BUPATI TANGERANG
PROVINSI BANTEN
TENTANG
BUPATI TANGERANG,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Atasan langsung pegawai di setiap tingkatan wajib melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan Pedoman Penanganan Benturan
Kepentingan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan asas-asas
umum pemerintahan yang baik.
BAB V
BENTUK, JENIS DAN SUMBER PENYEBAB BENTURAN KEPENTINGAN
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
BAB VI
PRINSIP DASAR DALAM PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
Pasal 8
Penanganan benturan kepentingan pada dasarnya dilakukan melalui perbaikan
nilai, sistem, pribadi dan budaya.
Pasal 9
Pejabat/Pegawai pemerintah daerah mengutamakan kepentingan publik terdiri
dari :
1) Pejabat/Pegawai harus memperhatikan asas umum pemerintahan yang baik
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2) Dalam pengambilan keputusan, pejabat/pegawai pemerintah daerah harus
berdasarkan peraturan perundang-perundangan dan kebijakan yang
berlaku tanpa memikirkan keuntungan pribadi atau tanpa dipengaruhi
preferensi pribadi ataupun afiliasi dengan agama, profesi, partai atau politik,
etnisitas, dan keluarga.
3) Pejabat/Pegawai tidak boleh memasukkan unsur kepentingan pribadi dalam
pembuatan keputusan dan tindakan yang dapat mempengaruhi kualitas
keputusannya. Apabila terdapat benturan kepentingan, maka
pejabat/pegawai pemerintah daerah tidak boleh berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan-keputusan resmi yang dapat dipengaruhi oleh
kepentingan dan afiliasi pribadinya.
4) Pejabat/Pegawai harus menghindarkan diri dari tindakan pribadi yang
diuntungkan oleh "inside information" atau informasi orang dalam yang
diperolehnya dari jabatannya, sedangkan informasi ini tidak terbuka untuk
umum.
5) Pejabat/Pegawai tidak boleh mencari atau menerima keuntungan yang tidak
seharusnya sehingga dapat mempengaruhi pelaksanaan tugasnya. Pejabat
/pegawai pemerintah daerah juga tidak mengambil keuntungan yang tidak
seharusnya dari jabatan yang pernah dipegangnya termasuk mendapatkan
informasi hal-hal dalam jabatan tersebut pada saat pejabat yang
bersangkutan tidak lagi duduk dalam jabatan tersebut.
Pasal 10
Pejabat menciptakan keterbukaan penanganan dan pengawasan benturan
kepentingan meliputi :
Pasal 11
pasal 12
Pejabat/pegawai menciptakan dan membina budaya organisasi yang tidak
toleran terhadap benturan kepentingan meliputi :
1) Pemerintah daerah harus menyediakan dan melaksanakan kebijakan,
proses, dan praktek manajemen yang memadai dalam lingkungan kerja yang
dapat mendorong pengawasan dan penanganan situasi benturan
kepentingan yang efektif.
2) Pemerintah daerah harus mendorong penyelenggara negara untuk
mengungkapkan dan membahas masalah-masalah benturan kepentingan
serta harus membuat ketentuan yang melindungi keterbukaan dari
penyalahgunaan oleh pihak-pihak lain.
3) Pemerintah daerah harus menciptakan dan mempertahankan budaya
komunikasi terbuka dan dialog mengenai integritas dan bagaimana
mendorongnya.
4) Pemerintah daerah harus memberi pengarahan dan pelatihan untuk
meningkatkan pemahaman serta memungkinkan evolusi dinamis dari
ketentuan yang telah ditetapkan dan aplikasi ketentuan tersebut di tempat
kerja.
-9-
BAB VI
LARANGAN TINDAKAN BERPOTENSI BENTURAN KEPENTINGAN
Pasal 13
Dalam hal terdapat potensi atau kondisi/situasi benturan kepentingan, pejabat
dilarang melakukan perbuatan sebagai berikut :
1) Ikut dalam proses pengambilan keputusan apabila terdapat potensi
terjadinya benturan kepentingan;
2) Memanfaatkan jabatan untuk memberikan perlakuan istimewa kepada
keluarga, kerabat, kelompok dan/atau pihak lain atas beban APBD;
3) Memegang jabatan lain yang patut diduga memiliki benturan kepentingan,
kecuali sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
4) Melakukan transaksi dan/atau menggunakan harta/aset Barang Milik
Daerah untuk kepentingan pribadi, keluarga atau golongan;
5) Menerima, memberi, menjanjikan hadiah (cinderamata) dan atau hiburan
(entertainment) dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan
kedudukannya, termasuk dalam rangka hari raya keagamaan atau acara
lainnya;
6) Mengijinkan mitra usaha atau pihak ketiga memberikan sesuatu dalam
bentuk apapun kepada Pejabat/Pegawai Pemerintah Kabupaten Tangerang;
7) Menerima refund dan keuntungan pribadi lainnya yang melebihi dan atau
bukan haknya dari pihak manapun dalam rangka kedinasan atau hal-hal
yang dapat menimbulkan potensi benturan kepentingan;
8) Bersikap diskriminatif dan tidak adil serta melakukan kolusi untuk
memenangkan satu atau beberapa pihak dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang;
9) Baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
kegiatan Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Tangerang, yang pada saat dilaksanakan perbuatan untuk seluruh dan
sebagian yang bersangkutan sedang ditugaskan untuk melaksanakan
pengurusan dan pengawasan terhadap kegiatan yang sama.
BAB VII
TATA CARA MENGATASI TERJADINYA BENTURAN KEPENTINGAN
Pasal 14
Tata cara mengatasi terjadinya benturan kepentingan sebagai berikut
1) Pada prinsipnya seluruh pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
harus menghindarkan diri dari sikap, perilaku, dan tindakan yang dapat
mengakibatkan terjadinya benturan kepentingan.
-10-
BAB VIII
ATURAN PELAKSANAAN
Pasal 15
Teknis pelaksanaan peraturan bupati ini selanjutnya akan diatur secara rinci
dalam keputusan bupati.
-11-
BAB IX
PENUTUP
Pasal 16
Ditetapkan di Tigaraksa
pada tanggal 5 Oktober 2020
BUPATI TANGERANG,
ttd
A. ZAKI ISKANDAR
Diundangkan Di Tigaraksa
pada tanggal 5 Oktober 2020
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TANGERANG,
ttd