Anda di halaman 1dari 12

NUTRITION CARE PROCCESS CLINIC

SKRINNING GIZI UNTUK LANSIA

Disusun oleh :

KELOMPOK 1
ALDA RINA ARIANTI PO.62.31.3.18.202
CINDY FRATIKA ANDRIANI PO.62.31.3.18.203
CLARA NATALIA PO.62.31.3.18.204
DERI SEPTIA TITA PO.62.31.3.18.205
DWI KARTIKA SARI PO.62.31.3.18.206
ELSANIA PO.62.31.3.18.207
ESTI WIDIA LESTARI PO.62.31.3.18.208
EVANIA SYIFA ZACHARY PO.62.31.3.18.209
FAJRIATUL EKA SRI.W PO.62.31.3.18.210
FERISA WANDA GEBRIELLA PO.62.31.3.18.211
HERUNNISA PO.62.31.3.18.212
INDAH PRATIWI PO.62.31.3.18.213
LOLAE NATALIA PO.62.31.3.18.214

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2019
1. Full MNA (Mini Nutrition Assesment) dan SF-MNA (Short Form- Mini Nutrition Assesment)
MNA, disebut juga Full MNA, merupakan salah satu alat skrinning gizi untuk pasien lansia
yang telah banyak digunakan di rumah sakit. MNA selain digunakan untuk pasien lansia di rumah
sakit, MNA juga bias digunakan di komunitas, rehabilitasi dan perawatan jangka panjang. MNA
adalah skrinning yang terdiri atas dua bagian yaitu skrinning gizi dan assessment gizi (Nutrition
Education Materials Online, 2014).

Formulir MNA terdiri atas 18 item pertanyaan dalam 4 kelompok, yaitu : pengukuran
antropometri, pengukuran kondisi secara umum, penilayan asupan diet, dan penilaian subjektif.
Berdasarkan 18 pertanyaan tersebut, ada sebanyak 6 pertanyaan termasuk dalam bagian skrining.
Terdapan 12 pertanyaan selanjutnya adalah bagian assessmen.Bagian assesmen akan dilanjutkan
ketika hasil skor pada bagian skirining termasuk kategori berisiko.

Dasar dari SF-MNA adalah dari MNA lengkap (Full MNA). Aslinya Full MNA sebanyak 18
pertanyaan yang diperkenalkan oleh Guigoz Y et al, 1994, dan selanjutnya SF-MNA sebanyak 6
pertanyaan dikembangkan oleh Kaiser et al, 2009. SF-MNA merupakan skrining yang sederhana dan
merupakan metode yang cepat untuk mengidentifikasi pasien usia lanjut yang malnutrisi dan berisiko
malnutrisi. Bagian ini disebut dengan Short From-Mini Nutrition Assesment (SF-MNA). Parameter
yang terdapat dalam SF-MNA adalah penilaian antropometri (IMT, penurunan BB 3 bulan terakhir),
penilaian umum (mobilitas, stress psikologis, dan penyakit akut pada 3 bulan terakhir, masalah
neuro-psikologis), dan penilaian diet ( asupan makan 3 bulan terakhir) (Ghalili & Amella, 2012).

Full MNA dapat diterapkan pada pasien usia lanjut dirumah sakit, pasien rawat jalan, panti
jompo, dan komunitas. Relilabilitas interobserver menunjukan bahwa range nilai untuk MNA adalah
0,51-0,89 (Guigoz, 2006). Selanjutnya untuk SF-MNA memiliki sensitivity 89%, spesifisity 82% dan
kekuatan nilai prediktif positif ( Youden index=0,70) ( Kaiser et al, 2009). Berdasarkan penelitian
bahwa baik itu Full MNA maupun SF-MNA adalah srining yang cepat, mudah, tidak invasive dan
tidak mahal. Untuk pengisian SF-MNA dibutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk mengisi form hingga
lengkap dan dengan mudah dapat dilanjutkan ke bagian assessment pada Full MNA. Full MNA dan
SF-MNA telah digunakan secara luas dalam penelitian klinis sehingga lebih dari 200 penelitian
internasional ( CREDA, 2012). Terdapat banyak sekali penelitian tentang short Form-MNA,
sebagian besar penelitian menunjukan bahwa SF-MNA merupakan skiring yang sederhana dalam
mendekteksi usila (dirawas di RS dengan usia > 65 tahun) malnutrisi atau yang berisiko malnutrisi
(Calvo et al, 2012).
Skrining MNA selain dapat dilakukan oleh tenega kesehatan ( tenaga terlatih) dapat juga
dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih dengan pengisian membutuhkan waktu sekitar 20 menit.
Skor maksimum MNA adalah 30, yang terdiri dari total skor skrining gizi maksimal 14 poin dan
total skor assessment gizi maksimal adalah 16 poin.kategori tidak berisiko malnutrisi bila skor > 23,5
dan berisiko malnutrisi jika < 17. Adapun pengkateorian malnutrisi berdasarkan total skor skirining
dan assessment gizi, yaitu skor 24-30 mengindikasikan status gizi normal, skor 17-32,5
mengindikasikan pasien berisiko malnutrisi, dan skor < 17 mengindikasikan pasien mengalami
malnutrisi (Gibson, 2005 dalam Susetyowati, 2004).
1.1 Tabel MNA

Nama : BB : TB :
Jenis Kelamin : Usia : Tanggal
A. Apakah terjadi penurunan asupan makan selama 3 bulan terakhir berkaitan
dengan penurunan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan
mengunyah atau kesulitan menelan?
0 = penurunan nafsu makan tingkat berat
1 = penurunan nafsu makan tingkat sedang
2 = tidak kehilangan penurunan nafsu makan
B. Penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir
0 = penurunan berat badan >3 kg (6.6lbs)
1 = penurunan berat badan tidak diketahui
2 = penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg (2.2 dan 6.6 lbs)
3 = tidak terjadi penurunan berat badan
C. Mobilitas
0 = hanya diatas kasur atau dikursi roda
1 = dapat beranjak dari kasur / kursi, tetapi tidak mampu beraktivitas normal
2 = mampu beraktivitas normal
D. Menderita penyakit psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir
0 = ya 2 = tidak
E. Masalah neuropsikologis
0 = demensia tingkat berat atau depresi
1 = demensia tingkat sedang
2 = tidak ada masalah psikologis
F1. Body Mass Index (BMI /IMT)
0 = BMI < 19
1 = BMI 19 - < 21
2 = BMI 21 - < 23
3 = BMI > 23
Jika data BMI tidak tersedia pertanyaan poin F1 dapat diganti dengan pertanyaan
F2. Jangan mengisi jawaban poin F2 jika pertanyaan untuk F1 sudah komplit.
F2. Lingkar Betis Dalam (cm)
0 = Lingkar Betis < 31 cm
3 = Lingkar Betis > 31 cm
Skor skirining (subtotal maksimal 14 poin)
12-14 poin = Status gizi normal
8-11 poin = Beresiko malnutrisi
0-7 poin = Malnutrisi
Untuk asesmen lebih mendalam lanjukan dengan pertanyaan G-R

Asesmen Gizi
G. Hidup mandiri ( tidak sedang dalam perawatan di rumah atau di rumah sakit)
1 = Ya
0 = Tidak
H. Konsumsi >3 resep obat dalam satu hari.
0 = Ya
1 = Tidak
I. Ada luka tekan atau ulkus pada kulit
0 = Ya
1 = Tidak
J. Berapa kali pasien makan dalam sehari?
0 = 1 kali
2 = 2 kali
3 = 3 kali
K. Konsumsi bahan makanan spesifik untuk asupan protein
- <1 porsi makanan sumber protein atau produksi susu
- (susu,keju,yoghurt) dalam sehari
- ≥ 2 porsi kacang-kacangan atau telur dalam seminggu
- Daging,ikan, atau ungags setiap hari

0,0 = jika 0 atau satu jawaban ya


0,5 = jika 2 jawaban ya
1,0 = jika 3 jawaban ya
L. Konsumsi ≥2 porsi sayur atau buah setiap hari
1 = Ya
0 = Tidak
M. Berapa banyak cairan (air putih, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi per hari ?
0,0 = <3 cangkir
0,5 = 3-5 cangkir
1,0 = >5 cangkir
N. Cara pemberian makan
0 = tidak dapat makan tanpa bantuan orang lain
1 = makan sendiri dengan beberapa kesulitan
2 = makan sendiri tanpa kesulitan

O. Pandangan terhadap status gizi pribadi


0 = Menganggap dirinya mengalami malnutrisi
1 = Tidak pasti terhadap status gizinya
2 = Menganggap dirinya tidak memiliki masalah gizi
P. Jika dibandingkan dengan orang lain pada tingkat umur yang sama, bagaimana pendapat
pasien terhadap status kesehatanny ?
0,0 = Tidak cukup baik
0,5 = Tidak tahu
1,0 = Cukup baik
2,0 = Lebih baik
Q. Lingkar lengan atas dalam (cm)
0,0 = LILA < 21
0,5 = LILA 21-22
1,0 = LILA > 22
R. Lingkar betis dalam (cm)
0 = Lingkar betis < 31cm
1 = Lingkar betis ≥ 31cm

Asesmen (maksimal 16 poin) =


Skor Skirining =
Total asesmen (maksimal 30 poin) =

2. MRST ( malnutrition Risk Screening Tool-Hospital)


Pasien usia lanjut yang menjalani rawat inap di rumah sakit adalah pasien yang memiliki resiko yang
tinggi untuk malnutrisi karena adanya kronik dan ketidakcukupan asupan makan. Sakinah et al, 2012
melakukan penelitian dengan menggunakan Malnutrition Risk Screening Tool-Hospital (MRST-H)
untuk mengindentifikasi resiko malnutrisi pada pasien usia lanjut ( usia 65 tahun ke atas ) sebanyak
181 di Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sensitifity sebesar 66,7%, spesifisity
96,2%. Hasil interobserver antara ahli gizi dan perawat didapatkan nilai kappa 0,84 yang
mengartikan kesepakatan tergolong baik. Berdasarkan pengembangan scrining yang dilakukan
menunjukkan bahwa MRST-H memiliki fadilitas dan reabilitas yang tinggi untuk mengidentifikas
pasien usia lanjut yang menjalani rawat inap di rumah sakit dengan resiko malnutrisi yang tinggi.
Penelitian selanjutnya Sakinah & Tan, 2012 mendapatkan bahwa MRST-H selain falit untuk usia
lanjut, MRST-H juga dapat digunakan mengindentifikasi pasien yang membutuhkan perencannan
asuhan gizi.
MRST-H memiliki 5 parameter yaitu pengukuran antropometri (lingkar lengan atas dan lingkar
betis), klinis (kehilangan berat badan yang tidak sengaja pada satu bulan terakhir atau 6 bulan
terakhir), fungsional (kemampuan makan sendiri) dan status social ekonomi (ketergantungan
ekonomi dengan orang lain).

Tabel 1. MRST-Hospital

Malnutrition Risk Screening Tool- Hospital (MRST-H)

Catatan :
Terdapat 5 pertanyaan dalam MRST-H. Tujuan skrining ini adalah untuk
menyaring usia lanjut ketika awal masuk rumah sakit untuk menjalani rawat inap
( dalam jangka waktu 72 jam ) untuk mengidentifikasi orang-orang yang berisiko
malnutrisi.
Langkah 1 - lingkari pada jawaban yang benar pada masing –masing
pertanyaan
( ya atau tidak )
Langkah 2 – jumlahkan total skor dari semua pertanyaan
No Malnutrisi
Pertanyaan

Ya tidak

1 Apakah anda tergantung pada seseorang untuk sumber 1 0


pendapatan anda ?

2 Apakah anda mampu makan atau makan sendiri ? 1 0

3 Apakah anda kehilanganberat badan yang tidak di 3 0


sengaja pada satu bulan terakhir atau 6 bulan trakhir ?
( ≥ 5% dalam 1 bulan terakhir atau > 10% dalam 6 bulan
terakhir )?

BB biasanya = ….kg BB saat ini = ….kg

BB Biasanya−BB saat ini


Kehilangan BB = x 100
BBbiasanya
Lingkar Lengan Atas ( LILA ) dalam cm
4 0= LILA  23.0 ( laki- laki ) 22.0 ( wanita ) 2 0

2= LILA  23.0 ( laki- laki ) 22.0 ( wanita )


Lingkar Betis dalam cm
5 0= Lingkar betis > 30.0 ( laki-laki ) 27.3 ( wanita ) 1 0

1 = Lingkar betis < 20.1 ( laki-laki ) 27.3 ( wanita )


Total Skor =

Tabel 2. MRST-H (Malnutition Risk Screening Tool-Hospital) (Lanjutan)

5Malnutition Risk Screening Tool-Hospital (MRST-H)


Catatan :
Terdapat 5 pertanyaan dalam MRST-H. Tujuan skrining ini adalah untuk menyaring usia
lanjut ketika awal masuk rumah sakit untuk menjalani rawat inap (dalam jangka waktu 72
jam) untuk mengidentifikasi orang-orang yang beresiko malnutrisi.
Langkah 1 - Lingkari pada jawaban yang benar pada msing-masing pertanyaan
(ya atau tidak)
Langkah 2 - Jumlahkan total skor dari semua pertanyaan
Malnutrisi
No Pertanyaan Ya Tidak

Interpretasi :
Total skor > 5 = seseorang dikategorikan memiliki resiko tinggi malnutrisi

Dikerjakan oleh : ............................................................


Tanda tangan : ............................................................
Tanggal : ............................................................

Silahkan untuk menghubungi ahli gizi untuk pengkajian gizi dan intervensi dalam jangka
waktu 24 jam jika pasien resiko tinggi malnutrisi

NRI adalah suatu alat skrining yang digunakanuntuk mengidentifikasi adanya masalah gizi pada usia
lanjut sehingga memerlukan pengkajian gizi lebih lanjut dan lebih lengkap. NRI berhubungan dengan
indikator klinis dan biokimia (Istanti,2003 dalam Susetyowati,2014). Berdasarkan penelitian bahwa NRI
mampu mendeteksi pasien malnutrisi berat yang sebaiknya mendapat Total Parenteral Nutrition
(Gibson,2005).
Formula NRI adalah sebagai berikut :

NRI = (1,519 x ALB) + (41,7 x (BB Saat ini/BB Biasanya)

Keterangan
ALB = serum albumin (g/L) Berat Badan Saat Ini = berat badan aktual
Berat Badan Biasanya = berat badan yang stabil, pengukuran BB > 6 bulan yang lalu

Kategori ambang batas pengukuran NRI menurut Gilson, 2005 adalah sebagai berikut:

Ambang Batas Interpretasi


NRI > 100 Tidak ada malnutrisi
97,5 – 100 Malnutrisi ringan
83,5 – 97,4 Malnutrisi sedang
< 83,5 Malnutrisi berat

3. NRI (Nutrision Risk Index)


NRI (Nutrision Risk Index) dikembangkan oleh Veterans Affairs Total Parenteral Nutrition
Cooperative Study Group (1991). Nutrision Risk Index (NRI) digunakan dalam percobaan klinis yang
mengevaluasi efikasi dan nutrisi parenteral total perioperativepada pasien malnutrisi yang menjalani bedah
mayor abdomen atau bedah thorax. Pemeriksaan ini menggunakan serum albumin dan membutuhkan berat
badan saat ini (Berat badan sekarang) dan berat badan biasanya. Berat badan biasanya didefinisikan sebagai
berat badan stabil >6 bulan sebelum pembedahan (sebelum masuk RS) (Gibson, 2005).

4. GNRI (Geriatric Nutrition Risk Index)


GNRI (Geriatric Nutrition Risk Index) merupakan adaptasi dari NRI untuk pasien lansia. GNRI
dikembangkan oleh Boulliane et al, 2005 dan dalam penelitiannya tersebut didapatkan bahwa GNRI
merupakan skrining yang simpel dan akurat untuk mengidentifikasi risiko gizi pada pasien usia lanjut
dirumah sakit. GNRI dihitung dari serum albumin dan berat badan. Yamana et al, 2008 dan Hwa Ferng et al,
2003 melakukan penelitian lebih lanjut tentang GNRI pada pasien hemodialisa berdasarkan hasil
Penelitian tersebut GNR dapat dipertimbangkan sebagai salah satu skrining untuk mengidentifikasi
risiko status gizi pada pasien hemodialisa. Serum albumin dan berat badan merupakan factor resiko yang
independen untuk moralitas dalam membantu atau support pasien hemodialisa.
Selanjutnya penelitian pada pasien lansia di bangsal bedah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta bahwa
GNR memiliki hasil sensitivitas yang baik. Pada penelitian tersebut GNRI di uji validitasnya dengan baku
emas MNA. Hasilnya menunjukan bahwa GNRI memikliki sensitivitas yang baik yaitu 82,14% dan
spesifisitas yang cukup baik yaitu 63,64% ( Dati, 2013 dalam Susetyowati, 2014).
Formula GNRI sebagai berikut :
GNRI = ( 1,489 × serum albumin dalam g/L) + 41,7 × BB/BBI)
Dengan kategori :
- Resiko tinggi : GNRI < 82
- Resiko sedang : GNRI -< 92
- Resiko rendah : GNRI -≤ 98
- Tidak beresiko: GNRI > 98
Dalam menghitung skor GNRI maka berat badan ideal dapat dihitung dengan menggunakan Formula
Lorentz (wLo) yang menggunakan data Tb ( Tinggi Badan) dan Jenis kelamin, dengan rumus sebagai
berikut :

WLo (laki-laki) = ({ (H-100) – (H-150) ƛ4})


WLo(wanita) = ({ (H-100) – (H-150)ƛ2,5})

Keterangan :
H = tinggi badan pasien atau dapat dihitung dengan rumus chumlea yang didasarkan atas tinggi lutut.
Konvensi tinggi dari tinggi lutut dinyatakan lebih akurat disbanding pengukuran dengan tinggi badan secara
langsung karena
Skrining gizi
Usila mengalami perubahan struktur tulang yang cenderung bungkuk. Formula chumica yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Laki-laki : H (cm) = [2,02 x TL (cm) ] x [0,04 x umur (th) ] + 64,19


Wanita : H (cm) = [1,83 x TL (cm) ] x [0,24 x umur (th) ] + 84,88

Keterangan :
TL = tinggi lutut dalam cm

5. HPI (Hospital Prognostic Index)


Nilai HPI didapatkan berdasarkan albumin serum albumin. Respon hipersentivitas kulit tipe
lambat, keadaan klinis (sepsis/tidak), dan ada tidaknya kanker (Susetyowati, 2014).

HPI = (0,19 x Alb) – (1,00 x DCH) – (1,44 x SEP) + (0,98 x DX) – 1,09

Di mana :
HPI = Hospital Prognistic Index

Alb = serum albumin (gr/dl)

DCH = Delayed Cutaneus Hipersensitivity

1 = Respon Positif

2 = Respon Negatif

SEP = Sepsis (1 = ada, 2 = tidak sepsis)

DX = Diagnosa (1 = kanker; 2 = bukan kanker)

6. NUFFE (Nutritional Form for the Elderly)

Prevalensi kurang gizi di kalangan orang tua di panti jompo dan rumah sakit mencapai tingkat
tinggi. Penilaian status gizi pasien yang lebih tua adalah tugas penting bagi perawat dalam perawatan
klinis. Untuk menggunakan instrumen penilaian gizi sederhana untuk orang tua adalah salah satu
pendekatan untuk perawat. Contoh instrumen tersebut adalah Mini Nutritional Assessment (MNA)
yang divalidasi dengan baik dan NUFFE yang baru dikembangkan.

Sebanyak 114 pasien yang dipilih secara berturut-turut, baru yang lebih tua dirawat di bangsal
rehabilitasi perawatan tua di Swedia barat diwawancarai menggunakan NUFFE dan MNA. Lingkar
lengan dan betis, indeks massa tubuh (BMI), dan adanya luka tekan dan borok kulit dicatat sebagai
bagian dari MNA saat masuk. Berat dipantau dan BMI dihitung saat dikeluarkan. Tingkat serum
albumin saat masuk dan keluar digunakan jika tersedia dalam catatan. Keandalan NUFFE diukur
sebagai homogenitas. Kriteria terkait validitas, validitas konkuren, validitas konstruk, dan validitas
prediktif dinilai dengan metode statistik yang berbeda. Komite etika penelitian regional menyetujui
penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NUFFE adalah instrumen yang cukup dapat
diandalkan dan valid untuk mengidentifikasi kekurangan gizi aktual dan potensial di antara pasien
yang lebih tua.

NUFFE adalah alat sederhana untuk digunakan perawat untuk menilai pasien yang lebih tua
dengan tujuan mendeteksi individu yang kekurangan gizi dan mereka yang berisiko kekurangan gizi.
Ketika melakukan penilaian gizi dengan NUFFE, BMI juga harus dihitung. Penilaian ini juga dapat
dikombinasikan dengan pencatatan asupan makanan untuk periode waktu tertentu.

Tabel NUFFE dalam Bahasa Inggris


Table NUFFE dalam Bahasa Indonesia
No POINTS
1 Penurunan berat badan yang tidak disengaja Ya = 2
(terlepas dari waktu & besarnya Tidak = 0
Tidak tahu =
kosongkan dan
lanjutkan
2a  BMI kurang dari 20 (69 tahun / lebih muda) BMI rendah
 BMI kurang dari 22 (70 tahun / lebih muda) atau kecilnya
tinggi / berat badan tidak dapat diperoleh lingkar betis =
mengukur lingkar betis (2b) 1
2b
 Lingkar betis kurang dari 31 cm Lainnya = 0
3 Masalah makan Satu / lebih
 Susah untuk duduk dengan baik saat makan masalah = 1
 Susah memotong makanan di piring Tidak ada
 Susah menyuap makanan ke mulut masalah = 0
4 Menelan Satu / lebih
 Sulit mengunyah masalah = 1
 Sulit memotong makanan di mulut Tidak ada
 Sulit menelan masalah = 0
5 Energi / Nafsu Makan Satu / lebih
 Makan kurang dari ¾ yang disajikan masalah = 2
 Kekurangan energy untuk menghabiskan Tidak ada
makanan masalah = 0
 Nafsu makan yang buruk
6 Tanda Klinis menunjukkan risiko kekurangan Tanda klinis
gizi. nilai morfologi tubuh, lemak subkutan, massa mengidikasika
otot, kekuatan genggaman, edema, tes darah n resiko = 1
Lainnya = 0

RISK OF UNDERNUTRITION
Gradasi dari BMI yang tinggi Obesitas Obesitas berat / Tidak sehat
Overweight 30 – 39,9 (69 tahun >40 (69 tahun atau lebih muda)
25 – 29,9 (69 tahun atau lebih atau lebih muda) <42 (70 tahun atau lebih muda)
muda) 32 – 41,9 (70 tahun
27 – 31,9 (70 tahun atau lebih atau lebih muda)
muda)

Anda mungkin juga menyukai