Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENGUKURAN, ASESMEN, PENILAIAN


DAN EVALUASI

Siti Alimh

S
erangkaian pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan.
Tujuan pembelajaran telah termaktub di dalam kurikulum
dalam bentuk Kompetensi Dasar. Guru dapat mengetahui
ketercapaian Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan dalam sebuah proses
pembelajaran melalui kegiatan evaluasi hasil belajar siswa.
Guru melaksanakan evaluasi untuk mengukur efetivitas
pembelajaran. Efektivitas pembelajaran ditentukan dari ketercapaian
Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh guru dalam satu proses
pembelajaran. Guru melakukan evaluasi di awal, saat, dan akhir kegiatan
pembelajaran. Beberapa tahapan dalam evaluasi, antara lain melakukan:

1. Pengukuran
2. Penilaian
3. Evaluasi

PENGUKURAN
Pengukuran merupakan proses pemberian angka atau simbol
berdasarkan pada kriteria/atribut tertentu dengan menggunakan alat ukur.
Pengukuran dilakukan dalam serangkaian proses evaluasi dengan tujuan
untuk memberikan informasi tentang seseorang. Hasil pengukuran berupa
angka dan bersifat kuantitatif. Data yang diperoleh dari hasil dapat
memberikan informasi kepada guru sebagai dasar untuk melakukan penilaian
terhadap hasil belajar siswa.
Hasil penilaian dapat digunakan untuk melakukan evaluasi. Evaluasi
merupakan proses pengambilan keputusan, yang bermakna apakah siswa
lulus Ketuntasan Klasikal Minimal (KKM) atau membutuhkan pembelajaran
remidial. Pembelajaran remidial dilakukan jika hasil belajar siswa kurang
lebih atau samadengan 50% siswa secara klasikal tidak dapat mencapai
KKM. Siswa yang lulus KKM diberikan pembelajaran pengayaan. Besarnya
KKM ditentukan oleh masing-masing tingkat satuan pendidikan.
Begitu pentingnya kedudukan pengukuran, maka prosesnya harus
dilakukan dengan benar. Pemberian angka pada atribut/karakter tertentu
yang dimiliki oleh suatu objek tertentu pada proses pengukuran harus
berdasarkan pada formulasi atau aturan yang jelas. Contohnya untuk
mengukur tinggi/badan sesorang telah memiliki aturan yang jelas terkait alat
ukurnya. Namun jika ingin mengukur nilai karakter, kejujuran, kedisiplinan
dan lain sebagainya tidak semua orang dapat mengerti dengan baik
aturan/formulasi yang harus digunakan untuk proses pengukuran.
Hasil pengukuran ditentukan oleh alat ukur/instrumen yang sahih,
proses pengadministrasian yang tepat dan pengolahan data yang mengacu
pada patokan yang disepakati. Hasil pengukuran yang berupa angka atau
atribut lainnya mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari
seseorang.
Alat ukur yang digunakan haruslah sesuai dengan atribut yang akan
diukur. Data tentang berbagai aspek/komponen dikumpulkan secara
sistematis dan komperhensif dengan menggunakan instrumen tes atau
instrumen lain yang datanya dapat dikuantitatifkan sesuai dengan aturan
yang berlaku. Contonya intrumen tes kognitif, tes sikap, tes bakat, tes minat
dan lain sebagainya. Semuanya diukur dengan tes dan bersifat kuantitatif.

ASESMEN
Istilah asesmen muncul seiring dengan perkembangan pendidikan
bidang evaluasi hasil belajar. Asesmen hadir, ketika ditemukan cara-cara
melakukan evaluasi yang lebih relevan dengan atribut/komponen yang akan
diukur. Contohnya mengukur sikap tentunya tidak dapat diangkakan yang
diukur dengan instrumen tes sikap. Pengukuran sikap, keterampilan, dan
atribut lainnya lebih tepat jika menggunakan interumen selain tes (non tes).
Begitu juga kemampuan kognitif juga dapat diukur dengan menggunakan
intrumen non tes selain dengan tes. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif siswa lebih fleksibel, tergantung dari
keputusan guru saat ingin mengevaluasi siswanya.
Pengukuran hasil belajar kognitif secara lebih inovatif dapat dilakukan
dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, presentasi, demonstrasi,
skala, dan lain sebagainya. Proses pengukuran dengan teknik-teknik inovatif
ini dapat menggunakan instrument non tes. Instrumen non tes meliputi
lembar wawancara, lembar observasi, lembar penilaian dokumen karya
ilmiah, dokumen portfolio, rubrik, jurnal belajar, peta konsep, peta pikiran,
laporan proyek, kritik terbuka dan atau tertulis, laporan unjuk kerja, dan lain
sebagainya. Proses pengukuran dengan instrumen-instrumen tersebut dapat
dimaknai dengan melakukan pengukuran yang disebut asesmen. Asesmen
dilakukan oleh guru, siswa, teman sebaya dan orang dewasa lain yang ikut
terlibat dalam pembelajaran dengan teknik peer assessment dan self asesesment.
Asesmen merupakan proses pengukuran hasil belajar seseorang dengan
menggunakan instrumen selain tes, yang disebut dengan instrument non tes.
Data hasil asesmen dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Berbeda dengan
pengukuran yang data hasil pengukurannya selalu bersifat kuantitatif. Proses
asesmen menekankan pada pengukuran proses, bukan semata-mana hasil
akhir menjadi penentu ketuntasan seseorang. Proses asesmen dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung, mulai dari awal, saat, dan akhir
kegiatan pembelajaran.
Fokus utama asesmen adalah untuk mengetahui pencapaian dan
kemajuan belajar siswa serta memperbaiki proses belajar siswa dari hari ke
hari sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh guru. Proses
asesmen bukan semata-mata untuk kepentingan pembelajaran, namun dapat
juga digunakan untuk memotivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan
performen serta potensi siswa.
Proses asesmen tidak hanya untuk mengukur hasil belajar dan refleksi
untuk kepentingan siswa saja, melainkan dapat juga digunakan oleh guru
untuk memperbaiki pembelajaran di kelas, tenaga administrasi untuk
melayani siswa dengan baik, dan kepala sekolah untuk melakukan refleksi
demi kemajuan sekolah termasuk dalam penyedian sarana dan prasarana
yang mendukung pembelajaran di sekolah. Proses asesmen dengan
melibatkan seluruh unsur sekolah mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.

PENILAIAN
Penilaian dapat dimaknai sebagai proses pengambilan keputusan
dengan bersumber dari informasi hasil pengukuran secara sistematis dan
komperhensif yang dilakukan dengan menggunakan instrumen tes dan non
tes. Penialaian juga dapat dimaknai sebagai pengolahan skor hasil pengkuran
menjadi nilai denganmenggunakan pendekatan tradisonal dan kriteria
tertentu. Penilaian juga dapat dimaknai sebagai proses
penafsiran/pendeskripsian data hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif
menjadi keputusan yang bersifat kualitatif dengan pedoman/kriteria tertentu.
EVALUASI
Evaluasi merupakan pemberian makna, nilai dan arti terhadap
informasi yang telah dikumpulkan melalui proses pengukuran dan penilaian
sehingga menghasilkan suatu keputusan tertentu. Evaluasi juga dapat
dimaknai sebagai penyusunan keputusan berdasarkan asesmen. Asesmen
identik dengan pengukuran, namun berbeda dengan penilaian secara
tradisional. Penilaian tradisional dapat dimaknai sebagai pengolahan skor
hasil pengukuran menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan tradisional
tertentu untuk pengambilan keputusan. Asesmen dapat dikatakan sebagai
penilaian secara sitematis dan komperhensif yang didalamnya terdapat
proses pengukuran.
BAB 2

PENILAIAN:
MENGOLAH SKOR MENJADI NILAI

Siti Alimah

Skor merupakan hasil proses pengukuran dengan menggunakan


instrument tes. Skor belum bermakna jika belum diolah menjadi nilai. Proses
mengolah skor menjadi nilai disebut dengan penilaian. Penilaian merupakan
tahapan evaluasi yang menekankan pada tindakan pengolahan skor menjadi
nilai dengan menggunakan pendekatan atau kriteria tertentu. Proses
mengolah skor menjadi nilai dapat dilakukan dengan berpedoman pada
pendekatan dan kriteria tertentu. Pendekatan klasik yang dapat digunakan
untuk mengolah skor menjadi nilai ada dua, yakni Penilaian Acuan Normal
(PAN) dan Penialai Acuan Patokan (PAP).

Pendekatan Penilaian Acuan Normal

Pendekatan PAN merupakan pendekatan penilaian yang mengacu


pada perolehan kelompok siswa. Nilai individu ditentukan oleh nilai
kelompok. Nilai yang diperoleh dari proses penilaian dengan pendekatan ini
tidak dapat digunakan untuk mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran.
Penilaian dengan pendekatan PAN menggunakan acuan skor
standar sebesar 100. Skor mentah siswa ditunjukkan dengan jawaban yang
benar. Untuk itu, tesnya harus berkualitas. Indikator kualitas tes ditentukan
oleh indeks pembeda butir soal. Pendekatan ini diterapkan dengan acuan
bahwa siswa-siwa dalam kelompok tersebut terdistribusi normal. Pendekatan
PAN sangat memperhatikan perbedaan individu.

Cara pengolahan skor dengan pendekatan PAN:

1. Mengatur, meyusun, dan menyajikan skor mentah dalam bentuk


tabel distribusi frekuensi
2. menghitung mean (M) dan standar deviasi (SD)
3. mengubah skor mentah menjadi nilai standar

1
4. membuat tabel konversi
5. mengkonversi nilai mentah menjadi nilai standar

Berikut rinci penjelasannya:

Cara membuat tabel distribusi frekuensi:

1. Menghitung Range (R) = skor tertinggi – skor terendah

2. Menghitung kelas interval (K) = 1+3,3 log n


n=jumlah siswa

R+1
3. menghitung interval (i)= ---------------------
K

Cara mengubah skor mentah menjadi nilai standar

Rumus nilai standar skala 5

2
Rumus Nilai Standar skala 9

Rumus Nilai Standar Skala 11

3
Cara Membuat tabel konversi
a. Konversi nilai huruf

Skor Mentah Nilai Huruf


skor – skor A
skor – skor B
skor – skor C
skor – skor D
skor – skor E

b. Konversi nilai angka

Skor Mentah Nilai standar 9 Nilai standar 11


skor – skor 9 10
skor – skor 8 9
skor – skor 7 8
skor – skor 6 7
skor – skor 5 6
skor – skor 4 5
skor – skor 3 4
skor – skor 2 3
skor – skor 1 2
skor – skor 1
skor – skor 0

Cara membuat Konversi skor mentah menjadi nilai standar

No Urut Nama Siswa Skor Mentah Nilai standar

4
Pendekatan Penilaian Acuan Patokan

Penilaian dengan pendekatan PAP merupakan pendekatan


pengolahan skor menjadi nilai yang memiliki standar tunggal untuk semua
sehingga jika tes dilakukan pada tempat yang berbeda tetap menggunakan
acuan yang sama. Pendekatan ini juga mampu mengukur kompetensi atau
tujuan pembelajaran dengan baik karena tidak memperhatikan perbedaan
individu.

Cara mengolah skor menjadi nilai dengan pendekatan PAP adalah:

1. Membandingkan skor mentah yang diperoleh siswa dengan skor


maksimum ideal (SMI)

Skor Mentah
Nilai = ----------------------------------------- X 100
Skor Maksimal Ideal

2. Mengkonversi perhitungan nilai dengan patokan/acuan yang ditentukan

Contoh:

skor ujian mahasiswa dengan jumlah skor maksimal ideal 90 pada mata
kuliah evaluasi pembelajaran sebagai berikut:

No Nama Skor
1 Alfa 80
2 Beta 55
3 Gama 70
4 Teta 60
5 Omega 75

5
Jika nilai konversi ditentukan konversi sebagai berikut:

Nilai Huruf Rentang Huruf


A 80 ke atas
B 66-79
C 56-65
D 46-55
E 45 ke bawah

Tentukan berapa % mahasiswa mendapatkan nilai A!

Jawab: SMI = 90

No Nama Skor Perhitungan Hasil Konversi Huruf


1 Alfa 80 (80/90)x100= 88,9 A
2 Beta 55 (55/90)x100= 61,1 C
3 Gama 70 (70/90)x100= 77,8 B
4 Teta 60 (60/90)x100= 66,7 B
5 Omega 75 (75/90)x100= 83,4 A

Jadi mahasiswa yang mendapat nilai A pada mata kuliah evaluasi


pembelajaran sebesar 20%.

6
UJI PEMAHAMAN

1. Bu Amira melaksanakan UAS Mata Kuliah Bioteknologi dengan


jumlah soal 60. Jika mahasiswa menjawab benar pada tiap item soal
diberikan skor 3 dan jika jawaban mahasiswa salah diberikan skor
0. Dari hasil ujian diperoleh data sebagai berikut:

No Nama Mahasiswa Jumlah Jawaban Benar


1 Ani 34
2 Budi 58
3 Iwan 56
4 Sabar 45
5 Dista 56
6 Dinda 32
7 Rosi 45
8 Yosa 60
9 Ali 58
10 Nuri 48
11 Ikhsan 55
12 Mira 57
13 Deva 51
14 Dela 52
15 Anggun 55
16 Puspa 60
17 Agus 20
18 Tina 35
19 Livi 45
20 Desi 54
21 Ane 40
22 Yosi 42
23 Yayi 48
24 Alan 60
25 Maulana 60

7
Jika nilai konversi ditentukan konversi sebagai berikut:

Nilai Huruf Rentang Huruf


A 80 ke atas
B 66-79
C 56-65
D 46-55
E 45 ke bawah

a. Siapakah yang mendapatkan skor tertinggi di kelas tersebut?


b. Berapa % mahasiswa Bu Amira yang mendapatkan nilai A?
c. Berapa % mahasiswa Bu Amira yang harus mengulang mata kuliah
tersebut?

2. Pak Siswo mengadakan ujian reproduksi sel dengan soal uraian dan
diperoleh skor sebagai berikut:

56 78 89 77 63 78
70 43 75 54 79 60
90 92 87 65 98 84

a. Hitunglah berapa % siswa pak Siswo yang mendapat nilai 10!


b. Jika KKM biologi 7, berapa siswa yang harus remidial?

8
BAB 3
ASESMEN HASIL BELAJAR
BERBASIS KOMPETENSI

Siti Alimah

Asesmen hasil belajar berbasis kompetensi adalah asesmen


yang dirancang berdasarkan pada tujuan pembelaran. Tujuan
pembelajaran ditetapkan dalam kurikulum. Kurikulum 2013 telah
menetapkan tujuan pembelajaran dalam bentuk Kompetensi Dasar
pada setiap mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran biologi.
Kompetensi pada mata pelajaran biologi tertuang dalam
Permendikdud Nomor 37 Tahun 2018.
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dimiliki peserta didik sebagai hasil
pembelajaran yang bermakna. Untuk itu, kompetensi tidak akan
dimiliki oleh siswa jika hasil bejarnya hanya menitikberatkan pada
pencapaian hasil belajar pengetahuan atau indentik dengan kognitif
saja. Dengan demikian maka selain hasil belajar pengetahuan, maka
perlu juga diukur tingkat keterampilan dan sikap sehingga siswa dapat
memiliki kompetensi sebagai hasil belajranya.
Hasil belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap dapat
diukur dengan menggunakan instrumen tes dan non tes. Instrumen
disesuaikan dengan kemampuan yang akan diukur. Proses pengukuran
tidak hanya dilakukan di awal kegiatan pembelajaran, tapi juga pada
saat, dan akhir kegiatan pembelajaran. Bebagai teknik dapat dilakukan
antara lain dengan teknik ujuk kerja, demonstrasi, presentasi,
observasi, portfolio, wawancara, dan teknik-teknik lain yang sesuai
dengan kemampuan yang akan diukur. Proses pengukuran kompetensi
dilakukan secara komperhensif dalam mengukur pengetahuan,
keterampilan dan sikap oleh guru, antar teman, dan diri siswa sendiri.
Cara-cara pengukuran ini termasuk dalam proses asesmen autentik.
Asesmen autentik mengedapankan pada penilaian kinerja
siswa dalam proses pembelajaran. Hasil belajar siswa tidak hanya
ditentukan oleh hasil tes pengetahuan di akhir pembelajaran saja,
melainkan juga ditentukan dari keterampilan dan sikap mereka selama
mereka belajar dengan menggunakan patokan/acuan tertentu. Proses
asesmen demikian menggambarkan pengukuran kompetensi siswa,
karena hasil belajar tidak hanya diakses pengetahuannya saja,
melainkan juga keterampilan dan sikap yang dilakukan secara
komperhensif dengan alat ukur yang tepat yakni tes dan non tes.
Pengukuran hasil bejara tidak hanya dalam bentuk pengukuran
kuantitatif saja, namun juga kualitatif. Penentuan kelulusan dilakukan
secara terintergrasi antara pencapaian kemampuan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dengan menggunakan batas lulus yang telah
ditentukan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
Siswa dinyatakan lulus atau berkompeten pada kompetensi
tertentu jika mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan
kriteria tertentu. Untuk itu maka pendekatan penilaian yang sesuai
untuk digunakan dalam mengolah skor menjadi nilai pada asesmen
hasil belajar berbasis kompetensi adalah penilaian acuan patokan
(PAP). Untuk dapat mengolah skor dengan baik, maka asesmen yang
dilakukan harus direncakan dengan baik.

Cara merencanakan asesmen berbasis kompetensi:

1. Menentukan Kompetensi Dasar yang akan diukur dari


dokumen kurikulum.
2. Menganalisis jenis intrumen yang akan digunakan untuk
mengukur kompetensi dasar.

Contoh:

Rumusan Kompetensi Dasar sebagai berikut:

3.1 Menjelaskan ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai


obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), melalui
penerapan metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja.

4.1 menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang


permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi
kehidupan

Hasil analisis:

KD 3.1 menekankan pada kemampuan menerapkan metode ilmiah


topik ruang lingkup biologi → kegiatan pembelajaran yang sesuai
adalah percobaan/praktikum dengan menerapkan metode ilmiah→
dibutuhkan instrumen non tes berupa lembar observasi kegiatan
percobaan/praktikum saat siswa melakukan percobaan/praktikum
dengan menekankan pada aspek keterampilan menggunakan metode
ilmiah. Untuk mengakses kemampuan menjelaskan tentang ruang
lingkup biologi→instrumen tes dengan item soal tentang topik tersebut
dengan konten mengacu pada topik yang dipelajari siswa saat
melakukan percobaan/praktikum.

KD 4.1 menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang


topik→untuk mengaksesnya digunakan instrumen non tes→lembar
penilain laporan hasil percobaan penerapan metode ilmiah tentang
topik dengan aspek utama kemampuan menyajikan data hasil
percobaan yang dilakukan tentang topik.

Berdasarkan analisis yang dibuat, maka instrument yang perlu


dipersiapkan adalah:

1. intrumen tes berupa soal tes dengan minimal level proses


kognitif menjelaskan (C2) dan menerapkan (C3) serta
mengembangkan sampai pada level tertinggi yakni mencipta
(C6)
2. instrumen non tes berupa;
a. lembar observasi kegiatan percobaan/praktikum pada aspek
keterampilan menggunakan metode ilmiah dengan
indikator yang sesuai lengkap dengan rubriknya.
b. lembar penilain laporan hasil percobaan yang menekankan
pada aspek kemampuan menyajikan data hasil percobaan
dengan indikator yang sesuai lengkap dengan rubriknya.
BAB 4
MERANCANG
INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

instrumen tes digunakan untuk mengukur hasil belajar berupa


pengetahuan dan keterampilan abstrak (keterampilan berpikir). Instrument es
termasuk dalam instrumen tradisional karena masih terbatas pada makna
kuantitatif.
Instrumen tradisional berupa tes digunakan pada saat seorang guru
bertujuan mengukur hasil belajar pengetahuan dan keterampilan dengan
metode tes. Hasil belajar tidak hanya dibatasi pada kemampuan kognitif,
melainkan juga kemampuan afektif dan psikomotorik. Jenis tes untuk
mengukur hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Tes hasil belajar yang telah distandarisasikan.


b. Tes hasil belajar yang disusun oleh guru.

Tes hasil belajar yang distandarisasikan merupakan tes yang telah


baku, baik dari tingkat validitas, kesukaran, daya pembeda dan reliasbilitas
yang ajeg dan telah diuji kehandalannya. Tes ini berfungsi untuk mengetahui
kemajuan akademik di sekolah. Tes ini juga dapat mengukur tingkat
kemampuan akademik siswa baik di tingkat sekolah dasar sampai dengan
sekolah menengah.
Tes hasil belajar yang susun guru, tidak memiliki standar yang baku,
perlu beberapa kali pengujian untuk mendapatkan seperangkas tes hasil
belajar yang baik. Tes ini hanya untuk tujuan tertentu dan tingkat sekolah
yang terbatas. Tes ini tidak dapat berlaku umum seperti tes hasil belajar yang
telah distandarisasikan. Tes hasil belajar buatan guru perlu pengujian yang
kontinu untuk mendapatkan kualitas tes hasil belajar yang baik.
Tes hasil belajar yang disusun oleh guru memiliki beberapa bentuk,
antara lain:

a. Tes Essai/Uraian
Tes essai/uraian terdiri dari essai bebas dan terstruktur. Bentuk tes
ini efektif untuk mengukur kemampuan siswa dalam bernalar dan
berpendapat serta mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Hasil
pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan bentuk tes uraian atau
essai dapat dinyatakan dengan skor. Besarnya skor ditentukan guru,
karena tidak ada skor baku. Tingakt subjektivitasnya sangat tinggi, karena
penilai yang dapat memberikan skor yang berbeda pada siswa yang sama
jika rambu-rambu/rubrik jawaban tidak jelas. Bentuk tes ini
membutuhkan waktu penskoran yang lebih lama dibanding jenis tes
objektif.
b. Tes Objektif.
Tes objektif bertujuan untuk mengukur pengetahuan dengan cara
memilih jawaban yang telah disediakan oleh guru. Penentuan skor pada
bentuk tes ini didasarkan pada jawaban benar dan jawaban salah. Jika
jawaban benar maka jawaban diberikan skor 1, jika salah maka di berikan
skor 0. Bentuk tes ini terdiri dari:
a) Benar-Salah
b) Pilihan Ganda
c) Menjodohkan
d) Pilihan Ganda beralasan
e) Sebab Akibat
f) Isian Singkat
g) Melengkapi

Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes hasil belajar:


1. Tes hendaknya benar-benar mengukur tujuan pembelajaran
2. Tes yang disusun merupakan sampel yang representative dari semua
materi
3. Bentuk atau format yang dipilih disesuaikan dengan tujuan
pengukuran dengan tes.

Langkah-langkah menyusun tes hasil antara lain:


1. Menentukan Kompetensi Dasar yang akan diukur ketercapaiannya
dalam pembelajaran
2. Merumuskan indikator berdasarkan pada Kompetensi Dasar yang
dipilih dengan menggunakan bantuan Kata Kerja Operasional
(KKO). Idikator bersifat jelas dan terukur.
3. Merumuskan kisi-kisi soal dengan berpedoman pada indikator yang
telah disusun sesuai dimensi pengetahuan dan level kognitif.
4. Menentukan bentuk tes
5. Menulis item soal dengan berpedoman pada kisi-kisi
6. Menentukan kunci jawaban (jika bentuk tes objektif), menentukan
rambu-rambu jawaban (jika bentuk tes uraian/essai)
7. Menentukan skor tiap item soal
8. Menskor dan mengolah tes

Untuk mempermudah mengadministasikan kerja dalam merakit soal, maka


dapat dibuat kartu soal, dengan komponen:
1. Kompetensi Dasar
2. Indikator
3. Kisi-Kisi
4. Level Kognitif
5. Dimensi Pengetahuan (lampiran 1)
6. Dimensi Proses (Lampiran 2)
7. Rumusan Soal
8. Kunci Jawaban
9. Skor

Contoh Format Kartu Soal

KOMPETENSI DASAR: ……
KISI- DIMENSI
INDIKATOR SOAL KUNCI SKOR
KISI PENGETAHUAN PROSES

Cara membuat indikator:

1. Menganalisis dimensi kognitif Kompetensi Dasar


2. Menulis indikator dengan panduan Kata Kerja Operasional

Contoh:

3.1 Menjelaskan ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai


objek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), melalui penerapan
metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja.

4.1 menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang


permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi
kehidupan

Analisis:

KD 3.1 diawali dengan kata kerja menjelaskan berarti berdasarkan


taksonomi bloom revisi KD tersebut berada pada dimensi kognitif level
C2 (Memahami)→ sehingga pedoman KKO mulai level C2 s.d C6.
KD 4.1 diawali dengan kata kerja menyajikan berarti berdasarkan
taksonomi bloom revisi KD tersebut berada pada dimensi kognitif level
C6 (meng-create) → sehingga pedomam KKO menggunakan level C6
Indikator yang dapat dirumuskan berdasarkan KD adalah:

1. Mencontohkan objek kajian biologi → C2


2. Memerinci objek kajian biologi → C4
3. Menentukan tingkat organisasi kehidupan → C3
4. Membandingkan hasil percobaan yang menerapkan metode ilmiah
→ C5
5. Menampilkan data hasil percobaan yang menerapkan metode
ilmiah dalam bentuk tabel/grafik/gambar/diagram → C6

Kisi-Kisi
Kisi-kisi merupakan pedoman untuk menulis soal. Kisi-kisi dibedakan
menjadi dua, yakni:

1. Berstimulus→ kisi-kisi yang mencantumkan clue yeng membantu


siswa memusatkan pikiran dan berpikir untuk menelukan jawaban
nya. Bentuk stimulis dapat berupa kasus, grafik, gambar, tabel,
diagram, kurva dan lain-lain
2. tidak berstimulus →kisi-kisi yang tidak mencantumkan clue bagi
siswa untuk berpikir dalam menjawab soal.

Cara membuat kisi-kisi:

1. Menentukan indikator
2. Menentukan jenis kisi-kisi
3. Menulis kisi-kisi

Contoh:
diketahui indikator RPP sebagai berikut: membandingkan hasil percobaan
yang menerapkan metode ilmiah.

Kisi-kisi berstimulusnyang dapat di buat:

Disajikan dua gambar hasil percobaan pengaruh cahaya terhadap


perkecambahan kacang hijau, siswa mampu membandingkan kedua
hasil percobaan berdasarkan pada prinsip metode ilmiah.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2

Daftar Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) pada taksonomi bloom revisi
BAB 5
MENGANALISIS INSTRUMEN TES

Siti Alimah

I
nstrumen tes untuk mengukur kemampuan pengetahuan siswa
dapat berupa seperangkat soal tes. Suatu perangkat soal dapat
memberikan hasil pengukuran yang baik dan benar jika instrumen
tes tersebut memiliki syarat-syarat yang baik. Syarat instrumen tes yang baik
adalah:

1. Valid, yang bermakna bahwa alat ukur yang digunakan mampu


mengukur apa yang seharusnya diukur
2. Reliabel, yang bermakna bahwa alat ukur yang digunakan mampu
menunjukkan konsistensi hasil/keajegan dimanapun dan kapanpun
alat ukur itu digunakan. Hal demikian menunjukkan hasil yang sama
dan atau mendekati sama.
3. Objektif, yang bermakna bahwa alat ukur tersebut dapat mengukur
secara objektif kepada testee. Objektivitas ditunjukkan pada
kesamaan skor yang akan diperoleh testee, walaupun testee dinilai
oleh penilai yang berbeda.
4. Praktis dan mudah digunakan, yang bermakna bahwa alat ukur
tersebut murah dari segi biaya dan mudah dari segi
pengadministasian hasil tes (mengolah skor sampai menjadi nilai)
dan juga kemudahan testee/peserta ujian memahami soal, tidak
rumit bentuknya dan disusun dengan bahasa yang sederhana.
5. Memiliki norma/patokan/kriteria standar minimal batas lulus yang
jelas.

VALIDITAS
Validitas adalah kemampuan instrumen tes untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Jenis-jenis validitas, antara lain:
a. Validitas isi, validitas berdasarkan alat ukur itu sendiri, yang dapat
dimaknai validitas yang menekankan pada penelaahan secara
mendalam terkait denga apa tujuan yang diharapkan dan materi apa
yang disampaikan dari instrumen. Kesesuaian alat ukur dengan isi
menjadi telaah utama dari jenis validitas ini.
b. Validitas konstrak, validitas instrumen tes berdasarkan penilaian
dari ahli atau orang yang expert di bidangnya. Alat ukur dikatakan
memiliki validitas konstrak yang baik jika dapat membedakan satu
individu dengan individu lainnya. Faktor yang menjadi
pertimbangan adalah apakah instrumen telah memuat konsep-konsep
penting dari apa yang akan diukur.
c. Validitas patokan/kriterium, terdiri dari validitas prediktif dan
pengukuran serentak. Validitas prediktif adalah kemampuan alat
ukur untuk memprediksi keberhasilan seseorang. Validitas serentak
adalah validitas yang diukur dengan cara mengkorelasikan instrumen
yang dibuat dengan instrumen lain yang pengukurannya dilakukan
secara/hamper bersamaan dengan responden yang sama.

ANALISIS PERANGKAT SOAL

a. Analisis Validitas Perangkat Soal:

Validitas perangkat soal dapat dihitung dengan cara membandingkan skor


instrument yang dibuat guru (X) dengan instrumen kriterium (Y). Rumus
yang digunakan adalah rumus korelasi produk moment pearson sebagai
berikut:

untuk selanjutnya hasil perhitungan dimaknai dengan kriteria validitas


perangkat soal oleh Guilford (1956) dengan kategori sebagai berikut:
b. Reliabilitas Perangkat Soal
Reliabilitas merupakan keajegan suatu alat ukur. Alat ukur akan
menghasilkan data yang sama atau hamper sama meskipun diujicobakan di
tempat, waktu, dan testee yang berbeda. Reliabilitas dapat dihitung dengan
beberapa cara, antara lain:

1) Menghitung reliabilitas soal tes pilihan ganda

Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas perangkat soal


adalah rumus KR 20 berikut:

atau dengan rumus KR 21 sebagai berikut:


2) Menghitung reliabilitas soal tes bentuk uraian
Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas perangkat soal
tes bentuk uraian adalah rumus Cronbach Alfa, sebagai berikut:

Daftar Pustaka

Guilford, J. P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education.


New York: Mc Graw-Hill Book Co. Inc.

Yusuf, M. A. (2002). Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta:


Prenadamedia.
ANALISIS
BUTIR SOAL
Siti Alimah
LANGKAH-LANGKAH MENGHASILKAN
SOAL YANG BAIK PADA INSTRUMEN TES

PENULIS TELAAH
ANALISISDAN
& PERA UJI ANALISIS:
ANALISIS:
AN REVISI
REVISI SOAL
SOAL KITAN COBA .-MANUAL
MANUAL
SOAL TES TES -KOMPUTER
.KOMPUTER

SELEKSI
SOAL SOAL
JELEK

PROGRAM:
ITEMAN
BANK KALIBRASI SOAL SPSS
SOAL SOAL BAIK DLL

2
KOMPONEN YANG DI ANALISIS
BUTIR SOAL

1.VALIDITAS BUTIR
2.TINGKAT KESUKARAN (TK)
3.DAYA PEMBEDA (DP)
VALIDITAS BUTIR SOAL
Kategori validitas butir soal oleh
Guilford (1956)
Tingkat Kesukaran Butir Soal (TK)

peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat


kemampuan tertentu

Indeks TK
TK=0,00 artinya siswa tidak ada yang menjawab benar soal tsb.
TK= 1,00 artinya siswa menjawab benar soal tsb.

Semakin besar indeks TK yang diperoleh artinya soal semakin mudah.


RUMUS TK UNTUK TES OBJEKTIF

Ting. kesukaran =
 Siswa Jawab benar
N

KRITERIA TK:
0,00 – 0,30 = sukar N : Jml Peserta tes
0,31 - 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah
KATEGORI SOAL MUDAH, PREDIKSINYA SBB:

Pengecoh butir soal tidak berfungsi


Sebagian siswa yg menjawab benar soal tsb, berarti siswa telah
memahami materi yg ditanyakan

KATEGORI SOAL SUKAR, PREDIKSINYA SBB:

Butir soal “mungkin “ salah kunci


Butir soal mempunyai 2 atau lebih jawaban benar
Kompetensi minimal siswa belum tercapai
Materi yg ditanyakan tidak sesuai dengan bentuk soal
Pernyataan kalimat terlampau panjang
RUMUS TK UNTUK TES URAIAN
𝛴 SKOR SISIWA
MEAN =
𝛴 SISWA YANG MENGIKUTI TES

MEAN
Tk =
𝛴 SKOR MAKSIMUM PADA PEDOMAN PENDKORAN

KRITERIA:
0,00 – 0,30 sukar
0,31 – 0,70 sedang
0,71 – 1,00 mudah
MANFAAT ANALISIS TK
mendeteksi soal yang bias

KRITERIA KOMPOSISI TK PADA SOAL YANG


BAIK

Sulit: Sedang: Mudah = 1:2:1


DAYA PEMBEDA SOAL (DP)
DAYA PEMBEDA SOAL BENTUK PILIHAN GANDA

DP = BA – BB Atau DP = 2 ( BA – BB )
½N N

DAYA PEMBEDA SOAL BENTUK URAIAN

DP = Mean kelompok atas – Mean kelompok bawah


Skor maksimum soal
KRITERIA
0,40 – 1,00 soal diterima/BAIK
0,30 – 0,39 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki/CUKUP
0,20 – 0,29 Soal diperbaiki/JELEK
O,19 – 0,00 Soal tidak dipakai/SANGAT JELEK/BUANG
CONTOH ANALISIS DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL

NO SISWA 1 2 3 .... 50 SKOR

1 A B B C D 45
2 B B A D C 43 27% KA
3 C A C B B 41

... ... ... ...

33 P A A B A 27
34 Q C D E E 26 27% KB
35 R D E E E 25

KUNCI B B D D

JUMLAH TASTEE ⟨ 30 ORANG DIAMBIL 27% KELOMPOK ATAS


(KA) DAN 27% KELOMPOK BAWAH (KB)
CONTOH ANALISIS BUTIR SOAL TK DAN DP ANALISIS SOAL PG

SOAL KEL A B C D E KEY TK DP

1 KA 0 10 0 0 0 B 0,85 0,30
KB 1 7 1 1 0
2 KA 0 5 5 0 0 B 0,40 0,20
KB 2 3 3 1 1
3 KA 0 1 9 0 0 D 0,15 -0,30
KB 0 2 3 3 2
50 KA 1 2 3 3 1 D 0,25 0,10
KB 1 2 3 2 2

TK1=(BA+BB): N
= (10+7) : 20 KRITERIA TK: KRITERIA DAYA PEMBEDA:
= 0,85 0,00 – 0,30 = sukar 0,40 – 1,00 = soal baik
0,31 - 0,70 = sedang 0,30 – 0,39 = terima & perbaiki
DP1= (BA-BB):½N
= (10-7) : ½ x 20 0,71 – 1,00 = mudah 0,20 – 0,29 = soal diperbaiki
= 0,30 0,19 – 0,00 = soal ditolak
CONTOH ANALISIS SOAL URAIAN DAN TES PRAKTIK
Soal 1 Soal 2
NO. SISWA
(Skor maks 6) (Skor maks 5)
1 A 6 5
2 B 5 4
3 C 3 2
4 D 3 2
5 E 2 1

Jumlah 19 14
Rata-rata 3,80 2,80
TK 0,63 0,56
DP 0,47 0,56

TK1 = Rata-rata : skor maks DP1= (Rata-rata KA – Rata-rata KB) : skor maks.
= 3,8 : 6 = 0,63 = [(11:2) – (8:3) ] : 6 = (5,5-2,7):6 = 0,47
TK2 = 2,8 : 5 = 0,56 DP2= [ (9:2) – (5:3) ] : 5 = (4,5-1,7) : 5 = 0,56
KRITERIA TK: KRITERIA DAYA PEMBEDA:
0,00 – 0,30 = sukar 0,40 – 1,00 = soal baik
0,31 - 0,70 = sedang 0,30 – 0,39 = terima & perbaiki
0,71 – 1,00 = mudah 0,20 – 0,29 = soal diperbaiki
0,19 – 0,00 = soal ditolak
MANFAAT ANALSIS DAYA PEMBEDA SOAL:

Meningkatkan mutu butir soal melalui data empirik, soal baik, direvisi,
atau ditolak.
Mendeteksi/membedakan kemampuan siswa (memahami atau belum
memahami materi yang diajarkan).

BILA SOAL TIDAK BISA MEMBEDAKAN


“KEMUNGKINANNYA” SBB:

Kunci jawaban butir soal tidak tepat


Butir soal memilki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
KRITERIA SOAL YANG BAIK
Tiap Butir Soal memiliki kriteria:
1. Valid
2. Daya pembeda baik
3. Tingkat Kesukaran→ sukar:sedang:mudah = 1:2:1

Anda mungkin juga menyukai