasi terjadi sehingga dapat menurunkan
kadar besi dan mangan. Aerasi menyebabkan kandungan besi dan mangan mengendap dan
menimbulkan warna jingga kecoklatan di sepanjang drainase, terutama di bagian hilir. Hal tersebut
menandakan adanya pengendapan besi dan mangan sehingga kadar logam terlarutnya berkurang.
Selanjutnya air masuk ke kompartemen satu yang berfungsi menampung dan menerima air dari
drainase sebelumnya. Tidak ada pengolahan apapun dalam kompartemen satu. Setelah air
tertampung di kompartemen satu, air mengalir menuju kompartemen dua dan tiga untuk dilakukan
proses pengendapan. Pada kompartemen tersebut biasanya ditanami tumbuhan air yang berfungsi
menurunkan kadar logam dan menambah alkalinitas air sehingga dapat menurunkan pH, walaupun
tidak signifikan namun dapat menurunkan sedikit cost penggunaan cairan NaOH. Jenis tanaman air
yang digunakan yaitu embet atau lembang. Metode yang digunakan pada kompartemen dua dan
tiga yaitu metode pasif dengan kolam wet land.
21
Gambar 4.5 (a) dan (b) Tanaman Lembang di KPL Diklat
Setelah dilakukan pengendapan pada kompartemen dua dan tiga, selanjutnya air masuk ke
kompartemen empat. Dalam kompartemen tersebut terdapat robot yang berfungsi membaca kadar
pH. Nilai pH yang sudah dibaca digunakan untuk menentukan kadar cairan NaOH dengan
konsentrasi 40% yang akan dipakai untuk menetralkan AAT. Penetralan dilakukan pada drainase
ketika air akan masuk ke kompartemen lima. Cairan NaOH tersebut di teteskan ketika air sedang
mengalir. Di sepanjang drainase terdapat batuan yang menghalangi aliran air, sehingga membuat
air menjadi aliran turbulen dan pengadukan pun terjadi.
(a) (b)
Gambar 4.6 (a) Penambahan NaOH cair, (b) Robot Pembaca pH di KPL Diklat
Setelah diberi penetral menggunakan cairan NaOH, selanjutnya air masuk ke kompartemen lima
untuk dilakukan homogenisasi dan pengendapan kembali. Sesuai dengan teori bahwa ion logam
positif (kation) dapat membentuk flok dan mengendap pada pH tinggi (basa). Pengecekan pH
menggunakan robot juga dilakukan di kompartemen tersebut untuk memastikan bahwa kadar
NaOH yang digunakan sudah cukup untuk menetralkan air hingga memenuhi baku mutu. Setelah
22
masuk kompartemen lima selanjutnya air siap dibuang ke badan air melewati titik pantau atau titik
penaatan. Pengecekan pH dan debit secara manual juga dilakukan di titik penaatan oleh penjaga
KPL setiap 2 jam sekali menggunakan kertas lakmus dan alat pengukur debit. Nilai pH akhir dan
debit harian kemudian dicatat di papan pantau kualitas air yang berada di dekat KPL.
(a) (b)
Gambar 4.7 (a) Papan Pantau pH dan Debit di KPL Diklat, (b) Titik Penaatan KPL Diklat
Pengecekan kadar TSS, mangan, besi dan parameter lainnya dilakukan dalam skala laboratorium.
Pengecekan tersebut dilakukan setiap bulannya oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat dan
dilaporkan setiap 3 bulan sekali kepada bupati/walikota, dengan tembusan gubernur dan menteri,
serta instansi lain yang terkait. Kegiatan pemantauan kualitas air dan pelaporan tersebut merupakan
salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap peraturan pemerintah yang berlaku yaitu
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003.
KPL yang dibuat memiliki sifat tidak permanen (dapat bepindah lokasi) sesuai dengan
bentuk area tambang. KPL tersebut dibangun dengan menggunakan tanah over burden (OB)
dengan kelas tanah yang sudah ditentukan berdasarkan standar PAMA atau dengan menggunakan
struktur alami dari wilayah yang direncanakan. Penggunaan tanah dilakukan agar biaya yang
digunakan dalam pemeliharaan dan pembangunan KPL tidak terlalu besar. Sedangkan dampak
yang ditimbukan akibat pembangunan KPL tanpa menggunakan pengeras yaitu adanya endapan
logam yang bercampur dengan tanah, sehingga perlu dilakukan reklamasi untuk mengembalikan
fungsi lahan tersebut.
23
BAB V TINJAUAN TEORITIS
Air Asam tambang yang dihasilkan wajib dilakukan pengolahan agar penurunan kualitas
lingkungantidak terjadi. Beberapa regulasi dan teknologi pengolahan air asam tambang dijelaskan
sebagai berikut.
2. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.143 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai
Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau
Sumber Air
6. Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No 8 Tahun 2012 Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batu Bara
Proses bisnis penambangan batu bara terbagi menjadi 7 tahapan kegiatan, diantaranya penyelidikan
umum, tahap eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, eksploitasi/produksi, penutupan tambang dan
pasca tambang (Msi,2018). Pada umumnya di masing-masing proses kegiatan akan menghasilkan
limbah, baik limbah padat maupun cair.
24
Gambar 5.1 Proses Bisnis Pertambangan Batu Bara
Proses bisnis pertambangan batu bara tahap pertama yaitu tahap penyelidikan umum merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mencari potensi adanya bahan galian batu bara di suatu wilayah
tertentu. Setelah diketahui kemungkinan adanya cadangan batu bara, selanjutnya dilakukan tahap
eksplorasi tujuannya untuk mencari informasi secara terperinci dan teliti mengenai lokasi, bentuk,
sebaran, dimensi, kualitas batuan dan sumber daya terukur dari suatu bahan galian serta informasi
mengenai kajian lingkungan sosial dan lingkungan hidup di area sekitar rencana galian. Pada tahap
eksplorasi tersebut, dilakukan kajian geokimia batuan PAF NAF dan juga kajian hidrologi untuk
mencegah timbulnya air limbah tambang.
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul dan kandungan batubara dipastikan ada,
selanjutnya masuk ke tahap studi kelayakan dimana dalam tahap ini informasi yang lebih rinci
dikaji untuk memastikan bahwa proyek yang akan dikerjakan sudah layak secara ekonomis dan
teknis usaha pertambangan termasuk AMDAL dan perencanaan pasca tambang. Jika hasil dari
kajian tersebut sudah dinyatakan layak dan izin lingkungan dari pemerintah terbit, selanjutnya
pelaku usaha dapat melanjutkan pada tahap konstruksi.
Tahap konstruksi merupakan tahap dimana seluruh fasilitas operasi dan produksi dibangun.
Selanjutnya pada tahap eksploitasi/produksi dilakukan penambangan, pengelolaan, pemurnian dan
pengendalian dampak lingkungan termasuk pengangkutan dan penjualan. Pada tahapan tersebut
potensi timbulnya air limbah tambang sangat besar karena adanya proses galian, sehingga batuan
sulfida mudah teroksidasi. Setelah proses produksi selesai dan cadangan batu bara sudah habis,
25
kemudian dilakukan penutupan tambang dan pasca tambang yaitu dilakukannya reklamasi dan
bioremidiasi dengan tujuan untuk mengembalikan ekosistem hutan seperti semula.
Air Asam tambang adalah air yang bersifat asam yang berasal dari galian batuan yang bersifat asam
(sulfida) dan tersingkap atau tertutup bersama logam-logam yang terdapat di bumi
(Abfertiawan,2017). berdasarkan buku Panduan Pengelolaan Air Asam Tambang yang diterbitkan
PAMA salah satu ciri fisik air asam tambang yaitu memiliki warna jingga atau kuning kecoklatan
akibat adanya endapan dari ferri hidroksida (Fe(OH)3) pada dasar aliran. Proses pembentukan air
asam tambang sendiri dapat dijelaskan melalui persamaan reaksi berikut :
Pada reaksi 1 pirit (FeS2) teroksidasi dan membentuk asam (2H+), sulfat dan besi ferrous (Fe2+).
Kemudian pada reaksi 2 besi ferrous akan teroksidasi menjadi besi ferri (Fe3+) dan membentuk air
dalam kondisi asam. pada reaksi tersebut biasanya terdapat bakteri Thiobacillus Ferroxidans yang
dapat mempercepat reaksi pembentukan asam pada reaksi 4. Selanjutnya pada reaksi 3 besi ferri
(Fe3+) dihidroksida membentuk hidroksida besi dan asam (H+). pada reaksi 4, hasil dari reakasi 2
akan bereaksi dengan pirit yang terdapat pada reaksi 1. Besi ferri yang dihasilkan pada reaksi 2
bersifat sebagai katalis sehingga mempercepat terbentuknya besi ferrous, sulfat dan asam.
26
Gambar 5.2 Skema Pengolahan AAT
Air asam tambang yang perlu diolah dapat bersumber dari air hujan yang melimpasi lokasi kegiatan
penambangan batu bara, tanah penutup (overburden), lokasi penimbunan batu bara (stockpile) atau
pun area pit seperti terlihat pada Gambar 5.2. Selain bersumber dari air hujan, air asam tambang
yang terbentuk dapat berasal dari air tanah yang keluar dari celah dinding (seepage) dan air yang
keluar dari pemboran dinding tambang (drainhole) yang kemudian bereaksi dengan batuan PAF
(Potential Acid Forming) sehingga berpotensi menimbulkan asam. Beberapa material yang
termasuk dalam batuan PAF diantaranya yaitu Pirit (FeS2), Markasit (FeS2), Pikolit (FeXSX),
Kalkosit (CuS), Kovelit (CuS), Kalkopirit (CuFeS2), Melibdenit (MoS), Mulenit (NiS), Galena
(PbS), dan Sfalenit (ZnS) (Suprapto,2012)
Pengelolaan batuan PAF sangat penting dilakukan untuk mencegah terbentuknya air asam tambang.
Pencegahan tersebut dilakukan sejak masa eksplorasi contoh inti (core), yang kemudian contoh inti
tersebut dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui jenis batuan PAF atau bukan, selanjutnya
dilakukan pemodelan persebarannya. Metode pencegahan yang dilakukan salah satunya dengan
menimbun batuan PAF menggunakan batuan NAF (Non Acid Forming) atau yang disebut dengan
encapsulation dan didukung dengan pengelolaan drainase menuju sump yang baik.
Air asam tambang yang sudah terlanjur terbentuk perlu dilakukan pengolahan supaya tidak
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar dan kesehatan manusia. Sifat asam pada air
dapat meningkatkan kelarutan logam, sehingga jika air yang bersifat asam melewati batuan atau
endapan yang mengandung logam maka logam-logam tersebut akan mudah larut dan terbawa oleh
air. Air yang mengandung logam kemudian masuk ke badan air sebagai tempat hidupnya ikan. Ikan
yang dalam tubuhnya mengandung logam kemudian dimakan oleh manusia sehingga logam
tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh dan lama-kelamaan akan menimbulkan penyakit. Agar
masyarakat dapat terlindungi dari bahaya air asam tambang, maka pemerintah mengeluarkan
Keputusan Menteri LH No. 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan /atau
Kegiatan Pertambangan Batu Bara. Baku mutu tersebut diantaranya :
27
Tabel 5.1 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batu Bara berdasarkan Keputusan
Menteri LH No. 113 Tahun 2003
1 pH 6-9
Pengolahan air asam tambang yang sudah terbentuk perlu dilakukan agar mencapai baku mutu
yang sudah ditentukan. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No 1827 K/30/MEM/2018 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik terdapat dua metode pengolahan air asam
tambang, yaitu menggunakan metode aktif dan metode pasif. Metode pasif merupakan proses
pengolahan dengan menggunakan bahan kimia, sedangkan metode pasif pengolahan menggunakan
lahan basah atau open limestone channel.
Air yang sudah tertampung di dalam sump kemudian dipompakan keluar pit dan kemudian diolah
di kolam pengendap lumpur (KPL). Metode pengolahan aktif maupun pasif dapat diaplikasikan
pada KPL secara bersamaan ataupun terpisah. Penentuan metode yang digunakan bergantung dari
karakteristik air yang akan diolah. Pada umumnya penggunaan metode aktif dengan menggunakan
bahan kimia penetral seperti caustic soda atau koagulan seperti PAC dan tawas cocok digunakan
pada debit limbah yang besar dan nilai parameternya jauh dari baku mutu, sedangkan metode pasif
cocok digunakan pada air yang memiliki debit yang rendah.
Desain pengolahan KPL harus dilakukan dengan dengan pendekatan teknik, SDM, ekonomi dan
lingkungan hidup. Dalam pendekatan teknik, beberapa hal yang diperhatikan diantaranya desain
dan konstruksi KPL yang baik, penentuan dosis dan jenis dosis bahan kimia yang sesuai ,
mempersiapkan standar operasional prosedur yang baik dan mekanisme perawatan fasilitas dan
penanganan sedimen. Dalam desianya, kapasitas KPL dihitung dengan menggunakan prediksi debit
limpasan permukaan air hujan sebagai berikut :
28
I = Intensitas Curah Hujan (mm)
Setelah kapasitas KPL di ketahui kemudian sarana pengolahan air baik secara fisika maupun kimia
dibangun seperti sedimen trap, safety pond, chemical treatment facility dan mud pond yang mana
masing-masing dari bagian tersebut disebut dengan kompartemen. Secara sistematis bagan dan
fungsi dari KPL yang sesuai dengan Buku Panduan Pengelolaan Air Limbah Pertambangan Batu
Bara yang diterbitkan oleh PAMA dapat dilihat sebagai berikut :
Sebelum masuk ke dalam KPL, air limbah masuk ke dalam sedimen trap melalui saluran drainase.
Dalam kolam tersebut material berat dapat disisihkan secara gravitasi, sedangkan kapasitas
sedimen trap tergantung dari frekuensi pengurasan. Setelah masuk ke dalam sedimen trap, air
masuk ke kolam pengaman (safety pond) yang berfungsi untuk mengumpulkan atau menahan air
limbah sebelum masuk ke dalam proses chemical treatment. selain itu, dalam kolam tersebut
berfungsi juga untuk menurunkan suspended solid yang terbawa.
Pengolahan selanjutnya yaitu membubuhkan zat kimia koagulan, flokulan atau penetral. penentuan
jenis dan dosis bahan kimia tersebut dilakukan dengan metode jar test dalam skala laboratorium.
Biasanya penginjeksian dilakukan dengan menggunakan dosing pump yang diatur sesuai dengan
kebutuhan hasil jar test. Setelah bahan kimia di bubuhkan kemudian dilakukan pengadukan
sehingga membentuk flok-flok. Flok yang sudah terbentuk kemudian diendapkan dalam kolam mud
pond dan secara berkala kualitas air limbah dipantau pada titik penaatan. Air limbah yang sudah
sesuai dengan baku mutu kemudian dapat dibuang ke badan air.
29
Metode pasif juga dapat dikombinasikan pada kompartemen yang ada dengan
menambahkan tumbuhan air atau yang biasa disebut dengan fitoremidiasi (Pratama,2018).
Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk dekontaminasi
limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam
buatan atau reaktor maupun in-situ (langsung di lapangan) pada tanah atau daerah yang
terkontaminasi limbah (Subroto, 1996). Tumbuhan air dipilih yang memiliki fungsi menambah
alkalinitas pada air sehingga dapat meningkatkan pH air dan jenis tanaman yang dapat menyerap
ion logam.
Setelah dilakukan pengolahan, Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara
wajib melakukan kajian lokasi titik penaatan (point of compliance) air limbah dari kegiatan
pertambangan. Titik penaatan tersebut harus berada pada saluran limbah yang keluar dari kolam
pengendapan air limbah sebelum dibuang ke badan air atau keluar dari unit pengelola air limbah
dari proses pengolahan/pencucian batu bara sebelum dibuang ke air permukaan dan tidak terkena
pengaruh dari kegiatan lain dan atau sumber air lain selain dari kegiatan pengolahan tersebut.
Setelah titik penaatan ditentukan, kemudian penanggung jawab usaha wajib melakukan swapantau
nilai pH dan debit air limbah harian. Selanjutnya selama satu bulan sekali wajib dilakukan
pengujian kualitas parameter lainya oleh pihak laboratorium yang telah terakreditasi. Hasil analisis
air limbah dan debit harian yang sudah dilakukan sebelumnya wajib dilaporkan kepada
bupati/walikota, dengan tembusan gubernur dan menteri, serta instansi terkait sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku sekurang-kurangnya 3 bulan sekali.
30
dibuat berbatu agar terjadi pengadukan secara hidrolis sehingga tidak diperlukan lagi pengaduk
secara mekanis.
31
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Air limbah tambang yang memiliki sifat asam atau yang biasa disebut dengan Air Asam Tambang
(AAT) berasal dari proses oksidasi batuan sulfida yang kemudian bertemu dengan air sehingga
menyebabkan pH air menurun (kurang dari 7). Air limbah yang timbul jika tidak diolah dengan
baik akan menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan bagi masyarakat
sekitar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan
Batu Bara disebutkan dalam pasal (7) bahwa Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan
pertambangan batu bara wajib mengelola air yang terkena dampak dari kegiatan penambangan
melalui kolam pengendapan (settling pond). parameter yang menjadi fokus pengolahan air limbah
tambang sendiri yaitu pH, Total Suspended Solid (TSS), kandungan besi dan mangan.
Untuk mengolah air asam tambang yang dihasilkan, PAMA menggunakan settling pond atau
Kolam Pengendap Lumpur (KPL) yang terdiri dari beberapa kompartemen dengan metode
pengolahan aktif dan pasif. Masing-masing kompartemen tersebut memiliki fungsi yang berbeda
tergantung dari karakteristik air yang akan diolah. KPL Diklat sendiri memiliki 5 kompartemen
yang fungsinya sesuai dengan Buku Panduan Pengelolaan Air Limbah Pertambangan Batu Bara
yang diterbitkan oleh PAMA. Air yang dipompa dari sump kemudian melewati sebuah drainase
yang cukup panjang. Drainase tersebut diberi bebatuan sehingga proses aerasi secara hidrolis
terjadi dan kandungan logam mangan dan besi dapat mengendap.
Air yang sudah melewati drainase selanjutnya ditampung di kompartemen satu. Kemudian air
mengalir ke kompartemen dua dan tiga untuk mengurangi kadar TSS, dalam kompartemen tersebut
pengolahan secara pasif dilakukan dengan cara memberikan tanaman air. Dalam kompartemen
empat pH air dicek menggunakan robot. Hasil dari pembacaan pH tersebut kemudian digunakan
untuk menentukan kadar NaOH cair yang akan diberikan untuk menetralkan air asam. Kemudian,
sebelum air masuk ke dalam kompartemen lima NaOH ditambahkan. Pengadukan secara hidrolis
terjadi ketika air melewati drainase berbatu yang terletak di antara kompartemen 4 dan 5. kemudian
debit dan pH harian dicatat di papan pantau untuk memastikan bahwa air yang sudah dibuang
sesuai dengan baku mutu.
Saat ini PAMA sudah bertanggung jawab dalam pengolahan air limbah tambang yang dihasilkan
dan sudah melakukan pemantauan dan penaatan sesuai dengan Peraturan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara.
32
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari proses pengolahan air asam tambang di PT Pamapersada
Nusantaran job site MTBU sebelumnya diantaranya :
Dilakukan pengadaan portable sampler untuk pengecekan kualitas air berdasarkan parameter
yang ditentukan dalam jangka waktu mingguan.
Melakukan penelitian mengenai efisiensi pengolahan yang saat ini diterapkan dengan
melakukan pengecekan parameter pada kualitas air influen dan efluen.
Melakukan penelitian mengenai efektivitas penyerapan kadar logam oleh tanaman air yang
terdapat di KPL pada kolam wet land.
Air yang berasal dari KPL dan digunakan untuk kebutuhan domestik sebaiknya dilakukan
pengolahan yang lebih baik hingga mencapai baku mutu dan kelas air yang di pergunakan
untuk kebutuhan domestik berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
33
REFERENSI
Anonim, Buku Panduan Pengolahan Air Limbah Pertambangan Batu Bara, PT Pamapersada
Nusantara, Jakarta
Keputusan Menteri LH No.143 Tahun 2003 tentang Pedoman mengenai syarat dan tata cara
perizinan serta pedoman kajian pembuangan air limbah ke air atau sumber air
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1211.K/008/MPE/1995 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan pada kegiatan usaha
pertambangan umum
Larawa Ardianto & Mili Marwan (20060. Model Kolam Pengendapan (Settling Pond) untuk
Mengatasi Padatan Tersuspensi pada Pengelolaan IPAL Kegiatan Penambangan.
Anduonohu, Sulawesi Tengara
L.Z Nurulbaiti, Rahman Ari (2019). Pengolahan Limbah Cair Industri : Penyisihan Logam Berat.
Jakarta
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No 8 tahun 2012 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batubara
Sekretariat EITI Indonesia. Infografis Proses Bisnis Penambangan BatuBara. Diakses pada 19
September 2019 di https://eiti.ekon.go.id/infografis-proses-bisnis-penambangan-
batubara/
Suprapto, joko, Pemanfaatan Dan Permasalahan Endapan Mineral Sulfida Pada Kegiatan
Pertambangan, Kelompok kerja konservasi-Pusat sumber daya geologi
34
Subroto, M.A. 1996. Fitoremediasi. Dalam: Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Peranan
Bioremediasi Dalam Pengelolaan Lingkungan. Cibinong, 24-25 Juni 1996
35
LAMPIRAN