Anda di halaman 1dari 26

Anotasi Bibliografi

Diajukan untuk memenuhi Tugas Akhir


Semester

Mata Kuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan


Sosial

Dosen Pengampu:

1. Prof. Dr. Kokom Komalasari., M. Pd.

2. Sri Wahyuni Tanzhil., S. Pd., M. Pd.

3. Nisrina Nurul Insani., S. Pd., M. Pd.


Oleh :

Triyani

NIM 1901135

PKn 2019 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN
KEWA
RGAN
EGAR
AAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU


PENG
ETAH
UAN
SOSIA
L

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDON
ESIA

2020

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
Rifandi, M. S. (2018). Media Pembelajaran
Berbasis Audio Visual dalam
Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Terpadu di MTS Negeri 1 Pasuruan.
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial. 2, (4), 92-100. ISSN : 2355-
8245.

“Salah satu pemicu masalah tersebut


adalah penggunaan metodologi pembelajaran
(teknik dan media) yang digunakan guru
kurang tepat, dalam hal ini berkaitan dengan
pemanfaatan media pembelajaran di sekolah”
(hlm. 3)

Komentar :

Proses pembelajaran di sekolah


terkadang sering mengalami hambatan di
antaranya yaitu menurunnya semangat belajar
pada siswa. Dalam upaya meningkatkan

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
semangat belajar pada siswa, guru harus
mampu cakap dalam memilih dan
memanfaatkan media pembelajaran terutama
media pembelajaran yang tersedia di sekolah.
Menurut Latuheru (1988, hlm. 14) media
pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau
benda yang digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar, dengan maksud menyampaikan
pesan (informasi) pembelajaran dari sumber
(guru maupun sumber lain) kepada penerima
(dalam hal ini anak didik atau warga belajar).
Ketepatan dalam menggunakan media
pembelajaran akan membantu guru
menyampaikan informasi pembelajaran
menjadi lebih menarik sehingga mampu
meningkatkan keefektifan dan keefisienan
proses pembelajaran yang berlangsung dan
nantinya akan berpengaruh juga kepada
tercapainya tujuan pendidikan yang sesuai
dengan kompetensi yang ditentukan.

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
Rifandi, M. S. (2018). Media Pembelajaran
Berbasis Audio Visual dalam
Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Terpadu di MTS Negeri 1 Pasuruan.
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial. 2, (4), 92-100. ISSN : 2355-
8245.

“Guru menggunakan metode ceramah


saja untuk menerangkan materi yang
diajarkan kepada para siswa, sehingga siswa
kurang paham dengan apa yang diterangkan
oleh guru dan siswa merasa bosan atau jenuh
karena guru hanya menggunakan metode
ceramah saja” (hlm. 6)

Komentar :

Seorang guru harus mampu memilih


metode pembelajaran yang sesuai untuk
menerangkan informasi pembelajaran kepada

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
siswanya, karena metode pembelajaran
mampu mempengaruhi semangat dan
motivasi belajar pada siswa. Menurut Sutikno
(2014: 33-34) metode secara harfiah berarti
“cara”. Metode diartikan sebagai suatu cara
atau prosedur yang dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu. Kata “pembelajaran” berarti
segala upaya yang dilakukan oleh pendidik
agar terjadi proses belajar pada diri peserta
didik. Jadi, metode pembelajaran adalah cara-
cara menyajikan materi pelajaran yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
belajar pada diri peserta didik dalam upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kebanyakan guru hanya


menggunakan satu metode pembelajaran
yaitu metode ceramah. Metode ceramah
menurut Gilstrap dan Martin (1975) bahwa
ceramah berasal dari bahasa latin yaitu
Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
membaca kemudian diartikan secara umum
dengan mengajar sebagai akibat dari guru
menyampaikan pelajaran dengan membaca
dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan
penggunaan buku. Banyak guru yang
berpendapat bahwa dengan mengaplikasikan
metode ceramah dalam proses pembelajaran
mampu membuat siswa memahami materi
pembelajaran dengan baik dan metode
tersebut juga merupakan cara yang efisien
dalam proses pembelajaran. Dalam metode
ceramah ini siswa hanya mendengarkan dan
mengkhayalkan sendiri apa yang telah guru
ucapkan sehingga tidak mendapatkan contoh
yang nyata misalnya seperti gambar, video
atau hal lainnya. Jadi, yang harus di
difokuskan dalam metode ceramah ini hanya
pendengaran saja. Hal tersebut mampu
menimbulkan rasa jenuh dan bosan pada

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
siswa karena merasa jika pembelajaran
terkesan monoton.

Buana, F. S. & Anugraheni, I. (2020).


Perbedaan Discovery Learning dan
Problem Based Learning terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah pada
Pembelajaran IPS Sekolah Dasar.
Nusantara : Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial. 7, (1), 79-90. ISSN : 2541-
657X.

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
“Masalah sosial tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
pemecahan masalah merupakan hal yang
penting untuk ditanamkan kepada siswa agar
mereka dapat mengimplementasikan
kemampuan pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari” (hlm. 2)

Komentar :

Manusia sebagai makhluk sosial tentu


saja akan selalu berkaitan dengan masalah
sosial. Menurut Lesile (1974) bahwa
pengertian masalah sosial ialah suatu kondisi
yang mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan sebagian besar warga masyarakat
sebagai sesuatu yang tidak diinginkan atau
tidak disukai dan yang karenanya dirasakan
perlunya untuk diatasi atau diperbaiki. Oleh
karena itu, antara manusia sebagai makhluk
sosial dan masalah sosial tidak dapat

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
dipisahkan. Namun, dalam menghadapi
masalah sosial yang terjadi diperlukan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
Tenaga pendidik memiliki tugas untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah. Siswa sebagai calon
anggota masyarakat dan bagian dari
masyarakat tentu saja perlu dibekali
kemampuan dalam penyelesaian masalah,
agar nantinya ketika dewasa dan ikut andil
dalam masyarakat mereka mampu
menyelesaikan berbagai permasalahan yang
terjadi sehari-hari dalam masyarakat.

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
Laila, N., Hariyono., & Sumarni. (2016).
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
pada Pembelajaran IPS Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Group Investigation. Jurnal Teori dan
Praktis Pembelajaran. 1, (2), 123-129.
ISSN : 2503-1201

“Fenomena yang terjadi banyak


pembelajaran IPS di SMP yang masih
melaksanakan kegiatan pembelajaran bersifat
konvensional dan tidak menyentuh ranah
siswa itu sendiri “ (hlm. 2)

Komentar :

Dewasa ini, di era yang semakin


berkembang diharapkan kualitas kegiatan
belajar pun semakin berkembang. Salah satu
caranya yaitu dengan penggunaan metode
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
dan bersifat modern. Namun, kebanyakan
guru masih menggunakan metode
pembelajaran yang tradisional yaitu
pembelajaran yang bersifat konvensional.
Seperti yang diungkapkan oleh Djamarah
(2006) menyebut pembelajaran konvensional
sebagai model pembelajaran tradisional atau
disebut juga dengan metode ceramah karena
sejak dulu metode ini telah dipergunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan anak didik dalam proses belajar dan
pembelajaran. Selain itu, dalam pembelajaran
konvensional ditandai dengan ceramah yang
diiringi dengan penjelasan, serta pembagian
tugas, dan latihan. Selain itu Sanjaya
(2006:259) menyatakan bahwa pada
pembelajaran konvensional siswa
ditempatkan sebagai obyek belajar yang
berperan sebagai penerima informasi secara
pasif. Pada pembelajaran konvensional

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
semuanya berpusat kepada guru dan
pembelajaran hanya terjadi pada satu arah
saja yaitu dari guru kepada siswa. Jadi, siswa
berperan hanya mendengar dan menulis saja.

Laila, N., Hariyono., & Sumarni. (2016).


Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
pada Pembelajaran IPS Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Group Investigation. Jurnal Teori dan
Praktis Pembelajaran. 1, (2), 123-129.
ISSN : 2503-1201

“Cara yang dapat digunakan untuk


meningkatkan motivasi belajar siswa adalah
dengan melaksanakan pembelajaran
kooperatif (cooperative learning), selama
belajar kooperatif siswa memiliki

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
keterampilan khusus agar dapat bekerja
dengan baik di dalam kelompoknya” (hlm. 3)

Komentar :

Motivasi belajar pada siswa penting


untuk ditingkatkan, karena membantu dalam
proses pembelajaran di sekolah. Kecakapan
pemilihan metode pembelajaran yang tepat
perlu dimiliki oleh seorang pendidik. Salah
satu metode yang tepat dalam meningkatkan
metode belajar siswa yaitu metode
pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin
(2009) pembelajaran kooperatif adalah
metode atau model di mana siswa belajar
bersama, saling menyumbangkan pikiran dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil
belajar individu dan kelompok. Dalam
metode kooperatif ini pendidik memfokuskan
siswa untuk belajar pada kelompok-
kelompok kecil di kelas sehingga mampu

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
bekerja sama dalam proses pembelajaran
guna mencapai tujuan pembelajaran. Metode
kooperatif ini juga diharapkan mampu
menjadikan siswa untuk saling membantu
satu sama lain dalam memberikan
pemahaman terhadap materi pembelajaran
sehingga semuanya memahami materi
pembelajaran, berdiskusi aktif, dan
berargumentasi dengan tujuan mengasah
pengetahuan siswa.

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
Berkeley, S. dkk. (2011). Improving Student
Comprehension of Social Studies Text:
A Self-Questioning Strategy for
Inclusive Middle School Classes.
Remedial and Special Education. 32,
(2). 105-113. DOI :
10.1177/0741932510361261.

“Namun, teks ekspositoris sering terdiri dari


beberapa struktur teks” (hlm. 2)

Komentar :

Berkaitan dengan peningkatan


prestasi siswa dalam membaca, diperlukan
strategi yang tepat dalam mewujudkannya
yaitu menggunakan strategi Self-Questioning
(bertanya pada diri sendiri). Pada strategi ini
yang dilakukan adalah bertanya kepada diri

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
sendiri saat membaca, seperti lertanyaan : (a)
Apakah saya memahami isi teks yang saya
baca?, (b) Apakah teks tersebut sudah jelas ?,
(c) Apakah saya memahami struktur teks
yang saya baca?, dan pertanyaan-pertanyaan
lainnya yang muncul ketika kita membaca.

Strategi Self-Questioning ini efektif


digunakan ketika kita membaca teks narasi
terutama narasi ekspositoris. Narasi
ekspositoris adalah narasi yang memberi
informasi kepada pembaca agar
pengetahuannya bertambah luas. Narasi ini
bertujuan untuk menggugah pikiran para
pembaca untuk mengetahui apa yang
dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio,
yaitu berupa pengetahuan sesudah membaca
kisah tersebut (Keraf, 2007:136). Sebagai
sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris
mempersoalkan tahap-tahap kejadian
rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
pembaca atau pendengar. Runtun kejadian
atau peristiwa yang disajikan itu
dimaksudkan untuk menyampaikan informasi
untuk memperluas pengetahuan atau
pengertian pembaca yang disampaikan secara
tertulis atau secara lisan.

Berkeley, S. dkk. (2011). Improving Student


Comprehension of Social Studies Text:
A Self-Questioning Strategy for
Inclusive Middle School Classes.
Remedial and Special Education. 32,
(2). 105-113. DOI :
10.1177/0741932510361261.

“Instruksi strategi tanya jawab


melibatkan secara eksplisit mengajar siswa
untuk memonitor pemahaman mereka dengan

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
bertanya dan menjawab pertanyaan saat
mereka membaca” (hlm. 2)

Komentar :

Membaca dan kegiatan pembelajaran


merupakan dua hal yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan. Saat membaca sering
kali menimbulkan berbagai pertanyaan dalam
benak pribadi apakah sudah memahami teks
atau belum, hal ini berkaitan dengan isi teks,
struktur, dsb. Terjadinya tanya jawab dalam
diri sendiri saat membaca ternyata kita telah
menggunakan salah satu strategi membaca
yang disebut sebagai Self-Questioning. Hal
itu juga termasuk ke dalam strategi Explicit
Teaching of Reading Comprehension
(Pengajaran Eksplisit dalam Membaca
Pemahaman). Menurut Tierney dan Readence
(1990) menyatakan bahwa pengajaran
eksplisit merupakan kerangka untuk instruksi

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
langsung membaca pemahaman. Strategi
pengajaran eksplisit merupakan strategi yang
bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan membaca pemahaman dan
strategi yang dapat diterapkan pada situasi
bacaan lain tanpa dukungan atau bantuan
guru. Penggunaan strategi pengajaran
eksplisit dalam pembelajaran membaca
diharap dapat membantu siswa
mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya secara lebih luas. Selain itu,
pemahaman membaca siswa diharap lebih
baik apabila guru menggunakan strategi
membaca secara efektif dalam pembelajaran
membaca.

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
Clark, C. H., Schmeichel, M., & Garrett, H. J.
(2020). Social Studies Teacher
Perpections of New Source Credibility.
Educational Researcher. 20 (10). 1-11.
DOI : 10.3102/0013189X20909823

“Kredibilitas media berita adalah konsep


yang diperebutkan” (hlm. 2)

Komentar :

Sebagai suatu kebutuhan dalam


kehidupan terutama sebagai sumber dalam
belajar, informasi atau berita yang harus kita
dapatkan yaitu berita asli, benar, dan bukan
berita palsu (hoax). Kredibilitas lebih
merujuk kepada komunikator sebagai sumber
berita. Berkaitan dengan kredibilitas media,

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
pada dasarnya itu tidak ada. Oleh karena itu,
meskipun yang dibicarakan mengenai
kredibilitas media, tetapi sebenarnya yang
dikaitkan adalah kepada komunikator bukan
kepada media terutama mengenai kredibilitas
informasi yang disampaikan. Seperti yang
diungkapkan oleh Wanta dan Hu (1994) tidak
menemukan hubungan yang signifikan antara
frekuensi penggunaan media dan kredibilitas
media.  Tetapi mereka menemukan hubungan
antara ketergantungan responden  pada media
tertentu untuk mendapatkan informasi dengan
kredibilitas media.

Clark, C. H., Schmeichel, M., & Garrett, H. J.


(2020). Social Studies Teacher
Perpections of New Source Credibility.
Educational Researcher. 20 (10). 1-11.
DOI : 10.3102/0013189X20909823

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
“Pembelajaran untuk mengajar tentang
kredibilitas berita, tetapi penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk memahami
bagaimana topik literasi media berita dapat
diintegrasikan ke dalam pendidikan guru
studi sosial serta program disiplin khusus
lainnya” (hlm. 9)

Komentar :

Dalam mendapatkan sumber untuk


kegiatan belajar, guru harus mampu
memahami mengenai kredibilitas berita. Agar
nantinya sumber yang digunakan relevan dan
tidak menimbulkan berbagai permasalahan.
Guru juga harus mengajarkan siswanya
tentang kredibilitas berita. Pada dasarnya
pembelajaran tentang kredibilitas berita
bertujuan untuk memahami topik literasi
media. Lamb dalam Latifah (2014)
menyatakan bahwa literasi tidak hanya

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
didefinisikan sebagai kemampuan membaca
dan menulis, melainkan juga “kemampuan
menempatkan, mengevaluasi, menggunakan
dan mengkomunikasikan melalui berbagai
sumber daya termasuk sumber daya teks,
visual, suara, dan video. Pada
perkembangannya literasi berkembang
menjadi banyak bagian, literasi informasi,
literasi sains, literasi digital, literasi media,
dan banyak lainnya. Adapun pengertian
literasi media yang diungkapkan oleh Center
for Media Literacy dalam Irianti (2009)
mendefinisikan literasi media sebagai
kemampuan berkomunikasi secara kompeten
melalui semua media, baik elektronik
maupun cetak. Media berita sendiri termasuk
ke dalam media elektronik dan media cetak.
Berkat termasuk media elektronik seperti
berita yang disiarkan melalui alat elektronik
seperti televisi, radio, handphone, dan alat

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI
elektronik lainnya. Media berita cetak seperti
berita yang terdapat dalam media cetak
seperti koran, majalah, dan media cetak
lainnya.

Triyani (1901135)
PKn FPIPS UPI

Anda mungkin juga menyukai