Tanggal
6-11 November 2020
Oleh:
Moh. Roihan A.M (18170028)
Rendra Hana P. S (18170048)
Moh. Dimas Haidar (18170045)
Haniatul Khiriah (18170082)
M. Ahzamil Fauqi (18170032)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas rahmat dan hidayah-Nya
Penulisan laporan hasil Magang II yang dilaksanakan di MTs Al-Hidayah Karangploso ini
telah diselesaikan.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan penulisan Laporan ini.
Penulis mohon maaf apabila penulisan Laporan magang ini masih jauh dari kata sempurna,
karena tim penulis menyadari bahwa kesempurnaan mutlak milik-Nya semata dan segala
kesalahan dan kekurangan adalah milik manusia.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam penyelesaian penulisan Laporan ini baik secara moril atau materil. Ucapn
terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. H. Mulyono Hasanah, M.Pd kepala jurusan HMJ Manajemen Pendidikan Islam
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Siti Ma’rifatul Hasanah, M.Pd.I dosen pengampu Mata Kuliah Magang II
4. Kepala Sekolah, guru, dan seluruh civitas akademika Mts N 7 Malang yang ikut
serta membantu kelancaran dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
Akhir kata, semoga Laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang dan bisa dijadikan sebagai acuan dalam penulisan Laporan berikutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
2. Bagaimana sistem perkantoran yang diterapkan di MTs Al Hidayah
Karangploso?
3. Bagaimana budaya organisasi yang diterapkan di lingkungan MTs Al
Hidayah Karangploso?
C. Tujuan
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen dan Kepemimpin
Menurut Terry (2010: 9), fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat
bagian, yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan) Upaya untuk meningkatkan
kemampuan, kualifikasi dan kompetensi seseorang dalammempimpin suatu
oraganisasi / perusahaan itu harus melihat kualitas pemimpin dalam memimpin.
Sebagai seorang pemimpin ia harus memahami bahwa kualitas dirinya sangat
dibutuhkan oleh orang lain, sehingga ia harus berusaha menyesuaikan dirinya
1
Abdul Rahmat dan Syaiful Kadi, Manajemen Kepemimpinan Dan Kemampuan Berkomunikasi
Kepala Sekolah Pada Kinerja Pendidik,(gorontaloo, 2016), hlm. 7
3
dengan tuntutan organisasi dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas
dirinya.
a. Model Situsional
b. Model Demokrasi
Dalam model ini pemimpin di pandang sebagai orang yang tidak akan
melakukan sesuatu kegiatan tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu pada
karyawan atau bawahannya. Pemimpin disini mengikutsertakan pendapat bawahan
sebelum ia membuat keputusan.8Keputusan yang diambil dalam model
kepemimpinan ini merupakan hasil kesepakatan bersama melalui sebuah diskusi
dan pemikiran kolektif. Pemimpin berperan untuk memimpin dan mengatur
jalannya diskusi (musyawarah), dan memberikan kebebasan bagi masing-masing
individu untuk mengungkapkan pendapatnya. Dalam menjalankan model
kepemimpinan ini dibangun dengan semangat kebersamaan. Masing-masing
individu adalah sama dan merupakan bagian dari yang lain. Kepemimpinan
demokrasi adalah kepemimpinan yang aktif,dinamis dan terarah. Kepemimpinan
ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah.
Kepemimpinan demokrasi biasanya bahawannya cenderung bermoral tinggi, dapat
bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri
c. Model Autoritarian
4
dan kebijakan pemimpin, selangkah demi langkah, tanpa mengetahui masa depan
dan tujuan yang ingin diraih. Pemimpin memiliki wewenang untuk membagi
pekerjaan, menurunkan perintah dan memaksa anggota untuk mematuhinya secara
otoriter. Kepemimpinan Autoritarian ini menggunakan metode pendekatan
kuasaan dalam mencapai keputusan dan mengembangkan strukturnya sehingga
kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. Pemimpin memandang
dirinya lebih dalam segala hal dibandingkan dengan bawahannya dan kemampuan
bawahannya selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat
sesuatu tanpa diperintah.
d. Model Laissezfaire
Dalam model kepemimpinan ini, peran seorang pemimpin bersifat pasif. Dia
memberikan kebebasan mutlak kepada anggota untuk mengambil keputusan,
tindakan atau langkah lain terkait dengan kehidupannya. Pemimipin hanya
berperan menyampaikan informasi dan kebijakan penting, serta menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan anggota untuk menjalankan pekerjaanya. Tetapi setiap
manusia memiliki kelebihan dan kekurangan yang melekat didalam hakekat
penciptaNya.
Pemimpin sebagai manusia tidak berbeda dengan manusia yang lain, tidak
dapat melepaskan diri dari berbagai kelebihan dan kekurangan, sehingga bila
dijumpai ada kekurangan dan kelemahan dalam perilaku seseorang dalam
kepemimpinannya dapat dipandang sebagai keterbatasan kepemimpinan. Adapun
keterbatasan kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan manusiawi
5
Harkat kemanuasiaan memikul tanggung jawab dalam arti tingkah lakunya
dibatasi oleh nilai-nilai tertentu, di antaranya norma sosial dan norma
spiritual / agama atau kepercayaan yang dipeluk oleh seorang pemimpin.
Keterbatasan norma spiritual yaitu keterbatasan karena adanya faktor
keterbatasan sebagai seorang pemimpin, yaitu keterbatasan manusia
sebagai pemimpin memiliki kewajiban dan sekaligus melekat pada dirinya
berupa larangan yang harus di patuhi. Sedangkan keterbatasan normatif
adalah keterbatasan karena adanya norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat dan negara, seperti hukum-hukum yang masih berlaku.
2
Ryani Dhyan Parashakti & Dede Irfan Setiawan, Gaya Kepemimpinan dan Motivasi terhadap
Kinerja Karyawan pada Bank BJB Cabang Tangerang,( Tangerang, 2019), hlm. 9
6
terdapat di dalam pengendalian proses kerja sama untuk mencapai tujuan.
Dan di situ terdapat visi misi perusahaan untuk membatasi pemimpin dan
pemimpin tidak boleh keluar dari upaya mewujudkan kerja sama yang
terarah pada pencapaian misi perusahaan atau organisasi. Dan keterbatasan
ini dibatasi juga dengan posisi, sebagai wujud pembidangan tugas horizontal
pada jenjang yang sama sebagai pembatas yang mengharuskan pemimpin
hanya boleh melakukan kegiatan di bidangnya. Kemampuan mewujudkan
kepemimpinan yang efektif dibatasi juga secara administratif oleh jumlah
orang-orang yang dipimpinnya. Semakin besar jumlah orang yang dipimpin
maka semakin sulit untuk mengadakan koordinasi dan pengawasan dan perlu
ada pemimpin pembantu bila diperlukan.
B. Manajemen Perkantoran
7
1. Ruang Perkantoran (Office Space) Ruang perkantoran atau kantor (dalam
bahasa Belanda kantoor) adalah sebutan tempat yang digunakan untuk
perniagaan atau perusahaan yang dijalankan secara rutin.
2. Komunikasi (Communications) Komunikasi didefinisikan sebagai proses
mengirim dan menerima pesan, dan dikatakan efektif apabila pesan dapat
dimengerti dan menstimulasi tindakan atau mendorong orang lain untuk
bertindak sesuai dengan pesan tersebut.
3. Pegawai Kantor (Official Personnel) Kepegawaian perkantoran ini mencakup
kegiatan pemilihan pegawai, orientasi atau perkenalan pekerjaan, pelatihan
pegawai, promosi pegawai (sumber daya), pengujian sumber daya, pergantian
sumber daya, sistem saran pegawai, pooling karyawan atau pegawai, absensi
pegawai, pemberhentian pegawai/karyawan, fasilitas buat pegawai/karyawan,
moral dan kedisiplinan pegawai, pensiun pegawai, penilaian, dan pengaduan
pegawai/karyawan.
4. Perabot dan Perlengkapan Kantor (Furniture and Equipment) Perabot dan
perlengkapan kantor ini mencakup semua peralatan yang umunya digunakan di
kantor, contohnya meja, kursi, perlengkapan arsip, ruang atau peti besi,
perabotan fungsional, perabotan gudang, dan lainnya.
5. Peralatan dan Mesin Kantor (Appliances and Machines) Peralatan dan mesin
kantor merupakan sarana penunjang aktivitas kantor yang mempunyai masa
manfaat atau masa pakai lebih dari satu tahun, misalnya mesin tik, mesin
tambah, mesin faktur, mesin pembukuan, mesin hitung, perlengkapan dikte,
perlengkapan kirim surat, dan peralatan terlihat.
6. Perbekalan dan Keperluan Tulis (Supplies and Stationary) Perbekalan dan
keperluan tulis ini mencakup pengelolaan barang keperluan tulis, kertas surat,
formulir-formulir, perbekalam sarana kebersihan, perbekalan penggadaian, dan
pengevaluasian untuk perbekalan baru.
7. Metode Kerja Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau
bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.
8. Warkat Warkat yaitu suatu catatan tertulis, terekam, tergambar, tercetak,
yang dibuat orang dalam rangka untuk membantu ingatan.
9. Pengawasan Pejabat Pelaksana (Executive Controls) Ini merupakanupaya
yang dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan jabatan dalam suatu
perkantoran/organisasi/instansi/perusahaan.
8
Berdasarkan pendapat Henry Fayol, prinsip-prinsip manajemen perkantoran itu
mencakup hal-hal seperti:
1. Perencanaan Pekerjaan
2. Pengorganisasian Pekerjaan
3. Pengkoordinasian Pekerjaan
4. Pengendalian Pekerjaan
5. Pemberdayaan Pegawai
6. Komunikasi
7. Tatanan Kantor
8. Peningkatan Mutu Pelayanan3
C. Budaya sekolah
1. Pengertian Budaya
3
ALI SADIKIN WIDYAISWARA, Manajemen Perkantoran,( PUSDIKLAT PEGAWAI
KEMDIKBUD, 2019), hlm. 10
9
Mengenai pengertian budaya, masing-masing tokoh memberikan batasan
yang berbeda, tetapi pada prinsipnya memiliki konsep yang sama, karena unsur-
unsur yang terdapat dalam kebudayaan memiliki kecenderungan yang sama pula.
Kesimpulannnya budaya merupakan suatu kebiasan yang membudaya dan
diturunkan pada generasi selanjutnya.
2. Budaya Sekolah
10
Menurut Ahyar mengutip Sastrapratedja, mengelompokkan unsur unsur
budaya sekolah dalam dua kategori, yakni unsur yang kasat mata/visual dan
unsur yang tidak kasat mata. Unsur yang kasat mata (visual) terdiri dari visual
verbal dan visual material. Visual verbal meliputi
2) kurikulum
4) narasi sekolah
5) narasi tokoh-tokoh
6) struktur organisasi
7) ritual
8) upacara
3) pakaian seragam. 4
Sedangkan unsur yang tidak kasat mata meliputi filsafat atau pandangan
dasar sekolah. Semua unsur merupakan sesuatu yang dianggap penting dan harus
diperjuangkan oleh sekolah. Oleh karena itu harus dinyatakan dalam bentuk visi,
misi, tujuan, tata tertib dan sasaran yang lebih terperinci yang akan dicapai
sekolah.
4
Neprializa, manajemen Budaya Sekolah,( Lubuklinggau Timur I, 2015
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian
B. Lokasi penelitian
a. Teknik observasi
11
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati secara langsung objek yang diteliti di lokasi penelitian. Dari penelitian
tersebut kita bisa melihat secara lanngsung situasi dan kondisi yang terjadi dan
sehingga kita bisa mengetahui apa yang terjadi sehingga bisa mengadakan
penelitian selanjutnya. Observasi dilakukan secara langsung dengan cara
memantau dengan teliti kondisi wilayah yang akan diteliti. Teknik ini kami
gunakan untuk melihat secara langsung bagaiamana budaya, administrasi,
manajemen, kepemimpinan, serta tata ruang dan hubungan kerja di MTs Al-
Hidayah Karangploso Kabupaten Malang.
b. Wawancara
c. Dokumentasi
12
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Kepemmimpinan Madrasah
Kepala madrasah memiliki kesehatan yang prima dan kepribadian yang
baik untuk melaksanakan seluruh kegiatan dengan semangat dan maksimal
sehingga dapat memberikan contoh yang baik terhadap bawahanya. Kepala
madrasah mampu mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data dengan
maksimal untuk mengidentifikasi kebutuhan madrasah.
2. Manajemen Madrasah
Madrasah memiliki visi dan misi yang jelas dan sangat bagus untuk
mendidik siswanya menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlak. Visi dan misi,
tujuan dan program sekolah dipaparkan dalam bentuk banner yang diletakkan di
ruang guru, TU, ruang tamu dan di luar ruangan. Sedangkan untuk renstra dan
keefektifan kerja ada namun tidak di publikasikan secara umum (tidak di buatkan
banner dsb).
13
Hidayah juga selalu melakukan evaluasi yang rutin dan berkelanjutan untuk
meninjau kualitas dan kinerja madrasah selama periode tertentu. Dan terkait
dengan anggaran, madrasah juga memiliki perencanaan anggaran dengan tepat
berhubungan dengan kebutuhan dalam pembiayaan melalui kemampuan madrasah
yang responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.
Pelayanan adiministrasi di MTs Al-Hidayah dilaksanakan disebuah
ruangan yang terdapat juga ruang tunggu yang kebetulan juga menyatu dengan
ruang tamu. Mts Al-hidayah juga memiliki sarana prasarana ketatausahaan yang
lengkap mulai dari meja resepsionis, rak, kursi, komputer dan lain-lain. Pegawai
tata usaha disana juga sangat ramah dan bersemangat dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga customer atau orang tua wali merasa sangat diperlakukan dan
dilayani dengan sangat baik.
Di ruang TU juga terdapat visi dan misi sekolah untuk memberi semangat
kepada seluruh pegawai TU. Pegawai memiliki catatan-catatan yang tertib,
sistematis dan akurat terkait penomoran,penanggalan, nama dan NIP pejabat
terkait pembuatan surat-surat resmi sekolah. Dan pegawai TU bekerja dengan
profesional dan konsisten dengan tugas dan kewajiban yang harus dikerjakan.
Tata ruang yang ada di MTs Al Hidayah Donowarih sudah sangat tertata
dengan rapi dengan fasilitas yang sangat baik. seluruh ruangan terlihat bersih dan
rapi. Jumlah pegawai dengan ruangan yang ada seimbang atau dengan kata lain
tidak overload sehingga dalam pelaksanaan kerja pegawai dapat terlaksana dengan
sistemik dan sesuai dengan SOP myang ada.
Ruang kerja bersih, nyaman dan rapi dengan pemilihan warna dinding
yang cerah, pencahayaan yang baik serta suasana yang tenang dapat membuat
pegawai, guru dan siswa dpaat melaksanakan kegiatan dengan nyaman dan
tentram. Ruang guru tertata dengan rapi dengan meja-meja sesuai jumlah guru
yang ada. Untuk ruangan kepala sekolah menggunakan sistem tertutup jadi ruang
kepala sekolah terdapat dalam sebuah ruangan yang tertutup oleh kaca.
Tersedia sebuah tempat untuk bersosialisasi antar pegawai maupun dengan
pimpinan sehingga komunikasi terjalin dengan baik dan rasa kekeluargaan yang
harmonis. Dan terdapat peraturan, tata tertib, etika yang disepakati oleh semua
pegawai.
14
C. Budaya Sekolah di MTs Al-Hidayah Karangploso, Malang
15
BAB V
KESIMPULAN
16
satu asas penataan ruang yang mana mengedepankan kemudahan dalam
melaksanakan tugas-tugas organisasi. Selain itu, tersedianya fasilitas-fasilitas serta
sarana-prasarana penunjang seperti Wi-Fi, Dapur pegawai, dan lain-lain
menjadikan pegawai-pegawai di lembaga ini cenderung tidak bosan dan tentunya
akan meningkatan kenyamanan kerja sehingga dapat meningkatkan efektifitas
pekerjaan.
C. Budaya Organisasi di MTs Al-Hidayah Karangploso
17
DAFTAR PUSTAKA
Dhyan Ryani Parashakti & Dede Irfan Setiawan, Gaya Kepemimpinan dan
Motivasi terhadap Kinerja Karyawan pada Bank BJB Cabang Tangerang,( Tangerang,
2019)
Neprializa, manajemen Budaya Sekolah,( Lubuklinggau Timur I, 2015)
Rahmat Abdul dan Syaiful Kadi, Manajemen Kepemimpinan Dan Kemampuan
Berkomunikasi Kepala Sekolah Pada Kinerja Pendidik,(gorontaloo, 2016)
SADIKIN ALI WIDYAISWARA, Manajemen Perkantoran,( PUSDIKLAT
PEGAWAI KEMDIKBUD, 2019)
18
LAMPIRAN
19
20
21