Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.

W DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG DRUPADI
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI TANGGAL 18-24 JANUARI 2021

KASUS 4
Seorang perempuan usia 27 tahun dibawa ke RSJ karena mengamuk dan melempari rumah
tetangga dengan batu. Hasil pengkajian pasien mengatakan malu karena dirinya dihina,
mengeluh tidak mampu melakukan apa-apa dan ingin bunuh diri. Penampilan kotor, kontak
mata tajam dan tampak mengepalkan tangannya.
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. W Tanggal Dirawat : 10 Januari 2021
Umur : 27 Tahun Tanggal Pengkajian : 18 Januari 2021
Alamat : Mengwi, Badung Ruang Rawat : Ruang Drupadi
Pendidikan : Tidak sekolah
Agama : Hindu
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kel. :perempuan
No RM : 124.436.322

ALASAN MASUK
a. Data Primer :
pasien mengatakan malu karena dirinya dihina, mengeluh tidak mampu
melakukan apa-apa dan ingin bunuh diri.
b. Data Sekunder :
Menurut hasil pengkajian yang dilakukan kepada keluarga pasien, pasien bisa
seperti ini dan dibawa ke RSJ Provinsi Bali karena karena mengamuk dan
melempari rumah tetangga dengan batu. Dirumah pasien selalu berteriak-teriak,
mengamuk, marah-marah hingga pasien mengancam akan membunuh diri.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI


a. Riwayat Penyakit
Pasien datang ke RSJ Provinsi Bali pada tanggal 10 Januari 2021. Pasien dibawa
ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali oleh keluarganya. Menurut informasi yang
didapatkan melalui keluarga pasien, pasien dibawa ke RSJ dikarenakan
mengamuk dan melempari rumah tetangganya dengan batu. keluarga pasien
mengatakan pasien dirumah selalu diejek oleh teman temannya semasa sekolah
dulu dan masyarakat sekitar karena keterbatasan mental yang menyebabkan
pasien merasa kesal dan mengamuk. Setelah dilakukan pengkajian, keluarga
pasien mengatakan pasien Dirumah pasien selalu berteriak-teriak, mengamuk,
marah-marah hingga pasien mengancam akan membunuh diri. Pasien mengatakan
tahu jika dirinya diajak keluar rumah dengan dijanjikan akan diajak berekreasi
kesebuah tempat yang ia senangi, tetapi kenyataannya pasien dibawa ke RSJ
Provinsi Bali.
b. Faktor Presipitasi
Setelah dilakukan pengkajian, pasien mengatakan merasa malu dengan orang
disekitarnya karena selalu diejek dan dicampahkan, mengeluh tidak mampu
melakukan apa-apa dan pasien mengatakan ingin bunuh diri saja

FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
[√] Ya [] Tidak
Jika Ya, Jelaskan : menurut informasi dari keluarga dan rekam medis pasien,
pasien mengalami keterbatasan mental sejak smp, jarang besosialisasi dengan
orang disekitarnya. Pasien mulai mengamuk dan melempari rumah tetangganya
hingga menyakiti dirinya sendiri dengan memukul meja ataupun melempar
barang-barang yang berada disekitarnya sejak pasien berumur 15 tahun dan sejak
pasien mengetahui bahwa dirinya diejek oleh teman sekelasnya.

2. Pengobatan sebelumnya
[] Berhasil [] Kurang Berhasil [] Tidak berhasil
Jelaskan : Menurut informasi dari keluarga dan Rekam Medis pasien,
sebelumnya pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan dan tidak pernah
dirawat di RSJ. Sebelumnya pasien hanya dijaga oleh keluarganya dirumah.
3.
3.
a. .Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
[] Ya [√] Tidak
Jika ya Jelaskan : Menurut rekam medis pasien melalui informasi
keluarga pasien tidak memiliki keterbatasan mental sejak lahir
b. Pernah ada riwayat NAPZA
[] Narkotika [] Penyalahgunaan Psikotropika
[] Zat aditif : kafein, nikotin, alcohol [√] Tidak ada
c. Riwayat truma
usia korban pelaku saksi
1. Aniaya fisik - - - -
2. aniaya seksual - - - -
3. penolakan 15 th Ny. W Ny. D Ibu Ny. W
4. kekerasan dlm keluarga - - - -
5. tindakan criminal - - - -
6. usaha bunuh diri - - - -

Jelaskan : menurut informasi dari keluarga pasien dan rekam medis pasien,
dirumah pasien tidak pernah dianiaya maupun menganiaya fisik ataupun
seksualnya oleh keluarga maupun orang disekitarnya, tidak pernah mengalami
kekerasan ataupun tindak kriminal dan tidak pernah melakukan kekerasan
ataupun tindak kriminal oleh keluarga dan orang disekitarnya, pasien tidak
pernah melakukan upaya untuk bunuh diri, pasien hanya mengatakan ingin
bunuh diri. tetapi pasien dirumah selalu diejek oleh orang disekitarnya karena
mengalami keterbatasan mental sehingga keluarga pasien menarik kesimpulan
bahwa pasien mendapatkan penolakan dari orang disekitarnya.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,


perpisahan )
Bila Ya, jelaskan : -
Masalah/Diagnosa Keperawatan : Tidak ada Masalah

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
[] Ada [√] Tidak
Kalau ada :-
Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat pengobatan :-
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
PEMERIKSAAAN FISIK
Tanggal : 18 Januari 2021
1. Keadaan umum : Composmentis
2. Tanda vital:
TD :110/80 mmHg
N : 89 x/m
o
S : 36,2 C
P : 22 x/m
3. Ukur: BB = 64 kg TB = 159 cm
[] Turun
[√] Naik
4. Keluhan fisik:
[] Nyeri : Ringan (1,2,3), Sedang(4,5,6), Berat terkontrol (7 8 9),
Berat tidak terkontrol (10) (Standar JCI)
Ya :
P= Q= R= S= T=
Tidak :

[] Keluhan lain
[√] Tidak ada keluhan
Jelaskan: saat pengkajian, pasien mengatakan tidak ada keluhan tetapi masih
marah kan kesal dengan orang disekitarnya Masalah/Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada Masalah

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:
Keterangan :

: laki laki
: perempuan
: klien
:meninggal
: hubungan
: hubungan dekat
……… : tinggal serumah

Jelaskan :
Pasien tinggal bersama kakak serta kedua orang tua pasien, ibu pasien sudah
meninggal, pasien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Di rumah, pasien dekat
dengan ibunya, karena ibunya yang selama ini membantu merawat pasien.
Komunikasi pasien dengan orang tua dan saudara pasien terlihat baik tetapi jika
keinginan pasien tidak dipenuhi, pasien akan mengamuk, marah hingga mengancam
membunuh dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam keluarga pasien, ayah pasien
adalah pengambil keputusan yang paling utama. Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada Masalah
a. Citra diri : Saat dilakukan pengkajian mengenai citra diri (persepsi klien
terhadap tubuhnya adalah bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai),
pasien mengatakan menyukai seluruh angota tubuhnya
b. Identitas : Saat dilakukan pengkajian mengenai identitas
diri, pasien mengatakan bahwa ia adalah seorang laki-laki, sering
bermain disawah Bersama ayahnya dan pasien mengatakan banyak
mempunyai kakak. Pasien mengatakan puas dengan identitas dirinya sebagai
seorang anak laki-laki
c. Peran : Saat dilakukan pengkajian mengenai peran diri (tugas dalam
keluarga), pasien hanya diam dan tidak menjawab
d. Ideal diri : Saat dilakukan pengkajian mengenai ideal diri (harapan terhadap
penyakitnya, terhadap tubuh, keluarganya), pasien mengatakan ingin
menemui orang yang sering mengejeknya. Saat ditanya mengenai cita-cita
dari pasien, pasien mengatakan ia ingin menjadi seorang polisi
e. Harga diri : Saat dilakukan pengkajian mengenai harga diri (penilaian orang
lain terhadap dirinya) pasien hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah.

2. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti/terdekat:
Saat dilakukan pengkajian mengenai orang yang berarti (tempat mengadu,
bercerita) pasien hanya mengulang pertanyaan yang diberikan, tetapi sesekali
pasien mengeluarkan kata “ibu”.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Saat dilakukan pengkajiam mengenai kegiatan kelompok (kelomok dan
kegiatan yang diikuti), pasien tidak menjawab pertanyaan. Pasien tampak
tidak pernah mengikuti kegiatan bersih-bersih saat diruangan dan menurut
informasi dari keluarga pasien, sebelum pasien masuk RSJ, pasien jarang
mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien tampak tidak mau berkomunikasi dengan orang lain dan pasien
tampak selalu berbicara dengan nada keras dan marah-marah
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Saat dilakukan pengkajian mengenai nilai dan keyakinan pasien (pandangan
pasien terhadap gangguan jiwa sesuai dengan agama), pasien hanya
mengatakan bahwa ia beragama hindu dan sering melihat ayahnya
bersembahyang.
b. Kegiatan ibadah
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan beragama hindu tetapi pasien
belum pernah mengikuti kegiatan persembahyangan diruangan
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah.

STATUS MENTAL
1. Penampilan
[√] Tidak rapi
[] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[] Cara berpakaian tidak sesuai fungsinya
Jelaskan : penampilan pasien tampak kotor dan tidak rapi
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
[] Cepat [√] Keras [] Gagap [] Apatis [] Lambat
[] Membisu [] Tidak mampu memulai pembicaraan [] Lain-lain…

3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :

[] Hipokinesia, hipoaktifitas [] Katalepsi


[] Sub stupor katatonik [] Fleksibilitasserea

Jelaskan:-
Peningkatan :
[] Hiperkinesia, hiperaktifitas [] Grimace
[] Gagap [] Otomatisma
[] Stereotipi [√] Negativisme
[√] Gaduh Gelisah Katatonik [] Reaksi konversi
[] Mannarism [] Tremor
[] Katapleksi [] Verbigerasi
[] Tik [] Berjalan kaku/rigid
[] Ekhopraxia [] Kompulsif : sebutkan…
[] Command automatism
Jelaskan : saat dilakukan pengkajian, pasien tampak gaduh, tidak bisa diam,
gelisah dan terus menerus mengatakan bahwa dirinya kesal dan ingin marah
kepada orang. Setiap diberikan arahan, pasien masih menolak Masalah/Diagnosa
Keperawatan : Tidak Ada Masalah
4. Afek dan Emosi
Pertanyaan :
- Bagaimana perasaan anda akhir akhir ini ?
- Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana perasaan anda
senang apa sedih?
- Jika pasien tampak sedih, tanyakan : bagaimana sedihnya? Dapatkah anda
menceritakannya?
- Jika pasien menunjukkan gambaran depresi , lanjutkan dengan pertanyaan:
- Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak punya
harapan?
- Jika “ya” Lanjutkan dengan : Bukankah hidup ini berharga?
- Lanjutkan dengan pertanyaan : adalah keininginan untuk bunuh diri?
a. Afek
[] Adekuat [] Tumpul [] Dangkal/datar
[] Inadekuat [√] Labil [] Ambivalensi

Jelaskan: saat dilakukan pengkajian, pasien berteriak dan membentak, pasien


terlihat sangat emosi dengan pergerakan yang terlihat gelisah Masalah / Diagnosa
Keperawatan : Tidak Ada Masalah
b. Emosi
[] Merasa Kesepian [] Apatis [√] Marah [] Anhedonia
[] Eforia [] Cemas (ringan, sedang, berat, panic)
[] Sedih [] Depresi [] Keinginan bunuh diri
Jelaskan: saat dilakukan pengkajian, pasien tampak marah dan berteriak
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah

5. Interaksi selama wawancara


[] Bermusuhan [√] Tidak kooperatif [√] Mudah tersinggung [√] Kontak
mata kurang [] Defensif [] Curiga
Jelaskan : saat dilakukan pengkajian, pasien terlihat gaduh, kontak mata kurang
saat diajak berbicara oleh perawat
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
6. Persepsi – Sensorik
Pertanyaan pada
pasien :
- Apakah anda sering mendengar suara saat tidak ada orang atau saat tidak ada
orang yang berbicara?
- ATAU : Apakah anda mendengar suara orang yang tidak dapat anda lihat.
- Jika : ‘ya”
- Apakah itu benar benar suara yang datang dari luar kepala anda atau dalam
pikiran anda.
- Apa yang dikatakan oleh suara itu?
- Berikan contohnya, apa yang anda dengar hari ini atau kemarin

Halusinasi
[√] Pendengaran [] Penglihatan [] Perabaan [] Pengecapan
[] Penciuman [] Kinestetik [] Visceral [] Histerik
[] Hipnogogik [] Hipnopompik [] Perintah [] Seksual
Ilusi
[√] Ada [] Tidak ada
Depersonalisasi
[] Ada [√] Tidak ada
Derealisasi
[] Ada [√] Tidak ada
Jelaskan : pasien mengatakan selalu terdengar dengan kalimat-kalimat hinaan
orang-orang disekitarnya yang dirasa mengejek dirinya dan keluarganya Masalah /
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah

7. Proses Pikir
Pertanyaan :
a. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar anda
memasukkan buah pikiran yang bukan milik anda ke dalam pikiran anda, atau
menyebabkan anda bertindak tidak seperti biasanya ?
b. Pernahkan anda percaya bahwa anda sedang dikirimi pesan khusus melalui
TV, radio atau koran, atau bahwa ada seseorang yang tidak anda kenal secara
pribdai tertarik pada anda?
c. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang membaca pikiran anda atau
bisa mendengar pikiran anda atau bahkan anda bisa membaca atau mendengar
apa yang sedang dipikirkan oleh orang lain ?
d. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda, atau
seseorang telah berkomplot melawan anda atau menciderai anda ?
e. Apakah keluarga atau teman anda pernah menganggap keyakinan anda aneh
atu tidak lazim ?
8. Arus
Pikir :
[] Koheren [√] Inkoheren [] Sirkumstansial [] Neologisme
[] Tangensial [] Logorea [] Kehilangan asosiasi [] Bicara lambat
[] Flight of idea [] Bicaracepat [] Irrelevansi [] Main kata-kata
[] Blocking [] Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
[] Afasia [] Asosiasi bunyi
Jelaskan : Pada saat pengkajian pasien terkadang tidak menjawab, dan saat
menjawab pasien hanya mengatakan bahwa dirinya marah dan kesal secara
berulang, pasien tampak sulit memahami perkataan orang lain dan sulit untuk
bicara
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah.

Isi Pikir
[] Obsesif [] Ekstasi [] Fantasi [] Alienasi
[] Pikiran Bunuh Diri [] Pre okupasi [] Pikiran Isolasi sosial
[] Ide yang terkait [] Pikiran Rendah diri [√] Pesimisme
[] Pikiran magis [] Pikiran curiga [] Fobia, sebutkan…
[] Waham:
[] Agama [] Somatik/hipokondria [] Kebesaran
[] Kejar / curiga [] Nihilistik [] Dosa
[] Sisip pikir [] Siar pikir [] Kontrol pikir
Jelaskan : saat pengkajian, pasien mengatakan bahwa semua orang jahat karena
mengejek dan memperlakukannya tidak baik Masalah/Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada Masalah
[] Gangguan proses pikir : -
[] Lain-lain, jelaskan..........
9. Kesadaran
[] Menurun:
[√] Compos mentis [] Sopor [] Apatis/sedasi
[] Subkoma [] Somnolensia [] Koma
[] Meninggi [] Hipnosa
[] Disosiasi: … [] Gangguan perhatian
Jelaskan : saat dilakukan pengkajian, kesadaran pasien tampak normal
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
10. Orientasi
[] Waktu [] Tempat [] Orang
Jelaskan : Saat dilakukan pengkajian, pasien mengetahui terkait waktu (siang
hari), tempat (rumah sakit), pasien mengetahui orang yang diajak berbicara
adalah perawat
Masalah / Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah.
11. Memori
[] Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
[] Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
[] Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
[] Amnesia [] Paramnesia: [] Konfabulasi [] Dejavu
[] Jamaisvu [] Fause reconnaissance [] hiperamnesia
Jelaskan: Saat dilakukan pengkajian, pasien tidak memiliki gangguan pada
memori ingatan pasien, pasien masih ingat tentang kegiatan maupun kejadian
yang dialami sebelumnya
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
[] Mudah beralih
[√] Tidak mampu berkonsentrasi
[] Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan: Saat dilakukan pengkajian mengenai konsentrasi dan berhitung,
pasien tidak mampu menjawab, hanya mengatakan bahwa dirinya marah dan
jengkel. Saat diminta pasien untuk berhitung mundur, pasien tidak menjawab
Masalah/Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
13. Kemampuan penilaian
[√] Gangguan ringan [] Gangguan bermakna
Jelaskan: Saat dilakukan pengkajian, pasien tampak dapat mengambil
kesimpulan sederhana dengan bantuan perawat Masalah/Diagnosa
Keperawatan: Tidak Ada Masalah
[] Gangguan proses pikir :............... (jelaskan)

14. Daya tilik diri


[] Mengingkari penyakit yang diderita
[√] Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan: Saat dilakukan pengkajian, pasien tampak marah-marah dan
menganggap orang yang diajak berkomunikasi mengejek ataupun
menghinanya

Masalah/Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah


[] Gangguan proses pikir : -
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
[√] Mandiri [] Bantuan Minimal
Jelaskan: Pasien diharapkan mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya secara mandiri tanpa
bantuan orang lain. Diharapkan pasien mampu menyebutkan makanan yang ia suka dan makanan
yang ia tidak suka
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
2. BAB/BAK
[√] Mandiri [] Bantuan minimal
Jelaskan: Pasien diharapkan mampu memenuhi kebutuhan eliminasinya secara mandiri dan tidak
BAB/BAK sembarangan. Diharapkan pasien mampu mengatakan tempat yang baik untuk
BAK/BAB. Masalah/Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah
3. Mandi
[√] Mandiri [] Bantuan minimal
4. Sikat gigi
[√] Mandiri [] Bantuan minimal
5. Keramas
[√] Mandiri [] Bantuan minimal
Jelaskan : Pasien diharapkan mampu mandi, sikat gigi, keramas secara mandiri tanpa bantuan orang
lain. Diharapkan pasien mampu menyebutkan bagaimana cara mandi, sikat gigi dan keramas yang
biasa ia lakukan dirumah. Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
6. Berpakaian/berhias
[√] Mandiri [] Bantuan Minimal
Jelaskan : Pasien diharapkan mampu berpakaian secara mandiri. Diharapkan pasien mampu
menyebutkan posisi berpakaian yang benar. Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah.

7. Istirahat dan tidur


[] Tidur Siang, Lama : 12.00 WITA s/d 13.00 WITA
[] Tidur Malam, Lama : 21.00 WITA s/d 06.00 WITA
[] Aktifitas sebelum/sesudah tidur : -
Jelaskan : Menurut pengkajian yang dilakukan, pada siang hari, pasien tidur pada pukul
12.00 WITA s/d pukul 13.00 WITA, pada malam hari pasien tidur pada pukul 21.00
WITA s/d keesokan harinya pada pukul 06.00 WITA.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah

8. Penggunaan obat

[√] Bantuan Minimal [] Bantuan total


Jelaskan: Dalam penggunaan obat, pasien diharapkan dibantu oleh keluarganya agar obat
yang diminum sesuai dosis dan waktu yang dianjurkan oleh dokter Masalah / Diagnosa
Keperawatan : Tidak Ada Masalah
9. Pemeliharaan kesehatan
YA TIDAK
Perawatan lanjutan

Sistem pendukung
keluarga
terapis
teman sejawat
kelommpok sosial
jelaskan: Dalam sistem pemeliharaan Kesehatan pasien, pasien perlu dilakukan
perawatan lanjutan dan diberi dukungan oleh keluarga maupun terapis. Masalah /
Diagnosa Keperawatan : tidak ada.

10. Aktifitas dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Menjaga kerapihan rumah
Mencuci pakaian
Pengaturan keuangan

11. Aktifitas di luar rumah


Ya Tidak
belanja
transportasi
lain-lainnya

Jelaskan : Dalam aktivitas sehari-hari pasien, diharapkan tetap dalam pantauan keluarga
pasien agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada Masalah

MEKANISME KOPING
Adaptif maladaptif
[] bicara dengan orang lain [] minum alcohol
[] mampu menyelesaikan masalah [] reaksi lambat/berlebihan
[] teknik relaksasi [] bekerja berlebihan
[] aktifitas konstruktis [√] menghindar
[] olah raga [√] menciderai diri
[] lain-lain……………… [] lain lain…….

jelaskan : mekanisme koping yang muncul dari pasien adalah pasien selalu berkata
kasar terhadap orang lain, menghindar jika diajak berkomunikasi dan memukul benda-
benda disekitarnya yang menyebabkan pasien bisa menciderai dirinya sendriri
masalah/diagnose Keperawatan : Mekanisme Koping Maladaptif.

MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


[] Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
[√] Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya : pasien selalu diejek oleh
masyarakat sekitar karena keterbatasan mental yang dialaminya [] Masalah dengan
pendidikan, spesifiknya
[] Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
[] Masalah dengan perumahan, spesifiknya
[] Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
[] Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
[] Masalah lainnya, spesifiknya
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah

ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?

[] Penyakit/gangguan jiwa [] Sistem pendukung [√] Faktor presipitasi


[√] Mekanisme koping [√] Penyakit fisik [] Obat-obatan
[] Lain-lain, jelaskan

Jelaskan: Pasien tidak mengetahui faktor presipitasi, mekanisme koping maupun penyakit
fisik yang dialami oleh pasien
Masalah/Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah
ASPEK MEDIS
Diagnosis medik : Retradasi Mental
Terapi medik : Depacote 250 mg 2 x ½ tablet
Halloperidol 5 mg 2x ½ tablet
Thihexipenidyl 2 mg 2 x1 tablet
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH / DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS : Resiko Perilaku Kekerasan
Pasien mengatakan marah atas hinaan orang
disekitarnya, pasien mengeluh tidak mampu
melakukan apa-apa dan ingin bunuh diri.

DO :
Pasien tampak mengamuk, berkata kasar,
mengancam dirinya maupun orang disekitarnya,
berteriak-teriak, kontak mata tajam, dan pasien
tampak mengepalkan tangannya.
2. DS : isolasi social
- Pasien mengatakan selalu diejek oleh orang lain
dan jika dirumah, pasien merasa malu karena
selalu direndahkan oleh orang lain.
- Menurut informasi dari keluarga pasien, sebelum
pasien masuk RSJ, pasien jarang mengikuti
kegiatan kelompok/masyarakat karena
keterbatasan mental yang dialaminya sejak smp.

DO :
- Pasien tampak menarik diri, tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain, merasa
ditolak dengan orang disekitarnya
- pasien tampak tidak pernah mengikuti kegiatan
bersih-bersih saat diruangan maupun kegiatan
lainnya
3. DS : Harga Diri Rendah Kronis
Pasien mengatakan malu,dan tidak ingin/menolak
untuk berinteraksi/berkomunikasi dengan orang lain
DO :
pasien tampak sulit untuk berkonsentrasi, kontak
mata kurang, pasien tampak menunduk jika ada
pertanyaan yang tidak bisa ia jawab

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan pemikiran waham/delusi, curiga


pada orang lain, persepsi pada lingkungan tidak adekuat, ilusi, ketidakmampuan
mengendalikan dorongan marah, stimulus lingkungan dan perubahan status mental,
ditandai dengan Pasien mengatakan marah, kesal, dan jengkel terhadap orang
disekitarnya karena ia sering diejek dan dihina, Pasien tampak mengamuk, berkata
kasar, mengancam dirinya maupun orang disekitarnya, berteriak-teriak, kontak mata
tajam, jika emosi pasien tidak terkontrol, pasien meluapkan emosinya dengan
memukul meja.
2. Isolasi Sosial berhubungan dengan ketelambatan perkembangan, ketidakmampuan
menjalin hubungan, perubahan status mental, ditandai dengan Pasien mengatakan
selalu diejek oleh orang lain dan jika dirumah, pasien merasa selalu direndahkan oleh
orang lain, Menurut informasi dari keluarga pasien, sebelum pasien masuk RSJ,
pasien jarang mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat karena keterbatasan mental
yang dialaminya sejak smp, Pasien tampak menarik diri, tidak mau berkomunikasi
dengan orang lain, merasa ditolak dengan orang disekitarnya, Pasien tampak tidak
pernah mengikuti kegiatan bersih-bersih saat diruangan maupun kegiatan lainnya.

3. Harga Diri Rendah Kronis berhubungan dengan kurangnya pengakuan dari orang lain,
gangguan psikiatri, ditandai dengan Pasien mengatakan tidak ingin/menolak untuk
berinteraksi/berkomunikasi dengan orang lain, pasien tampak sulit untuk
berkonsentrasi, kontak mata kurang, pasien tampak menunduk jika ada pertanyaan
yang tidak bisa ia jawab.

POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Effect

Perilaku Kekerasakan (PK) Core problem

Koping individu tidak efektik harga diri rendah kronis, Causa


halusinasi, isolasi social
(Faktor Presdisposisi dan Faktor Presipitasi)

PRIORITAS MASALAH
1. Resiko Perilaku KekerasaN

Denpasar, 18 Januari 2020


Perawat yang mengkaji

Ni Kadek Dinda Putri Marichi


NIM. 183212880
INTERVENSI KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA DI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT JIWA

Inisial Klien : Ny. W Ruangan : Drupadi No RM : 124.436.322


Diagnosa INTERVENSI
RASIONAL
keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan Keperawatan
perilaku TUM : Setelah dilakukan asuhan Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
kekerasan Pasien tidak melakukan keperawatan jiwa selama 7x dengan : merupakan landasan utama
tindakan kekerasan pertemuan, diharapkan pasien a. Beri salam/panggil nama pasien untuk hubungan
mampu membina hubungan saling b. Sebutkan nama perawat sambil selanjutnya
TUK 1: percaya dengan perawat, dengan berjabat tangan
Pasien dapat membina kriteria hasil : c. Jelaskan maksud hubungan
hubungan daling percaya a. Pasien mampu membalas salam interaksi
b. Pasien mampu menjabat tangan d. Jelaskan tentang kontrak yang akan
c. Pasien ammpu menyebutkan dibuat
nama e. Beri rasa aman dan sikap empati
d. Pasien mau tersenyum f. Lakukan kontrak singkat tetapi
e. Pasien mau kontak mata sering
f. Pasien mengetahui nama
perawat
g. Menyediakan waktu untuk
kontrak
TUK 2 : Setelah dilakukan asuhan Bantu pasien mengungkapkan Beri kesempatan untuk
Klien dapat keperawatan jiwa selama 7x perasaan marahnya : mengungkapkan
mengidentifikasi pertemuan, diharapkan pasien a. Beri kesempatan kepada pasien perasaannya, dapat
penyebab perilaku dapat menceritakan penyebab untuk mengungkapkan membantu mengurangi
kekerasan yang perilaku kekerasan yang perasaannya stress dan penyebab
dilakukannya. dilakukannya, dengan kriteria hasil b. Bantu pasien untuk perasaan jengkel/kesal
: mengungkapkan penyebab dapat diketahui
a. Pasien dapat jengkel/kesal
mengungkapkan
perasaannya
b. Pasien dapat
mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel atau kesal
baik dari diri sendiri
maupun lingkungannya.
TUK 3 : Setelah dilakukan asuhan Bantu klien mengungkapkan tanda- a. Untuk mengetahui hal
Pasien dapat keperawata jiwa selama 7x tanda perilaku kekerasan yang yang dialami dan dirasa
mengidentifikasi tanda- pertemuan, diharapkan pasien dialaminya: saat jengkel
tanda perilaku kekerasan. mampu menceritakan tanda-tanda a. Anjurkan pasien b. Untuk mengetahui
saat terjadi perilaku kekerasan, mengungkapkan apa yang tandatanda pasien
dengan kriteria hasil: dialami saat marah/jengkel jengkel,marah
a. Pasien dapat b. Observasi tanda perilaku c. Menarik kesimpulan
mengungkapkan perasaan kekerasan pada pasien Bersama pasien agar
saat marah/jengkel c. Simpulkan Bersama pasien pasien mengetahui
b. Pasien dapat tanda-tanda jengkel/kesal yang secara garis besar tanda-
menyimpulkan tanda-tanda dialaminya tanda marah/kesal
jengkel/kesal yang dialami
TUK 4 : Setelah dilakukan asuhan Diskusikan dengan klien perilaku a. Mengekspresikan
Pasien dapat keperawatan jiwa selama 7x kekerasan yang dilakukannya selama perasaan pasien terhadap
mengidentifikasi jenis pertemuan, diharapkan pasien ini : perilaku kekerasan yang
perilaku kekerasan yang mampu menjelaskan perilaku a. Anjurkan pasien untuk biasa dilakukan
pernah dilakukannya. kekerasan yang pernah dilakukan, mengungkapkan perilaku b. Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil : kekerasan yang biasa dilakukan perilaku kekerasan yang
a. Pasien dapat mengungkapkan oleh pasien biasa dilakukan dan
perilaku kekerasan yang biasab. Bantu pasien bermain peran dengan bantuan perawat
dilakukan sesuai dengan perilaku kekerasan bisa membedakan
b. Pasien dapat bermain peran yang biasa dilakukan perilaku konstruktif dan
dengan perilaku kekerasan c. Bicarakan dengan pasien, apakah destruktif
yang biasa dilakukan cara yang pasien lakukan agar c. Dapat membantu pasien
c. Pasien dapat mengetahui cara masalahnya selesai? menemukan cara yang
yang biasa dapat dapat dilakukan untuk
menyesuaikan masalah atau menyelesaikan masalah
tidak yang dialaminya
TUK 5 : Setelah dilakukan asuhan Diskusikan dengan klien akibat a. Membantu pasien untuk
Pasien dapat keperawatan jiwa selama 7x negatif (kerugian) dari cara yang menilai perilaku
mengidentifikasi akibat pertemuan, diharapkan pasien dilakukan : kekerasan yang
perilaku kekerasan. mampu menjelaskan akibat tindak a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara dilakukannya
kekerasan yang dilakukannya, yang dilakukan pasien b. Bersama b. Dengan mengetahui
dengan kriteria hasil : pasien menyimpulkan akibat cara akibat perilaku
a. Pasien dapat menjelaskan akibat yang digunakan oleh pasien kekerasan, diharapkan
dari cara yang digunakan pasien pasien dapat merubah
perilaku destruktif yang
dilakukannya menjadi
perilaku yang
konstruktif
TUK 6 : Setelah dilakukan asuhan a. Tanyakan pada pasien “apakah ia a. Agar pasien dapat
Pasien dapat keperawatan jiwa selama 7x ingin mempelajari cara baru yang mempelajari cara yang
mengidentifikasi cara pertemuan, diharapkan pasien sehat?” sehat, yang konstruktif
konstruktif dalam mampu mengidentifikasi cara b. Berikan pujian jika pasien b. Dengan
mengungkapkan konstruktif dalam mengungkapkan mengetahui cara lain yang sehat mengidentifikasi cara
kemarahan. kemarahannya, dengan kriteria c. Diskusikan dengan pasien cara lain konstruktif dalam
hasil : yang sehat : merespon terhadap
a. Pasien dapat melakukan cara - Secara fisik: Tarik nafas dalam kemarahan, dapat
berespon terhadap kemarahan jika sedang kesal/memukul membantu pasien
secara konstruktif bantal/Kasur atau olahraga atau menemukan cara yang
pekerjaan yang memerlukan baik untuk mengurangi
tenaga kejengkelannya
- Secara verbal: katakana bahwa sehingga pasien tidak
anda sedang stress lagi
kesal/tersinggung/jengkel (“saya c. Reinforcement positif
kesal” anda berkata seperti itu; dapat memotivasi klien
“saya marah karena bapak tidak dan meningkatkan harga
memenuhi keinginan saya”/ dirinya
“saya marah karena saya diejek d. berdiskusi dengan pasien
dan dihina”) untuk memilih cara yang
- Secara sosial: lakukan dalam lain sesuai dengan
kelompok cara-cara marah yang kemampuan pasien
sehat; Latihan asentif, Latihan
manajemen perilaku kekerasan
- Secara spiritual: anjurkan pasien
sembahyang, berdoa/ibadah lain;
meminta pada tuhan untuk diberi
kesabaran, mengadu pada tuhan
terkait kekerasan/kejengkelan
anda
TUK 7 : Setelah dilakukan asuhan a. Bantu pasiem memilih cara yang a. Memberikan stimulasi
Pasien dapat keperawatan jiwa selama 7x paling tepat untuk pasien kepada pasien untuk
mendemonstrasikan cara pertemuan, diharapkan pasien b. Bantu pasien mengidentifikasi menilai respon perilaku
mengontrol perilaku mampu memperagakan cara manfaat dari cara yang dipilih kekerasan secara tepat
kekerasan. mengontrol perilaku kekerasan, c. Bantu keluarga pasien untuk b. Membantu pasien
dengan kriteria hasil : menstimulasi cara tersebut (role dalam membuat
a. Fisik: Tarik nafas dalam, pukul play) keputusan terhadap cara
bantal/ kasur, olah raga, d. Beri reinforcement positif atau yang telah dipilihnya
menyiram tanaman keberhasilan klien menstimulasi dengan melihat
b. Verbal: mengungkapkan bahwa cara tersebut manfaatny
dirinya sedang kesal kepada e. Anjurkan pasien untuk c. Agar pasien
orang lain secara langsung menggunakan cara yang telah mengetahui cara marah
dengan tidak menyakiti dipelajari saat jengkel/marah yang konstruktif
c. Sosial: latihan asertif dengan d. Pujian dapat
orang lain. meningkatkan motivasi
d. Spiritual: sembahyang / doa, dan harga diri pasien
meditasi, atau ibadah lain sesuai e. Agar pasien dapat
keyakinan dan agamanya melaksanakan cara
masing-masing. yang telah dipilihnya
jika ia sedang kesal
atau marah
TUK 8 : Setelah dilakukan asuhan a. Identifikasi kemampuan keluarga a. Kemampuan keluarga
Pasien mendapat keperawatan selama 7x pertemuan, merawat pasien dari sika papa dalam mengidentifikasi
dukungan keluarga dalam diharapkan keluarga pasien dapat yang telah dilakukan keluarga akan memungkinkan
mengontrol perilaku memberi dukungan kepada pasien, terhadap pasien selama ini keluarga untuk
kekerasan dengan kriteria hasil : b. Jelaskan peran serta keluarga melakukan penilaian
a. Menyebutkan cara merawat dalam merawat pasien terhadap perilaku
pasien yang berperilaku c. Jelaskan cara-cara merawat kekerasan
kekerasan pasien : b. Meningkatkan
b. Mengungkapkan rasa puas - Terkait cara mengontrol perilaku pengetahuan keluaga
dalam merawat pasien marah secara konstruktif tentang cara merawat
- Sikap tenang, bicara tenang dan pasien sehingga keluarga
jelas terlibat dalam perawatan
- Membantu pasien mengenal pasien
penyebab ia marah c. Agar keluarga dapat
d. Bantu keluarga merawat klien dengan
mendemonstrasikan cara merawat perilaku kekerasan
pasien d. Agar keluarga
e. Bantu keluarga mengungkapkan mengetahui cara
perasaannya setelah melakukan merawat klien melalui
demonstrasi demnstrasi yang dilihat
keluarga secara langsung
e. Mengeksplorasi
perasaan keluarga
setelah melakukan
demonstrasi
TUK 9 : 9.1 Setelah dilakukan asuhan a. Jelaskan jenis-jenis obat yang a. Paien dan keluarga
Pasien dapat keperawatan jiwa selama 7x diminum pasien pada pasien dan dapat mengetahui
menggunakan obatobatan pertemuan, diharapkan pasien juga keluarga pasien nama-nama obat yang
yang diminum dan dapat menyebutkan obatobatan b. Diskusikan manfaat minum obat diminum oleh pasien
kegunaannya (jenis, yang diminum dan dan kerugian berhenti minum obat b. Pasien dan keluarga
waktu, dosis dan efek) kegunaannya (jenis, waktu, tanpa seizin dokter dapat mengetahui
dan efek) a. Jelaskan prinsip 6 benar minum kegunaan obat yang
9.2 Setelah dilakukana suhan obat dikonsumsi pasien
keperawatan jiwa selama 7x b. Ajarkan pasien minta obat dan c. Pasien dan keluarga
pertemuan, diharapkan pasien minum oabt tepat waktu mengetahui prinsip 6
dapat minum obat sesuai c. Anjurkan pasien untuk melaporkan benar minum obat agar
program pengobatan pada perawat/dokter jika merasakan tidak terjadi kesalahan
efek yang tidak menyenangkan dalam mengkonsumsi
d. Beri pujian, jika pasien minum obat obat
dengan benar dan teratur d. Klien dapat memiliki
kesadaran akan
pentingnya minum obat
dan bersedia minum
obat dengan kesadaran
sendiri
e. Mengetahui efek
samping sedini
mungkin sehingga
Tindakan dapat
dilakukan seseera
mugkin untuk
menghindari
komplikasi
f. Memberikan
reinforcement positif
dapat memotivasi
keluarga dan pasien
serta dapat
meningkatkan harga
diri

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

Inisial Klien : Ny. W Ruangan : Drupadi No RM : 124.436.322


TANGGAL DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI KEPEAWATAN
KEPERAWATAN
Perilaku kekerasan SP1P S:
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. - Pasien mengatakan namanya adalah Ny. W
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku - Pasien mengatakan mau ditanya-tanya tetapi tidak
kekerasan lama
- Pasien mengatakan marah dan merasa malu karena
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
selalu diejek dan dihina oleh orang disekitarnya
dilakukan
- Pasien mengatakan jika marah, ia akan meluapkan
4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang marahnya ke benda sekitarnya
dilakukan - Pasien mengatakan akan mencoba mengikuti cara
5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku mengontrol marahnya
19 januari 2021 kekerasan O:
6. Membantu pasien mempraktekkan Latihan cara - Pasien tampak berbicara dengan nada keras dan cepat
mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 1: - Pasien tampak gelisah
Latihan nafas dalam dan fisik 2: Memukul - Pasien tampak menulis dijadwal harian terkait Latihan
nafas dalam setiap hari
Bantal dan Kasur
A : SP1P tercapai
7. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam P:
kegiatan harian - Perawat: lanjutkan SP2P
- Pasien: motivasi pasien untuk Latihan mengontrol marah
dengan Latihan nafas dalam dan Memukul Bantal dan
Kasur jika sedang marah
20 januari 2021 SP2P S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (SP - Pasien mengatakan selalu melakukan Latihan
1) mengontrol marahnya setiap hari
2. Melatih pasien patuh minm obat prinsip 6 benar - Pasien mengatakan kurang paham dengan obat obatan
yang diberikan
3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam
O:
kegiatan harian - Pasien tampak kooperatif saat diajak berkomunikasi
- Cara pasien berkomunikasi tampak baik dan tenang
- Pasien tampak ingin tahu mengenai obat-obatan yang
harus diminum
- Pasien tampak menulis di jadwal hariannya terkait
oabt-obatan yang perlu dikonsumsi olehnya
A : SP2P tercapai
P:
- Perawat: lanjutkan SP3P
- Pasien: motivasi pasien untuk minum obat sesuai
jadwal hariannya
SP3P S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien - Pasien mengatakan sebelumnya sudah melakukan
yang lalu (SP 1 dan SP 2) latihan mengontrol marah dengan Latihan nafas dalam
2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dan memukul bantal dan Kasur serta sudah minum
obat sesuai arahan
dengan cara sosial/verbal
- Pasien mengatakan ingin diberikan Latihan yang
3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam lainnya
kegiatan harian O:
- Pasien tampak mulai kooperatif saat diajak
21 januari 2021
berkomunikasi
- Pasien tampak tenang saat diajak berkomunikasi
- Pasien tampak menulis di jadwal hariannya terkait
Latihan mengontrol marah dengan cara sosial/verbal
A : SP3P Tercapai
P:
- Perawat: lanjutkan SP4P
- Pasien: motivasi pasien untuk Latihan mengontrol
marah dengan cara sosial/verbal
22 januari 2021 SP4P S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien - Pasien mengatakan sebelumnya sudah melakukan
yang lalu (SP 1, 2 & 3) latihan mengontrol marah dengan Latihan nafas dalam
2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dan memukul bantal dan Kasur dan tetap minum obat
dengan cara spiritual sesuai arahan
3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam - Pasien mengatakan sudah bisa berkomunikasi dengan
kegiatan harian rekan sejawatnya
- Pasien mengatakan ingin mengikuti kegiatan
persembahyangan yang biasa dilakukan di rumah sakit
O:
- Pasien tampak berbicara dengan nada halus, kontak
mata baik
- Pasien tampak menulis di jadwal hariannya terkait
keinginannya untuk mengikuti persembahyangan
setiap hari
A : SP4P tercapai
P:
- Perawat: evaluasi setiap hari terkait perkembangan
pasien
- Pasien: motivasi pasien untuk selalu melaksanakan
semua arahan yang diberikan baik cara mengontrol
emosi, patuh minum obat, berinteraksi dengan orang
lain, dan mengikuti kegiatan persembahyangan di
ruma sakit
STATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Pasien tampak kontak mata tajam, tangan mengepal
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku
Kekerasan
3. Tujuan Umum
Pasien tidak melakukan tindakan kekerasan
4. Tujuan Khusus
TUK 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya
5. Tindakan Keperawatan
SP1P
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang dilakukan
5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. Membantu pasien mempraktekkan Latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik 1: Latihan nafas dalam dan fisik 2: Memukul Bantal
dan Kasur
7. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam kegiatan harian
B. Proses Pelaksaan Tindakan
Orientasi :
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu, perkenalkan saya Dinda Putri, Perawat yang bertugas pada
pagi hari ini di ruangan ini. Sebelumnya boleh saya tahu nama ibu siapa? Dan
ibu lebih suka dipanggil apa?”
2. Evaluasi dan validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini? Apakah ada keluhan?”
3. Kontrak
“Baiklah bu, maksud kedatangan saya kemari pada pagi ini, kita akan
berbincang-bincang mengenai perasaan marah yang saat ini ibu rasakan dan cara
mengontrol emosi yang ibu rasakan”
4. Waktu
“ibu, kira-kira berapa lama kita bisa berbincang-bincang mengenai perasaan
marah yang ibu rasakan saat ini? Bagaimana jika 10 menit bu? Apakah ibu
bersedia?”
5. Tempat
“ibu, untuk tempat kita berbincang-bincang apakah disini atau ibu ingin diteras
depan?”

Kerja : (Langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)


“ibu, jika boleh saya tahu, apa yang menyebabkan ibu bisa marah seperti saat ini?
Apakah ada yang menyakiti ibu?”
“Jika ibu marah, apa yang biasanya ibu lakukan? Apakah ibu akan berteriak,
memukul diri sendiri, melampiaskannya ke benda yang berada disekitar iibu, atau
ibu marah dengan keluarganya ibu?”
“Setelah ibu melakukan hal itu, apakah masalah yang ibu hadapi akan selesai?
Tentunya tidak nggih bu!”
“Nah, jika ibu merasa marah kepada orang disekitar ibuk, saya ajarkan ibu untuk
mengontrol emosi dan marah yang ibu rasakan, apakah ibu mau mengikuti cara yang
akan saya berikan?”
“Begini ya bu, jika ibu merasa emosi dan marah, ibu bisa berfikir tenang terlebih
dahulu, lakukan olah nafas seperti Tarik nafas dalam, ibu bisa mengulangi Latihan
olah nafas itu sampai emosi yang ibu rasakan mulai berkurang sampai ibu tidak
merasakan emosi kembali”
“Selain Latihan nafas dalam, ibu akan saya ajarkan juga cara mengontrol emosi ibu
dengan memukul bantal ataupun Kasur saat ibu merasa kesal/ marah”
“Bagaimana ibu, apakah Latihan yang saya anjurkan susah untuk dilakukan?
Sepertinya tidak ya bu karena ibu hanya harus mengontrol emosi yang ibu
rasakan dengan menark nafas dalam agar ibu dapat merasakan ketenangan, karena
pada dasarnya bu, semua masalah dapat diselesaikan, tetapi ibu harus tenang
menghadapinya. Apapun yang dikatakan oleh orang lain, ibu harus menerima dengan
tenang dan tulus ikhlas. Apakah ibu mengerti?”
“Latihan ini bisa ibu lakukan setiap hari dimana pun agar emosi ibu menurun,
apakah ibu mau melakukannya setiap hari?”
“Baik jika ibu mau, saya akan selalu membantu ibu”

Terminasi :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (Subkektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang ibu rasakan dan bagaimana perasaan ibu setelah saya ajarkan
cara mengontrol emosi ibu dengan Latihan nafas dalam dan memukul
bantal/kasur?”
b. Evaluasi perawat (Objektif setelah reinforcement)
“Bisa ibu jelaskan kembali kenapa ibu bisa marah? Dan bisa dipraktekkan
kembali cara mengolah emosi yang sudah saya ajarkan?” “Bagus sekali ya
ibu. ibu sudah bisa menjelaskan bagaimana rasa marah yang ibu alami dan
juga ibu sudah bisa melakukan Latihan nafas dalam dan memukul
bantal/Kasur yang saya ajarkan untuk mengontrol emosi yang ibu alami”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
“ibu, saya harapkan Latihan nafas dalam untuk mengontrol emosi yang ibu
rasakan ini bisa ibu lakukan setiap hari atau saat ibu merasa emosi. Saya
harapkan juga ibu bisa segera mampu mengontrol emosi yang ibu alami”
3. Kontrak topik yang akan
datang : Topik :
“ibu, besok saya akan kesini kembali untuk melihat perkembangan kondisi ibu,
melihat perkembangan Latihan yang sudah saya anjurkan tadi dan juga saya
akan megajarkan ibu bagaimana prosedur ibu terkait minum obat sehari-hari.
Apakah ibu bersedia?”
Waktu :
“Waktu yang kita perlukan masih sama seperti pada hari ini nggih ibu, kurang
lebih selama 10 menit, apakah ibu bersedia?”
Tempat :
“Tempatnya kita sepakati besok apakah ibu ingin kita berbincang-bincang di sini
atau ibu ingin keluar ruangan dan kita berbincang-bincang di taman”

“Sebelum saya tinggalkan, apakah ada yang ingin ibu tanyakan atau diskusikan
lagi?”
“Jika tidak, saya permisi kembali keruangan nggih ibu, selamat pagi dan selamat
beristirahat ibu”
UPAYA RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENGONTROL MARAH
PADA PASIEN RESIO PERILAKU KEKERASAN

Ria Desinta Sari1, Weni Hastuti2, Ika Kusuma Wardani3 1Mahasiswa Prodi
DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta 2Dosen Prodi DIII
Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta 3Dosen Prodi DIII
Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta JL.Tulang Bawang Selatan
No.26 Tegalsari RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta

Kata Abstrak
Kunci
Resiko Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
perilaku yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
kekerasan, Adapun tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan adalah marah, jengkel, bawel, muka
marah, merah, pandangan tajam, dan mata melotot. Untuk dapat mengontrol marah pada pasien
relaksasi resiko perilaku kekerasan maka bisa dilakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam.
nafas Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengatur emosi dan menjaga keseimbangan emosi,
dalam sehingga emosi marah tidak berlebihan. Dalam studi pendahuluan didapatkan 3 pasien
resiko perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa dr.Arif Zainudin Surakarta. Menyusun
resume asuhan keperawatan jiwa dalam upaya relaksasi nafas dalam untuk mengontrol
marah pada pasien resiko perilaku kekerasan. Penelitian studi kasus ini menggunakan
desain studi kasus. Tempat di Rumah Sakit Jiwa dr.Arif Zainudin Surakarta, waktu studi
kasus bulan Januari-April 2019. Subyek studi kasus dilakukan pada 3 pasien dengan resiko
perilaku kekerasan. Metode pengumpulan menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Instrumen menggunakan format asuhan keperawatan jiwa dan standar
operasional prosedur (SOP) teknik relaksasi nafas dalam. Analisis data menggunakan
perbandingan antara kasus dengan penelitian terdahulu atau sumber lain. Sejumlah 3
responden sudah mampu melakukan latihan relaksasi nafas dalam dan pasien terlihat
tenang dan rileks. Teknik relaksasi nafas dalam bermanfaat untuk mengontrol marah dan
menciptakan rasa nyaman.

RELAXATION RELAXATION EFFORTS IN TO CONTROL ANGRY


IN PATIENT RESIO OF VIOLENCE BEHAVIOR

Keyword Abstract
s
Risk of Risk of violent behavior is a situation where a person takes actions that can be physically
violent harmful to both himself and others. The signs and symptoms of the risk of violent
behavior, behavior are anger, annoyance, nagging, red face, sharp eyes, and bulging eyes. To be
anger, able to control anger in patients at risk of violent behavior, it is possible to practice deep
deep breathing relaxation techniques. Deep breathing relaxation techniques can regulate
breathing emotions and maintain emotional balance, so that emotions are not excessive anger. In
relaxation the preliminary study, 3 patients were at risk of violent behavior at the Dr. Ir. Zainudin
Surakarta Mental Hospital. To develop mental nursing care resumes in an effort to deep
breathing to control anger in patients at risk of violent behavior. This case study study
uses a case study design. Place in Dr. Arif Zainudin Surakarta Mental Hospital, time of
case study from January to April 2019. Subjects of case studies were carried out on 3
patients at risk of violent behavior. The collection method uses observation, interviews,
and documentation. The instrument uses the mental nursing care format and standard
operating procedures (SOP) in deep breathing techniques. Data analysis uses
comparisons between cases with previous research or other sources. A total of 3
respondents were able to do deep breathing relaxation exercises and the patient seemed
calm and relaxed. Deep breathing relaxation techniques are useful for controlling anger
and creating a sense of comfort.

2
1. PENDAHULUAN emosional (seperti, ketidakberdayaan, putus asa,
Di era globalisasi ini seringkali kita dan marah), masalah pekerjaan (seperti,
jumpai masalah-masalah yang harus kita menganggur dan kehilangan pekerjaan), riwayat
hadapi, masalah tersebut biasa berasal dari upaya bunuh diri yang dilakukan berkali-kali, ide
berbagai faktor internal maupun faktor bunuh diri, rencana bunuh diri. Kedua resiko
eksternal. Tidak semua individu mempunyai perilaku kekerasan terhadap orang lain contohnya
cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, memukul sesorang, menendang seseorang,
tapi jika ada manusia yang tidak bisa menggigit seseorang, kejam pada hewan, riwayat
menyelesaikan masalahnya sendiri akan penganiayaan pada anak-anak, riwayat
mengakibatkan gangguan jiwa. Adapun definisi melakukan kekerasan tak langsung (seperti,
dari gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah merobek pakaian, membanting objek yang ada di
sindrom pola perilaku seseorang yang secara dinding, berteriak, dan memecahkan jendela),
khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan riwayat menyaksikan perilaku kekerasan dalam
(distress) di dalam satu atau lebih fungsi yang keluarga,
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, Cara untuk menangani masalah perilaku
perilaku, biologik, dan gangguan itu hanya kekerasan salah satunya dengan menggunakan
terletak di dalam hubungan antara orang itu teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi
tetapi juga dengan masyarakat (Ikhsan, 2016). nafas dapat mengatur emosi dan menjaga
Menurut data WHO (World Health keseimbangan emosi, sehingga emosi marah
Organization) pada tahun 2016, sekitar 35 juta tidak berlebihan. Penelitian yang di lakukan
orang terkena depresi, 47.5 juta terkena (Zelianti, 2011) tentang pengaruh teknik relaksasi
dimensia, serta 21 juta terkena gangguan jiwa. nafas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan januari Amino Gondohutomo Semarang, menyatakan
2016, pasien yang didiagnosa perilaku ada pengaruh yang signifikan antar tenik
kekerasan ada 2.871 klien, Februari 1.970 relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi
klien, Maret 2.387 klien, April 1.973 klien, Mei klien perilaku kekerasan dengan nilai p=0,000.
1.726 klien, juni 1.666 klien juli 1.835 klien Relaksasi nafas dalam dipercaya dapat
(Rekam Medik, 2015). Salah satu masalah dari menurunkan ketegangan dan memberikan
gangguan jiwa yang menjadi penyebab dibawa ketenangan. Relaksasi nafas dalam merangsang
ke rumah sakit jiwa adalah perilaku kekerasan. tubuh untuk melepaskan opiod endogen yaitu
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di endorphin dan enkefalin. Dilepaskannya hormone
mana seseorang melakukan tindakan yang dapat endorphin dapat memperkuat daya tahan tubuh,
membahayakan secara fisik, baik kepada diri menjaga sel otak tetap muda, melawan penuaan,
sendiri maupun orang lain. Sering juga di sebut menurunkan agresifitas dalam hubungan antar
amuk dimana seseorang marah berespon terhadap manusia, meningkatkan semangat, daya tahan
suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak tubuh, dan kreativitas.
terkontrol (Yosep, 2010). Penyebab perilaku Berdasarkan latar belakang di atas maka
kekerasan adalah kemarahan yang peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh
dimanifestaskan dalam bentuk fisik. Kemarahan relaksasi nafas dalam untuk mengontrol marah
tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan pada klien perilaku kekerasan.
proses penyimpangan pesan dari individu. Orang Bab ini akan menjelaskan asuhan
yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin keperawatan pasien dengan resiko perilaku
menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju”, kekerasan khususnya untuk mengontrol marah
tersinggung, merasa tidak dianggap, dan merasa dengan teknik relaksasi nafas dalam pada
tidak dituruti atau diremehkan. tanggal 1 April 2019 di bangsal Abimanyu RSJ
Adapun tanda dan gejala perilaku dr Arif Zainudin Surakarta didapatkan data dari
kekerasan berdasarkan emosi meliputi tidak hasil wawancara dan observasi langsung.
aman, rasa terganggu, marah, jengkel. Nama Tn. E, berusia 37 tahun, pendidikan SD,
Berdasarkan intelektual meliputi bawel, pekerjaan wiraswasta, alamat Sukoharjo. Nama
berdebat, meremehkan. Berdasarkan fisik Tn. S, berusia 48 tahun, pendidikan SD,
meliputi muka merah, pandangan tajam, pekerjaan pedagang, alamat Madiun. Nama
tekanan darah meningkat (Yusuf, 2015). Sdr. A, berusia 29 tahun, pendidikan SMA,
Faktor resiko menurut NANDA-I (2012- pekerjaan Swasta, alamat Boyolali.
2014), pertama resiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri contohnya masalah

3
2. PENGKAJIAN Hasil pengkajian yang dilakukan
pada pasien I : yaitu Tn. E (37 tahun),
saat ditanya pasien memiliki riwayat kekerasan dengan cara fisik pertama yaitu
mengamuk dengan mambanting piring karena latihan nafas dalam.
sedang ada masalah dengan istrinya, tangan
mengepal saat ditanya, muka merah, sebelum Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
di bawa ke RSJ. Pasien mengatakan anggota Perawat telah melakukan bina hubungan
keluarganya tidak ada yang menderita sakit saling percaya kepada pasien Tn.E, Tn.S, dan
jiwa seperti pasien, pasien mengatakan belum Sdr.A. Implementasi terhadap Tn.E didapat
pernah dirawat di RSJ sebelumnya. repons secara subyektif pasien mengatakan
Hasil pengkajian yang dilakukan pada marahnya sedikit berkurang dan sedikit tenang,
pasien II: yaitu Tn. S (48 tahun), saat ditanya secara obyektif pasien terlihat tenang dan muka
pasien memiliki riwayat mengamuk dengan tidak merah, assessment pasien mampu
berkata kasar dan marah-marah, disebabkan mengidentifikasi marah dan pasien mampu
karena ada tetangga yang tidak suka, jika pasien mempraktekkan teknik relaksasi nafas dalam.
tersebut berjualan dan banyak pembeli, mata planning perawat telah melakukan rencana tindak
melotot. Pasien mengatakan anggota lanjut untuk melakukan evaluasi SP 1, lanjut SP
keluarganya tidak ada yang menderita sakit 2. Pasien Tn.S secara subyektif pasien
jiwa. Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu mengatakan lebih tenang dan sudah bisa
pernah di rawat di RSJD Surakarta. mengendalikan marahnya, secara obyektif pasien
Hasil pengkajian yang dilakukan pada terlihat tenang dan mata tidak melotot,
pasien III: yaitu Sdr. A (29 tahun), saat ditanya assessment pasien mampu mengidentifikasi
pasien memiliki riwayat mengamuk dengan marah dan mampu mempraktekkan teknik
membanting gayung, disebabkan karena relaksasi nafas dalam, planning perawat
merasa kesal, melihat kedua orang tuanya melakukan rencana tindak lanjut untuk evaluasi
sering berantem pasien terlihat marah saat kemampuan melakukan SP 1 yaitu melatih
ditanya. Pasien mengatakan dalam anggota relaksasi nafas dalam, lanjut SP 2
keluarganya tidak ada yang menderita sakit (mengendalikan marah dengan pukul bantal dan
jiwa. Pasien mengatakan 1 tahun yang lalu kasur). Pasien Sdr.A secara subyektif pasien
pernah dirawat di RSJD Surakarta. mengatakan sudah mampu melakukan teknik
relaksasi nafas dalam secara mandiri dan lebih
Diagnosa Keperawatan tenang, secara obyektif pasien terlihat tenang dan
Berdasarkan data subjektif dan objektif marahnya sedikit berkurang, assessment pasien
dari ketiga pasien muncul masalah keperawatan mampu mengidentifikasi marah dan mampu
resiko perilaku kekerasan. mempraktekkan teknik relaksasi nafas
dalam, planning evaluasi kemampuan
Intervensi Keperawatan melakukan SP 1 yaitu melatih relaksasi nafas
Intervensi untuk pasien dengan resiko dalam, lanjut SP 2 (mengendalikan marah
perilaku kekerasan diantaranya dengan dengan pukul bantal dan kasur).
melakukan strategi pelaksanaan (SP) 1 yaitu
Membina hubungan saling percaya, 3. PEMBAHASAN
mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan Bab ini akan membahas upaya
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang mengontrol marah dengan teknik relaksasi
dilakukan, akibat dan melatih cara nafas dalam pasien resiko perilaku kekerasan
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara pada asuhan keperawatan jiwa di bangsal
fisik pertama (latihan nafas dalam). Setelah Abimanyu RSJD dr.Arif Zainudin Surakarta
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
pertemuan, diharapkan pasien mampu implementasi, dan evaluasi.
mengontrol marah. Dengan kriteria hasil wajah Pengkajian merupakan tahap awal dan
tenang, keadaan pasien rileks, dan dapat dasar dari proses keperawatan. Tahap
mengidentifikasi marah. Dengan tindakan bina pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
hubungan saling percaya, mengidentifikasi perumusan kebutuhan atau masalah pasien.
penyebab marah, tanda dan gejala yang Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, psikososial, dan spiritual. Hasil pengkajian
akibat dan melatih cara mengendalikan perilaku Tn.E didapatkan data pasien mengamuk
dengan membanting piring, muka merah, dan
4 tangan mengepal. Hasil pengkajian dari Tn.S
didapatkan data pasien mengamuk, mata
melotot, marah-marah, dan berkata kasar. tanda dan gejala resiko perilaku
Hasil pengkajian dari Sdr.A didapatkan data kekerasan adalah mengamuk, marah-
pasien mengamuk dengan membanting gayung, marah, berkata kasar, mata melotot, mata
marah, dan merasa sebal. Menurut Yosep (2010), merah, dan tangan mengepal. Dari data
ketiga pasien dapat disimpulkan bahwa ketiga lentur. Nafas dalam yaitu bentuk bentuk latihan
pasien tersebut memiliki tanda dan gejala resiko nafas yang terdiri atas pernafasan abdominal
perilaku kekerasan. (diagfragma). Teknik relaksasi nafas dalam
Intervensi untuk SP 1 adalah membina sebuah teknik latihan nafas yang telah lama
hubungan saling percaya, penyebab marah, diperkenalkan dan dapat dipakai untuk
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku menciptakan ketenangan menguragi tekanan
kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara supaya pasien nyaman (Zelianti, 2011).
mengendalikan marah dengan cara fisik Penelitian ini sebanding dengan penelitian
pertama (latihan teknik relaksasi nafas dalam). yang dilakukan oleh (Agung, 2013), bahwa
Bina hubungan saling percaya dalam intervensi teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang
ini agar pasien merasa aman, nyaman saat tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu
berinteraksi dengan perawat dan membantu endorphin dan enfekalin. Hormon endorphin
mempermudah kerjasama agar pasien lebih merupakan substansi sejenis morfin yang
kooperatif. Tindakan yang harus dilakukan berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls
dalam membina hubungan saling percaya ke otak. Dilepaskan hormon endhorphin dapat
adalah megucapkan salam terapeutik, berjabat menurunkan agresivitas meningkatkan semangat,
tangan, kerahasiaan pasien tetap terjaga, dan kreativitas. Cara mengontrol marah dengan
menjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak cara fisik kedua yaitu denga pukul bantal dan
waktu dan tempat setiap bertemu pasien. kasur dimaksudkan untuk memulihkan gangguan
Implementasi dari ketiga pasien yaitu perilaku yang terganggu (maladaptif) menjadi
Tn.E, Tn.S, dan Sdr.A adalah dengan perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan
melakukan strategi (SP) 1 pasien RPK. diri). Teknik ini digunakan agar energi marah
Implementasi dilakukan dengan terlebih dahulu yang dialami oleh pasien dapat tersalurkan
kontrak dengan pasien. Saat implementasi dengan baik sehingga tidak mencederai diri
pasien mampu mengidentifikasi perilaku sendiri dan orang lain (Videback, 2008).
kekerasan dan mampu melakukan teknik Penelitian ini sebanding dengan penelitian yang
mengontrol marah dengan cara fisik nafas dilakukan oleh (Retno, 2011), bahwa teknik
dalam dan pukul bantal. Pasien tampak memukul bantal dan kasur dapat berguna
kooperatif, pembicaraan pelan, dan tenang. meluapkan energi marah secara konstruktif agar
Teknik yang dapat dilakukan untuk perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang
mengurangi perilaku kekerasan diantaranya adaptif.
dengan teknik relaksasi. Teknik relaksasi
merupakan tindakan eksternal yang 4. REFERENSI
mempengaruhi tindakan internal individu. Abdul, M. 2015. Buku Teori dan Aplikasi
Contoh relaksasi yaitu biofeedback, yoga, dan Pendidikan Keperawatan Jiwa:
latihan relaksasi nafas dalam. Relaksasi adalah Yogyakarta
status hilang dari ketegangan otot rangka
Damaiyanti, M & Iskandar. 2014. Asuhan
dimana individu mencapai melalui tenik yang
Keperawatan Jiwa. Bandung: PT.Refika
disengaja (Ikhsan, 2016). Kegiatan yang
Aditama
dilakukan dalam kondisi dan situasi yang
rileks, maka hasil dan prosesnya akan optimal. Ikhsan, N.A. 2016. Upaya Peningkatan
Relaksasi merupakan upaya untuk mengendurkan Kemampuan Mengontrol Emosi dengan
ketegangan jiwa. Salah satu cara terapi relaksasi Cara Fisik Pada Klien Resiko Perilaku
adalah bersifat respiratoris, yaitu dengan Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
mengatur aktivitas nafas. Pelatihan relaksasi dr.Arif Zainuddin Surakarta. Tugas
pernafasan dilakukan denga mengatur mekanisme Akhir. Universitas Muhammadiyah
pernafasan baik tempo atau irama dan intensitas Surakarta
yang lebih lambat dan dalam. Keteraturan dalam
Lela, Aini. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
bernafas menyebabkan otot
Dalam Pada Klien Resiko Perilaku
Kekerasan. Jurnal Kesehatan
5 Keperawatan. ISNN. Vol 9 No. 2/
Agustus 2018
Keliat, B.A. 2010. Model Praktik Keperawatan
Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Kinandika, R. 2014. Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas Dakam Terhadap
Penurunan Tingkat Emosi Pada Asuhan
Keperawatan Tn.F Dengan Perilaku
Kekerasan di Ruang Puntadewa Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr.Arif Zainuddin
Surakarta.Tugas Akhir.Stikes Kusuma
Husada Surakarta
Nanda I. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta
Retno, Yuli. 2011. Efektifitas Teknik Memukul
Bantal Terhadap Perubahan Status
Emosi Marah Pada Klien Skizofrenia di
Ruang Amarta Rumah Sakit Jiwa
Daerah dr.Arif Zainudin Surakarta. Tugas
Akhir. Stikes Muhammadiyah Klaten
Videbeck. 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Wiramiharja. 2007. Pengantar Psikologi Klinis.
Bandung: PT Rafika Aditama
Yosep, I. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa
dan Advance Mental Health Nursing.
Bandung: PT Rafika Aditama
Yosep, I & Sutini, T. 2014. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rafika
Aditama
Yusuf, A. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika
Zelianti. 2011. Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Tingkat Emosi
Klien Perilaku Kekerasan di Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr.Amino
Gondohutumo. Semarang: Skripsi.
Politeknik Kesehatan Denpasar
ANALISA JURNAL

JUDUL JURNAL : UPAYA RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENGONTROL MARAH PADA
PASIEN RESIO PERILAKU KEKERASAN
NAMA PENELITI : Ria Desinta Sari, Weni Hastuti, Ika Kusuma Wardani
ANALISA PICOT:
1. P (Population)
penelitian ini menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan resiko perilaku
kekerasan khususnya untuk mengontrol marah dengan teknik relaksasi nafas dalam.
didapatkan data dari hasil wawancara dan observasi langsung. Nama Tn. E, berusia 37
tahun, pendidikan SD, pekerjaan wiraswasta, alamat Sukoharjo. Nama Tn. S, berusia 48
tahun, pendidikan SD, pekerjaan pedagang, alamat Madiun. Nama Sdr. A, berusia 29
tahun, pendidikan SMA, pekerjaan Swasta, alamat Boyolali
2. I (Intervention)
Intervensi untuk SP 1 adalah membina hubungan saling percaya, penyebab marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara
mengendalikan marah dengan cara fisik pertama (latihan teknik relaksasi nafas dalam).
Bina hubungan saling percaya dalam intervensi ini agar pasien merasa aman, nyaman
saat berinteraksi dengan perawat dan membantu mempermudah kerjasama agar pasien
lebih kooperatif.
3. C (Comparison)
Penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh (Agung, 2013),
bahwa teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid
endogen yaitu endorphin dan enfekalin. Penelitian ini sebanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Retno, 2011), bahwa teknik memukul bantal dan kasur dapat berguna
meluapkan energi marah secara konstruktif agar perilaku yang maladaptive menjadi
perilaku yang adaptif.

4. O (Outcome)
teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid
endogen yaitu endorphin dan enfekalin. Hormon endorphin merupakan substansi
sejenis morfin yang berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls ke otak.
Dilepaskan hormon endhorphin dapat menurunkan agresivitas meningkatkan semangat,
dan kreativitas. Cara mengontrol marah dengan cara fisik kedua yaitu denga pukul
bantal dan kasur dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu
(maladaptif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri). Teknik ini
digunakan agar energi marah yang dialami oleh pasien dapat tersalurkan dengan baik
sehingga tidak mencederai diri sendiri dan orang lain (Videback, 2008).

5. T (Time)
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 April 2019 di bangsal Abimanyu RSJ dr Arif
Zainudin Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai