Anda di halaman 1dari 4

GENDER dan KEKUASAAN DALAM KELUARGA

A. Pembagian Peran dan Tipe Perkawinan

Berdasarkan penekanannya terhadap pembagian peran dan tanggung jawab sebagai


sebagai suami istri, terdapat tiga tipe perkawinan, yaitu :

1. Perkawinan Patriarki

Perkawinan Patriaki, dimana laki-laki dikenal sebagaisebagai kepala keluarga,


meskipun istri memiliki beberapa otoritas di area tertentu, seperti dalam hal
pengasuhan anak, suami tetap memegang peran yang dominan.

2. Perkawinan Matriarki

Perkawinan Matriarki yang ditandai dengan peran perempuan yang lebih dominan.

3. Perkawinan Egalitarian

Merupakan tipe perkawinan yang menekankan pada sharing kekuasaan, pembagian


tanggung jawab, dan tugas rumah tangga. Suami maupun istri tidak ada yang
memegang peran dominan.

B. Peran Gender

1. Gender Identity

Gender Identity dapat deketahui dengan cara berprilaku antara laki-laki dan
perempuan berhubungan satu sama lain. Hal ini tidak semata-mata ditentukan oleh
faktor biologis. Individu teridentifikasi pertama kali sebagai laki-laki atau perempuan
pada struktur fisik, dan hal ini ditentukan oleh krosom, kelenjar dan hormon.

2. Peran Gender

Peran gender (gender role) adalah harapan masyarakat atas sikap dan perilaku
berdasarkan peran jenisnya (laki-laki atau perempuan)

3. Maskulin

Maskulinitas adalah susunan sifat yang terkait dengan gender dan secara tradisional
merujuk pada laki-laki, sementara sejumlah kecil sifat lainnya berasosiasi dengan
perempuan. Dalam hampir semua budaya masyarakat umumnya, kualitas streototip
maskulin adalah agresif, mandiri, dominan, kompeten, dan memiliki predisposisi
kemampuan matematik atau ilmu pengetahuan.

4. Feminin

Feminin dikaitakan dengan sikap pasif, tergantung, senitif, emosional, dan


predisposisi akan seni dan sastra.

C. Pandangan Tradisional vs Kontemporer Tentang Peran Gender

Pandangan tradisional mengenai peran gender dikembangkan oleh seorang sosiolog,


Talcot Parson. Menurut Parson, pembedaan yang kontras terhadap peran gender
sangat penting untuk keluarga dan masyarakat. Dalam keluarga modern masyarakat
membutuhkan peran “instrumental” pada laki-laki dan peran “ekpresif” pada
perempuan. Peran instrumental laki-laki adalah pencari nafkah, manajer dan
pemimpin keluarga. Peran ekspresif perempuan adalah memperhatikan pemenuhan
kebutuhna afeksi keluarga melalui nurturing (mengasuh atau memelihara) dan
comforting (menenangkan dan menghibur).

Pada pandangan yang lebih kontemporer, baik laki-laki maupun perempuan dilihat
memiliki kemampuan yang sama untuk berhasil dalam mengerjakan tugas-tugas
rumah tangga maupun pekrjaan. Perempuan dapat bersikap mandiri, kuat, logis, dan
beroriantasi pada tugas. Laki-laki juga mampu memainkan peran pemelihara
(nurturing), sensitif, bekerja sama, dan berorientasi pada detail. Laki-laki dan
perempuan dapat sama-sama saling belajar, perempuan dapat belajar bagaimana
menjadi mandiri dari laki-laki, dan laki-laki dapat belajar tentang bagaimana menjadi
sensitif dan memberikan perhatian pada perempuan.

D. Kekuasaan (power) dalam Keluarga

Kekuasaan (power) dan keluarga (family) adalah dua hal yang paling berhubungan da
tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Kekuasaan, kontrol, dan otoritas serta terus
menerus ada dalam keluarga.

Kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan (potensial atau aktual) individu untuk


mengubah perilaku orang lain dalam satu sistem sosial. Dalam konteks keluarga,
kekuasaan dalam keluarga (family power) dimaksudkan sebagai kemampuan anggota
keluarga untuk mengubahperilaku anggota lainnya.

E. 3 Aspek Utama dalam Kekuasaan

1. Bases Family Power

Robert Blood dan Don Wolfe mengemukakan bahwa kekuasaan dalam keluarga
berhubungan dengan banyaknya sunber daya yang dimiliki masing-masing
individu sebagai pasangan suami istri. Adapun penekanan tersebut terletak pada
sumber daya keuangan, tingkat pendidikan dan nilai prestis pekerjaan. Dengan
kata lain yang memiliki sumber daya terbanyaklah yang memegang kekuaaan
dalam keluarga.

2. Family Power Procces

Family powr procces adalah bentuk interaksi yang terjadi dalam diskusi,
pengambilan keputusan, dan penyelesaian masalah, resolusi konflik dan
pengelolaan krisis. Bentuk umumnya bervariasi, mulai dari asertif dan agresif.
Asertif manakala mereka mampu mengekspresikan harapan dan keinginannya.
Individu menjadi agresif saat mereka memaksa orang lain untuk menuruti
kehendaknya.

3. Family Power Outcomes

Family power outcomes terkait dengan siapa yang membuat keputusan dan siapa
yang “menang”. Hal ini dapat di ukur dengan melihat seberapa banyak individu
menyampaikan pernyataan yang bersifat asertif dan bagaimana anggota keluarga
yang lain meresponnya (menerima atau tidak).

F. Tipe-tipe Power Patern

Keseimbangan kekuasaan dalam keluarga dapat digolongkan menjadi 4 tipe yaitu:

1. Husband dominant power (laki-laki menjdi “bos”)

2. Wife dominant power (perempuan menjadi “bos”)


3. Syncratic power pattern

ada pembagian otoritas dan pengambilan keputusan pada hampir semua hal.
Syncratic power pattern adalah tipe yang lebih baik dibandingkan dengan dua tipe
sebelumnya. Kekuasaan masing-masing pihak relatif sama.

4. Autonomic power pattern

ada pembagian otoritas dalam area-area tertentu yang telah disepakati sesuai
dengan kapasitasnya dan kemampuan masing-masing.

Bisa jadi satu pihak memiliki area kekuasaan yang lebih luas dibandingkan
dengan pasangannya. Pola ini masih dapat dikatakan baik, sejauh masing-masing
menerima pembagian domain kekuasaan tersebut secara terbuka.

Sumber

Muryantinah M. Handayani dkk, Psikologi keluarga, unit penelitian dan publikasi


psikologi fakultas psikologi UNAIR, Surabaya, Februari 2008

Anda mungkin juga menyukai