Siti Alimh
S
erangkaian pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan.
Tujuan pembelajaran telah termaktub di dalam kurikulum
dalam bentuk Kompetensi Dasar. Guru dapat mengetahui
ketercapaian Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan dalam sebuah proses
pembelajaran melalui kegiatan evaluasi hasil belajar siswa.
Guru melaksanakan evaluasi untuk mengukur efetivitas
pembelajaran. Efektivitas pembelajaran ditentukan dari ketercapaian
Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh guru dalam satu proses
pembelajaran. Guru melakukan evaluasi di awal, saat, dan akhir kegiatan
pembelajaran. Beberapa tahapan dalam evaluasi, antara lain melakukan:
1. Pengukuran
2. Penilaian
3. Evaluasi
PENGUKURAN
Pengukuran merupakan proses pemberian angka atau simbol
berdasarkan pada kriteria/atribut tertentu dengan menggunakan alat ukur.
Pengukuran dilakukan dalam serangkaian proses evaluasi dengan tujuan
untuk memberikan informasi tentang seseorang. Hasil pengukuran berupa
angka dan bersifat kuantitatif. Data yang diperoleh dari hasil dapat
memberikan informasi kepada guru sebagai dasar untuk melakukan penilaian
terhadap hasil belajar siswa.
Hasil penilaian dapat digunakan untuk melakukan evaluasi. Evaluasi
merupakan proses pengambilan keputusan, yang bermakna apakah siswa
lulus Ketuntasan Klasikal Minimal (KKM) atau membutuhkan pembelajaran
remidial. Pembelajaran remidial dilakukan jika hasil belajar siswa kurang
lebih atau samadengan 50% siswa secara klasikal tidak dapat mencapai
KKM. Siswa yang lulus KKM diberikan pembelajaran pengayaan. Besarnya
KKM ditentukan oleh masing-masing tingkat satuan pendidikan.
Begitu pentingnya kedudukan pengukuran, maka prosesnya harus
dilakukan dengan benar. Pemberian angka pada atribut/karakter tertentu
yang dimiliki oleh suatu objek tertentu pada proses pengukuran harus
berdasarkan pada formulasi atau aturan yang jelas. Contohnya untuk
mengukur tinggi/badan sesorang telah memiliki aturan yang jelas terkait alat
ukurnya. Namun jika ingin mengukur nilai karakter, kejujuran, kedisiplinan
dan lain sebagainya tidak semua orang dapat mengerti dengan baik
aturan/formulasi yang harus digunakan untuk proses pengukuran.
Hasil pengukuran ditentukan oleh alat ukur/instrumen yang sahih,
proses pengadministrasian yang tepat dan pengolahan data yang mengacu
pada patokan yang disepakati. Hasil pengukuran yang berupa angka atau
atribut lainnya mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari
seseorang.
Alat ukur yang digunakan haruslah sesuai dengan atribut yang akan
diukur. Data tentang berbagai aspek/komponen dikumpulkan secara
sistematis dan komperhensif dengan menggunakan instrumen tes atau
instrumen lain yang datanya dapat dikuantitatifkan sesuai dengan aturan
yang berlaku. Contonya intrumen tes kognitif, tes sikap, tes bakat, tes minat
dan lain sebagainya. Semuanya diukur dengan tes dan bersifat kuantitatif.
ASESMEN
Istilah asesmen muncul seiring dengan perkembangan pendidikan
bidang evaluasi hasil belajar. Asesmen hadir, ketika ditemukan cara-cara
melakukan evaluasi yang lebih relevan dengan atribut/komponen yang akan
diukur. Contohnya mengukur sikap tentunya tidak dapat diangkakan yang
diukur dengan instrumen tes sikap. Pengukuran sikap, keterampilan, dan
atribut lainnya lebih tepat jika menggunakan interumen selain tes (non tes).
Begitu juga kemampuan kognitif juga dapat diukur dengan menggunakan
intrumen non tes selain dengan tes. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif siswa lebih fleksibel, tergantung dari
keputusan guru saat ingin mengevaluasi siswanya.
Pengukuran hasil belajar kognitif secara lebih inovatif dapat dilakukan
dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, presentasi, demonstrasi,
skala, dan lain sebagainya. Proses pengukuran dengan teknik-teknik inovatif
ini dapat menggunakan instrument non tes. Instrumen non tes meliputi
lembar wawancara, lembar observasi, lembar penilaian dokumen karya
ilmiah, dokumen portfolio, rubrik, jurnal belajar, peta konsep, peta pikiran,
laporan proyek, kritik terbuka dan atau tertulis, laporan unjuk kerja, dan lain
sebagainya. Proses pengukuran dengan instrumen-instrumen tersebut dapat
dimaknai dengan melakukan pengukuran yang disebut asesmen. Asesmen
dilakukan oleh guru, siswa, teman sebaya dan orang dewasa lain yang ikut
terlibat dalam pembelajaran dengan teknik peer assessment dan self asesesment.
Asesmen merupakan proses pengukuran hasil belajar seseorang dengan
menggunakan instrumen selain tes, yang disebut dengan instrument non tes.
Data hasil asesmen dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Berbeda dengan
pengukuran yang data hasil pengukurannya selalu bersifat kuantitatif. Proses
asesmen menekankan pada pengukuran proses, bukan semata-mana hasil
akhir menjadi penentu ketuntasan seseorang. Proses asesmen dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung, mulai dari awal, saat, dan akhir
kegiatan pembelajaran.
Fokus utama asesmen adalah untuk mengetahui pencapaian dan
kemajuan belajar siswa serta memperbaiki proses belajar siswa dari hari ke
hari sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh guru. Proses
asesmen bukan semata-mata untuk kepentingan pembelajaran, namun dapat
juga digunakan untuk memotivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan
performen serta potensi siswa.
Proses asesmen tidak hanya untuk mengukur hasil belajar dan refleksi
untuk kepentingan siswa saja, melainkan dapat juga digunakan oleh guru
untuk memperbaiki pembelajaran di kelas, tenaga administrasi untuk
melayani siswa dengan baik, dan kepala sekolah untuk melakukan refleksi
demi kemajuan sekolah termasuk dalam penyedian sarana dan prasarana
yang mendukung pembelajaran di sekolah. Proses asesmen dengan
melibatkan seluruh unsur sekolah mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
PENILAIAN
Penilaian dapat dimaknai sebagai proses pengambilan keputusan
dengan bersumber dari informasi hasil pengukuran secara sistematis dan
komperhensif yang dilakukan dengan menggunakan instrumen tes dan non
tes. Penialaian juga dapat dimaknai sebagai pengolahan skor hasil pengkuran
menjadi nilai denganmenggunakan pendekatan tradisonal dan kriteria
tertentu. Penilaian juga dapat dimaknai sebagai proses
penafsiran/pendeskripsian data hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif
menjadi keputusan yang bersifat kualitatif dengan pedoman/kriteria tertentu.
EVALUASI
Evaluasi merupakan pemberian makna, nilai dan arti terhadap
informasi yang telah dikumpulkan melalui proses pengukuran dan penilaian
sehingga menghasilkan suatu keputusan tertentu. Evaluasi juga dapat
dimaknai sebagai penyusunan keputusan berdasarkan asesmen. Asesmen
identik dengan pengukuran, namun berbeda dengan penilaian secara
tradisional. Penilaian tradisional dapat dimaknai sebagai pengolahan skor
hasil pengukuran menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan tradisional
tertentu untuk pengambilan keputusan. Asesmen dapat dikatakan sebagai
penilaian secara sitematis dan komperhensif yang didalamnya terdapat
proses pengukuran.
BAB 2
PENILAIAN:
MENGOLAH SKOR MENJADI NILAI
Siti Alimah
1
4. membuat tabel konversi
5. mengkonversi nilai mentah menjadi nilai standar
R+1
3. menghitung interval (i)= ---------------------
K
2
Rumus Nilai Standar skala 9
3
Cara Membuat tabel konversi
a. Konversi nilai huruf
4
Pendekatan Penilaian Acuan Patokan
Skor Mentah
Nilai = ----------------------------------------- X 100
Skor Maksimal Ideal
Contoh:
skor ujian mahasiswa dengan jumlah skor maksimal ideal 90 pada mata
kuliah evaluasi pembelajaran sebagai berikut:
No Nama Skor
1 Alfa 80
2 Beta 55
3 Gama 70
4 Teta 60
5 Omega 75
5
Jika nilai konversi ditentukan konversi sebagai berikut:
Jawab: SMI = 90
6
UJI PEMAHAMAN
7
Jika nilai konversi ditentukan konversi sebagai berikut:
2. Pak Siswo mengadakan ujian reproduksi sel dengan soal uraian dan
diperoleh skor sebagai berikut:
56 78 89 77 63 78
70 43 75 54 79 60
90 92 87 65 98 84
8
BAB 3
ASESMEN HASIL BELAJAR
BERBASIS KOMPETENSI
Siti Alimah
Contoh:
Hasil analisis:
a. Tes Essai/Uraian
Tes essai/uraian terdiri dari essai bebas dan terstruktur. Bentuk tes
ini efektif untuk mengukur kemampuan siswa dalam bernalar dan
berpendapat serta mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Hasil
pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan bentuk tes uraian atau
essai dapat dinyatakan dengan skor. Besarnya skor ditentukan guru,
karena tidak ada skor baku. Tingakt subjektivitasnya sangat tinggi, karena
penilai yang dapat memberikan skor yang berbeda pada siswa yang sama
jika rambu-rambu/rubrik jawaban tidak jelas. Bentuk tes ini
membutuhkan waktu penskoran yang lebih lama dibanding jenis tes
objektif.
b. Tes Objektif.
Tes objektif bertujuan untuk mengukur pengetahuan dengan cara
memilih jawaban yang telah disediakan oleh guru. Penentuan skor pada
bentuk tes ini didasarkan pada jawaban benar dan jawaban salah. Jika
jawaban benar maka jawaban diberikan skor 1, jika salah maka di berikan
skor 0. Bentuk tes ini terdiri dari:
a) Benar-Salah
b) Pilihan Ganda
c) Menjodohkan
d) Pilihan Ganda beralasan
e) Sebab Akibat
f) Isian Singkat
g) Melengkapi
KOMPETENSI DASAR: ……
KISI- DIMENSI
INDIKATOR SOAL KUNCI SKOR
KISI PENGETAHUAN PROSES
Contoh:
Analisis:
Kisi-Kisi
Kisi-kisi merupakan pedoman untuk menulis soal. Kisi-kisi dibedakan
menjadi dua, yakni:
1. Menentukan indikator
2. Menentukan jenis kisi-kisi
3. Menulis kisi-kisi
Contoh:
diketahui indikator RPP sebagai berikut: membandingkan hasil percobaan
yang menerapkan metode ilmiah.
Daftar Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) pada taksonomi bloom revisi
BAB 5
MENGANALISIS INSTRUMEN TES
Siti Alimah
I
nstrumen tes untuk mengukur kemampuan pengetahuan siswa
dapat berupa seperangkat soal tes. Suatu perangkat soal dapat
memberikan hasil pengukuran yang baik dan benar jika instrumen
tes tersebut memiliki syarat-syarat yang baik. Syarat instrumen tes yang baik
adalah:
VALIDITAS
Validitas adalah kemampuan instrumen tes untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Jenis-jenis validitas, antara lain:
a. Validitas isi, validitas berdasarkan alat ukur itu sendiri, yang dapat
dimaknai validitas yang menekankan pada penelaahan secara
mendalam terkait denga apa tujuan yang diharapkan dan materi apa
yang disampaikan dari instrumen. Kesesuaian alat ukur dengan isi
menjadi telaah utama dari jenis validitas ini.
b. Validitas konstrak, validitas instrumen tes berdasarkan penilaian
dari ahli atau orang yang expert di bidangnya. Alat ukur dikatakan
memiliki validitas konstrak yang baik jika dapat membedakan satu
individu dengan individu lainnya. Faktor yang menjadi
pertimbangan adalah apakah instrumen telah memuat konsep-konsep
penting dari apa yang akan diukur.
c. Validitas patokan/kriterium, terdiri dari validitas prediktif dan
pengukuran serentak. Validitas prediktif adalah kemampuan alat
ukur untuk memprediksi keberhasilan seseorang. Validitas serentak
adalah validitas yang diukur dengan cara mengkorelasikan instrumen
yang dibuat dengan instrumen lain yang pengukurannya dilakukan
secara/hamper bersamaan dengan responden yang sama.
Daftar Pustaka
PENULIS TELAAH
ANALISISDAN
& PERA UJI ANALISIS:
ANALISIS:
AN REVISI
REVISI SOAL
SOAL KITAN COBA .-MANUAL
MANUAL
SOAL TES TES -KOMPUTER
.KOMPUTER
SELEKSI
SOAL SOAL
JELEK
PROGRAM:
ITEMAN
BANK KALIBRASI SOAL SPSS
SOAL SOAL BAIK DLL
2
KOMPONEN YANG DI ANALISIS
BUTIR SOAL
1.VALIDITAS BUTIR
2.TINGKAT KESUKARAN (TK)
3.DAYA PEMBEDA (DP)
VALIDITAS BUTIR SOAL
Kategori validitas butir soal oleh
Guilford (1956)
Tingkat Kesukaran Butir Soal (TK)
Indeks TK
TK=0,00 artinya siswa tidak ada yang menjawab benar soal tsb.
TK= 1,00 artinya siswa menjawab benar soal tsb.
Ting. kesukaran =
Siswa Jawab benar
N
KRITERIA TK:
0,00 – 0,30 = sukar N : Jml Peserta tes
0,31 - 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah
KATEGORI SOAL MUDAH, PREDIKSINYA SBB:
MEAN
Tk =
𝛴 SKOR MAKSIMUM PADA PEDOMAN PENDKORAN
KRITERIA:
0,00 – 0,30 sukar
0,31 – 0,70 sedang
0,71 – 1,00 mudah
MANFAAT ANALISIS TK
mendeteksi soal yang bias
DP = BA – BB Atau DP = 2 ( BA – BB )
½N N
1 A B B C D 45
2 B B A D C 43 27% KA
3 C A C B B 41
33 P A A B A 27
34 Q C D E E 26 27% KB
35 R D E E E 25
KUNCI B B D D
1 KA 0 10 0 0 0 B 0,85 0,30
KB 1 7 1 1 0
2 KA 0 5 5 0 0 B 0,40 0,20
KB 2 3 3 1 1
3 KA 0 1 9 0 0 D 0,15 -0,30
KB 0 2 3 3 2
50 KA 1 2 3 3 1 D 0,25 0,10
KB 1 2 3 2 2
TK1=(BA+BB): N
= (10+7) : 20 KRITERIA TK: KRITERIA DAYA PEMBEDA:
= 0,85 0,00 – 0,30 = sukar 0,40 – 1,00 = soal baik
0,31 - 0,70 = sedang 0,30 – 0,39 = terima & perbaiki
DP1= (BA-BB):½N
= (10-7) : ½ x 20 0,71 – 1,00 = mudah 0,20 – 0,29 = soal diperbaiki
= 0,30 0,19 – 0,00 = soal ditolak
CONTOH ANALISIS SOAL URAIAN DAN TES PRAKTIK
Soal 1 Soal 2
NO. SISWA
(Skor maks 6) (Skor maks 5)
1 A 6 5
2 B 5 4
3 C 3 2
4 D 3 2
5 E 2 1
Jumlah 19 14
Rata-rata 3,80 2,80
TK 0,63 0,56
DP 0,47 0,56
TK1 = Rata-rata : skor maks DP1= (Rata-rata KA – Rata-rata KB) : skor maks.
= 3,8 : 6 = 0,63 = [(11:2) – (8:3) ] : 6 = (5,5-2,7):6 = 0,47
TK2 = 2,8 : 5 = 0,56 DP2= [ (9:2) – (5:3) ] : 5 = (4,5-1,7) : 5 = 0,56
KRITERIA TK: KRITERIA DAYA PEMBEDA:
0,00 – 0,30 = sukar 0,40 – 1,00 = soal baik
0,31 - 0,70 = sedang 0,30 – 0,39 = terima & perbaiki
0,71 – 1,00 = mudah 0,20 – 0,29 = soal diperbaiki
0,19 – 0,00 = soal ditolak
MANFAAT ANALSIS DAYA PEMBEDA SOAL:
Meningkatkan mutu butir soal melalui data empirik, soal baik, direvisi,
atau ditolak.
Mendeteksi/membedakan kemampuan siswa (memahami atau belum
memahami materi yang diajarkan).