Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN HASIL KULIAH KERJA LAPANGAN

PELAKSANAAN KULIAH KERJA LAPANGAN(MAGANG II) DI MTS AL-


HIDAYAH KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

Tanggal
6-11 November 2020

Oleh:
Moh. Roihan A.M (18170028)
Rendra Hana P. S (18170048)
Moh. Dimas Haidar (18170045)
Haniatul Khiriah (18170082)
M. Ahzamil Fauqi (18170032)

Jurusan Manajemen Pendidikan Islam


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas rahmat dan hidayah-Nya
Penulisan laporan hasil Magang II yang dilaksanakan di MTs Al-Hidayah Karangploso ini
telah diselesaikan.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan penulisan Laporan ini.
Penulis mohon maaf apabila penulisan Laporan magang ini masih jauh dari kata sempurna,
karena tim penulis menyadari bahwa kesempurnaan mutlak milik-Nya semata dan segala
kesalahan dan kekurangan adalah milik manusia.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam penyelesaian penulisan Laporan ini baik secara moril atau materil. Ucapn
terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. H. Mulyono Hasanah, M.Pd kepala jurusan HMJ Manajemen Pendidikan Islam
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Siti Ma’rifatul Hasanah, M.Pd.I dosen pengampu Mata Kuliah Magang II
4. Kepala Sekolah, guru, dan seluruh civitas akademika Mts N 7 Malang yang ikut
serta membantu kelancaran dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
Akhir kata, semoga Laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang dan bisa dijadikan sebagai acuan dalam penulisan Laporan berikutnya.

Malang, 10 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 3
KAJIAN TEORI ............................................................................................................... 3
A. Manajemen dan Kepemimpin ................................................................................. 3
B. Manajemen Perkantoran ......................................................................................... 7
C. Budaya sekolah ....................................................................................................... 9
BAB III............................................................................................................................. 11
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 11
A. Pendekatan penelitian ........................................................................................... 11
B. Lokasi penelitian ................................................................................................... 11
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................... 13
A. Manajemen dan kepemimpinan MTs Al-Hidayah, Malang .................................. 13
B. Manajemen Perkantoran di MTs Al-Hidayah Karangploso, Malang ................... 14
C. Budaya Sekolah di MTs Al-Hidayah Karangploso, Malang................................. 15
BAB V .............................................................................................................................. 16
KESIMPULAN ............................................................................................................... 16
A. Manajemen dan Kepemimpinan di MTs Al-Hidayah Karangploso...................... 16
B. Manajemen Perkantoran di MTs Al-Hidayah Karangploso.................................. 16
C. Budaya Organisasi di MTs Al-Hidayah Karangploso .......................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18
LAMPIRAN..................................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan yang hebat adalah yang mampu mencerdaskan generasi


bangsa. Pendidikan yang baik pasti berada di tangan orang-orang yang tepat.
Artinya pendidikan tersbut dijalankan oleh lembaga yang didalamnya terdapat
manusia-manusia hebat. Untuk dapat mencapai pada pendidikan yang baik
memerlukan suatu tatanan atau sistem yang mampu menunjang keberhasilan
pendidikan. Berarti lembaga yang baik itu memiliki manusia-manusia hebat, dan
mereka mampu bersinergi untuk membentuk suatu tatanan hebat untuk
menunjang keberhailan pencapaian tujuan pendidikan.
Dari poin-poin diatas ada beberapa hal yang perlu dikaji dan dibahas di
dalamnya.terutama pada definisi lembaga hebat yang setiap ahli memiliki
perspektif masing-masing dan bersifat kompleks. Tapi pada garis besarnya kita
memiliki tujuan yang sama yaitu mencerdaskan bangsa. Maka ketika kita fokus
pada kelembagaan kita akan di hidangkan pada beberapa pembahasan. Yaitu,
bagaimana lembaga tersebut membentuk sistem manajemen dan
kepemimpinannya, bagaimana lambega tersebut membentuk sistem
perkantorannya dan yang tidak kalah penting yaitu bagaimana lembaga tersebut
membangun budaya sekolahnya.
Pengkajian hal-hal di atas akan lebih spesifik lagi untuk dipahami ketika
disertakan objek. Artinya, kita butuh objek yaitu bentuk suatu lembaga untuk
kemudian diteliti di dalamnya yng menyangkut hal-hal diatas. Jadi disini penulis
memilih objek salah satu lembaga pendidikan Tsanawiyyah di kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang. Dibawah ini akan kami paparkan hasil dari
pengamatan kami di lembaga tersebut dan dikaitkan dengan teori pembahasannya
yang telah berkembang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem manajemen dan kepemimpinan yang diterapkan di


MTs Al Hidayah Karangploso?

4
2. Bagaimana sistem perkantoran yang diterapkan di MTs Al Hidayah
Karangploso?
3. Bagaimana budaya organisasi yang diterapkan di lingkungan MTs Al
Hidayah Karangploso?
C. Tujuan

1. Bagaimana sistem manajemen dan kepemimpinan yang diterapkan di


MTs Al Hidayah Karangploso?
2. Bagaimana sistem perkantoran yang diterapkan di MTs Al Hidayah
Karangploso?
3. Bagaimana budaya organisasi yang diterapkan di lingkungan MTs Al
Hidayah Karangploso?

5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen dan Kepemimpin

Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno


ménagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan secara
terminologis para pakar mendefinisikan manajemen secara beragam, diantaranya:
Follet yang dikutip oleh Wijayanti mengartikan manajemen sebagai seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stoner yang dikutip oleh
Wijayanti manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Gulick dalam Wijayanti mendefinisikan manajemen
sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis
untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.1

Sedangkan kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi


dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan
kepada pegawainya. Kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang
pemimpin, karena seorang pemimpin harus berperan sebagai organisator
kelompoknya untuk mencapai yang telah ditetapkan. Kepemimpinan bisa
didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas yang berhubungan dengan penugasan karyawan perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Terry (2010: 9), fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat
bagian, yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan) Upaya untuk meningkatkan
kemampuan, kualifikasi dan kompetensi seseorang dalammempimpin suatu
oraganisasi / perusahaan itu harus melihat kualitas pemimpin dalam memimpin.
Sebagai seorang pemimpin ia harus memahami bahwa kualitas dirinya sangat
dibutuhkan oleh orang lain, sehingga ia harus berusaha menyesuaikan dirinya

1
Abdul Rahmat dan Syaiful Kadi, Manajemen Kepemimpinan Dan Kemampuan Berkomunikasi
Kepala Sekolah Pada Kinerja Pendidik,(gorontaloo, 2016), hlm. 7

3
dengan tuntutan organisasi dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas
dirinya.

Model kepemimpinan diartikan sebagai sekumpulan ciri yang digunakan


pimpinan untuk mempengaruhi bawahan / karyawan agar sasaran organisasi
tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa model kepemimpinan adalah pola
perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.
Model kepemimpinan yang dimaksud adalah :

a. Model Situsional

Kepemimpinan situsional ialah bahwa suatu gaya kepemimpinan seorang


pemimpin akan dapat berbeda-beda tergantung dari seperti apatingkat kesiapan
para pengikutnya.

b. Model Demokrasi

Dalam model ini pemimpin di pandang sebagai orang yang tidak akan
melakukan sesuatu kegiatan tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu pada
karyawan atau bawahannya. Pemimpin disini mengikutsertakan pendapat bawahan
sebelum ia membuat keputusan.8Keputusan yang diambil dalam model
kepemimpinan ini merupakan hasil kesepakatan bersama melalui sebuah diskusi
dan pemikiran kolektif. Pemimpin berperan untuk memimpin dan mengatur
jalannya diskusi (musyawarah), dan memberikan kebebasan bagi masing-masing
individu untuk mengungkapkan pendapatnya. Dalam menjalankan model
kepemimpinan ini dibangun dengan semangat kebersamaan. Masing-masing
individu adalah sama dan merupakan bagian dari yang lain. Kepemimpinan
demokrasi adalah kepemimpinan yang aktif,dinamis dan terarah. Kepemimpinan
ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah.
Kepemimpinan demokrasi biasanya bahawannya cenderung bermoral tinggi, dapat
bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri

c. Model Autoritarian

Pemimpin dipandang sebagai orang yang memberi perintah dan dapat


menuntut. Keputusan ada di tangan pemimpin. Seorang pemimpin memiliki
wewenang mutlak untuk menentukan program atau kebijakan tanpa harus meminta
pertimbangan dan bermusyawarah. Anggota hanya berperan menjalankan program

4
dan kebijakan pemimpin, selangkah demi langkah, tanpa mengetahui masa depan
dan tujuan yang ingin diraih. Pemimpin memiliki wewenang untuk membagi
pekerjaan, menurunkan perintah dan memaksa anggota untuk mematuhinya secara
otoriter. Kepemimpinan Autoritarian ini menggunakan metode pendekatan
kuasaan dalam mencapai keputusan dan mengembangkan strukturnya sehingga
kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. Pemimpin memandang
dirinya lebih dalam segala hal dibandingkan dengan bawahannya dan kemampuan
bawahannya selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat
sesuatu tanpa diperintah.

d. Model Laissezfaire

Dalam model kepemimpinan ini, peran seorang pemimpin bersifat pasif. Dia
memberikan kebebasan mutlak kepada anggota untuk mengambil keputusan,
tindakan atau langkah lain terkait dengan kehidupannya. Pemimipin hanya
berperan menyampaikan informasi dan kebijakan penting, serta menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan anggota untuk menjalankan pekerjaanya. Tetapi setiap
manusia memiliki kelebihan dan kekurangan yang melekat didalam hakekat
penciptaNya.

Pemimpin sebagai manusia tidak berbeda dengan manusia yang lain, tidak
dapat melepaskan diri dari berbagai kelebihan dan kekurangan, sehingga bila
dijumpai ada kekurangan dan kelemahan dalam perilaku seseorang dalam
kepemimpinannya dapat dipandang sebagai keterbatasan kepemimpinan. Adapun
keterbatasan kepemimpinan adalah sebagai berikut :

1. Keterbatasan manusiawi

Manusia yang berhasil memperoleh kesempatan sebagai pemimpin


tidak terlepas dari kelemahan yang bersifat universal dan kodrat manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah. kelemahankelemahan itu mengakibatkan
keterbatasan dalam merealisasikan kepemimpinannya, keterbatan itu
meliputi :

a) Keterbatasan Normatif atau spritual

Harkat kemanusiaan yang tinggi merupakan pembatas perilaku


setiap manusia, termasuk dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya.

5
Harkat kemanuasiaan memikul tanggung jawab dalam arti tingkah lakunya
dibatasi oleh nilai-nilai tertentu, di antaranya norma sosial dan norma
spiritual / agama atau kepercayaan yang dipeluk oleh seorang pemimpin.
Keterbatasan norma spiritual yaitu keterbatasan karena adanya faktor
keterbatasan sebagai seorang pemimpin, yaitu keterbatasan manusia
sebagai pemimpin memiliki kewajiban dan sekaligus melekat pada dirinya
berupa larangan yang harus di patuhi. Sedangkan keterbatasan normatif
adalah keterbatasan karena adanya norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat dan negara, seperti hukum-hukum yang masih berlaku.

b) Keterbatasan fisik (jasmani)

Keterbatasan kepemimpinan karena unsur fisik / jasmani antara


lain meliputi :

1) Usia Sebagai pemimpin pada usia muda, setiap orang memiliki


energi (tenaga) fisik yang bersifat maksimal untuk berprestasi,
untuk mewujudkan dan inisiatif yang positif di bandingkan
dengan pemimpin yang sudah lanjut usianya.
2) Fisik yang sehat Fisik manusia dapat letih dan sakit untuk itu
perlu istirahat serta tidur yang cukup, memerlukan makanan
yang bersih dan bergizi dengan maksud mewujudkan
kepemimpinan yang efektif.
3) Keterbatasan karena waktu Kepemimpinan yang efektif adalah
kepemimpinan yang berusaha atau mampu mengatasi
keterbatasan waktu, karena pemimpin tidak dapat hadir dalam
acara / waktu yang sama dalam dua acara. 2
2. Keterbatasan psikis (Rohani)

Kelompok organisasi atau perusahaan sebagai wadah untuk


mewujudkan kepentingan bersama yang disebut tujuan organisasi. Dalam
kebersamaan itu tidak semua kemauan, kehendak, gagasan, pendapat,
rencana, kreativitas dari seseorang pemimpin dapat dilakukan secara bebas.
Dengan kata lain keterbatasan kepemimpinan dibatasi oleh kondisi yang

2
Ryani Dhyan Parashakti & Dede Irfan Setiawan, Gaya Kepemimpinan dan Motivasi terhadap
Kinerja Karyawan pada Bank BJB Cabang Tangerang,( Tangerang, 2019), hlm. 9

6
terdapat di dalam pengendalian proses kerja sama untuk mencapai tujuan.
Dan di situ terdapat visi misi perusahaan untuk membatasi pemimpin dan
pemimpin tidak boleh keluar dari upaya mewujudkan kerja sama yang
terarah pada pencapaian misi perusahaan atau organisasi. Dan keterbatasan
ini dibatasi juga dengan posisi, sebagai wujud pembidangan tugas horizontal
pada jenjang yang sama sebagai pembatas yang mengharuskan pemimpin
hanya boleh melakukan kegiatan di bidangnya. Kemampuan mewujudkan
kepemimpinan yang efektif dibatasi juga secara administratif oleh jumlah
orang-orang yang dipimpinnya. Semakin besar jumlah orang yang dipimpin
maka semakin sulit untuk mengadakan koordinasi dan pengawasan dan perlu
ada pemimpin pembantu bila diperlukan.

B. Manajemen Perkantoran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah manajemen dapat


dipahami dalam dua pengertian, yaitu penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran; dan pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya
perusahaan dan organisasi. Menurut Ricky W. Griffin, manajemen merupakan
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
Berdasarkan pengertian manajemen tersebut maka manajemen perkantoran dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, mengawasi, dan mengendalikan hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan tersebut untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditentukan terlebih
dahulu.
George R. Terry, merumuskan tujuan manajemen perkantoran meliputi :

1. Memberikan keterangan yang lengkap


2. Memberikan catatan dan laporan yang cukup dengan biaya rendah
3. Membantu perusahaan memelihara persaingan
4. Pekerjaan tata usaha yang cermat dan membantu memberi pelayanan kepada
langganan
5. Membuat catatan yang semakin baik dengan biaya yang semakin rendah

Menurut Charles O. Libbey, ruang lingkup pekerjaan manajemen perkantoran


antara lain:

7
1. Ruang Perkantoran (Office Space) Ruang perkantoran atau kantor (dalam
bahasa Belanda kantoor) adalah sebutan tempat yang digunakan untuk
perniagaan atau perusahaan yang dijalankan secara rutin.
2. Komunikasi (Communications) Komunikasi didefinisikan sebagai proses
mengirim dan menerima pesan, dan dikatakan efektif apabila pesan dapat
dimengerti dan menstimulasi tindakan atau mendorong orang lain untuk
bertindak sesuai dengan pesan tersebut.
3. Pegawai Kantor (Official Personnel) Kepegawaian perkantoran ini mencakup
kegiatan pemilihan pegawai, orientasi atau perkenalan pekerjaan, pelatihan
pegawai, promosi pegawai (sumber daya), pengujian sumber daya, pergantian
sumber daya, sistem saran pegawai, pooling karyawan atau pegawai, absensi
pegawai, pemberhentian pegawai/karyawan, fasilitas buat pegawai/karyawan,
moral dan kedisiplinan pegawai, pensiun pegawai, penilaian, dan pengaduan
pegawai/karyawan.
4. Perabot dan Perlengkapan Kantor (Furniture and Equipment) Perabot dan
perlengkapan kantor ini mencakup semua peralatan yang umunya digunakan di
kantor, contohnya meja, kursi, perlengkapan arsip, ruang atau peti besi,
perabotan fungsional, perabotan gudang, dan lainnya.
5. Peralatan dan Mesin Kantor (Appliances and Machines) Peralatan dan mesin
kantor merupakan sarana penunjang aktivitas kantor yang mempunyai masa
manfaat atau masa pakai lebih dari satu tahun, misalnya mesin tik, mesin
tambah, mesin faktur, mesin pembukuan, mesin hitung, perlengkapan dikte,
perlengkapan kirim surat, dan peralatan terlihat.
6. Perbekalan dan Keperluan Tulis (Supplies and Stationary) Perbekalan dan
keperluan tulis ini mencakup pengelolaan barang keperluan tulis, kertas surat,
formulir-formulir, perbekalam sarana kebersihan, perbekalan penggadaian, dan
pengevaluasian untuk perbekalan baru.
7. Metode Kerja Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau
bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.
8. Warkat Warkat yaitu suatu catatan tertulis, terekam, tergambar, tercetak,
yang dibuat orang dalam rangka untuk membantu ingatan.
9. Pengawasan Pejabat Pelaksana (Executive Controls) Ini merupakanupaya
yang dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan jabatan dalam suatu
perkantoran/organisasi/instansi/perusahaan.

8
Berdasarkan pendapat Henry Fayol, prinsip-prinsip manajemen perkantoran itu
mencakup hal-hal seperti:

1. Perencanaan Pekerjaan
2. Pengorganisasian Pekerjaan
3. Pengkoordinasian Pekerjaan
4. Pengendalian Pekerjaan
5. Pemberdayaan Pegawai
6. Komunikasi
7. Tatanan Kantor
8. Peningkatan Mutu Pelayanan3

C. Budaya sekolah
1. Pengertian Budaya

Zamroni mengatakan bahwa budaya merupakan pandangan hidup yang


diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berfikir,
perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak
(http://pakguruonline.pendidikan.net/pradigma_pdd_ms_depan36.html, diakses
tanggal 25 November 2020). Budaya dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-
nilai, sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan
lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang persoalan dan
memecahkannya.

Kebudayaan juga didefinisikan sebagai keseluruhan sistem gagasan,


tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar (Koentjaraningrat, 2003:72).
Kebudayaan atau kultur adalah keseluruhan kompleks yang terbentuk di dalam
sejarah dan diteruskan dari masa ke masa melalui tradisi yang mencakup
organisasi, sosial, ekonomi, agama, kepercayaan, kebiasaan, hukum, seni, teknik
dan ilmu. Dengan demikian maka budaya terbentuk melalui proses perjalanan
waktu dalam sejarah yang berkembang dari generasi ke generasi berikutnya.

3
ALI SADIKIN WIDYAISWARA, Manajemen Perkantoran,( PUSDIKLAT PEGAWAI
KEMDIKBUD, 2019), hlm. 10

9
Mengenai pengertian budaya, masing-masing tokoh memberikan batasan
yang berbeda, tetapi pada prinsipnya memiliki konsep yang sama, karena unsur-
unsur yang terdapat dalam kebudayaan memiliki kecenderungan yang sama pula.
Kesimpulannnya budaya merupakan suatu kebiasan yang membudaya dan
diturunkan pada generasi selanjutnya.

2. Budaya Sekolah

Menurut Zamroni (2011:111) memberikan batasan bahwa budaya


sekolah adalah pola nilai-nilai, prinsi-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan
kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, dikembangkan
sekolah dalam jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini
oleh seluruh warga sekolah sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku
warga sekolah. Warga sekolah menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional terdiri dari peserta didik, pendidik, kepala sekolah, tenaga
pendidik serta komite sekolah. Salah satu subyek yang diambil dalam penelitian
budaya sekolah ini yaitu peserta didik (siswa).

Zamroni (2011:87) mengemukakan pentingnya sekolah memiliki budaya


atau kultur. Sekolah sebagai suatu organisasi harus memiliki: (1) kemampuan
untuk hidup, tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai
lingkungan yang ada, dan (2) integrasi internal yang memungkinkan sekolah
untuk menghasilkan individu atau kelompok yang memiliki sifat positif. Oleh
karenanya suatu organisasi termasuk sekolah harus memiliki pola asumsi-asumsi
dasar yang dipegang bersama seluruh warga sekolah. Memperhatikan konsep
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan pola-pola
yang mendalam, kepercayaan nilai, upacara, simbol-simbol dan tradisi yang
terbentuk dari rangkaian, kebiasaan dan sejarah sekolah, serta cara pandang
dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ada di sekolah.

3. Unsur-unsur budaya sekolah

Bentuk budaya sekolah muncul sebagai fenomena yang unik dan


menarik, karena pandangan, sikap serta perilaku yang hidup dan berkembang
disekolah mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas
bagi warga sekolah yang dapat berfungsi sebagai semangat membangun karakter
siswanya.

10
Menurut Ahyar mengutip Sastrapratedja, mengelompokkan unsur unsur
budaya sekolah dalam dua kategori, yakni unsur yang kasat mata/visual dan
unsur yang tidak kasat mata. Unsur yang kasat mata (visual) terdiri dari visual
verbal dan visual material. Visual verbal meliputi

1) visi, misi, tujuan dan sasaran

2) kurikulum

3) bahasa dan komunikasi,

4) narasi sekolah

5) narasi tokoh-tokoh

6) struktur organisasi

7) ritual

8) upacara

9) prosedur belajar mengajar

10) peratutan, sistem ganjaran dan hukuman

11) pelayanan psikologi sosial

12) pola interaksi sekolah dengan orang tua.

Unsur visual material meliputi;

1) fasilitas dan peralatan

2) artifak dan tanda kenangan

3) pakaian seragam. 4

Sedangkan unsur yang tidak kasat mata meliputi filsafat atau pandangan
dasar sekolah. Semua unsur merupakan sesuatu yang dianggap penting dan harus
diperjuangkan oleh sekolah. Oleh karena itu harus dinyatakan dalam bentuk visi,
misi, tujuan, tata tertib dan sasaran yang lebih terperinci yang akan dicapai
sekolah.

4
Neprializa, manajemen Budaya Sekolah,( Lubuklinggau Timur I, 2015

11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini dibutuhkan penelitian yang melihat objek sebagai


kesatuan yang terintegrasi, yang penelaanya kepada satu kasus dan tentu dilakukan
secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehnesif. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif, yaitu mengkaji sebuah objek yang digunakan,
objek yang menggunakan fenomena-fenomena yang ada secara kontekstual
melalui pengumpulan data yang diperoleh. Dengan melihat unsur-unsur sebagai
satuan objek kajian yang saling terkait dalam mendeksripsikannya. Alasan
menggunakan penelitian ini karena permasalahan yang beragam sehingga untuk
menidentifikasi masalah yang urgent perlu pendalaman yan lebih lanjut, dan kami
memilih penelitian kualitatif untuk membantu mempermudah penelitian.

Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat deksriptif dan


cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penonjolan proses
penelitian dan pemanfaatan landasan teori dilakukan agar fokus penelitian sesuai
dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar belakang penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian.

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksankan di Mts Al-Hidayah Karangploso Kabupaten


Malang

C. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan pendekatan dan


jenis penelitian yang dipakai , yaitu melakukan observasi dan wawancara di MTs
Al-Hidayah Karangploso Kabupaten Malang.

a. Teknik observasi

11
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati secara langsung objek yang diteliti di lokasi penelitian. Dari penelitian
tersebut kita bisa melihat secara lanngsung situasi dan kondisi yang terjadi dan
sehingga kita bisa mengetahui apa yang terjadi sehingga bisa mengadakan
penelitian selanjutnya. Observasi dilakukan secara langsung dengan cara
memantau dengan teliti kondisi wilayah yang akan diteliti. Teknik ini kami
gunakan untuk melihat secara langsung bagaiamana budaya, administrasi,
manajemen, kepemimpinan, serta tata ruang dan hubungan kerja di MTs Al-
Hidayah Karangploso Kabupaten Malang.

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah cara yang khusus dalam setting percakapan


yang terstruktur, yang masing-masing pewawancara dan responent memiliki
batasan peran yang dimainkan. Teknik ini kami gunakan untuk memperoleh data
terkait dengan budaya, administrasi, manajemen, kepemimpinan, seta tata ruang
dan hubungan kerja di MTs Al-Hidayah Karangploso Kabupaten Malang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data


dan informasi dalam bentuk arsip, dokumen, tulisan, angka, dan gambar yang
berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian, sehingga kita
memiliki data dan informasi yang akurat dengan adanya dokumentasi yang kita
punya.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Manajemen dan kepemimpinan MTs Al-Hidayah, Malang

1. Kepemmimpinan Madrasah
Kepala madrasah memiliki kesehatan yang prima dan kepribadian yang
baik untuk melaksanakan seluruh kegiatan dengan semangat dan maksimal
sehingga dapat memberikan contoh yang baik terhadap bawahanya. Kepala
madrasah mampu mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data dengan
maksimal untuk mengidentifikasi kebutuhan madrasah.

Kepala madrasah juga memiliki karakter yang humble (ramah) sehingga


kami merasa sangat disambut dengan baik. beliau juga sangat was-was dan kritis
terhadap pengambilan keputusan sehingga dapat menghasilkan keputusan yang
tepat untuk meningkatkan mutu secara konsisten. Dalam pelaksanaan program
kepala madrasah juga mampu menjadi seorang supervisor yang baik dengan cara
memantau kinerja seluruh bawahanya untuk melakukan tugas sehingga dapat
meningkatkan kualitas madrasah.

Kepala madrasah juga merupakan teladan yang baik yang selalu


memberikan contoh etos kerja ,semangat kerja serta motivasi yang unggul
sehinhha mampu membuat iklim kerja yang aman, nyaman serta efektif dan
efisien.

2. Manajemen Madrasah

Madrasah memiliki visi dan misi yang jelas dan sangat bagus untuk
mendidik siswanya menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlak. Visi dan misi,
tujuan dan program sekolah dipaparkan dalam bentuk banner yang diletakkan di
ruang guru, TU, ruang tamu dan di luar ruangan. Sedangkan untuk renstra dan
keefektifan kerja ada namun tidak di publikasikan secara umum (tidak di buatkan
banner dsb).

MTs Al Hidayah mampu membuat lingkungan kerja yang


aman,nyaman,asri dan kondusif serta dapat mengelola tenaga kependidikan yang
disiplin, efektif dan produktif melalui program sekolah yang bagus. MTs Al

13
Hidayah juga selalu melakukan evaluasi yang rutin dan berkelanjutan untuk
meninjau kualitas dan kinerja madrasah selama periode tertentu. Dan terkait
dengan anggaran, madrasah juga memiliki perencanaan anggaran dengan tepat
berhubungan dengan kebutuhan dalam pembiayaan melalui kemampuan madrasah
yang responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.
Pelayanan adiministrasi di MTs Al-Hidayah dilaksanakan disebuah
ruangan yang terdapat juga ruang tunggu yang kebetulan juga menyatu dengan
ruang tamu. Mts Al-hidayah juga memiliki sarana prasarana ketatausahaan yang
lengkap mulai dari meja resepsionis, rak, kursi, komputer dan lain-lain. Pegawai
tata usaha disana juga sangat ramah dan bersemangat dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga customer atau orang tua wali merasa sangat diperlakukan dan
dilayani dengan sangat baik.
Di ruang TU juga terdapat visi dan misi sekolah untuk memberi semangat
kepada seluruh pegawai TU. Pegawai memiliki catatan-catatan yang tertib,
sistematis dan akurat terkait penomoran,penanggalan, nama dan NIP pejabat
terkait pembuatan surat-surat resmi sekolah. Dan pegawai TU bekerja dengan
profesional dan konsisten dengan tugas dan kewajiban yang harus dikerjakan.

B. Manajemen Perkantoran di MTs Al-Hidayah Karangploso, Malang

Tata ruang yang ada di MTs Al Hidayah Donowarih sudah sangat tertata
dengan rapi dengan fasilitas yang sangat baik. seluruh ruangan terlihat bersih dan
rapi. Jumlah pegawai dengan ruangan yang ada seimbang atau dengan kata lain
tidak overload sehingga dalam pelaksanaan kerja pegawai dapat terlaksana dengan
sistemik dan sesuai dengan SOP myang ada.
Ruang kerja bersih, nyaman dan rapi dengan pemilihan warna dinding
yang cerah, pencahayaan yang baik serta suasana yang tenang dapat membuat
pegawai, guru dan siswa dpaat melaksanakan kegiatan dengan nyaman dan
tentram. Ruang guru tertata dengan rapi dengan meja-meja sesuai jumlah guru
yang ada. Untuk ruangan kepala sekolah menggunakan sistem tertutup jadi ruang
kepala sekolah terdapat dalam sebuah ruangan yang tertutup oleh kaca.
Tersedia sebuah tempat untuk bersosialisasi antar pegawai maupun dengan
pimpinan sehingga komunikasi terjalin dengan baik dan rasa kekeluargaan yang
harmonis. Dan terdapat peraturan, tata tertib, etika yang disepakati oleh semua
pegawai.

14
C. Budaya Sekolah di MTs Al-Hidayah Karangploso, Malang

Madrasah menerapkan budaya sekolah yang menekankan kekeluargaan


dan religius. Hal ini berdasarkan letak madrasah yang berada dalam lingkup
yayasan yang terdiri dari sekolah formal dan pondok pesantren. Tak sedikti pula
santri yang berada di pondok pesantren menempuh pendidikan formal di MTs Al
Hidayah sehingga budaya yang terbentuk sangat lekat dengan budaya pesnatren
yang agamis, sopan santun, dan berakhlak mulia.
Madrasah memiliki visi misi, tujuan serta struktur yang jelas. Madrasah
juga mencantumkan tata tertib atau peraturan yang menempel pada ruangan-
ruangan dan diluar ruangan sekitar madrasah sehingga dapat dilihat oleh
guru,karyawan dan siswa setiap saat.
MTs Al Hidayah Donowarih memiliki sarana prasarana yang lengkap
seperti kamar mandi, masjid, perpustakaan,aula,dapur,tempat parkir,koperasi,
laboratorium dan kantin. Juga memiliki ruangan yang memadai. Madrasah
memiliki ruang kerja yang terpisah antara pimpinan dan staf. Untuk jumlah
pegawai sudah memenuhi kualifikasi yang sesuai dengan tugasnya.
Pembentukan budaya madrasah yang baik dilakukan oleh madrasah
dengan sangat baik dengan pembiasaan melalui teladan guru atau staf yang baik,
slogan yang ada disekolah, kata-kata mutiara dan hadist serta maqolah yang
menempel dilingkungan madrasah.

15
BAB V
KESIMPULAN

A. Manajemen dan Kepemimpinan di MTs Al-Hidayah Karangploso

Menurut hemat penulis, sistem manajemen yang diterapkan di MTs Al-


Hidayah Karangploso sudah dilaksanakan dengan baik. Pernyataan ini didasari
dengan keberadaan visi, misi dan tujuan yang jelas serta rancangan kegiatan yang
akan dilakukan oleh pimpinan madrasah menunjukkan telah terlaksananya fungsi-
fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Terry, yakni Perencanaan (planning),
Pengorganisasian (organizing), Pelaksanaan (actuating), dan juga Pengawasan
(controlling).
Praktik Kepemimpinan yang diadopsi oleh pimpinan MTs Al-Hidayah pun
juga terlaksana dengan baik, dimana Kepala Madrasah melaksanakan praktik
kepemimpinannya dengan cara bermusyawarah dengan pihak-pihak terkait dalam
pemutusan permasalahan yang ada baik yang bersifat internal maupun eksternal
lembaga. Praktik inilah yang sebelumnya disebut dengan model demokratis,
dimana model ini cocok diterapkan di lembaga pendidikan yang memiliki tugas
koordinasi dengan pimpinan pondok pesantren mengingat bahwa lembaga ini
merupakan naungan dari Yayasan Taman Pendidikan Islam Al-Hidayah dimana
memiliki lembaga pondok pesantren bernamakan Pondok Pesantren Al-Hidayah
yang mayoritas peserta didik di MTs Al-Hidayah Karangploso pun juga
merangkap sebagai santri di pondok pesantren tersebut. Pernyatan ini juga didasari
dengan keberhasilan MTs Al-Hidayah mendapatkan akreditasi A beberapa bulan
sebelum observasi ini dilaksanakan.

B. Manajemen Perkantoran di MTs Al-Hidayah Karangploso

Manajemen perkantoran yang diterapkan di MTs Al-Hidayah sendiri juga


telah terlaksana dengan baik. Penempatan ruang antar staff lembaga yang cukup
berdekatan membuat proses koordinasi dan komunikasi yang dilakukan menjadi
lebih mudah dan cepat. Hal ini juga berimbas pada kedekatan sosial yang
terbangun diantara staff lembaga menjadi kuat dan harmonis. Ini sesuai denga salah

16
satu asas penataan ruang yang mana mengedepankan kemudahan dalam
melaksanakan tugas-tugas organisasi. Selain itu, tersedianya fasilitas-fasilitas serta
sarana-prasarana penunjang seperti Wi-Fi, Dapur pegawai, dan lain-lain
menjadikan pegawai-pegawai di lembaga ini cenderung tidak bosan dan tentunya
akan meningkatan kenyamanan kerja sehingga dapat meningkatkan efektifitas
pekerjaan.
C. Budaya Organisasi di MTs Al-Hidayah Karangploso

Budaya yang terbangun di MTs Al-Hidayah adalah budaya kekeluargaan


serta religius. Ini bisa diketahui bahkan saat pertama kali memasuki lingkungan
MTs Al-Hidayah Karangploso. Hal ini dimaklumi mengingat lokasi lembaga ini
yang terletak berdekatan dengan Pondok Pesantren Al-Hidayah yang kental akan
budaya sopan santun, agamis, serta ramah. Selain itu, pembetukan budaya
kekeluargaan juga diterapkan dengan cara menempatkan ruang antar staff lembaga
sedikit berdekatan seh.ingga secara tidak langsung kedekatan antar pegawai pun
terbangun dengan sendirinya melalui kemudahan komunikasi dan koordinasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dhyan Ryani Parashakti & Dede Irfan Setiawan, Gaya Kepemimpinan dan
Motivasi terhadap Kinerja Karyawan pada Bank BJB Cabang Tangerang,( Tangerang,
2019)
Neprializa, manajemen Budaya Sekolah,( Lubuklinggau Timur I, 2015)
Rahmat Abdul dan Syaiful Kadi, Manajemen Kepemimpinan Dan Kemampuan
Berkomunikasi Kepala Sekolah Pada Kinerja Pendidik,(gorontaloo, 2016)
SADIKIN ALI WIDYAISWARA, Manajemen Perkantoran,( PUSDIKLAT
PEGAWAI KEMDIKBUD, 2019)

18
LAMPIRAN

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai