KOTA CIMAHI
SUSILAWATI
214120104
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
kenyataan di lapangan tidaklah mudah, hambatan, dan rintangan silih berganti menghampiri
mencoba mematahkan semangat. Namun akhirnya dengan motivasi yang tinggi, kerja keras
dan tim yang solid serta dukungan dari berbagai pihak praktik keperawatan komunitas ini
Banyak pihak yang secara langsung dan tidak langsung berperan dalam
pelaksanaan praktik keperawatan komunitas dan penyusunan laporan ini. Pada kesempatan
ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan penyusun
menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang dihasilkan manusia dalam bentuk yang sempurna.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan maklum bagi yang membaca atas kekurangan
Penyusun
ii
Daftar Isi
B. Tujuan.............................................................................................................................................3
C. Manfaat..........................................................................................................................................4
D. Ruang Lingkup..............................................................................................................................4
F. Metode Penulisan.........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................ 6
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................6
A. Paradigma Sehat...........................................................................................................................6
B. Karakteristik Komunitas..............................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................... 59
A. Pengkajian Komunitas................................................................................................................59
1. Letak Geografis.......................................................................................................................59
2. Data Demografi........................................................................................................................59
3. Kesehatan Warga....................................................................................................................66
B. Pengkajian COVID-19.................................................................................................................71
1. Tingkat Pengetahuan..............................................................................................................71
2. Tingkat Sikap...........................................................................................................................71
3. Tingkat Prilaku.........................................................................................................................72
4. Hasil Penjaringan....................................................................................................................72
5. Faktor Resiko...........................................................................................................................73
C. Diagnosa......................................................................................................................................74
1. Analisa Data.............................................................................................................................74
2. Penapisan Masalah.................................................................................................................78
BAB IV.................................................................................................................................... 87
BAB V..................................................................................................................................... 90
PENUTUP............................................................................................................................... 90
A. Kesimpulan...................................................................................................................................90
B. Saran.............................................................................................................................................91
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
iii
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. v
iv
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Proposal Survey Mawas Diri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras
hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan
sebuah kelompok/komunitas.
berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam
kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain
yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti
"kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik,
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
1
2
sumberdaya manusia ini merupakan upaya besar sehingga tidak dapat dilaksanakan
maka salah satu upayanya dengan menitikberatkan peran serta aktif dari
yang terampil dan aktif dalam melaksanakan program kesehatan dan mengajak
wilayahnya.
3
Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Program Profesi Ners
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
berpedoman pada tiga bagian yang terdiri atas inti komunitas, subsistem
menjadi tahu, mau, dan mampu berprilaku hidup bersih dan sehat agar dapat
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Komunitas.
D. Ruang Lingkup
Dalam laporan ini kami membatasi masalah yang kami bahas yaitu mengenai
Cimahi Selatan.
1. Waktu
Waktu kegiatan praktek keperawatan komunitas ini yaitu mulai tanggal 27 November -
08 Desember 2020.
2. Tempat
F. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan laporan ini adalah analitik deskriptif dengan teknik
pengumpulan data.
1. Objektif
2. Teknik Observasi
3. Studi Kepustakaan
Melalui referensi dan literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi
Selatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Paradigma Sehat
mempengaruhi banyak faktor yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang
baik secara makro maupun mikro. Secara makro, berarti bahwa pembangunan
rehabilatif.
pasif, menjadi sesuatu yang bersifat aktif, yang mau tidak mau harus
b. Sehat bukan hal yang konsumtif, melainkan suatu investasi karena menjamin
d. Pelayanan kesehatan tidak hanya pelayanan medis yang melihat bagian dari
e. Kesehatan tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat mental dan sosial.
(integrated).
permintaan pasar.
urusan swasta.
Masyarakat.
l. Kesehatan tidak hanya berfungsi sosial, tetapi juga dapat berfungsi ekonomi.
m. Pengaturan kesehatan tidak lagi diatur dari atas (top down), tetapi
p. Masyarakat tidak sekedar ikut berperan serta, tetapi telah berperan sebagai
mitra.
Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat merupakan sesuatu
yang sangat esensial dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan
Sehat bukanlah hal yang konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita menjadi
Kesehatan merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang sangat
pendapatan (ekonomi). Oleh karena itu, kualitas kesehatan perlu dipelihara dan
kesehatan lebih efektif daripada mengobati penyakit. Oleh karena itu, upaya
yang sangat besar terhadap kualitas derajat kesehatan. Di pihak lain, faktor
lingkungan dan perilaku terkait dengan banyak sektor di luar kesehatan. Oleh
kesehatan.
Visi Indonesia Sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia pada masa
yang akan datang, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilku sehat,
mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memilki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indonesia Sehat 2010 ini
bidang kesehatan.
kesehatan.
lingkungannya.
masyarakat luas.
melalui tatanan sehat (keluarga sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat,
dengan gizi baik, dan tidak merokok); 80% tatanan keluarga sehat.
d. Derajat kesehatan: Angka harapan hidup 67,9 tahun, angka kematian bayi
35 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian ibu 125 per 100.000
B. Karakteristik Komunitas
melibatkan masyarakat, klien memiliki otonomi yang tinggi, fokus perhatian dalam
1. YANKES tingkat pertama (primary health care) diperlukan oleh masyarakat yang
2. YAN KES tingkat kedua (secondary health service) diperlukan oleh kelompok
masyarakat yang memerlukan rawat inap yang sudah tidak dapat ditangani oleh
spesialis.
3. YAN KES tingkat ketiga (tertiary health service) diperlukan oleh masyarakat atau
pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh sekunder sudah kompleks dan
keperawatan.
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
a. Sederhana, terjadi karena secara ekonomi memang tidak mampu dan secara
b. Mudah curiga, secara umum karena hal baru di luar dirinya yang belum
dengan pejabat, dengan orang yang lebih tua, dengan yang lebih mampu
atau tidak bagi orang lain karena memang tidak berencana untuk menyakiti
kebudayaan, sosial, dan sumber daya manusia. Masalah ekonomi umum dialami
keberhasilan panen, kepemilikan lahan, dan banyak yang menjadi buruh tani.
kurang peka akan pembangunan daerahnya. Masalah SDM tidak lepas dari
3. Sasaran Komunitas
a. Anak Balita
Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia
yang berusia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar
menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun. Kelompok
(koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya
perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan
tersebut.
masa sebelum lahir, masa bayi dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga
tahapan tersebut banyak terjadi perubahan yang mencolok, baik fisik maupun
b. Remaja
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock,
15
1994). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Dalam
bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara
12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas
tiga, yaitu :
adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan
rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
c. Dewasa
masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan
diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai
40 tahun.
sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial
antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria
seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati,
yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis
perubahan penampilan.
d. Ibu Hamil
Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal
mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Faktor resiko
pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak, dan
beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung
menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi
kematian ibu, misalnya pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia, dan infeksi.
Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat
a. Manusia
b. Lingkungan
c. Sehat
d. Keperawatan
sosio – cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel,
yang terganggu.
fleksibel.
normal.
pertahanan resisten.
kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor
mempertahankan kesehatan.
Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum
dan menyeluruh, lebih banyak tidak langsung dan diberikan secara terus menerus
Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses
a. Pengkajian
1) Core atau inti merupakan data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
dan kepadatan.
terjadi.
statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta
cakupan imunisasi.
b. Perencanaan (intervensi)
tersedia.
1) Tahap persiapan
22
masyarakat,
2) Tahap pengorganisasian
b) Melakukan pengkajian
diagnose keperawatan
d) Melatih kader
6) Tahap akhir
c. Pelaksanaan (Implementasi)
kesehatan.
gizi.
kebutuhan komunitas.
pencegahan, yaitu :
ke Posyandu.
d. Evaluasi
rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari
target pelaksanaan.
peserta.
tahun.
komunitas.
terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada
umumnya.
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
secara berkesinambungan.
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
a. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang berada pada
lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan
minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai
b. Kesehatan
c. Lingkungan
Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat
d. Keperawatan
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
aktualisasi diri.
kelompoknya sendiri.
adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas
Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang
berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan.
Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan
air bersih.
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga,
dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif
yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan
lingkungan spiritual.
No Aspek Perbedaaan
Perawatan 2. Rumah
2. Klinik 3. Sekolah
4.
Perusahaanperusahaa
n
5. Panti-panti
3. Kuratif
4. Rehabilitatif
5. Resosiasi
selama sakit
2. Pencegahan Penyakit
Pelayanan 2. Keluarga
3. Kelompok Khusus
4. Masyarakat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran
30
adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial
tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21). Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh
sesorang terhadap orang lain, dalam hal ini peran perawat untuk memberikan
suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah
Elemen Peran :
professional (Element Rool) antara lain : care giver, client advocate, conselor,
proses.
Tugas perawat :
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak
petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama
kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-
hak klien.
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).
31
2. Konselor
sakitnya
keperawatan.
3. Edukator
32
membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara
guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau
keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari
secara teknis.
a. Dilakukan kepada klien /klg , tim kes. Lain baik secara spontan pada saat
kesehatan
4. Kolaborator
bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan
klien.
5. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
menguntungkan klien.
1) Merencanakan
2) Mengorganisasikan
3) Mengarahkan
4) Mengontrol
6. Change Aget
orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada system (Kemp,1986).
perubahan dan membimbing klien melalui fase ini (Marriner Torney). Peran
b. Pendidik
d. Innovator/pembaharu
e. Organisator yankes
f. Role Model/panutan
g. Fasilitator
h. Pengelola/Manajer
1. Fungsi Independen
34
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
2. Fungsi Dependen
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di
antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan
kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan
telah di berikan.
tinggi, yakni mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita .
pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan
sejak awal penyakit. Dalam mengelol, sejak awal sudah harus diwaspadai dan
penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan
tombak pengelolaan .
dengan fokus utama klien individu, keluarga, dan komunitas. (Archer, 1976). Tatanan
praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua
pencegahan primer, sekunder dan tertier. Perawat yang bekerja di komunitas dapat
bekerja sebagai perawat keluarga, perawat sekolah, perawat kesehatan kerja atau
pegawai gerontology.
1. Perawat Keluarga
36
yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai
individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit. Peran yang dilakukan
adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan
kader.
4. Perawat Gerontologi
37
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi diberbagai
tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan
1. Definisi
1. Etiologi
2. Manifestasi klinis
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada pencitraan dapat
menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau
kolaps paru atau nodul, tampilan ground-glass. Pada stage awal,
terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan intertisial
yang jelas menunjukkan di perifer paru dan kemudian berkembang
menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di kedua paru.
Pada kasus berat, dapat dietemukan konsolidasi paru bahkan
“whitelung” dan efusi pleura.
b. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
1) Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan
orofaring)
2) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakeal).
c. Pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2 (sequencing bila
tersedia). Ketika melakukan pengambilan spesimen gunakan APD
41
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu > 38 ), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi
kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
Klasifikasi Klinis
1) Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa
gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam,
batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise,
sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien
dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala
menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui
tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini
pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau
napas pendek.
43
2) Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia
tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas.
3) Pneumonia berat
Pada pasien dewasa :
a) Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi
saluran napas
b) Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas:
>30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen
pasien.
4) Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu
setelah diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS
berdasarkan kondisi hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan tekanan
oksigen arteri (PaO ) dibagi fraksi oksigen inspirasi (FIO ) kurang dari<
300 mmHg. Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan
toraks seperti foto toraks, CT Scan toraks atau USG paru. Pada
pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan: opasitas bilateral, tidak
menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau kolaps paru atau nodul.
Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh gagal
jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan pemeriksaan objektif lain
seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi penyebab hidrostatik
penyebab edema jika tidak ada faktor risiko. Penting dilakukan analisis
gas darah untuk melihat tekanan oksigen darah dalam menentukan
tingkat keparahan ARDS serta terapi. Berikut rincian oksigenasi pada
pasien ARDS.
a) Dewasa :
(1) ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg
(dengan PEEP atau CPAP ≥5 cmH2O atau tanpa
diventilasi)
44
6) Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah
resusitasi volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk
mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L.
Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan tekanan
sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah rata rata tekanan sistolik
normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-3 kondisi berikut : a)
Perubahan status mental
b) Bradikardia atau takikardia
(1) Pada balita :Frekuensi nadi
160x/menit
(2) Pada anak-anak :Frekuensi nadi
150x/menit
c) Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau
vasodilatasi hangat dengan bounding pulse
d) Takipnea
e) Kulit mottled atau petekia atau purpura
f) Peningkatan laktat
g) Oliguria
h) Hipertemia atau hipotermia
5. Pencegahan Komplikasi
6. Penatalaksanaan Medis
Deteksi dini dan pemilahan pasien yang berkaitan dengan infeksi
COVID-19 harus dilakukan dari mulai pasien datang ke Rumah Sakit. Triase
merupakan garda terdepan dan titik awal bersentuhan dengan Rumah Sakit
sehingga penting dalam deteksi dini dan penangkapan kasus. Selain itu,
Pengendalian Pencegahan Infeksi (PPI) merupakan bagian vital terintegrasi
dalam managemen klinis dan harus diterapkan dari mulai triase dan selama
perawatan pasien.NPada saat pasien pertama kali teridentifikasi, isolasi
pasien di rumah atau isolasi rumah sakit untuk kasus yang ringan. Pada
kasus yang ringan mungkin tidak perlu perawatan di rumah sakit, kecuali ada
kemungkinan perburukan cepat. Semua pasien yang dipulangkan
diinstruksikan untuk kembali ke rumah jika sakit memberat atau memburuk.
Berikut penjelasan singkat terkait kewaspadaan pencegahan penularan di
Rumah Sakit.
a. Terapi dan Monitoring
1) Isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang muncul,
baik ringan maupun sedang. Pasien bed-rest dan hindari
perpindahan ruangan atau pasien.
2) Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4) Suplementasi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan
SARI, distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen
pertama sekitar 5l/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien
tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien hamil. Tidak ada napas atau
obstruksi, distress respirasi berat, sianosis sentral, syok, koma dan
kejang merupakan tanda gawat pada anak. Kondisi tersebut harus
diberikan terapi oksigen selama resusitasi dengan target SpO2 ≥
94%, jika tidak dalam kondisi gawat target SpO2 ≥ 90%.
Semua area pasien SARI ditatalaksana harus dilengkapi
dengan oksimetri, sistem oksigen yang berfungsi, disposable, alat
48
b) Resusitasi cairan
(1) Pada pasien dewasa berikan paling sedikit cairan isotonik
kristaloid sebanyak 30ml/kgBB dalam kurun waktu 3 jam
pertama. Tentukan kebutuhan cairan tambahan pada
dewasa yaitu 250-1000 ml berdasarkan respons klinis dan
perbaikan perfusi. Target perfusi:
(a) MAP (>65mmHg, disesuaikan dengan usia)
(b) Output urin (>0,5 ml/kgBB/jam)
(c) Capillary refill time
(d) Tingkat kesadaran
(e) Lakta
(2) Pada pasien anak berikan 20ml/kgBB bolus cepat dan
lanjutkan dengan 40-60 ml/kgBB dalam 1 jam pertama.
Tentukan kebutuhan cairan tambahan yaitu 10-20ml/kgBB
berdasarkan respons klinis dan perbaikan perfusi. Target
perfusi:
(a) MAP (>65mmHg, disesuaikan dengan usia)
(b) Output urin (1ml/kgBB/jam)
(c) Capillary refill time, skin mottling
(d) Tingkat kesadaran
(e) Laktat
(3) Cairan yang digunakan yaitu normal salin dan ringer laktat.
Jangan menggunakan cairan kristaloid hipotonik, starches,
atau gelatin untuk resusitasi. Surviving sepsis juga
merekomendasikan albumin jika pasien membutuhkan
kristaloid dalam jumlah besar.
(4) Resusitasi cairan dapat menyebabkan overload volume,
termasuk kegagalan respirasi. Jika tidak ada respons
terhadap loading cairan dan terdapat tanda overload volume
52
8) Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk
dan lainnya jika memang diperlukan.
9) Pemberian kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada
tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
Berdasarkan penelitian kortikosteroid yang diberikan pada pasien
SARS dilaporkan tidak ada manfaat dan kemungkinan bahaya. Pada
studi lain terkait dengan influenza, pemberian kortikosteroid justru
meningkatkan risiko kematian dan infeksi sekunder.
Namun, tingkat kekuatan penelitian tersebut dinilai lemah
karena banyaknya faktor perancu. Studi terbaru, pada kasus MERS
ditemukan pemberian kortikosteroid sistemik tidak memiliki efek
dalam tingkat kematian tetapi memperlama masa klirens virus
MERS-CoV dari saluran napas bawah. Oleh karena itu, disimpulkan
kurangnya efikasi dan kemungkinan berbahaya sehingga pemberian
kortikosteroid sistemik sebaiknya dihindari, jika tidak diindikasikan
oleh alasan lain.
10) Observasi ketat
54
A. Pengkajian Komunitas
1. Letak Geografis
2. Data Demografi
a. Luas Wilayah
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat RT 02/08 ini
memiliki luas wilayah 1,5 hektar atau 1005 tumbak. Batas wilayah diantaranya:
Batas Desa/kelurahan Kecamatan
Sebelah Utara Kelurahan Cigugur Kec. Cimteng
Sebelah Selatan Kawasan industri Kec. Cimsel
Sebelah Timur RT 01 Kec. Cimsel
Sebelah Barat RT 03 Kec. Cimsel
b. Kependudukan
Berdasarkan dari hasil pengkajian pada tokoh masayarakat setempat
didapatkan data kependudukan di RT 02/08 sebanyak 141 KK atau 444 jiwa.
Terdiri dari 234 orang berjenis kelamin laki-laki dan 210 orang berjenis
kelamin permpuan. Dibawah ini merupakan data penggolongan usia yang
terdapat di RT 02/08 :
59
60
d. Agama
Berdasarkan hasil pengkajian pada warga, terdapat 2 agama yang dianut
diantaranya agama islam dan agama kristen protestan. Hasil data survey
dapat dilihat dari diagram dibawah ini:
Agama yang dianut oleh RT 02/08 di dominasi dengan agama islam dengan
persentase sebanyak 96% atau setara dengan 55 KK. Sedangkan keluarga
yang memeluk agama kristen protestan sebanyak 2 KK dari total keseluruhan
57 KK.
e. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga
Tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga yang dikaji sebanyak 57 KK dapat
dilihat dari diagram dibawah ini:
62
Berdasarkan diagram pie diatas sebanyak 53% atau setara dengan 30 KK itu
memiliki rumah pribadi dari jumlah total 57 KK yang terkaji. Selanjutnya data
yang didapat untuk menyewa biasanya untuk warga pendatang atau bahkan
menetap di Kp. Cimuncang yaitu 28% atau setara dengan 16 KK. Selanjutnya
untuk tempat tinggal yang menumpang ini merupakan pasangan yang baru
menikah atau keluarga yang sudah cerai hidup atau mati didapatkan
sebanyak 19% atau setara dengan 11 KK.
g. Penggunaan Jamban
Berdasarkan hasil wawancara pada tiap rumah didapatkan data penggunaan
jamban dibawah ini:
63
Hasil didominasi oleh kondisi air bersih yang tidak berbau dan berasa
sebanyak 81% atau setara dengan 46 KK. Selanjutnya kondisi air yang
berwarna ini dengan persentase 9% atau setara dengan 5 KK karena pada
sebagian KK tersebut menggunakan air dari sumur. Hasil kondisi air dengan
endapan terdapat sebanyak 10% setara dengan 6 KK.
j. Pembuangan Sampah Warga
Berdasarkan hasil wawancara pada keluarga dengan total 57 KK didapatkan
data pekerjaan dibawah ini:
data 23%. Terakhir dengan penghasilan perbulan Rp. 250.000 – Rp. 500.000
sebanyak 14%.
3. Kesehatan Warga
a. Masalah Kesehatan Warga < 6 Bulan Terakhir
Hasil wawancara pada tiap warga ditemukan data dalam bentuk grafik
dibawah ini :
Menurut data diatas dapat diambil 3 penyakit utama yang diderita warga
paling banyak diantaranya yaitu batuk pilek dengan persentasi 22%,
Hipertensi 20% dan Asma 18%. Penyakit pada sistem pernapasan yang
dialami warga karena tempat tinggal berada di wilayah perindustrian batu
bara dan kebiasaan merokok. Selanjutnya untuk penyakit hipertensi banyak
diderita oleh lansia.
Warga RT 02/08 ini memiliki kebiasaan untuk membeli obat di warung untuk
penanganan sementara keluhan kesehatan yang dialaminya dengan
persentase 75% atau setara dengan 43 KK. Selain itu ada juga warga yang
sudah terbiasa dengan mengonsumsi minuman herbal atau jamu racikan
sendiri dengan persentase 25% atau setara dengan 13 KK.
Penggunaan KB didapatkan data hanya 33% dan yang tidak 67%. Data yang
tidak menggunakan KB karena kondisi tersebut diantaranya ada yang baru
menikah sehingga memutuskan untuk tidak memakai KB dulu dan usia yang
sudah tidak subuh sehingga tidak perlu untuk menggunakan KB. Selanjutnya
dibawah ini merupakan jenis penggunaan KB :
Pada data diagram pie diatas ditemukan penggunaan kondom sebanyak 53%
banyak digunakan oleh warga karena alasannya lebih praktis digunakan
tanpa adanya keluhan dan warga banyak yang memiliki presepsi bahwa
dengan menggunakan iud, pil atau susuk itu memiliki efek samping yang
merugikan bagi ibu yang akan menggunaan.
70
Proses pengkajian COVID-19 ini dibulai pada tanggal 17 April – 24 April 2020. Setelah data
terkumpul lalu di olah serta dianalisa seperti data yang dibawah ini.
B. Pengkajian COVID-19
1. Tingkat Pengetahuan
Menurut data diatas bahwa tingkat pengetahuan warga yang baik memiliki
persentase sebanyak 36% dengan total menjawab soal yang benar sebanyak 45
responden. Sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan yang buruk sebanyak
64% dengan jumlah 80 responden.
2. Tingkat Sikap
Menurut data diatas sikap warga pada pandemi ini masih tergolong kurang hal ini
dapat dibuktikan dengan dta tingkat sikap yang baik hanya 14% dengan jumlah
71
Tingkat prilaku yang baik pada masyarakat masih minim dapat dibuktikan dengan
hasil temuan sebanyak 8% dengan jumlah 10 responden, sedangkan dengan prilaku
yang buruk sebanyak 92% dengan jumlah responden 115. Adapaun tingkat kesadaran
yang masih minim mengenai penggunaan masker pada saat keluar rumah dan mencuci
tangan saat setelah kontak dengan lingkungan luar.
4. Hasil Penjaringan
Tingkat penjaringan didapat sejumlah 97% warga tidak mengalami tanda gejala dari
COVID-19 dengan jumlah responden 123. Sedangkan untuk warga yang memiliki keluhan
seperti sesak karena asma dan batuk terdapat 3% dengan jumlah responden sebanyak 2
72
orang dan melakukan isolasi diri meskipun belum pasti bahwa warga tersebut mengalami
tanda gejala dari COVID-19.
5. Faktor Resiko
an dengan
jumlah kunjungan ke Bandung sebanyak 76% dengan jumlah responden 14 orang,
sementara ke Depok dan Karawang 12% dengan masing-masing responden 2
orang.
C. Diagnosa
1. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
74
Kurangnya
pemahaman
masyarakat
tentang bahaya
75
merokok
Ketidakmauan
berhenti merokok
Peningkatan
perilaku tidak sehat:
merokok
DO : ↓
merokok.
DO : Masyarakat tidak
mengetahui
1. Menurut data hasil
pentingnya
pengkajian bahwa melakukan isolasi
tingkat pengetahuan mandiri
warga yang baik
memiliki persentase ↓
sebanyak 36% dengan
total menjawab soal Masyarakat keluar
yang benar sebanyak rumah tanpa
45 responden. menghiraukan
Sedangkan yang bahayanya virus
memiliki tingkat COVID-19
pengetahuan yang
buruk sebanyak 64% ↓
dengan jumlah 80
responden. Minimnya
penggunaan APD
2. Menurut data terutama masker
pengkajian mengenai kain pada saat
sikap warga pada kontak antar warga
pandemi ini masih
tergolong kurang hal ini ↓
dapat dibuktikan dengan
dta tingkat sikap yang Warga tidak
baik hanya 14% dengan melakukan cuci
jumlah responden tangan setelah
sebanyak 18 orang.
kontak dengan
Sementara sikap yang
buruk mengenai lingkungan luar
pandemi COVID-19 ini
sebanyak 86% dengan ↓
jumlah responden
sebanyak 107. Resiko
meningkatnya
3. Tingkat prilaku yang penyakit menular
buruk sebanyak 92%
dengan jumlah
77
2. Penapisan Masalah
No Masalah kesehatan A B C D E F G H I J K L Total Prioritas
b. Resiko peningkatan perilaku tidak sehat: merokok b.d kebiasaan yang sudah lama
dan kurangnya minat terhadap prilaku perubahan hidup sehat.
c. Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (Batuk pilek dan Asma) b.d
terpaparnya berbagai macam polusi industri di lingkungan sekitar.
81
Planning of Action
(POA)
No Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
1. Resiko meningkatnya 1. Meningkatkan 1. Pemeriksaan Rumah tiap
penyakit pengetahuan suhu tubuh dan warga atau
menular mengenai saturasi Grup whasapp
COVID-19 b.d pandemi oksigen.
kurangnya COVID19 di 2. Penyuluhan
pemerataan informasi
wilayah RT etika batuk dan
mengenai cara
pencegahan 02/08. 5 langkah cuci
COVID-19.
2. Merubah prilaku tangan.
mengenai 3. Penyuluhan
pencegahan tentang cara
Warga RT 02/08
penyakit menular penyebaran
COVID-19 di virus dan
wilayah RT bahaya
02/08. tertularnya
3. Mengurangi virus COVID-
tingkat resiko 19.
terjadinya 4. Pembagian
pandemi leaflet sehingga
COVID19 di dapat dibaca
wilayah RT kembali setelah
02/08.
82
dilakukan
pendkes melalui
diskusi.
yang tidak sehat 02/08 terutama yang mengenai prilaku Grup whasapp
(Batuk pilek dan memilki masalah hidup sehat dan
pada organ penggunaan obat
Asma) b.d pernapasan. dengan tepat.
terpaparnya berbagai
macam
polusi industri di
lingkungan sekitar.
1 Resiko Setelah Setelah dilakukan Pendidika 1. Berikaan Seluruh warga Meningkatny Uang Rumah Irfan dan
dilakukan tiap Bu Wati
meningkatnya tindakan n Informasi memahami a Mahasisw
tindakan
penyakit menular keperawatan keperawaan Kesehatan mengenai penyuluhan pengetahuan a warga (Kader)
pengetahuan dan
COVID- selama 30 menit, mengenai penyakit yang diberikan warga mesjid
warga terjadi
19 b.d peninghkatan diharapkan: pencegah COVID-19 mengenai mengenai
kurangnya mengenai an COVID- 2. Berikan pencegahan cara
pemerataan pencegahan - Warga dapat
informasi dan 19 informasi dan mencegah
mengenai cara penanganan mematuhi untuk
mengenai penanganan agar tidak
pencegahan COVID-19. memakai
COVID-19. pencegahan wabah COVID- terkena
masker saat
COVID-19 19. wabah
keluar rumah\
3. Berikan leaflet COVID-19.
- Warga dapat
pada
melakukan
masingmasing
social
distancing. warga setelah
kegiatan
pendkes
4. Tempelkan
poster pada tiap
85
titik
perkumpulan
warga.
86
2 Resiko Setelah Setelah dilakukan Pendidika 1. Berikan 1. Kader dapat Menurun-nya Uang Tiap Irfan dan
rumah
peningkatan dilakukan tindakan n Penyuluhan memahami angka mahasisw Bu Wati
warga
perilaku tidak tindakan keperawatan Kesehatan kesehatan dan merokok dan a (kader)
sehat: merokok keperawatan selama 30 menit, mengenai menjelaska meningkatny
berhubungan terjadi diharapkan: Bahaya dan n kembali a kesadaran
dengan peningkatan Pendidika Dampak tentang warga untuk
- Pengetahuan
kebiasaan yang pengetahuan n merokok bahaya mengurangi
dan
sudah lama dan dan kesehatan rokok rokok karena
pemahaman
kurangnya kesadaran melalui kepada dampaknya
warga 2. Berikan
minat terhadap warga leflet warga bagi
meningkat pendkes melalui
prilaku tentang (khususnya kesehatan.
perubahan terhadap leaflet dan
dampak dan laki-laki)
hidup sehat. dampak
bahaya diskusi
2. Warga
merokok
merokok. (khusunya
- Pengetahuan
dan ibu yang
pemahaman
87
warga memiliki
meningkat balita)
terhadap memahami
bahaya tetang ISPA
merokok sehingga
dapat
memberika
n keputusan
yang tepat
dalam
pengobatan
-nya.
3 Terjadinya Setelah Setelah dilakukan Pendidika 1. Memberikan 1. Seluruh Menurunnya Uang Tiap Irfan dan
penyakit akibat n angka rumah
dilakukan tindakan penyuluhan warga mahasisw Bu Wati
lingkungan yang kesehatan kejadian warga
tidak sehat tindakan keperawatan melalui mengenai dapat batuk, pilek a (kader)
(Batuk pilek dan leaflet. dan sama
keperawatan selama 30 menit, bahayanya memahami
Asma) b.d pada warga.
terpaparnya terjadi diharapkan: polusi materi
berbagai peningkatan lingkungan. penyuluha
pengetahuan 1. Warga dapat
warga memodifikasi n.
lingkungan 2. Memberikan
penyuluhan 2. Seluruh
88
menular/infeksi salah satunya angka kejadian COVID-19 yang tiap harinya selalu
mengalami peningkatan.
4.1 grafik penderita corona per tanggal 15 maret – 26 april 2020 di Indonesia
Data diatas menggambarkan bahwa penyakit menular yang disebabkan oleh virus
COVID-19 ini sangat berbahaya apabila masyarakat Indonesia tidak serius dalam
menanggapi pandemi ini. Berdasarkan data diatas di Jawa Barat total kasus yang sudah
terkonfirmasi sebanyak 1.300 warga, sembuh sebanyak 704 warga dan 409 warga yang
meninggal karena corona. Beberapa program telah dilaksanakan demi mencegahnya terjadi
peningkatan wabah ini diantaranya dengan melakukan pemeriksaan deteksi corona pada
zona merah dan melakukan penyuluhan pada tiap media baik itu televisi atau media sosial.
Namun hal tersebut tidak membuat wabah ini semakin berkurang akan tetapi malah semakin
bertambah. Berdasarkan data dibawah ini, pada tanggal 05 Mei 2020 sudah tercatat
sebanyak 12.071 yang terdeteksi virus ini.
4.2 grafik penderita corona per tanggal 03 maret – 05 mei 2020 di Indonesia
89
4.3 diagram pie mengenai cara prilaku warga RT 02 menghadapi pandemi covid-19
Gambaran data diatas mengenai tingkat prilaku yang baik pada masyarakat masih
minim dapat dibuktikan dengan hasil temuan sebanyak 8% dengan jumlah 10 responden,
sedangkan dengan prilaku yang buruk sebanyak 92% dengan jumlah responden 115.
Adapaun tingkat kesadaran yang masih minim mengenai penggunaan masker pada saat
keluar rumah dan mencuci tangan saat setelah kontak dengan lingkungan luar. Prilaku
seperti ini merupakan resiko paling tinggi terjadinya penyebaran virus covid-19.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Temuan data berdasarkan 3 penyakit utama yang diderita warga paling banyak
diantaranya yaitu batuk pilek dengan persentasi 22%, Hipertensi 20% dan Asma
18%. Penyakit pada sistem pernapasan yang dialami warga karena tempat tinggal
COVID-19.
berikut:
2. Resiko peningkatan perilaku tidak sehat: merokok b.d kebiasaan yang sudah
3. Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (Batuk pilek dan Asma)
sekitar.
Selatan.
B. Saran
1. Masyarakat RT 02
kesehatan yang ada dapat segera ditanggulangi dan terhindar dari kondisi
yang lebih berat. Warga harus mampu menjalankan program kesehatan yang
Mini sehingga dapat menciptakan prilaku hidup bersih dan sehat untuk
Puskesmas.
dalam hal menurunkan angka kesakitan ISPA, penyakit tidak menular (PTM):
tekanan darah tinggi, kepemilikan tempat sampah, dan kebiasaan Merokok pada
warga RT 02.
3. Mahasiswa Profesi
Depkes RI. 2018. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2005. Kemitraan Pusat Promosi Kesehatan dalam http://www. promokes.go.id,
Depkes RI. 1999. Paradigma Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/05/05/covid-19-bertambah-484-kasustertinggi-
Wahit, Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan KomunitasPengantar Dan Teori. Jakarta : Salemba
Medika.
LAMPIRAN
PROPOSAL SURVEY MAWAS DIRI (SMD) DI RT 02/08 KELURAHAN
UTAMA KOTA CIMAHI
Disusun Oleh :
SUSILAWATI 214120104
CIMAHI
2020
A. Latar Belakang
Kelurahan Utama serta penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
prioritas tersebut, sehingga kualitas kesehatan di RT 02/08
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kelurahan Utama
C. Jenis Kegiatan
Kelurahan Utama.
D. Sasaran Kegiatan
Sasaran SMD adalah semua keluarga atau rumah tangga yang bertempat
Susilawati
G. Penutup
Utama Cimahi.
Mengetahui,
( ) ( )
A. IDENTITAS
Nama : NIK :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir : Email (jika ada) :
No. Hp :
Alamat :
NO PERTANYAAN YA TIDAK
Saya dalam sehari tidak kena cahaya matahari
1. minimal 15 menit
Saya tidak jalan kaki/berolahraga minimal 30 menit
2. setiap hari
Saya jarang minum vitamin C&E, dan kurang tidur
3.
Saya tidak menggunakan masker saat berkumpul
4. dengan orang lain
Saya berjabat tangan dengan orang lain
5.
Saya tidak menjaga jarak 1,5 meter dengan orang
6. lain ketika: belanja, bekerja, belajar, ibadah
Saya tidak minum hangat dan cuci tangan pakai
7. sabun setelah tiba di tujuan
8. Saya tidak menyediakan: tissue basah/antiseptic,
masker, sabun antiseptic bagi keluarga dirumah
F. FAKTOR RISIKO
KOTA CIMAHI
Disusun Oleh :
SUSILAWATI 214120104
CIMAHI
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Waktu : 15 menit
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
V. Media
1. Leaflet
2. Poster
VII. Evaluasi
Warga tampak memahami mengenai teori yang disampaikan dan memulai
untuk memakai masker untuk keluar rumah.
LAMPIRAN
VIII. MATERI
1. Definisi
2. Etiologi
3. Manifestasi klinis
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
Foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada pencitraan
dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan
ground-glass. Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak
kecil dengan perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di
perifer paru dan kemudian berkembang menjadi bayangan
multiple ground-glass dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus
berat, dapat dietemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung”
dan efusi pleura.
2) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a) Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring
dan orofaring)
b) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakeal).
3) Pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2 (sequencing
bila tersedia). Ketika melakukan pengambilan spesimen
gunakan APD yang tepat. Ketika mengambil sampel dari
saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron steril atau
rayon bukan kapas) dan media transport virus. Jangan sampel
dari tonsil atau hidung. Pada pasien dengan curiga infeksi
COVID-19 terutama pneumonia atau sakit berat, sampel
tunggal saluran napas atas tidak cukup untuk eksklusi
diagnosis dan tambahan saluran napas atas dan bawah
direkomendasikan. Klinisi dapat hanya mengambil sampel
saluran napas bawah jika langsung tersedia seperti pasien
dengan intubasi. Jangan menginduksi sputum karena
meningkatkan risiko transmisi aerosol. Kedua sampel (saluran
napas atas dan bawah) dapat diperiksakan jenis patogen lain.
Bila tidak terdapat RT-PCR dilakukan pemeriksaan
serologi. Pada kasus terkonfirmasi infeksi COVID-19, ulangi
pengambilan sampel dari saluran napas atas dan bawah untuk
petunjuk klirens dari virus. Frekuensi pemeriksaan 2- 4 hari
sampai 2 kali hasil negative dari kedua sampel serta secara
klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika sampel diperlukan
untuk keperluan pencegahan infeksi dan transmisi, specimen
dapat diambil sesering mungkin yaitu harian.
4) Bronkoskopi
5) Pungsi pleura sesuai kondisi
6) Pemeriksaan kimia darah
Darah perifer lengkap Leukosit dapat ditemukan normal
atau menurun; hitung jenis limfosit menurun. Pada kebanyakan
pasien LED dan CRP meningkat. a) Analisis gas darah.
b) Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot
meningkat)
c) Fungsi ginjal
d) Gula darah sewaktu
e) Elektrolit
f) Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat,
Ddimer meningkat
g) Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
h) Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis).
7) Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran
napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah 26,27
Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi
antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan
menunggu hasil kultur darah)
8) Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan
penularan)
5. Komplikasi
a. Klasifikasi Klinis
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
1) Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul
berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap
muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri
tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri
otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut
usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala
menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa
kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala
relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala
komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas
pendek.
2) Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan
sesak. Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada
anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan
batuk atau susah bernapas.
3) Pneumonia berat Pada pasien dewasa :
a) Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga
infeksi saluran napas
b) Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas:
>30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi
oksigen pasien.
4) Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Onset: baru
atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah
diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS
berdasarkan kondisi hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan
tekanan oksigen arteri (PaO ) dibagi fraksi oksigen inspirasi
(FIO ) kurang dari< 300 mmHg. Pemeriksaan penunjang
yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto toraks, CT
Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan
dapat ditemukan: opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh
karena efusi, lobar atau kolaps paru atau nodul. Sumber
dari edema tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh gagal
jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan pemeriksaan
objektif lain seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi
penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada faktor
risiko. Penting dilakukan analisis gas darah untuk melihat
tekanan oksigen darah dalam menentukan tingkat
keparahan ARDS serta terapi. Berikut rincian oksigenasi
pada pasien ARDS. a) Dewasa :
(1) ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300
mmHg (dengan PEEP atau CPAP ≥5 cmH2O atau
tanpa diventilasi)
(2) ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200
mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa
diventilasi
(3) ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan
PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi
(4) Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga
ARDS (termasuk pasien tanpa ventilasi)
b) Anak :
Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full
wajah : PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤
264.
(1) ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation
index (OI) < 8 or 5 ≤ OSI < 7.5
(2) ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau
7.5 ≤ oxygenation index using SpO2 (OSI) < 12.3
(3) ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥
12.326
5) Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi
tubuh terhadap suspek infeksi atau infeksi yang terbukti
dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ
perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi
napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin
berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
akral dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau
terdapat bukti laboratorium koagulopati, trombositopenia,
asidosis, tinggi laktat atau hiperbilirubinemia. 26 Skor SOFA
dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari
nilai 0-24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi
(hipoksemia melalui tekanan oksigen atau fraksi oksigen),
koagulasi (trombositopenia), liver (bilirubin meningkat),
kardivaskular (hipotensi), system saraf pusat (tingkat
kesadaran dihitung dengan Glasgow coma scale) dan ginjal
(luaran urin berkurang atau tinggi kreatinin).
Sepsis didefinisikan peningkatan skor Sequential
(Sepsis-related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin.
26 Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau
terbukti infeksi dan ≥ 2 kriteria systemic inflammatory
Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya harus suhu
abnormal atau hitung leukosit. 26 f. Syok septik Definisi
syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi
volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk
mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2
mmol/L.
6) Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah
resusitasi volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor
untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat
> 2 mmol/L. Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi
dengan tekanan sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah
rata rata tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau
diikuti dengan 2-3 kondisi berikut :
a) Perubahan status mental
b) Bradikardia atau takikardia
(1) Pada balita :Frekuensi nadi 160x/menit
(2) Pada anak-anak :Frekuensi nadi 150x/menit
c) Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi
hangat dengan bounding pulse
d) Takipnea
e) Kulit mottled atau petekia atau purpura
f) Peningkatan laktat
g) Oliguria
h) Hipertemia atau hipotermia
6. Pencegahan Komplikasi
a. Kurangi durasi ventilasi mekanis
1) Gunakan protokol penyapihan yang mencakup penilaian
harian untuk kesiapan bernapas secara spontan
2) Meminimalkan sedasi terus menerus atau intermiten,
menargetkan titik akhir titrasi spesifik (sedasi ringan
kecuali kontraindikasi) atau dengan interupsi harian
continuous sedative infusion
b. Mengurangi insiden ventilator-associated pneumonia
1) Intubasi oral lebih disukai daripada intubasi hidung pada
remaja dan orang dewasa
2) Jaga pasien dalam posisi semi-telentang (ketinggian
kepala tempat tidur 30-45º)
3) Gunakan sistem pengisapan tertutup; tiriskan secara
berkala dan buang kondensat dalam tabung
4) Gunakan sirkuit ventilator baru untuk setiap pasien;
setelah terpasang ganti sirkuit jika kotor atau rusak tetapi
tidak secara rutin
5) Ganti exchanger panas dan kelembapan saat terjadi
malfungsi, saat kotor, atau setiap 5-7 hari.
c. Mengurangi insiden tromboembolisme vena Gunakan
profilaksis farmakologis (low molecular weight heparin [lebih
disukai jika tersedia] atau heparin 5000 unit subkutan dua
kali sehari) pada remaja dan dewasa tanpa kontraindikasi.
Untuk mereka yang kontraindikasi, gunakan profilaksis
mekanik (alat kompresi pneumatik intermiten).
d. Mengurangi insiden infeksi dalam darah yang disebabkan
oleh pemasangan kateter Gunakan checklist yang
penyelesaiannya diverifikasi oleh pengamat secara realtime
sebagai pengingat setiap langkah yang diperlukan untuk
insersi steril dan sebagai pengingat harian untuk melepas
kateter jika tidak diperlukan lagi.
e. Mengurangi insiden ulkus dekubitus Balik posisi pasien
setiap 2 jam.
f. Mengurangi insiden stress ulcer dan perdarahan
gastrointestinal Berikan nutrisi enteral dini (dalam 24-48 jam
sejak admisi). Berikan penghambat reseptor histamin-2 atau
inhibitor pompa proton pada pasien dengan faktor risiko
perdarahan GI. Faktor risiko untuk perdarahan
gastrointestinal meliputi ventilasi mekanis selama> 48 jam,
koagulopati, Renal Replacement Therapy, penyakit hati,
komorbiditas multipel, dan skor kegagalan organ yang lebih
tinggi.
g. Mengurangi insiden ICU-related weakness Mobilisasi dini
7. Penatalaksanaan Medis
b) Resusitasi cairan
(1) Pada pasien dewasa berikan paling sedikit cairan
isotonik kristaloid sebanyak 30ml/kgBB dalam kurun
waktu 3 jam pertama. Tentukan kebutuhan cairan
tambahan pada dewasa yaitu 250-1000 ml
berdasarkan respons klinis dan perbaikan perfusi.
Target perfusi:
(a) MAP (>65mmHg, disesuaikan dengan usia)
(b) Output urin (>0,5 ml/kgBB/jam)
(c) Capillary refill time
(d) Tingkat kesadaran
(e) Lakta
(2) Pada pasien anak berikan 20ml/kgBB bolus cepat
dan lanjutkan dengan 40-60 ml/kgBB dalam 1 jam
pertama. Tentukan kebutuhan cairan tambahan yaitu
10-20ml/kgBB berdasarkan respons klinis dan
perbaikan perfusi. Target perfusi: (a) MAP
(>65mmHg, disesuaikan dengan usia)
(b) Output urin (1ml/kgBB/jam)
(c) Capillary refill time, skin mottling
(d) Tingkat kesadaran
(e) Laktat
(3) Cairan yang digunakan yaitu normal salin dan ringer
laktat. Jangan menggunakan cairan kristaloid
hipotonik, starches, atau gelatin untuk resusitasi.
Surviving sepsis juga merekomendasikan albumin
jika pasien membutuhkan kristaloid dalam jumlah
besar.
(4) Resusitasi cairan dapat menyebabkan overload
volume, termasuk kegagalan respirasi. Jika tidak ada
respons terhadap loading cairan dan terdapat tanda
overload volume (misalnya distensi vena jugular,
ronkhi pada auskultasi paru, edema pulmonar pada
rontgen, atau hepatomegali pada anak), maka
kurangi atau hentikan pemberian cairan.
c) Pemberian Vasopressor
Vasopressor jika syok menetap setelah resusitasi
cairan Obat-obatan vasopresor diantaranya norepinefrin,
epinefrin, vasopresin, dan dopamin. Target awal MAP
≥65mmHg, disesuaikan dengan usia. Vasopressor paling
aman diberikan melalui CVC pada tingkat yang dikontrol
ketat. Jika CVC tidak tersedia, vasopressor dapat
diberikan melalui IV perifer, dengan melalui vena besar
dan pantau tanda ekstravasasi (stop jika terjadi) dan
nekrosis jaringan lokal. Jika tanda-tanda perfusi yang
buruk dan disfungsi jantung tetap ada meskipun
mencapai target MAP dengan cairan dan vasopresor,
pertimbangkan inotrop seperti dobutamin.
Pantau tekanan darah sesering mungkin dan
titrasi vasopressor ke dosis minimum yang diperlukan
untuk mempertahankanperfusi dan mencegah efek
samping. Norepinefrin dianggap sebagai lini pertama
pada pasien dewasa; epinefrin atau vasopresin dapat
ditambahkan untuk mencapai target MAP. Pada
anakanak dengan syok dingin (lebih umum), epinefrin
dianggap sebagai lini pertama, sedangkan norepinefrin
digunakan pada pasien dengan syok hangat (kurang
umum).
8) Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat
batuk dan lainnya jika memang diperlukan.
9) Pemberian kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan
pada tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada
indikasi lain. Berdasarkan penelitian kortikosteroid yang
diberikan pada pasien SARS dilaporkan tidak ada manfaat
dan kemungkinan bahaya. Pada studi lain terkait dengan
influenza, pemberian kortikosteroid justru meningkatkan
risiko kematian dan infeksi sekunder.
Namun, tingkat kekuatan penelitian tersebut dinilai
lemah karena banyaknya faktor perancu. Studi terbaru, pada
kasus MERS ditemukan pemberian kortikosteroid sistemik
tidak memiliki efek dalam tingkat kematian tetapi
memperlama masa klirens virus MERS-CoV dari saluran
napas bawah. Oleh karena itu, disimpulkan kurangnya efikasi
dan kemungkinan berbahaya sehingga pemberian
kortikosteroid sistemik sebaiknya dihindari, jika tidak
diindikasikan oleh alasan lain.
10) Observasi ketat
Kondisi pasien perlu diobservasi ketat terkait tanda-tanda
perburukan klinis, kegagalan respirasi progresif yang cepat,
dan sepsis sehingga penanganan intervensi suportif dapat
dilakukan dengan cepat.
11) Pahami komorbid pasien
Kondisi komorbid pasien harus dipahami dalam tatalaksana
kondisi kritis dan menentukan prognosis. Selama tatalaksana
intensif, tentukan terapi kronik mana yang perlu dilanjutkan
dan mana yang harus dihentikan sementara. Jangan lupakan
keluarga pasien harus selalu diinformasikan, memberi
dukungan, informed consent serta informasi prognosis.
c. Kondisi Khusus
Perempuan yang sedang mengandung dengan dugaan
atau terkonfirmasi COVID-19 perlu mendapatkan perawatan
terapi suportif seperti yang telah dijelaskan di atas dengan
mempertimbangkan adaptasi fisiologis pada kehamilan.
Penggunaan agen terapeutik di luar penelitian harus
mempertimbangkan analisis risk-benefit dengan menimbang
potensi keuntungan bagi ibu dan keamanan bagi janin.
Diperlukan konsultasi ke spesialis obstetri dan komite etik.
Keputusan untuk melakukan persalinan gawat darurat dan
terminasi kehamilan cukup menantang untuk ditentukan dan
perlu mempertimbangkan beberapa faktor: usia kehamilan,
kondisi ibu, dan stabilitas janin. Konsultasi dengan spesialis
obstetrik, spesialis neonates, dan intensivist sangat penting.
KOTA CIMAHI
Disusun Oleh :
SUSILAWATI 214120104
CIMAHI
2020
BAHAYA MEROKOK
Waktu : 15 menit
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
V. Media
1. Leaflet
2. Poster
VII. Evaluasi
Pertanyaan secara lisan
a. Zat apa sajakah yang terkandung didalam rokok?
Jawab :
1) Acetone
(kandungan dalam cat)
2) Ammonia
(pencuci lantai)
3) DDT
(racun serangga)
4) Hidrogen Cianid
(Gas beracun)
b. Sebutkan golongan perokok!
Jawab:
1) Perokok Aktif
Adalah orang yang mengonsumsi rokok secara rutin berapapun
jumlahnya, atau menghirup asap rokok secara sengaja.
2) Perokok Pasif
Adalah orang yang bukan perokok tapi dengan terpaksa menghirup
asap rokok orang lain yang berada disekitarnya.Seseorang yang
menghirup asap rokok akan mengalami resiko yang sama terhadap
kesehatannya dengan orang yang merokok.
c. Penyakit apa sajakah yang disebabkan oleh kebiasaan merokok?
1) Kanker mulut
2) Kanker paru-paru
3) Kanker perut
4) Kanker payudara
5) Penyakit jantung
6) Stroke
7) Kemandulan
d. Bagaimanakah cara untuk mengurangi kebiasaan merokok?
1) Kurangi jumlah batang rokok yang dihisap perhari
2) Kurangi kadar nikotin per-batang rokok yang dihisap perhari
3) Jauhkan atribut rokok
4) Kenali keadaan yang berkaitan dengan kebiasaan merokok
5) Jauhi tempat dimana banyak perokok
LAMPIRAN
VIII. MATERI
A. Pengertian Rokok
Rokok merupakan salah satu zat aditif yang bila digunakan
mengakibatkan bahaya kesehatan bagi diri sendiri maupun masyarakat,
oleh karena itu diperlukan berbagai kegiatan pengamanan rokok bagi
kesehatan
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu
atau bentuk lainnya yang mengandung “nikotin” dan “tar” dengan atau
tanpa bahan tambahan.
B. Kandungan Rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya
200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan dan 43 jenis
lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh.
Racun utama bagi rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.
a. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan
menempel pada paru-paru, mengandung bahan kimia yang beracun,
sebagian merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker.
b. Nikotin adalah zat aditif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran
darah. Zat yang bersifat karsinogen, dan memicu kanker paru yang
mematikan.
c. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam
darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.
Di antara kandungan asap rokok termasuklah bahan radioaktif :
bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (aseton), pencuci lantai
(ammonia), racun serangga (DDT), gas beracun (hidrogen sianid )
C. Bahaya merokok
1. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200
diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker
bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin,
karbon monoksida, dsb.
2. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan
pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi
mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar
racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi
polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada
polusi di jalanan raya yang macet.
3. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena
rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun.
Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika
uang yang dimilikinya terbatas.
4. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang
tergolong miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan
keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok.
5. Kegiatan yang merusak tubuh
D. Golongan Perokok
1. Perokok Aktif adalah orang yang mengonsumsi rokok secara rutin
berapapun jumlahnya, atau menghirup asap rokok secara sengaja.
2. Perokok Pasif
Adalah orang yang bukan perokok tapi dengan terpaksa menghirup
asap rokok orang lain yang berada disekitarnya.
Seseorang yang menghirup asap rokok akan mengalami resiko
yang sama terhadap kesehatannya dengan orang yang merokok
E. Kriteria Perokok
1. Perokok sangat berat
Menghabiskan lebih dari 31 batang per hari.
2. Perokok berat
Menghabiskan 21-30 batang per hari
3. Perokok sedang
Menghabiskan 11-20 batang per hari.
4. Perokok ringan
Menghabiskan sekitar 10 batang per hari.
F. Penyakit Akibat Merokok
a. Kanker mulut
b. Kanker paru-paru
c. Kanker perut
d. Kanker payudara
e. Penyakit jantung
f. Stroke
g. Kemandulan
G. Tips berhenti merokok
Beberapa cara dapat meningkatkan peluang untuk berhenti merokok :
1. Kurangi jumlah batang rokok yang dihisap perhari
2. Kurangi kadar nikotin per-batang rokok yang dihisap perhari
3. Jauhkan atribut rokok
4. Kenali keadaan yang berkaitan dengan kebiasaan merokok
5. Jauhi tempat dimana banyak perokok
6. Gantilah kebiasaan pegang rokok
7. Catat kemajuan anda
8. Giat berolahraga
9. Kurangi tidur larut malam
10. Minum sari jeruk
11. Kuatkan niat untuk berhenti merokok dan tetapkan tanggal akan
berhenti
12. Minta orang terdekat untuk mendukung
13. Menghentikan kebiasaan merokok, bisa tetap dilakukan, antara lain
dengan cara sebagai berikut.
14. Cara mengurangi
Dalam satu hari, setidaknya kurangi jumlah rokok yang anda hisap,
mulai dari hitungan satu batang, dua batang, hingga separuh dari
jatah rokok anda setiap harinya.
15. Pengalihan aktivitas
Biasanya, remaja mulai merokok karena ada waktu yang tersisa.
Pada waktu tersebut bisa dilakukan aktivitas-aktivitas lain, yang
tentunya lebih positif, untuk menghindari kebiasaan merokok. Bagi
perokok yang ingin berhenti, alternatif ini juga bisa ditempuh setiap
anda ingin merokok. Misalnya, melakukan aktivitas-aktivitas yang
anda senangi, mulai dari berolah raga, rekreasi bersama teman,
membaca majalah atau komik kesukaan, bermain atau
mendengarkan musik, mengikuti kegiatan organisasi remaja, seperti
OSIS di sekolah-sekolah,organisasi kemahasiswaan di kampus,
Sekeha Teruna-Teruni di masyarakat, hingga mengerjakan tugas
bersama teman-teman kelompok belajar.
SOP CUCI TANGAN DAN ETIKA BATUK
KOTA CIMAHI
Disusun Oleh :
SUSILAWATI 214120104
TUJUAN Sebagai acuan tindakan cuci tangan 7 langkah sesuai dengan indikasi dan
kompetensi dokter dan paramedic.
PENGERTIAN sebagainya.
Etika adalah suatu norma atau aturan yang berlaku pada masyarakat.
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara
menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju sehingga
bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.
CORONA !
Gunakan masker kain
Susilawati, S.KEP
214120104
PROFESI NERS
CIMAHI
2020/2021
MARI KITA CEGAH VIRUS CORONA !
LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN
Mengelola Stres
Hindari Pemicu BAHAYA MEROKOK
Sedapat mungkin hindari faktor atau kebiasaan
yang dapat membuat Anda kembali merokok, sep -
erti berkumpul dengan sesama perokok, minum -ko
pi, atau minum minuman keras. Jika terbiasa mero
-
kok setelah makan, Anda bisa mencari cara lain
sebagai pengganti, seperti mengunyah permen ka -
ret atau menggosok gigi.
Pola Makan Sehat
Libatkan Keluarga dan Teman Dekat
Beri tahu kerabat dan lingkaran pertemanan dekat
bahwa Anda sedang dalam proses berhenti mero -
kok. Dukungan orang lain dapat begitu berperan
dalam membantu Anda berhenti merokok. Mereka
yang akan mengingatkan dan membantu menjaga
situasi menjadi lebih ko
ndusif sehingga tujuan lebih
mudah tercapai.
Klasifikasi Perokok
Akibat Merokok
h
Burger disease
ringus
g serak
using kepala