Anda di halaman 1dari 14

KEPEMIMPINAN MELAYU

Diajukan untuk memenuhi tugas :

BUDAYA MELAYU

Di Susun Oleh :

NUR ANISA PUTRI

Nim : 182119334

Kelas :

III C

DOSEN PENGAMPU:
Muhammad Syafwan

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI SYARIAH
PRODI EKONOMI SYARIAH

TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kepemimpinan Melayu”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Budaya
Melayu”

Berkat rahmat dan karunianya, serta di dorong kemauan yang keras disertai
kemampuan yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Karena keterbatasan
ilmu dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun, sangat kami
harapkan demi kebaikan dimasa mendatang dan semoga bermanfaat bagi pembaca.

        Bengkalis, November 2020

Penyusun

DAFTAR  ISI

i
KATA PENGANTAR...........................……………………………………….................i

 DAFTAR ISI.........................................………………………………………...............ii

BAB I PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang Masalah.........................………………………………………......... 1

2. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1

3. Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A.    Kepemimpinan Melayu  ...................................................….………….................... 2

B.     Peran Dan Pakaian Pemimpin.................…………................................................... 3

C.     Sifat-sifat Kepemimpinan Melayu.............................................................................. 4

D.    Kepemimpinan Masyarakat Adat...............................................................................5

BAB III PENUTUP

SIMPULAN..........................................…………………………………….................... 7

SARAN............................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan adalah seseorang yang menggunakan kemampuannya, sikapnya,


nalurinya, dan ciri-ciri kepribadiannya yang mampu menciptakan suatu keadaan, sehingga
orang lain yang dipimpinnya dapat terpengaruh dan saling bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Pemimpin dapat juga diartikan sebagai pencetus, pembentuk,
penggerak segala sesuatu yang dapat memengaruhi anggota dengan segala tujuan yang ingin
dicapai.

Dalam kepemimpinan Melayu, pemimpin adalah orang yang biasa disebut “orang yang
dituakan, didahulukan selangkah, ditinggikan seranting”. Memiliki uangkapan yang
mengandung pengertian, bahwa seorang pemimpin yang baik dan benar adalah orang yang
dituakan oleh masyarakatnya. Namun, diantara pemimpin dan masyarakat tidak ada pembatas
yang menjadi pemisah dan haruslah saling bekerja sama. Dalam ungkapan lain kembali
ditegaskan “didahulukan dapat diraih, tinggikan dapat dijangkau, dekatnya tidak beranjak,
jauhnya tidak berantara”. Maksud dari ungkapan tersebut, sebagai seorang pemimpin tidak
boleh memiliki sifat dan sikap yang angkuh. Ditandai dengan kata “tinggikan dapat
dijangkau, dekatnya tidak beranjak”.

Di dalam budaya Melayu, kejayaan seseorang pemimpin diukur sekaligus diuji yang
dapat dipertanggungjawabkan di dunia dan di akhirat. Raja Ali Haji di dalam karyanya
“Tsarmarat al-Muhimmah” (1858) menjelaskan, kepimpinan merupakan konsep tritunggal
Melayu-Islam: Khalifah-sultan-imam. Makna simbolik ‘Khalifah’ adalah kewajiban
mendirikan agama berdasarkan Al-Qur’an, sunnah nabi dan ijmak. Pempimpin sebagai
‘sultan’ bermakna kewajiban menegakkan hukum secara adil berdasarkan pedoman Allah dan
rasulnya. Dalam kandungan makna ‘Imam’ pemimpin harus berada paling depan di dalam
orang di bawah kepemimpinannya. Dengan demikian, siapa pun yang mengindahkan dan
menerapkan ketiga syarat kepemimpinan, maka akan mendapat hidayah dan inayah Allah
dalam kepemimpinanya.

2. Rumusan Masalah

a. Apa itu Kepemimpinan Melayu ?


b. Apa saja peran dan pakaian pemimpin ?
c. Apa saja sifat-sifat kepemimpinan Melayu ?
d. Apa itu kepemimpinan masyarakat adat ?

ii
3. Tujuan

1. Mengetahui apa Kepemimpinan Melayu


2. Mengetahui apa saja peran dan pakaian pemimpin
3. Mengetahui apa saja sifat-sifat Kepemimpinan Melayu
4. Mengetahui apa itu Kepemimpinan masyarakat adat

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEPEMIMPINAN MELAYU
Secara harfiah, pimpin bermakna bimbing atau tuntun. Kepemimpinan bermakna
perihal pemimpin atau cara memimpin. Dalam pengertian umum, kepemimpinan adalah suatu
proses ketika seseorang memimpin (direct), membimbing (guide). Memengaruh i (influence)
atau mengontrol (control) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain. Ilmu diperlukan
sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk menerapkan ilmu tersebut
sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik.
Pemimpin adalah seseorang yang menggunakan kemampuannya, sikapnya, nalurinya,
dan ciri-ciri keperibadiannya yang mampu menciptakan suatu keadaan, sehingga orang lain
yang dipimpinnya dapat terpengaruh dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pemimpin dapat juga diartikan sebagai pencetus, pembentuk, penggerak, segala
sesuatu yang dapat memengaruhi anggota dengan segala tujuan yang ingin dicapai.
Dalam Kepemimpinan Melayu, pemimpin adalah prang yang biasa disebut “orang
yang dituakan, didahulukan selangkah, ditinggikan seranting”. Memiliki ungkapan yang
mengandung pengertian, bahwa seorang pemimpin yang baik dan benar adalah orang yang
dituakan oleh masyarakatnya. Namun, di antara pemimpin dan masyarakat tidak ada
pembatas yang menjadi pemisah dan haruslah saling bekerja sama.
Di dalam budaya Melayu, kejayaan seseorang pemimpin diukur sekaligus diuji yang
dapat dipertanggungjawabkannya di dunia dan di akhirat. Raja Ali Haji di dalam karyanya
“Tsamarat al-muhimmah” (1858) menjelaskan, kepemimpinan merupakan konsep tritunggal
Melayu-Islam: khalifah-sultan-imam. Makna simbolik ‘khalifah’ adalah kewajiban
mendirikan agama berdasarkan Al-qur’an, sunnah nabi dan ijmak. Pemimpin sebagai ‘sultan’
bermakna kewajiban menegakkan hukum secara adil berdasarkan pedoman Allah dan
rasulnya. Dalam kandungan makna ‘imam’, pemimpin harus berada paling depan di dalam
situasi apa pun,sehingga menjadi ikutan semua orang di bawah kepemimpinannya. Dengan
demikian, siapa pun yang mengindahkan dan menerapkan ketiga syarat kepemimpinan, maka
akan mendapat hidayah dan inayah Allah dalam kepemimpinannya.

Sifat kepemimpinan di dalam ungkapan disebutkan :

Tuah ayam pada sisiknya


Tuah manusia pada baiknya
Tuah kain pada tenunnya
Tuah kayu pada elok buahnya
Tuah Melayu elok maruahnya

iv
Elok kain elok raginya
Elok pemimpin elok negerinya
Elok corak sedap dipakai
Elok pemimpin elok akhlaknya
Elok akhlak memimpin sesuai

Karakter yang terdapat dalam buku “Pemimpin dalam ungkapan Melayu” karya Tenas
Effendy (2014), menyebutkan 55 karakter Kepemimpinan Melayu yang mesti dimiliki
seorang pemimpin. Kelimapuluh lima karakter tersebut dapat dikelompokkan pada empat
karakter yaitu amanah, fathanah, tabligh dan shiddiq.

B. PERAN DAN PAKAIAN PEMIMPIN


Adat Melayu bersebati dengan ajaran Islam yang dikemukakan di dalam pepatah, adat
bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah, syara’ mengata, adat memakai, bila bertelikai
adat dengan syara’, tegakkan syara. Peranan sebagai pemimpin tidak terlepas dari
khalifatullah fi I-‘ardh yaitu sebaik-baiknya makhluk dimuka bumi adalah yang pada dirinya
melekat peran dan tugas yang niscaya yaitu sebagai pemimpin.
Di dalam adat Melayu, pemimpin diungkapkan dalam berbagai kias-ibarat, diantaranya :
 Tua (“bertuah rumah ada tua-nya”)
 Pucuk (“bertuah kaum ada pucuknya”)
 Hulu (“berasosiasi dengan ‘sungai’ dan ‘gagang/pegangan’ pada peralatan sehari-hari
adat kampung ada penghulunya”)
 Pumpunan tali/ikan (“pucuk jala pumpunan tali/ikan kaum/negeri”)
 Payung (“tua menjadi payung negeri”)
 Pohon, seperti ungkapan mengena pemimpin yang baik di bawah ini :

Bagaikan pohon besar di tengah padang


Dari jauh mula nampak, dekat mula bersua
Ke atas ia berpucuk
Di tengah ia berbatang
Di bawah ia berurat-tunggang

Rimbun daunnya tempat berteduh


Kuat dahannya tempat bergantung
Besr batangnya tempat bersandar
Kokoh akarnya tempat bersila

Tempat beramu besar dan kecil


Tempat kusut diselesaikan
Tempat keruh dijernihkan
Tempat sengketa disudahkan
Tempat syara’ didirikan
Tempat hukum dijalankan
Tempat adat ditegakkan

v
Tempat lembaga dituang
Tempat undang diundangkan

Pakaian Bathin Pemimpin


Pakain Bathin adalah sifat-sifat dan kesadaran asas yang ada/diadakan dalam diri
pemimpin. Diantaranya :
 Kejujuran
 Aturan
 Akalbudi
 Keteladanan
 Keelokan
 Kelapangan hati
 Kesederhanaan
 Menenggang
 Kesabaran dan keuletan

C. SIFAT-SIFAT PEMIMPIN MELAYU


1. Shiddiq
Shiddiq atau jujur memiliki tolak ukur pada perilaku yang perkataan, perbuatan dan
tindakannya dapat dipercaya. Kejujuran merupakan keberanian mengakui sebuah kenyataan
apa adanya, sikap jujur berarti selalu melandaskan ucapan, keyakinan, serta perbuatan
berdasarkan ajaran islam.

 Pemimpin Amal
Seorang pemimpin Melayu selalu menerapkan perilaku jujur dalam menyuarakan
kebaikan di tengah-tengah masyarakat untuk keselamatan bersama. Lisan, perbuatan dan
pemikiran harus sejalan sehingga dapat dijadikan solusi berbagai masalah di masyarakat.
Sehingga rakyat yang dipimpin akan merasa damai. Pada dasarnya kejujuran merupakan
suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah
membenarkan dalam hari akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih
untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.

 Pemimpin Jantan
Seorang pemimpin diharuskan mempunyai sifat berani melakukan sesuatu demi
kesejahteraan rakyat yang dipimpin. Keberanian menghasilkan kepemimpinan yang
berwibawa, berintegritas dan disegani oleh rakyat.

 Pemimpin Jujur
Pemimpin jujur selalu menjalankan tugas dengan menjunjung tinggi kejujuran tanpa
kebohongan. pemimpin yang jujur memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt,
menjadikan sebagai seorang pemberani sehingga dipercaya dalam menjalankan amanah yang
diembankan.

vi
2. Amanah
Konsep amanah yautu kepercayaan yang menjadikan seseorang untuk memelihara dan
menjaga sebaik-baiknya hal yang diamanahkan kepadanya, tidak saja dari orang-orang yang
dipimpinnya, tetapi juga kepada Allah swt.
 Pemimpin Amal
Sikap kerja keras bentuk dari rasa tanggung jawab yang menekankan pada keseriusan seorang
pemimpin yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan bangsa, negara dan agama.

 Pemimpin Asin
Pemimpin selalu mengatakan yang sebenarnya tanpa menutup-nutupi atau berusaha terlihat
baik. Pemimpin selalu membuktikan perkataannya dengan perbuatan yang nyata. Selain itu,
pemimpin juga memiliki perilaku yang terpuji sehingga masyarakat yang dipimpin
menjadikannya sebagai contoh. Di dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin, juga
memiliki sikap yang tenang dalam menghadapi suatu permasalahan
 Pemimpin Asuh
Pemimpin asuh mengutamakan kepentingan negeri dan masyarakat di atas kepentingan
pribadi. Menjalankan tigas sebagai suatu amanah yang harus dikerjakan dengan sebaik-
baiknya. Rela berkorban dan arif dalam bertindak.

3. Fathanah
Fathanah merupakan sifat yang dimiliki oleh semua manusia yang berkaitan dengan
pemikiran. Fathanah dapat diartikan sebagai cerdas atau kecerdikan dan kebijaksanaan.

 Pemimpin Cerdik
Pemimpin memiliki akal yang panjang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi pada
saat menjadi pemimpin. Mampu menyelesaikan berbagai macam masalah tanpa tergantung
pada orang lain. Pemimpin cerdik terbentuk dari kisah perjalanan hidup seseorang, sehingga
mampu menumbuhkan rasa keandirian dan kecermatan dalam memimpin
 Pemimpin Lurus
Pemimpin lurus memiliki tekad yang kuat untuk memajukan dan kecerdasan negeri yang
dipimpinnya. Memiliki nilai-nilai kepahlawanan yang mampu melindungi negerinya dari
berbagai macam permasalahan sehingga memberikan dampak pada ketenttraman masyarakat
 Pemimpin Sabar
Pemimpin sabar memiliki sikap kepedulian yang tinggi dalam menyekesaikan permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Memiliki sifat sikap simpati dan empati. Ringan tangan yang
senantiasa memberikan rasa kepedulian yang tinggi kepada orang lain, sehingga masyarakat
yang dipimpon tudak merasakan kesusahan dan kekurangan.

4. Tabligh
Sifat tabligh juga memilki arti komunikatif. Seseorang yang memiliki sifat tabligh akan
menyampaikan dengan benar dengan tuntutan yang tepat.

vii
 Pemimpin Abdi
Pemimpin abdi bermanfaat secara langsung kepada masyarakat yang dipimpinnya. Pandai
dan tepat dalam menyampaikan informasi, mengkomunikasikan secra langsung kepada
masuyarakat dengan bahasa yang mudah dipahami. Sehingga, hal yang disampaikan mampu
dipahami oleh masyarakat
 Pemimpin Acu
Seorang pemimpin dalam kehidupannya harus selalu menyampaikan segala hal yang
mengacu pada perintah agama. Pemimpin juga harus menyampaikan segala ketentuan adat
yang berlaku di tengah masyarakat yang dipimpinnya.

D. KEPEMIMPINAN MASYARAKAT ADAT


Masyarakat adat adalah masyarakat yang terpelihara dan tersusun oleh nilai-nilai adat.
Masyarakat adat terbingkai oleh ketentuan adat sehingga susunan masyarakat terbagi oleh
noma-norma adat. Sistem nilai adat dalam bentuk seperangkat norma dan sanksi menjadi
panduan, sehingga lalu lintas sosial berjalan dengan harmonis. Lembaga adat telah
dikemudikan oleh 3 pemegang teraju adat dan seorang malim(ulama) untuk teraju agama.
Teraju kepemimpinan adat dikendalikan oleh penghulu (untuk Melayu muda), batin atau
datuk kaya (untuk Melayu tua).
Penghulu didampingi oleh Menti (monti) ada juga yang menamakannya Jakrah.
Tugasnya ialah memelihara norma-norma adat, sehingga jika ada suatu hal mengenai hal itu
akan ditanyakan kepadanya. Penghulu didampingi lagi oleh Hulubalang (dubalang) atau
tongkat, yakni teraju adat yang akan mengambil tindakan terhadap pelanggaran adat dan
agama. Ketiga pembesar lembaga adat ini didampingi lagi oelh Malim (ulama) yang akan
memberikan timbangan keadilan dari hukum syarak. Malim atau ulama itu disebut juga suluh
bendang negeri, maksudnya orang alim inilah yang akan memberi cahaya, pedoman (suluh)
terhadap kehidupan dunia menuju akhirat.
Dalam satu kesatuan masyarakat adat (puak) ada lagi teraju pemimpin yang memimpin
beberapa negeri, dusun dan rantau, yang juga diberi gelar Datuk. Kemudian menyusul
lembaga adat yang mengawal kehidupan sebatas pesukuan. Tiap pesukuan terdiri dari anak
dan kemenakan. Anak adalah keturunan menurut garis darah sedangkan kemenakan adalah
keturunan menurut pesukuan.Masyarakat adat juga punya mekanisme oergantuan pemangku
adat.
Pemangku adat itu harus diagnti bukan ditukar. Sebab dengan diganti terbuka peluang
yang mengganti akan lebih baik dari yang digantikan. Sebaliknya, jika dikatakan ditukar,
berarti nilai yang ditukr sama saja dengan penukarnya, sehingga tidak akan terjadi kemajuan
dan perbaikan oleh penukaran para pemimpin itu. Karena pengganti harus lebih baik dari
yang digantikannya, maka ujudlah bidal dalam masyarakat adat palah tumbuh hilang
berganti. Adapun pergantian pemangku adat paling kurang merujuk pada 4 perkara yaitu,
pertama, lapuk,yakni sudah tua atau uzur dimakan usia, sehingga tidak memadai lagi
kemampuannya untuk memimpin.
Pemimpin itu memerlukan orang yang kuat jasmani dan rohani. Ke dua, lalim yakni
orang yang melakukan kezaliman atau penindasan dalam kepemimpinannya, sehingga warga
masyarakat merugi atau menderita. Ke tiga meninggal dunia. Kepemimpinan tidak boleh
terikat pada satu diri seseorang. Sebab itu ketika pemimpin itu mati, maka harus segera ada

viii
yang menggantikannya. Yang ke empat, pemimpin lembaga adata juga dapat diganti, apabila
ada permintaan daripada yang bersangkutan.
Pemimpin itu minta mundur dari jabatannya mungkin karena merasa tidak mampu atau
karena atasan lain seperti kesehatan atau karena pertimbangan keagamaan hendak mengambil
jalan sufi dalam hidupnya.Tiap masyarakat adat dapat memenugi keperluan hidupnya, karena
memiliki hutan tanah dan wilayah perairan eengan segala kekurangannya. Wilayah yang
didiami oleh suatu masyarakat adat lazim disebut tanah ulayat. Tanah ulayat adalah suatu
wilayah yang dimiliki dan dipelihara bersama oleh masyarakat adat untuk memberikan
sebanyak kesejahteraan kepada warganya. Tanah ulayat itu dapat meliputi :

 Tanah perkarangan
 Tanah peladangan
 Tanah kebun
 Rimba kepungan sialang
 Rimba simpanan (larangan)
 Perairan penangkapan ikan
 Padang pengembalaan
 Tanah kandang
 Tanah koto
 Tanah perkuburan

ix
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut, kami menyarankan agar pembaca lebih memahami
tentang arti kepemimpinan, tidak hanya tentang kepemimpinan Melayu saja tetapi juga
tentang hal yang terkait dengan seorang pemimpin yang berada di suku dan adat mana saja,
serta apa peran dan pakaian pemimpin itu, sifat-sifat kepemimpinan dan bagaimana
kepemimpinan itu dijalankan dimasyarakatnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca. Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan.

x
DAFTAR PUSTAKA

Braginsky. 1998. Yang Indah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam abad
7-19. Jakarta: INIS

Elmustian, dkk,. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau, Pekanbaru: Pusat


kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau.

Hasan Junus, dkk. 1996. Raja Ali Haji dan Karya-karyanya, Pekanbaru: Pusat Pengajian
Bahasa dan Kebudayaan Melayu-Unri.

Effendy, Tenas. 2004. Kesantunan dan Semangat Melayu. Pekanbaru: Tenas Effendy
Foundation

Effendy, Tenas. 2014. Pemimopin dalam Ungkapan Melayu. Pekanbaru: Lembaga Adat
Melayu Riau.

Tim Pemerintah Kota Tanjung Pinang. 2004. Gurundam Dua Belas Raja Ali Haji.
Tanjungpinangf Kita Gurndam. Tanjung Pinang: Pemerintah Kota

UU Hamidy, Masyarakat Adat Kuantan Singingi, Pekanbaru: UIR Press, 2002

UU Hamidy, Riau Doeloe-kini dan Bayangan Masa Depan, Pekanbaru: UIR Press,2002

Kang, Yonhee, Untaian Kata Leluhur: marjinalitas, emosi dan kuasa kata-kata magi di
kalangan orang Petalangan Riau. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan
Kemasyarakatan Universitas Riau, 2005

xi

Anda mungkin juga menyukai