Laporan Praktikum Beton
Laporan Praktikum Beton
BAB 1
PENDAHULUAN
Beton adalah material konstruksi yang popular di Indonesia dan bahan bahan material
ini (semen, agregat, dan air) mudah didapat di Indonesia dan relative murah harganya.
Beton juga dikenal sebagai material anorganik yang ramah lingkungan dan mudah
dibentuk.
Kelemahan utama dari beton adalah, kekuatan tariknya, yang jauh lebih kecil
dibandingkan dengan kuat tekan. Hal ini melahirkan berbagai kombinasi beton dengan
material lain untuk mengkompensasi kelemahan tersebut. Material baja adalah material
yang paling umum dikombinasikan dengan beton. Hal ini disebabkan sifat-sifatnya yang
saling melengkapi dan dapat bekerja sama dengan baik.
Kekuatan beton mempunyai beberapa aspek antara lain kuat tekan (fc’), kuat tarik (ft),
dan riwayat kekuatan. Kekuatan beton merupakan fungsi waktu, sejak mulai pengecoran
sampai suatu waktu dimana kekuatan telah konstan. Sifat geologi beton juga member
variasi yang signifikan pada suatu populasi, sehingga kekuatan beton dikategorikan
variable acak.
Praktikum beton pada jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknologi dan Desain,
Universitas Persada Indonesia YAI adalah bagian dari kegiatan akademis yang wajib
diikuti oleh mahasiswa sebagai salah satu syarat dalam kelulusan mata kuliah beton.
a. Mengaplikasikan teori dari kuliah beton yang diterima dikampus untuk keperluan
pelaksanaan di lapangan atau dunia kerja.
b. Mencari dan mengikuti materi yang diberikan pembimbing dalam praktikum
beton yang nantinya akan diterapkan dalam pelaksanaan di lapangan.
c. Mengetahui berbagai macam uji atau test beton guna menentukan sifat dan
karakteristik beton tersebut sehingga dapat dijadikan referensi untuk pekerjaan
sipil.
d. Menyusun laporan tentang hal-hal yang diterima selama mengikuti Praktikum
laboratorium beton yang mencakup semua materi yang diikuti.
3. Pengujian kandungan kadar lumpur dalam agregat halus dengan cara pengendapan
Waktu pelaksanaan praktikum beton dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2016 dari
pukul 08.00 – 17.00 WIB.
BAB 2
LAPORAN KEGIATAN
A. Tujuan Percobaan
B. Teori Singkat
Konsistensi normal semen adalah suatu kondisi pasta semen dalam keadaan standar
basah yang airnya merata dari ujung satu hingga keujung lainnya. Maksud dari konsistensi
normal semen itu sendiri untuk menentukan waktu mulainya pengikatan semen mulai dari
dicampurnya semen dengan air dan juga menentukan kadar air yang sesuai dalam semen
Portland dalam waktu yang ditentukan. Karena jumlah air tersebut nantinya akan
mempengaruhi workability pasta semen itu sendiri.
Teori Percobaan ini dilakukan untuk menentukan jumlah air yang dibutuhkan pada
penyiapan pasta semen untuk pengujian. Le Chatelier adalah yang pertama mengobsrevasi
dan menemukan bahwa hidrasi dari semen secara kimiawi menghasilkan produk yang sama
dengan hidrasi dari masing – masing senyawa.
Hidrasi semen adalah reaksi yang tejadi antara komponen-komponen atau senyawa-
senyawa semen dengan air menghasilkan senyawa hidrat. Reaksi semen tersebut akan
menghasilkan panas yang akhirnya akan mempengaruhi kualitas (mutu) beton.
C. Peralatan
1. Alat vicat
2. Timbangan
4. Gelas ukur
5. Sendok perata
7. Stopwatch
D. Bahan
1. Semen
2. Air bersih
E. Cara Percobaan
Cara kerja :
f. Letakkan kaca beserta cincin ebonit di atas landasan yang ada, sehingga jarum vicat
berada di atas permukaan adonan.
g. Atur posisi jarum vicat dengan mengatur baut pengencang, sehingga jarum vicat
berada di atas permukaan adonan. Diameter jarum 10mm.
h. Jarum vicat siap dijatuhkan bebas, jarum dilepas setelah menembus adonan selama 30
detik, catat penurunannya.
i. Ulangi percobaan tersebut dengan pasta semen yang berlainan, sampai penurunannya
lebi
F. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
Hubungan Antara Tinggi Jatuh Vicat Dengan Prosentase Pemakaian Air Terhadap
Semen
6
Tinggi Jatuh Alat Vicat (cm)
5
3 Penurunan
2
0
30 29 28 27 26 25
Prosentase Pemakaian Air Terhadap Semen (%)
G. Kesimpulan
A. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui hubungan antara prosentase pemakaian air terhadap semen waktu
inisial setting time beton.
B. Teori Singkat
Semen setelah bercampur dengan air akan mengalami pengikatan, dan setelah
mengikat lalu mengeras. Lamanya pengikatan sangat tergantung dari komposisi senyawa
dalam semen dan suhu udara sekitarnya. Waktu pengikatan pada pasta semen ada 2 (dua)
macam, yaitu waktu ikat awal (settingtime) dan waktu ikat akhir (final setting). Waktu ikat
awal adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air dari kondisi plastis
menjadi tidak plastis, sedangkan waktu ikat akhir adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen
bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi “keras”.Waktu ikat awal menurut standar
SII minimum 45 menit, sedangkan waktu ikat akhir maksimum 360 menit. Waktu ikat awal
tercapai apabila masuknya jarum vicat ke dalam sampel dalam waktu 30 detik sedalam 25
mm. Waktu ikat akhir tercapai apabila pada saat jarum vicat diletakkan diatas sampel selama
30 detik, pada permukaan sampel tidak berbekas atau tidak tercetak. Catat berapa jam waktu
ikat akhir tercapai. Dalam pengujian waktu ikat pada semen kadang – kadang dalam waktu
kurang dari 10 menit, semen sudah mencapai waktu ikat awal, yang ditandai dengan
masuknya jarum vicat kurang dari 25 mm. Waktu ikat awal tersebut bukanlah waktu ikat
awal yang sebenarnya, tetapi waktu ikat awal palsu (falsesetting). Ini terjadi karena gips alam
yang terdapat dalam semen berubah menjadi gips hemihidrat karena panas, baik panas pada
waktu dicampur dengan klinker maupun panas pada saat penyimpanan, akibatnya gips alam
yang asalnya stabil menjadi tidak stabil sehingga cepat bereaksi dengan air.
C. Peralatan
1. Alat vicat
2. Timbangan
4. Gelas ukur
5. Sendok perata
7. Stopwatch
D. Bahan
1. Semen
2. Air bersih
E. Cara Percobaan
F. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
Hubungan Antara Tinggi Jatuh Vicat Dengan Waktu Inisial Setting Time
3
2.5
Tinggi Jatuh Alat Vicat (cm)
1.5
0.5
0
0 5 10 15 20 25
Waktu Inisial Setting time (menit)
G. Kesimpulan
Konsistensi normal semen hidrolis yang digunakan adalah konsistensi semen dengan
prosentase air 25%, yaitu sebanyak 75ml. Teknik pengadukan, teknik penambahan air, dan
suhu sangat mempengerahui waktu inisial setting time. Pada menit ke-25 ketika jarum vicat
dijatukan pengikatan sudah hampir maksimal, yaitu ditandai dengan penurunan hanya sebesar
0,1cm.
2.3 Pengujian Kandungan Kadar Lumpur Dalam Agregat Halus Dengan Cara Kocokan
A. Tujuan Percobaan
B. Teori Singkat
Lempung, lumpur, dan debu atau butiran – butiran halus lainnya, misalnya
silt atau debu pecahan batu yang mungkin terdapat / menempel pada permukaan
agregat, dapat mengganggu ikatan antara agregat dengan pasta semennya.Jika terdapat
lumpur yang cukup besar dalam campuran beton, akan menambahkan permukan dari
agregat tersebut, sehingga keperluan air untuk membasahi semua permukan butiran
dalam campuran akan meningkat. Ini mengakibatkan kekuatan dan ketahanan beton
dapat menurun. Yang dimaksud dengan lumpur atau beton adalah partikel yang
berukuran antara 0,002 mm sampai 0,006 mm (2 sampai 6 mikron).
Pasir yang baik sebagai campuran beton adalah pasir yang kadar lumpurnya
tidak lebih dari 5% dari volume pasir yang digunakan dan apabila kadar lumpurnya
melebihi 5% maka pasir tersebut tidak dapat digunakan sebagai campuran beton karena
daya rekat dari semen akan berkurang.
C. Peralatan
a. Gelas ukur
b. Kompor pemanas
d. Pengaduk
e. Jam/Stopwatch
D. Bahan
a. Pasir kering
b. Air besih.
E. Cara Percobaan
a. Sistem kocokan
Keringkan pasir, lalu masukkan dalam gelas ukur 250 cc sebanyak 90 cc.
b. Setelah jernih air dibuang dan pasir dipindahkan ke dalam loyang. Kemudian
dipanaskan sampai benar – benar kering.
Berat lumpur : W = W1 – W2
F. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
G. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan perhitungan didapat hasil kadar lumpur adalah 4.127
%. Hasil ini memenuhi syarat karena dibawah ambang batas yang harus dipenuhi, yaitu
sebesar 5 %. Sehingga agregat halus yang dicoba dapat digunakan sebagai bahan
pengisi dalam beton.
A. Tujuan Percobaan
B. Teori Singkat
a. Gelas ukur
c. Pengaduk
d. Jam/Stopwatch
D. Bahan
a. Pasir kering
b. NaOH Teknis 3%
E. Cara Percobaan
a. Ambil pasir kering, masukkan ke dalam gelas ukur 250cc setinggi 106cc
e. Warna hasil dari adukan, dicocokkan dengan teknometer. Hasil tersebut disesuaikan,
apabila diperoleh warna yang hitam atau diluar warna yang ada di alat test, maka pasir
tersebut tidak dapar digunakan.
F. Hasil Pengujian
Bila warna cairan contoh lebih tua dari warna standar, berarti kandungan
bahan organik melebihi batas toleransi ( pasir terlalu kotor ).
G. Kesimpulan
A. Tujuan Percobaan
B. Teori Singkat
Ukuran ayakan / saringan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu space dan
mesh. Space adalah ukuran sebenarnya dari ruangan bersih antara kawat – kawat
ayakan. Jadi merupakan ukuran sebenarnya dari tiap – tiap lubang ayakan. Sedangkan
Mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam jarak 1 inci diukur dari sumbu ke
sumbu kawat.
C. Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
f. Talam – talam
D. Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara penempatan. Berat dari contoh
disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan, seperti yang
diuraikan pada tabel perangkat saringan.
E. Cara Percobaan
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110±5)°C sampai berat contoh
tetap.
b. Contoh dicurahkan pada perangkat saringan paling besar di atas. Perangkat saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.
F. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
PersentaseTertahanKumulatifTiapSaringan
MK = 100
73 .91+87. 99+90. 945+93. 205+94 .5+95. 91+97 . 435
= 100 = 6.33895
100
% Lolos Saringan
0
4 10 20 40 60 100 200
Nomor Saringan
G. Kesimpulan
Dari hasil grafik hubungan antara lolos kumulatif dan ukuran saringan,
didapat bahwa agregat kasar ( kerikil ) masuk kedalam kurva batas gradasi agregat
kasar maks. 40 mm. Dari grafik seluruhnya terlihat berada didalam grafik batas
gradasi kerikil atau koral ukuran maksimum 40 mm maka ditetapkan butiran max
kerikil pada percobaan adalah 40 mm.
A. Tujuan Percobaan
Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah
persentase butiran agregat halus. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukkan dalam
tabela taugrafik.
B. Teori Singkat
Ukuran ayakan / saringan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu space dan
mesh. Space adalah ukuran sebenarnya dari ruangan bersih antara kawat – kawat
ayakan. Jadi merupakan ukuran sebenarnya dari tiap – tiap lubang ayakan. Sedangkan
Mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam jarak 1 inci diukur dari sumbu ke
sumbu kawat.
C. Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
f. Talam – talam
D. Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara penempatan. Berat dari contoh
disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat halus yang digunakan, seperti yang
diuraikan pada tabel perangkat saringan.
E. Cara Percobaan
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110±5)°C sampai berat contoh
tetap.
b. Contoh dicurahkan pada perangkat saringan paling besar di atas. Perangkat saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.
F. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
PersentaseTertahanKumulatifTiapSaringan
MK = 100
2 . 88+11. 83+34 . 63+59 .07+73. 21+85 .56 +93 . 02
= 100 = 3.602
G. Kesimpulan
Dari hasil grafik hubungan antara kumulatif lolos saringan dengan ukuran
saringan, didapat bahwa agregat halus ( pasir ) masuk kedalam batas gradasi agregat
halus ( pasir ) sedang no. 2. Dari grafik terlihat bahwa grafik seluruhnya masuk
kedalam batas gradasi agregat halus ( pasir ) sedang no. 2.
A. Tujuan Percobaan
B. Teori Singkat
b. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh ( Saturated Surface Dry ( SSD ) Spesific
Gravity )
Ialah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air
suling yang isinya sama dengan dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
d. Penyerapan ( Absorption )
Ialah perbandingan berat air yang dapat di setiap pori terhadap berat agregat
kering, dinyatakan dalam persen.
C. Peralatan
c. Alat penggantung
d. Oven
e. Handuk/Lap
D. Bahan
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD :
Surface Saturated Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau
cara perempatan. Butiran agregat lolos saringan nomor 4 tidak dapat digunakan sebagai
benda uji.
E. Cara Percobaan
b. Benda uji dikering muka kan (kondisi SSD) dengan menggukungkan handuk pada
butiran agregat.
d. Contoh benda uji dimasukkan kedalam keranjang dan direndam kembali didalam air.
Temperature air dijaga (73,4±3)°F dan kemudian ditimbang setelah keranjang
digoyang-goyangkan dalam air untuk melepas udara yang terperangkap. Hitung berat
contoh kondisi jenuh = B.
F. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
D
Apparent Specific Gravity = = 1.039
D+ C−C
D
Bulk Specific Gravity Kondisi Kering = = 1.038
A +C−B
A
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD = = 1.039
A +C−B
A−D
Persentase Absorpsi = x 100 % = 1.021 %
D
G. Kesimpulan
A. Tujuan Percobaan
Menentukan komposisi campuran untuk setiap unit volume beton juga diperlukan
cara mengenai tingkat kemudahan pelaksanaan bagi jenis struktur yang bersangkutan dan
ditunjukkan oleh besarnya nilai slump rencana.
B. Teori Singkat
Metode yang digunakan adalah perancangan campuran beton dengan metode British
1986 dimana hal pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa semua persyaratan yang
ditentukan haruslah dipenuhi sebelum melangkah ke proses perhitungan untuk menentukan
komposisi campurannya.
Pada metode British 1986 persyaratan yang menyangkut gradasi agregat yang harus
dipenuhi yang ditunjukkan oleh besarnya persentase berat lolos kumulatif saringan tertentu
beberapa ukuran diameter maksimum butiran tercantum dalam BS 882 : 1983 sebagai standar
mengenai agregat dari sumber alam untuk beton yang disahkan kembalu pada tahun
berikutnya.
C. Peralatan
a. Alat tulis.
b. Tabel dan grafik yang dibutuhkan dalam perancangan metode British 1986.
D. Cara Percobaan
1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f'c) pada umur tertentu.
2. Penetapan nilai standar deviasi (Sd). Standar deviasi ditetapkan berdasarkan tingkat
mutu pengendalian pelaksanaan campuran beton-nya. Makin baik mutu pelaksanaan
makin kecil nilai standar deviasinya.
4. Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 MPa, maka langsung ke langkah
5. Jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai standar deviasi Sd, maka margin dihitung
dengan rumus:
M = k. Sd
dimana:
M : Nilai tambah (MPa)
K : 1.64
Sd : Standar deviasi (MPa)
6. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan, dihitung dengan rumus:
f'cr = f'c + M
dimana:
F-12
f'cr : Kuat tekan rata-rata (MPa)
f'c : Kuat tekan yang disyaratkan (MPa)
M : Nilai tambah (MPa)
7. Penetapan jenis semen Portland.
8. Penetapan jenis agregat, memakai jenis pasir atau kerikil yang alami atau agregat
jenis batu pecah.
9. Menetapkan faktor air semen.
10. Penetapan faktor air semen maksimum, dari fas maksimum yang diperoleh
dibandingkan dengan fas langkah 8, dicari nilai yang terkecil.
11. Penetapan nilai slump, ditetapkan berdasar-kan pelaksanaan pembuatan,
pengangkutan, penuangan, pemadatan maupun jenis strukturnya.
12. Penetapan ukuran maksimum agregat kasar.
13. Menentukan jumlah air per meter kubik beton berdasarkan ukuran maksimum
agregat, jenis agregat dan nilai slump.
14. Hitung berat semen yang dibutuhkan. Berat semen per kubik dihitung dengan
membagi jumlah air (langkah 12) dengan faktor air semen (langkah 8)
15. Kebutuhan semen minimum.
16. Penyesuaian kebutuhan semen. Apabila kebutuhan semen pada langkah 13 lebih kecil
dari kebutuhan semen minimum (langkah 14), maka kebutuhan semen harus dipakai
yang minimum.
17. Penyesuain jumlah air dan faktor air semen.
18. Penentuan daerah gradasi agregat halus. Gradasi agregat halus dibagi menjadi 4
daerah : daerah I, II, III dan IV.
19. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar. Dicari berdasarkan besar butir
maksimum, nilai slump, faktor air semen dan daerah gradasi agregat halus,
berdasarkan data tersebut dapat dicari perbandingan agregat halus dan agregat kasar.
20. Berat jenis agregat campuran, dihitung dengan:
Bj agr.ksrs 100 K x Bj agr.hls 100 = P Bj camp
dimana:
Bj camp : Berat jenis agregat campuran
Bj agr.hls : Berat jenis agregat halus
Bj agr.ksr : Berat jenis agregat kasar
P : Persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K : Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
21. Penentuan berat jenis beton. Dengam data berat jenis agregat campuran (langkah 18)
dan kebutuhan air tiap meter kubik beton, maka dapat diperkirakan berat jenis
betonnya.
22. Kebutuhan agregat campuran. Diperoleh dengan mengurangi berat beton per meter
kubikdengan kebutuhan air dan semen.
23. Hitung berat agregat halus, dengan cara mengalikan kebutuhan agregat campuran
(langkah 20)dengan prosentase berat agregat halusnya (langkah 17).
24. Hitung berat agregat kasar, dengan cara mengurangi kebutuhan agregat campuran
(langkah 20) dengan kebutuhan agregat halus (langkah 21).
E. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
1. Kuat tekan beton yang disyaratkan (f'c) pada umur 28 hari adalah 30 MPa.
2. Penetapan nilai standar deviasi (Sd). Karena jumlah sampel kurang dari 15, maka
penghitungan standar deviasi tidak dilakukan.
G. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan mix design, maka kebutuhan bahan per-meter kubik adalah sbb:
Semen : 325 Kg.
Kerikil : 1006,5 Kg.
Pasir : 823,5 Kg.
Air : 195 Kg.
A. Tujuan Percobaan
Untuk melakukan proses pencampuran bahan – bahan yang telah ditetapkan jumlah
kebutuhannya sesuai dengan perhitungan metode British 1986.
B. Teori Singkat
“Perencanaan campuran beton merupakan kunci dihasilkanya beton yang baik, akan
tetapi yang namanya kunci pastilah memiliki gigi-gigi kunci yang lainya” kira-kira seperti
itulah perumpamaannya. Berawal dari proporsi campuran beton yang baik (inilah yang
dimaksud dengan kunci) dan masih didukung oleh faktor yang lainnya yaitu pencampuran,
pengecoran, pemadatan dan perawatan beton paska pengecoran (inilah yang dimaksud
dengan gigi-gigi kunci yang lain).
C. Peralatan
a. Sekop
b. Ember
c. Timbangan
d. Stopwatch
D. Bahan
a. Semen
b. Pasir
c. Kerikil
d. Air
E. Cara Percobaan
a. Persiapkan bahan campuran sesuai dengan rencana berat pada wadah yang terpisah
b. Persiapkan wadah yang cukup menampung volume berat beton basah rencana
e. Tambahkan semen pada agregat campuran dan ulangi proses pencampuran, sehingga
diperoleh adukan kering agregat dan semen merata.
f. Tuangkan sebanyak 1/3 jumlah air ke dalam wadah, dan lakukan pencampuran
sampai terlihat konsistensi adukan yang merata.
g. Tambahkan 1/3 jumlah air ke dalam wadah dan ulangi proses untuk mendapatkan
konsistensi adukan.
i. Apabila nilai slump telah mencapai nilai rencana, lakukan nilai pembuatan benda uji
silinder beton.
k. Buatlah benda uji silinder atau kubus sesuai dengan petunjuk. Jumlah benda uji
ditetapkan berdasarkan volume adukan.
F. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
G. Kesimpulan
A. Tujuan Percobaan
B. Teori Singkat
Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan
konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran beton segar (fresh
concrete) untuk menentukan tingkat workabilitynya. Kekakuan dalam suatu campuran beton
menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan apakah
campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air.
a. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian atas
10 cm, dan tinggi 30 cm. Bagian atas dan bawah cetakan terbuka.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm. Ujung dibulatkan dan
sebaliknya bahan tongkat dibuat dari baja tahan karat.
d. Sendok cekung.
D. Bahan
E. Cara Percobaan
c. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis. Tiap lapisan kira –
kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25
tusukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk tepat sampai lapisan bagian
bawah tiap – tiap lapisan. Pada lapisan pertama, penusukan bagian tepi dilakukan
dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan dinding cetakan.
d. Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat; tunggu
selama setengah menit, dan dalam jangka waktu ini semua kelebihan beton segar
disekitar cetakan harus dibersihkan.
g. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedan tinggi cetakan dengan
tinggi rata – rata dari benda uji.
F. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
G. Kesimpulan
Ukuran derajat kemudahan pengecoran adukan beton segar telah sesuai yang
direncanakan. Pengadukan yang dilaksanakan atau tingkat workability beton segar tidak
terlalu sulit, pencampuran air dan jumlah air cukup tepat, dan nilai slump sesuai yang
direncanakan.
A. Tujuan Percobaan
B. Teori Singkat
Cara pembuatan benda uji untuk tes beton cukup sederhana namun tetap perlu
memperhatikan beberapa hal agar tes beton yang akan kita lakukan dapat berjalan dengan
baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Secara umum terdapat dua macam jenis benda uji
beton yaitu:
Pada perhitungan nilai kuat tekan beton umur 3 sampai 28 hari perlu dilakukan konversi
ke umur 28 hari, dan konversi benda uji kubus ke silinder.
C. Peralatan
c. Tongkat pemadat.
D. Cara Percobaan
a. Benda – benda uji (silinder atau kubus) harus dibuat dengan cetakan yang sesuai
dengan bentuk benda uji. Cetakan disapu sebelumnya dengan vaselin, atau lemak,
atau minyak, agar mudah nantinya saat dilepas dari cetakan.
b. Adukan beton diambil langung dari wadah adukan beton dengan menggunakan ember
atau alat lainnya yang tidak menyerapair. Bila dirasa perlu bagi konsistensi adukan,
lakukan pengadukan ulang sebelum dimasukkan ke dalam cetakan.
d. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap lapis dipadatkan dengan 25
kali tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat
pemadatan tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua
serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk antara 25,4mm ke dalam lapisan
dibawahnya. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-
lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan permukaan beton dan tutuplah
segera dengan bahan yang kedap air dan tahan karat. Kemudian biarkan beton dalam
cetakan selama 24 jam dan tempatkan di tempat yang bebas dari getaran.
f. Rendamlah dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi persyaratan untuk
perawatan (curing), selama waktu yang dikehendaki.
E. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
Pembuatan benda uji dengan mengikuti langkah-langkah di atas dan perhitungan mix
design untuk 3 buah benda uji Silinder dan 2 buah benda uji kubus dengan hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
1 buah benda uji silinder mempunyai volume 0.0053 m³, maka total volume adalah
0.0159 m³ dan ditambahkan safety factor sebesar 15% mempunyai total volume 0.0183 m³.
Perhitungan bahannya adalah:
Semen : 6.77 Kg
Pasir : 13.07 Kg
Kerikil : 19.67 Kg
1 buah benda uji kubus mempunyai volume 0.003375 m³, maka total volume untuk 2
buah benda uji adalah 0.00675 m³ dan ditambahkan safety factor mempunyai total volume
0.0077625 m³. Perhitungan bahannya adalah:
Semen : 2.87 Kg
Pasir : 5.494 Kg
Kerikil : 8.28 Kg
F. Kesimpulan
Setelah adukan beton segar di uji slump, maka selanjutnya adalah memasukkan
kedalam benda uji berupa 3 buah benda uji silinder dan 2 buah benda uji kubus. Karena
terbatasnya alat untuk pengadukan, maka pengadukan dilakukan 2x yaitu yang pertama untuk
3 buah benda uji silinder, dan kedua untuk 2 buah benda uji kubus. Benda uji dibuat sebanyak
5 buah untuk membantu dalam proses mengetahui kuat tekan beton dari usia 7, 14, 21, dan 28
hari.
A. Tujuan Percobaan
Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan
dirawat (cured) di laboratorium. Kekuatan tekan beton adalah perbandingan beban terhadap
luas penampang beton.
B. Teori Singkat
Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa material
sehingga mutunya akan banyak tergantung kondisi material pembentuk ataupun pada proses
pembuatannya.
Untuk itu kualitas bahan dan proses pelaksanaannya harus dikendalikan agar dicapai
hasil yang optimal.
Mutu Beton fc'
Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 25 MPa pada
umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada ACI (American Concrete
Institute).
MPa = Mega Pascal ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2.
Mutu Beton Karakteristik
Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum adalah
250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15
cm.
Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada standar eropa lama
Contoh :
K. 400, kekuatan tekan beton = 400 kg/cm2, dengan benda uji kubus 15 x 15 x 15
F’c = 40 MPa = kekuatan tekan beton = 40 Mpa, dengan benda uji silinder diameter 15 cm
tinggi 30 cm
C. Peralatan
a. Mesin penguji
D. Bahan
E. Cara Percobaan
c. Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur – angsur dengan
kecepatan berkisar antara 4kg/cm² s.d. 6kg/cm² perdetik.
d. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catatlah beban maksimum hancur
yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
e. Lakukan langkah a, b, c, dan d sesuai jumlah benda uji yang akan ditentukan kekuatan
tekan karakteristiknya.
F. Hasil Pengujian
LABORATORIUM BETON
JAKARTA
No Pengujian :-
Jenis Contoh :-
Jumlah Contoh :3
Berikut adalah langkah untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton apakah sesuai yang
direncanakan atau tidak?
Jumlah benda uji yang ada haruslah paling sedikit 15 benda uji.
Langkah-langkahnya:
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji kuat tekan, didapatkan kuat tekan karakteristik tertinggi yaitu
sebesar 20 Mpa. Hasil ini hanya sekitar 60% dari kuat tekan yang direncakan yaitu sebesar 30
Mpa. Baik faktor teknis dan non teknis banyak mempengaruhi tidak tercapainya kuat tekan
yang direncanakan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Puro Sarjono. 2016. Modul Praktek Beton. Jakarta : Universitas Persada Indonesia YAI
Fakultas Teknik.
“cara pembuatan benda uji tes untuk test beton”. 18 Agustus 106.
http://www.ilmusipil.com/cara-pembuatan-benda-uji-tes-untuk-tes-beton