KALKULUS INTEGRAL
PERTEMUAN KEDUA
Oleh
NIDN. 0415078801
UNIVERSITAS SUBANG
2020
2
Teorema Dasar Aritmatika mengatakan bahwa suatu bilangan bulat difaktorkan sebagai hasil
kali dari bilangan-bilangan prima. Teorema Dasar Aljabar mengatakan bahwa suatu polinomial
berderajat 𝑛 tepat mempunyai 𝑛 akar, termasuk akar bilangan kompleks dan bilangan yang
berulang. Teorema apapun yang bernama “Teorema Dasar” harus dikaji secara seksama dan
kemudian harus terus menerus di ingat.
Pada subbab sebelumnya, kita membahas masalah di mana kecepatan benda pada waktu t
1
diberikan oleh v = f(t) = t 3 + 1. Bahwa jarak yang di tempuh sejak waktu t = 0 sampai
4
Dengan menggunakan istilah dari subbab 2.2, bahwa jarak yang di tempuh sejak waktu t = 0
sampai waktu t = 3 sama dengan integral tentu
n 3
lim ∑ f(t i )∆t = ∫ f(t)dt
x→∞ 0
i=1
(Karena kecepatan adalah positif untuk semuat ≥ 0, jarak yang di tempuh selama waktu t. jika
kecepatan negatif untuk suatu niai t, maka benda akan bergerak akan bergerak mundur pada
waktu t; dalam kasus demikian, jarak yang ditempuh akan tidak sama dengan posisi). Kita
dapat menggunakan penalaran yang sama untuk mencari bahwa jarak s yang di tempuh sejak
waktu t = 0 sampai waktu t = x adalah
x
s(x) = ∫ f(t)dt
0
Turunan dari jarak yang ditempuh (selama kecepatan selalu positif) adalah kecepatan
𝑠 ′ (𝑥 ) = 𝑣 = 𝑓(𝑥)
Dalam perkataan lain
3
𝑑 𝑑 𝑥
𝑠 (𝑥 ) = ∫ 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡 = 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 0
1 2
Selanjutnya, definisikan 𝐴(𝑥 ) berupa luas di bawah grafik 𝑦 = 2 t + 3, di atas sumbu –t, dan
Gambar 1
Fungsi yang seperti ini disebut fungsi akumulasi karena dia mengakumuasikan kuas dibawah
kurva mulai dari suatu nilai tetap (dalam kasus ini t=1) sampai suatu nilai variabel (dalam kasus
ini t=x). Apakah turunan A?
Luas 𝐴(𝑥 ) sama dengan integral tentu
𝑥
2 1
𝐴(𝑥 ) = ∫ ( + ) 𝑑𝑡
1 3 3𝑡
Menghitung integral tentu dengan menggunakan argumentasi geometri ;𝐴(𝑥) hanyalah luas
trapesium, sehingga
2 2
1 + (3 + 3 𝑥) 1 2 5
𝐴 (𝑥 ) = ( 𝑥 − 1) = 𝑥2 + 𝑥 −
2 6 3 6
Dengan ini terselesaikan, bahwa turunan A adalah
𝑑𝑡 1 2 2 5 1 2
𝐴′(𝑥 ) = ( 𝑥 + 𝑥− )= 𝑥+
𝑑𝑥 6 3 6 3 3
Dengan lain perkataan
𝑑 𝑥 2 1 2 1
∫ ( + 𝑡) 𝑑𝑡 = + 𝑥
𝑑𝑥 1 3 3 3 3
Definisikan fungsi akumulasi B lain sebaigai luas dibawah kurva 𝑦 = 𝑡 2 diatas sumbu-t,
dikanan titik-asal, dan dikiri garis 𝑡 = 𝑥, dengan 𝑥 ≥ 0 (lihat gambar 2).
4
Gambar 2
𝑥
Luas ini diberikan oleh integral tentu∫0 𝑡 2 𝑑. Untuk mencari luas ini, bangun jumlah Riesmann.
Gunakan partisi beraturan dari [0, 𝑥 ] dan menghitung fungsi dititik ujung kanan masing-masing
interval-bagian. Maka ∆𝑡 = 𝑥 ⁄𝑛 dan titik ujung kanan interval ke-i adalah 𝑡𝑖 = 0 + 𝑖∆𝑡 =
𝑖𝑥⁄𝑛.
Karena itu jumlah Riemann adalah
n n
ix x
∑ f(t i )∆t = ∑ f ( )
n n
i=1 i=1
n
x ix 2
= ∑( )
n n
i=1
n
x3
= 3 ∑ i2
n
i=1
x 3 n(n + 1)(2n + 1)
=
n3 6
Integral tentu adalah limit jumlah riemann ini.
𝑥 𝑛
2
∫ 𝑡 𝑑𝑡 = lim ∑ 𝑓(𝑡𝑖 )∆𝑡
0 𝑛→∞
𝑖=1
𝑥 3 𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
= lim
𝑛→∞ 𝑛 3 6
𝑥3 2𝑛3 + 3𝑛2 + 𝑛
= lim
6 𝑛→∞ 𝑛3
𝑥3 𝑥3
= .2 =
6 3
Jadi 𝐵(𝑥 ) = 𝑥 3 /3, sehingga turunan B adalah
𝑑 𝑥3
𝐵 ′ (𝑥 ) = = 𝑥2
𝑑𝑥 3
Dengan lain perkataan
5
𝑑 𝑥 2
∫ 𝑡 𝑑𝑡 = 𝑥 2
𝑑𝑥 0
Hasil pada tiga kotak terakhir menyiratkan bahwa turunan fungsi akumulasi sama dengan
fungsi yang sedang diakumulasikan.
Menggunakan sebuah kuas yang ”dapat ditarik masuk” untuk mengecat daerah dibawah kurva.
(Dapat ditarik masuk masudanya adalah kuas dapat menjadi lebih lebar atau sempit ketika
bergerak dari kiri ke kanan hanya mencakup ketinggian yang harus dicat. Kuas adalah lebar
ketika nilai integran besar dan sempit ketika nilai integran kecil. (lihat Gambar 3).
Gambar 3
Dengan analogi ini, luas terakumulasi adalah luas tercat, laju akumulasi adalah laju waktu
pengecatan. Tetapi laju pengecatan adalah sama dengan lebar kuas, yaitu tinggi fungsi.
Dapat menyatakan hasil sebagai berikut:
Laju akumulasi pada t = x adalah sama dengan nilai fungsi yang sedang diakumulasikan pada
t = x.
Ini adalah teorema dasar Kalkulus pertama. Disebut dasar karena teorema ini menghubungkan
turunan dan integral tentu, jenis limit terpenting.
Teorema A Teorema Dasar Kalkulus Pertama
Misalkan 𝑓 kontinu pada interval tertutup [a,b] dan misalkan x sebarang titik (variabel) dalam
(a,b). Maka
𝑑 𝑥
∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 = 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥 0
𝑥
Sketsa Bukti Untuk x dalam [a,b], definisikan 𝐹(𝑥 ) = ∫0 𝑓(𝑡)𝑑𝑡.
Maka untuk x dalam (a,b)
𝑑 𝑥
∫ 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡 = 𝐹 ′ (𝑥 )
𝑑𝑥 0
𝐹(𝑥 + ℎ) − 𝐹(𝑥)
= lim
ℎ→0 ℎ
1 𝑥+ℎ 𝑥
= lim [∫ 𝑓 𝑡 𝑑𝑡 − ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡]
( )
ℎ→0 ℎ 𝑎 𝑎
6
1 𝑥+ℎ
= lim ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑥
ℎ→0 ℎ 𝑥
Baris terakhir menyusul dari sifat penambahan interval (Teorema 4.2B). Sekarang ketika h
kecil, 𝑓 tidak berubah banyak pada interval [𝑥, 𝑥 + ℎ]. Pada interval ini, secara kasar 𝑓 sama
dengan 𝑓(𝑥), nilai 𝑓 terhitung di titik ujung kiri interval (lihat Gambar 4).
Gambar 4
Luas daerah dibawah kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) mulai dari 𝑥 sampai 𝑥 + ℎ adalah secara aproksimal
𝑥+ℎ
sama dengan luas segiempat dengan lebar h dan tinggi 𝑓(𝑥 ); 𝑦𝑎𝑘𝑛𝑖 = ∫𝑥 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡 ≈ ℎ𝑓(𝑥 ).
Karena itu,
𝑑 𝑥 1
∫ 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡 ≈ 𝑓(𝑥) lim [ℎ𝑓(𝑥)] = 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥 0 ℎ→0 ℎ
Tentu saja, cacat argumen ini adalah bahwa tidak pernah 0, sehingga kita tidak bisa menuntut
bahwa 𝑓 tidak berubah padainterval [𝑥, 𝑥 + ℎ].
Gambar 5
Teorema B Sifat Pembandingan
Jika 𝑓dan g terintegrasikan pada [a,b] dan jika 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥)untuk semua x dalam [a,b], maka
𝑏 𝑏
∫𝑎 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥 ≤ ∫𝑎 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥
Dalam bahasa tak resmi tetapi deskriptif, kita katakan bahwa integral tentu mempertahankan
pertidaksamaan.
7
Bukti Misalkan 𝑃: 𝑎 = 𝑥0 < 𝑥1 < 𝑥2 < ⋯ < 𝑥𝑛 = 𝑏 suatu partisi sembarang dari [a,b], dan
untuk masing-masing i misalkan x̅i titik sampel pada interval-bagian ke-i [xi−1, xi ]. Dapat
menyimpulkan secara berturut-turut bahwa
f(x̅i ) ≤ g (x̅)
i
b n
Gambar 6
Bukti gambar 6 membantu kita memahami teorema ini. Perhatikan bahwa 𝑚(𝑏 − 𝑎) adalah
𝑏
luas segiempat kecil yang lebih bawah, 𝑀(𝑏 − 𝑎) adalah luas segiempat besar, dan ∫𝑎 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
adalah luas daerah dibawah kurva.
Untuk membuktikan pertidaksamaan sebelah kanan,misalkan 𝑔(𝑥 ) = M untik semua 𝑥 dalam
[𝑎, 𝑏]. Maka menurut Teorema B,
𝑏 𝑏
∫ 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 ≤ ∫ 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥
𝑎 𝑎
𝑏
Namun,∫𝑎 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥 sama dengan luas segiempat dengan lebar b-a dan tinggi M. Jadi,
𝑏
∫ 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥 = 𝑀(𝑏 − 𝑎)
𝑎
Integral Tentu Adalah Operator Linear sebelumnya mempelajari bahwa 𝐷𝑥 , ∫ … 𝑑𝑥, dan
𝑏
∑ adalah operator linear. Dapat menambahkan ∫𝑎 … 𝑑𝑥 ke daftar tersebut.
Teorema D Kelinearan Integral Tentu
Misalkan bahwa 𝑓 dan g terintegrasikan pada [𝑎, 𝑏] dan 𝑘adalah konstanta. Maka 𝑘𝑓 dan 𝑓 +
g adalah terintegrasikan dan
𝑏 𝑏
i. ∫𝑎 𝑘𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = 𝑘 ∫𝑎 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥;
𝑏 𝑏 𝑏
ii. ∫𝑎 [𝑓(𝑥 ) + 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 + ∫𝑎 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥; dan
𝑏 𝑏 𝑏
iii. ∫𝑎 [𝑓(𝑥 ) − 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥 − ∫𝑎 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥
Bukti pembuktian (i) dan (ii) tergantung pada kelinearan ∑ dan sifat-sifat limit. Kita
perlihatkan (iii).
𝑏 𝑛
Bagian (iii) dengan menggunakan bagian (i) dan (ii) dan menuliskan 𝑓(𝑥 ) −
𝑔(𝑥 ) sebagai 𝑓 (𝑥 ) + (−1)𝑔(𝑥 ).
Anggap untuk saat ini bahwa ℎ > 0 dan misalkan m dan M masing-masing adalah nilai
minimum dan maksimum f pada interval [𝑥, 𝑥 + ℎ] (Gambar 7). Menurut Teorema C,
9
Gambar 7
𝑥+ℎ
𝑚ℎ ≤ ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 ≤ 𝑀ℎ
𝑥
Atau
𝑚ℎ ≤ 𝐹(𝑥 + ℎ) − 𝐹(𝑥) ≤ 𝑀ℎ
Dengan membagi oleh ℎ, peroleh
𝐹(𝑥 + ℎ) − 𝐹(𝑥)
𝑚ℎ ≤ ≤𝑀
ℎ
Sekarang 𝑚 dan M benar-benar tergantung kepada ℎ. Selanjutnya, karena 𝑓 kontinu, 𝑚 dan 𝑀
keduanya harus mendekati 𝑓 (𝑥 ) ketika ℎ → 0. Jadi menurut teorema Apit,
𝐹 (𝑥 + ℎ) − 𝐹(𝑥)
lim ≤ 𝑓(𝑥)
ℎ→0 ℎ
Kasus dimana ℎ < 0 dikerjakan dengan cara yang serupa.
Satu akibat teoritis teorema ini adalah bahwa setiap fungsi kontinu 𝑓 mempunyai anti-turunan
𝐹 yang diberikan oleh fungsi akumulasi
𝑥
𝐹(𝑥 ) = ∫ 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡
𝑎
𝑑 𝑥
CONTOH 1 Carilah 𝑑𝑥 [∫1 𝑡 3 𝑑𝑡]
𝑑 𝑥 𝑡 3⁄2
CONTOH 2 Carilah 𝑑𝑥 [∫2 𝑑𝑡].
√𝑡 2 +17
PENYELESAIAN
𝑥
𝑑 𝑡 3⁄2 𝑡 3⁄2
[∫ 𝑑𝑡] =
𝑑𝑥 2 √𝑡 2 + 17 √𝑡 2 + 17
10
𝑑 4 𝜋 3𝜋
CONTOH 3 Carilah 𝑑𝑥 [∫𝑥 𝑡𝑎𝑛 2 𝑢 cos 𝑢 𝑑𝑢] , <𝑥<
2 2
PENYELESAIAN satu cara untuk mencari turunan ini adalah menerapkan Teorema Dasar
kalkulus Pertama; limit atas adalah 𝑥 2 dan bukannya x. Masalah ini di atasi oleh Aturan Rantai.
𝑢
∫1 (3𝑡 − 1) 𝑑𝑡 dimana 𝑢 = 𝑥 2
Menurut Aturan Rantai, turunan terhadap x dari fungsi komposit ini adalah
𝑢
𝐷𝑢 [∫ (3𝑡 − 1)𝑑𝑡] . 𝐷𝑥 𝑢 = (3𝑢 − 1)(2𝑥) = (3𝑥 2 − 1)(2𝑥 ) = 6𝑥 3 − 2𝑥
1
Cara lain untuk mencari turunan ini adalah dengan pertama-tama menghitung integral tentu
𝑥2
dan kemudian menggunakan aturan ini untuk turunan. Integral tentu ∫1 (3𝑡 − 1)𝑑𝑡 adalah luas
dibawah garis 𝑦 = 3𝑡 − 1 diantara 𝑡 = 1 dan 𝑡 = 𝑥 2 (lihat Gambar 8).
Gambar 8
𝑥 2−1 3 1
Karena luas trapesium ini adalah [2 + (3𝑥 2 − 1)] = 𝑥 4 − 𝑥 2 − , maka
2 2 2
11
𝑥2
3 4 1
∫ (3𝑡 − 1)𝑑𝑡 = 𝑥 − 𝑥2 −
2 2
1
Jadi,
𝑥2
3 1
𝐷𝑥 ∫ (3𝑡 − 𝑡)𝑑𝑡 = 𝐷𝑥 ( 𝑥 4 − 𝑥 2 − ) = 6𝑥 3 − 2𝑥
1 2 2
Cara Untuk Menghitung Integral Tentu Contoh berikutnya memperlihatkan cara (diakui
cara agak kaku) untuk menghitung integral tentu. Jika metode ini nampak panjang dan tidak
praktis, bersabarlah. Subbab berikutnya menangani cara efisien untuk menghitung integral
tentu.
𝑥
CONTOH 5 Misalkan 𝐴(𝑥 ) = ∫1 𝑡 3 𝑑𝑡.
𝑑𝑦
(a) Misalkan 𝑦 = 𝐴(𝑥) dan perlihatkan bahwa = 𝑥3
𝑑𝑥
𝑑𝑦
(b) Carilah penyelesaian persamaan diferensial = 𝑥 3 yang memenuhi 𝑦 = 0 ketika 𝑥 = 1
𝑑𝑥
4
(c) Carilah = ∫1 𝑡 3 𝑑𝑡
PENYELESAIAN
(a) Menurut Teorema Dasar Kalkulus Pertama,
𝑑𝑦
= 𝐴′ (𝑥 ) = 𝑥 3
𝑑𝑥
𝑑𝑦
(b) Karena persamaan diferensial 𝑑𝑥 = 𝑥 3 . Dapat dipisahkan, kita dapat menuliskan
𝑑𝑦 = 𝑥 3 𝑑𝑥
Dengan mengintegrasikan kedua ruas memberikan
𝑥4
𝑦 = ∫ 𝑥 3 𝑑𝑥 = +𝐶
4
1
Ketika 𝑥 = 1, kita harus mempunyai 𝑦 = 𝐴(1) = ∫1 𝑡 3 𝑑𝑡 = 0 jadi kita pilih C
sedemikian rupa sehingga
14
0 = 𝐴(1) = +𝑐
4
1 𝑥4 1
Karena itu, 𝑐 = − 4 . Penyelesaian terhadap persamaan diferensial adalah 𝑦 = − 4,
4
𝑥4 1
Karena 𝑦 = 𝐴(𝑥 ) = − 4 , kita mempunyai
4
4
3
44 1 1 225
∫ 𝑡 𝑑𝑡 = 𝐴(4) = − = 64 − =
1 4 4 4 4
12
𝑏
𝑏2 𝑎2
∫ 𝑥 𝑑𝑥 = 𝐹(𝑏) − 𝐹(𝑎) = −
𝑎 2 2
Contoh 3 Perlihatkan bahwa jika r suatu bilangan rasional yang bukan -1, maka
𝑏
𝑟
𝑏𝑟+1 𝑎𝑟+1
∫ 𝑥 𝑑𝑥 = −
𝑎 𝑟+1 𝑟+1
Penyelesaian 𝐹 (𝑥 ) = 𝑥 𝑟+1 /(𝑟 + 1) adalah suatu anti-turunan f(x) = 𝑥 𝑟 . Maka menurut
Teorema Dasar Kalkulus Kedua,
𝑏
𝑏𝑟+1 𝑎𝑟+1
∫ 𝑥 𝑟 𝑑𝑥 = 𝐹(𝑏) − 𝐹 (𝑎) = −
𝑎 𝑟+1 𝑟+1
Jika r < 0, kita syaratkan bahwa 0 tidak berada dalam [a, b].
Adalah menguntungkan untuk memperkenalkan lambing baru untuk 𝐹(𝑏) − 𝐹 (𝑎). Kita
tuliskan 𝐹(𝑏) − 𝐹 (𝑎) = [𝐹(𝑥)]𝑏𝑎
5
5 𝑥3 125 8 117
Dengan notasi ini, ∫2 𝑥 2 𝑑𝑥 = [ 3 ] = −3= = 39
2 3 3
2
Contoh 4 Hitunglah ∫−1(4𝑥 − 6𝑥 2 )𝑑𝑥
(a) Dengan menggunakan Teorema Dasar Kalkulus Kedua secara langsung dan
(b) Dengan pertama-tama menggunakan kelinearan (Teorema 1D)
Penyelesaian
2 4 6 2
(a) ∫−1(4𝑥 − 6𝑥 2 )𝑑𝑥 = [ 𝑥 1+1 − 𝑥 2+1 ]
1+1 2+1 −1
2
= [2𝑥 − 2𝑥 3 ]2−1
= [2(2)2 − 2(2)3 ] − [2(−1)2 − 2(−1)3 ]
= (8 − 16) − (2 + 2) = −12
(b) Dengan pertama-tama menggunakan kelinearan, kita mempunyai
2 2 2
∫ (4𝑥 − 6𝑥 𝑑𝑥 = 4 ∫ 𝑥 𝑑𝑥 − 6 ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥
2)
−1 −1 −1
2 2
1 1+1
1 2+1
= 4[ 𝑥 ] −6[ 𝑥 ]
1+1 −1 2+1 −1
1 2 2 1 3 2
= 4[ 𝑥 ] −6[ 𝑥 ]
2 −1 3 −1
1. 22 1. (−1)2 1. 23 1. (−1)3
= 4 ([ ]−[ ]) − 6 ([ ]−[ ])
2 2 3 3
4 1 8 1
= 4( − ) −6( + )
2 2 3 3
= −12
14
Metode Substitusi Dalam subbab sebelumnya, kita perkenalkan metode substitusi untuk
aturan pangkat. Aturan ini dapat di perluas ke kasus yang lebih umum seperti yang di
perlihatkan oleh teorema berikut.
Teorema B Aturan Substitusi untuk Integral Tak-tentu
Misalkan g fungsi terdiferensiasikan dan missal bahwa F adalah anti-turunan f. Maka:
∫ 𝑓(𝑔(𝑥))𝑔′ (𝑥 )𝑑𝑥 = 𝐹(𝑔(𝑥 )) + 𝐶
Bukti semua yang kita perlu untuk membuktikan hasil ini adalah memperlihatkan bahwa anti
turunan dari ruas kanan merupakan integran dari ruas kiri. Ini adalah penerapan sederhana
Aturan Rantai.
𝐷𝑥 [𝐹(𝑔(𝑥)) + 𝐶] = 𝐹 ′ (𝑔(𝑥))𝑔′ (𝑥 ) = 𝑓(𝑔(𝑥 ))𝑔′(𝑥)
Secara normal kita menerapkan Teorema B sebagai berikut. Dalam integral seperti
∫ 𝑓(𝑔(𝑥))𝑔′ (𝑥 )𝑑𝑥 kita misalkan 𝑢 = 𝑔(𝑥 ), sehingga 𝑑𝑢/𝑑𝑥 = 𝑔′(𝑥) jadi 𝑑𝑢 =
𝑔′ (𝑥 )𝑑𝑥 maka integral menjadi.
Jadi , jika kita mencari anti-turunan untuk 𝑓(𝑥), kita dapat menghitung
∫ 𝑓(𝑔(𝑥))𝑔′ (𝑥 )𝑑𝑥. Akal untuk penerapan metode substitusi ini jelas; dalam kasus lainnya
tidak begitu jelas. Kemahiran dalam menerapkan metode substistusi datang dari latihan.
Contoh 5 Hitunglah ∫ sin 3 𝑑𝑥.
Penyelesaian: disini jelas bahwa substitusinya adalah u = 3x, sehingga du = 3 dx. Jadi
1
∫ sin 3𝑥 𝑑𝑥 = ∫ 3 sin (3𝑥) 3 𝑑𝑥
u du
1
= ∫ sin 𝑢 𝑑𝑢
3
1
= − cos 𝑢 + 𝐶
3
1
= − cos 3𝑥 + 𝐶
3
1
Perhatikan bagaimana kita mengalikan dengan ∙ 3 agar mempunyai ekspresi 3dx = du dalam
3
integral.
15
4
Contoh 6 Hitunglah∫0 √𝑥 2 + 𝑥 (2𝑥 + 1)𝑑𝑥
Penyelesaian: misalkan 𝑢 = 𝑥 2 + 𝑥; maka 𝑑𝑢 = (2𝑥 + 1)𝑑𝑥. Sehingga
∫ √𝑥 2 + 𝑥 (2𝑥 + 1)𝑑𝑥 = ∫ 𝑢1/2 𝑑𝑢
2
= 𝑢3/2 + 𝐶
3
u du 3
2
= 3 (𝑥 2 + 𝑥)2 + 𝐶
Perhatikan bahwa C dari integral tak-tentu tercoret, yang selalu akan terjadi dalam
integral tentu.itulah sebabnya mengapa dalam pernyataan dari teorema dasar kedua kita dapat
menggunakan istilah sebarang anti turunan. Khususnya, kita selalu boleh memlih C = 0 dalam
menerapkan teorema dasar kedua.
Teorema C Aturan Substitusi Untuk Integral Tentu
Misalkan g mempunyai turunan kontinu pada [a,b], dan misalkan f kontinu pada daerah nilai
g. Maka ,
𝑏 𝑔(𝑏)
∫ 𝑓(𝑔(𝑥 ))𝑔′ (𝑥 )𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑢)𝑑𝑢
𝑎 𝑔(𝑎)
Dimana u = g(x)
Bukti misalkan F adalah suatu anti Turunan f (keberadaan F dijamin oleh Teorema 1A). Maka
menurut Teorema Dasar Kalkulus kedua,
𝑔(𝑏)
𝑔 (𝑏 )
∫ 𝑓 (𝑢)𝑑𝑢 = [𝐹(𝑢)] = 𝐹(𝑔(𝑏)) − 𝐹(𝑔(𝑎))
𝑔(𝑎) 𝑔 (𝑎 )
Dipihak lain, menurut Aturan Substitusi untuk integral tak-tentu (Teorema B),
1 𝑥+1
Contoh 7 Hitunglah∫0 𝑑𝑥
(𝑥 2 +2𝑥+6)2
LATIHAN SOAL
1. Gunakan Teorema Dasar Kalkulus Kedua untuk menghitung masing-masing integral tentu
berikut ini.
3
a. ∫0 𝑥 3 𝑑𝑥
2
b. ∫−1(3𝑥 2 − 2𝑥 + 3) 𝑑𝑥
4
c. ∫0 √𝑡 𝑑𝑡
1 4 1
d. ∫0 (𝑥 3 − 2𝑥 3 ) 𝑑𝑥