A. Agresi Militer Belanda I: B. Sejarah Dimulainya Operasi Militer
A. Agresi Militer Belanda I: B. Sejarah Dimulainya Operasi Militer
1. Pembantaian Rawagede
Pada tanggal 22 Juni, sebuah pertemuan lain diadakan dan menghasilkan keputusan:
Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai
perjanjian Renville pada 1948
Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela
dan persamaan hak
Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada
Indonesia
2. Pasca perjanjian
Pada 6 Juli, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta, ibukota
sementara Republik Indonesia. Pada 13 Juli, kabinet Hatta mengesahkan perjanjian Roem-
van Roijen dan Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat presiden Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) dari tanggal 22 Desember 1948 menyerahkan kembali
mandatnya kepada Soekarno dan secara resmi mengakhiri keberadaan PDRI pada tanggal
13 Juli 1949.
Pada 3 Agustus, gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia dimulai di Jawa (11
Agustus) dan Sumatera (15 Agustus). Konferensi Meja Bundar mencapai persetujuan
tentang semua masalah dalam agenda pertemuan, kecuali masalah Papua Belanda.
Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik
Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2
November 1949.
Hasil konferensi
Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah:
1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatra sebagai bagian
wilayah Republik Indonesia
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan
daerah pendudukan Belanda
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan
di Jawa Barat dan Jawa Timur Indonesia di Yogyakarta
6. Pasca perjanjian
Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik harus mengosongkan wilayah-
wilayah yang dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa
Tengah. Tidak semua pejuang Republik yang tergabung dalam berbagai laskar, seperti
Barisan Bambu Runcing dan Laskar Hizbullah/Sabillilah di bawah pimpinan Sekarmaji
Marijan Kartosuwiryo, mematuhi hasil Persetujuan Renville tersebut. Mereka terus
melakukan perlawanan bersenjata terhadap tentara Belanda. Setelah Soekarno dan Hatta
ditangkap di Yogyakarta, S.M. Kartosuwiryo, yang menolak jabatan Menteri Muda
Pertahanan dalam Kabinet Amir Syarifuddin, Menganggap Negara Indonesia telah Kalah
dan Bubar, kemudian ia mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Hingga
pada 7 Agustus 1949, di wilayah yang masih dikuasai Belanda waktu itu, Kartosuwiryo
menyatakan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).
7. Perundingan Linggajati
Perundingan Linggarjati atau kadang juga disebut Perundingan Linggajati adalah
suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang
menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini
ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan diratifikasi kedua
negara pada 25 Maret 1947.
Hasil Perundingan
Hasil perundingan terdiri dari 17 pasal yang antara lain berisi:
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera
dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth
/Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai
kepala uni.
8. Penyebab Terjadinya perjanjian linggarjati
Terbentuknya Perjanjian Linggarjati tidak dapat dilepaskan dari latar belakang
Internasional. Dalam bulan-bulan terakhir peperangan di Pasifik, oleh Sekutu diputuskan
bahwa yang diutamakan adalah penyerbuan Jepang. Penyerbuan itu ditugaskan kepada
Jenderal Mac Arthur dilepaskan dari tanggung jawabnya atas sebagian besar dari
wilayahnya, antara lain seluruh wilayah Hindi – Belanda , yang diserahkan kepada
Laksamana Mountbatten, bertanggung jawab atas Sumatra, ia segera, setelah Jepang
menyerah, berniat menjalankan tugasnya.