W DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG DRUPADI
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI TANGGAL 18-24 JANUARI 2021
KASUS 4
Seorang perempuan usia 27 tahun dibawa ke RSJ karena mengamuk dan melempari rumah
tetangga dengan batu. Hasil pengkajian pasien mengatakan malu karena dirinya dihina,
mengeluh tidak mampu melakukan apa-apa dan ingin bunuh diri. Penampilan kotor, kontak
mata tajam dan tampak mengepalkan tangannya.
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. W Tanggal Dirawat : 10 Januari 2021
Umur : 27 Tahun Tanggal Pengkajian : 18 Januari 2021
Alamat : Mengwi, Badung Ruang Rawat : Ruang Drupadi
Pendidikan : Tidak sekolah
Agama : Hindu
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kel. :perempuan
No RM : 124.436.322
ALASAN MASUK
a. Data Primer :
pasien mengatakan malu karena dirinya dihina, mengeluh tidak mampu
melakukan apa-apa dan ingin bunuh diri.
b. Data Sekunder :
Menurut hasil pengkajian yang dilakukan kepada keluarga pasien, pasien bisa
seperti ini dan dibawa ke RSJ Provinsi Bali karena karena mengamuk dan
melempari rumah tetangga dengan batu. Dirumah pasien selalu berteriak-teriak,
mengamuk, marah-marah hingga pasien mengancam akan membunuh diri.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
[√] Ya [] Tidak
Jika Ya, Jelaskan : menurut informasi dari keluarga dan rekam medis pasien,
pasien mengalami keterbatasan mental sejak smp, jarang besosialisasi dengan
orang disekitarnya. Pasien mulai mengamuk dan melempari rumah tetangganya
hingga menyakiti dirinya sendiri dengan memukul meja ataupun melempar
barang-barang yang berada disekitarnya sejak pasien berumur 15 tahun dan sejak
pasien mengetahui bahwa dirinya diejek oleh teman sekelasnya.
2. Pengobatan sebelumnya
[] Berhasil [] Kurang Berhasil [] Tidak berhasil
Jelaskan : Menurut informasi dari keluarga dan Rekam Medis pasien,
sebelumnya pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan dan tidak pernah
dirawat di RSJ. Sebelumnya pasien hanya dijaga oleh keluarganya dirumah.
3.
3.
a. .Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
[] Ya [√] Tidak
Jika ya Jelaskan : Menurut rekam medis pasien melalui informasi
keluarga pasien tidak memiliki keterbatasan mental sejak lahir
b. Pernah ada riwayat NAPZA
[] Narkotika [] Penyalahgunaan Psikotropika
[] Zat aditif : kafein, nikotin, alcohol [√] Tidak ada
c. Riwayat truma
usia korban pelaku saksi
1. Aniaya fisik - - - -
2. aniaya seksual - - - -
3. penolakan 15 th Ny. W Ny. D Ibu Ny. W
4. kekerasan dlm keluarga - - - -
5. tindakan criminal - - - -
6. usaha bunuh diri - - - -
Jelaskan : menurut informasi dari keluarga pasien dan rekam medis pasien,
dirumah pasien tidak pernah dianiaya maupun menganiaya fisik ataupun
seksualnya oleh keluarga maupun orang disekitarnya, tidak pernah mengalami
kekerasan ataupun tindak kriminal dan tidak pernah melakukan kekerasan
ataupun tindak kriminal oleh keluarga dan orang disekitarnya, pasien tidak
pernah melakukan upaya untuk bunuh diri, pasien hanya mengatakan ingin
bunuh diri. tetapi pasien dirumah selalu diejek oleh orang disekitarnya karena
mengalami keterbatasan mental sehingga keluarga pasien menarik kesimpulan
bahwa pasien mendapatkan penolakan dari orang disekitarnya.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
[] Keluhan lain
[√] Tidak ada keluhan
Jelaskan: saat pengkajian, pasien mengatakan tidak ada keluhan tetapi masih
marah kan kesal dengan orang disekitarnya Masalah/Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada Masalah
: laki laki
: perempuan
: klien
:meninggal
: hubungan
: hubungan dekat
……… : tinggal serumah
Jelaskan :
Pasien tinggal bersama kakak serta kedua orang tua pasien, ibu pasien sudah
meninggal, pasien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Di rumah, pasien dekat
dengan ibunya, karena ibunya yang selama ini membantu merawat pasien.
Komunikasi pasien dengan orang tua dan saudara pasien terlihat baik tetapi jika
keinginan pasien tidak dipenuhi, pasien akan mengamuk, marah hingga mengancam
membunuh dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam keluarga pasien, ayah pasien
adalah pengambil keputusan yang paling utama. Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada Masalah
a. Citra diri : Saat dilakukan pengkajian mengenai citra diri (persepsi klien
terhadap tubuhnya adalah bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai),
pasien mengatakan menyukai seluruh angota tubuhnya
b. Identitas : Saat dilakukan pengkajian mengenai identitas
diri, pasien mengatakan bahwa ia adalah seorang laki-laki, sering
bermain disawah Bersama ayahnya dan pasien mengatakan banyak
mempunyai kakak. Pasien mengatakan puas dengan identitas dirinya sebagai
seorang anak laki-laki
c. Peran : Saat dilakukan pengkajian mengenai peran diri (tugas dalam
keluarga), pasien hanya diam dan tidak menjawab
d. Ideal diri : Saat dilakukan pengkajian mengenai ideal diri (harapan terhadap
penyakitnya, terhadap tubuh, keluarganya), pasien mengatakan ingin
menemui orang yang sering mengejeknya. Saat ditanya mengenai cita-cita
dari pasien, pasien mengatakan ia ingin menjadi seorang polisi
e. Harga diri : Saat dilakukan pengkajian mengenai harga diri (penilaian orang
lain terhadap dirinya) pasien hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
2. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti/terdekat:
Saat dilakukan pengkajian mengenai orang yang berarti (tempat mengadu,
bercerita) pasien hanya mengulang pertanyaan yang diberikan, tetapi sesekali
pasien mengeluarkan kata “ibu”.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Saat dilakukan pengkajiam mengenai kegiatan kelompok (kelomok dan
kegiatan yang diikuti), pasien tidak menjawab pertanyaan. Pasien tampak
tidak pernah mengikuti kegiatan bersih-bersih saat diruangan dan menurut
informasi dari keluarga pasien, sebelum pasien masuk RSJ, pasien jarang
mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien tampak tidak mau berkomunikasi dengan orang lain dan pasien
tampak selalu berbicara dengan nada keras dan marah-marah
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Saat dilakukan pengkajian mengenai nilai dan keyakinan pasien (pandangan
pasien terhadap gangguan jiwa sesuai dengan agama), pasien hanya
mengatakan bahwa ia beragama hindu dan sering melihat ayahnya
bersembahyang.
b. Kegiatan ibadah
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan beragama hindu tetapi pasien
belum pernah mengikuti kegiatan persembahyangan diruangan
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
STATUS MENTAL
1. Penampilan
[√] Tidak rapi
[] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[] Cara berpakaian tidak sesuai fungsinya
Jelaskan : penampilan pasien tampak kotor dan tidak rapi
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
[] Cepat [√] Keras [] Gagap [] Apatis [] Lambat
[] Membisu [] Tidak mampu memulai pembicaraan [] Lain-lain…
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
Jelaskan:-
Peningkatan :
[] Hiperkinesia, hiperaktifitas [] Grimace
[] Gagap [] Otomatisma
[] Stereotipi [√] Negativisme
[√] Gaduh Gelisah Katatonik [] Reaksi konversi
[] Mannarism [] Tremor
[] Katapleksi [] Verbigerasi
[] Tik [] Berjalan kaku/rigid
[] Ekhopraxia [] Kompulsif : sebutkan…
[] Command automatism
Jelaskan : saat dilakukan pengkajian, pasien tampak gaduh, tidak bisa diam,
gelisah dan terus menerus mengatakan bahwa dirinya kesal dan ingin marah
kepada orang. Setiap diberikan arahan, pasien masih menolak Masalah/Diagnosa
Keperawatan : Tidak Ada Masalah
4. Afek dan Emosi
Pertanyaan :
- Bagaimana perasaan anda akhir akhir ini ?
- Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana perasaan anda
senang apa sedih?
- Jika pasien tampak sedih, tanyakan : bagaimana sedihnya? Dapatkah anda
menceritakannya?
- Jika pasien menunjukkan gambaran depresi , lanjutkan dengan pertanyaan:
- Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak punya
harapan?
- Jika “ya” Lanjutkan dengan : Bukankah hidup ini berharga?
- Lanjutkan dengan pertanyaan : adalah keininginan untuk bunuh diri?
a. Afek
[] Adekuat [] Tumpul [] Dangkal/datar
[] Inadekuat [√] Labil [] Ambivalensi
Halusinasi
[√] Pendengaran [] Penglihatan [] Perabaan [] Pengecapan
[] Penciuman [] Kinestetik [] Visceral [] Histerik
[] Hipnogogik [] Hipnopompik [] Perintah [] Seksual
Ilusi
[√] Ada [] Tidak ada
Depersonalisasi
[] Ada [√] Tidak ada
Derealisasi
[] Ada [√] Tidak ada
Jelaskan : pasien mengatakan selalu terdengar dengan kalimat-kalimat hinaan
orang-orang disekitarnya yang dirasa mengejek dirinya dan keluarganya Masalah /
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
7. Proses Pikir
Pertanyaan :
a. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar anda
memasukkan buah pikiran yang bukan milik anda ke dalam pikiran anda, atau
menyebabkan anda bertindak tidak seperti biasanya ?
b. Pernahkan anda percaya bahwa anda sedang dikirimi pesan khusus melalui
TV, radio atau koran, atau bahwa ada seseorang yang tidak anda kenal secara
pribdai tertarik pada anda?
c. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang membaca pikiran anda atau
bisa mendengar pikiran anda atau bahkan anda bisa membaca atau mendengar
apa yang sedang dipikirkan oleh orang lain ?
d. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda, atau
seseorang telah berkomplot melawan anda atau menciderai anda ?
e. Apakah keluarga atau teman anda pernah menganggap keyakinan anda aneh
atu tidak lazim ?
8. Arus
Pikir :
[] Koheren [√] Inkoheren [] Sirkumstansial [] Neologisme
[] Tangensial [] Logorea [] Kehilangan asosiasi [] Bicara lambat
[] Flight of idea [] Bicaracepat [] Irrelevansi [] Main kata-kata
[] Blocking [] Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
[] Afasia [] Asosiasi bunyi
Jelaskan : Pada saat pengkajian pasien terkadang tidak menjawab, dan saat
menjawab pasien hanya mengatakan bahwa dirinya marah dan kesal secara
berulang, pasien tampak sulit memahami perkataan orang lain dan sulit untuk
bicara
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
Isi Pikir
[] Obsesif [] Ekstasi [] Fantasi [] Alienasi
[] Pikiran Bunuh Diri [] Pre okupasi [] Pikiran Isolasi sosial
[] Ide yang terkait [] Pikiran Rendah diri [√] Pesimisme
[] Pikiran magis [] Pikiran curiga [] Fobia, sebutkan…
[] Waham:
[] Agama [] Somatik/hipokondria [] Kebesaran
[] Kejar / curiga [] Nihilistik [] Dosa
[] Sisip pikir [] Siar pikir [] Kontrol pikir
Jelaskan : saat pengkajian, pasien mengatakan bahwa semua orang jahat karena
mengejek dan memperlakukannya tidak baik Masalah/Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada Masalah
[] Gangguan proses pikir : -
[] Lain-lain, jelaskan..........
9. Kesadaran
[] Menurun:
[√] Compos mentis [] Sopor [] Apatis/sedasi
[] Subkoma [] Somnolensia [] Koma
[] Meninggi [] Hipnosa
[] Disosiasi: … [] Gangguan perhatian
Jelaskan : saat dilakukan pengkajian, kesadaran pasien tampak normal
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
10. Orientasi
[] Waktu [] Tempat [] Orang
Jelaskan : Saat dilakukan pengkajian, pasien mengetahui terkait waktu (siang
hari), tempat (rumah sakit), pasien mengetahui orang yang diajak berbicara
adalah perawat
Masalah / Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah.
11. Memori
[] Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
[] Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
[] Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
[] Amnesia [] Paramnesia: [] Konfabulasi [] Dejavu
[] Jamaisvu [] Fause reconnaissance [] hiperamnesia
Jelaskan: Saat dilakukan pengkajian, pasien tidak memiliki gangguan pada
memori ingatan pasien, pasien masih ingat tentang kegiatan maupun kejadian
yang dialami sebelumnya
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
[] Mudah beralih
[√] Tidak mampu berkonsentrasi
[] Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan: Saat dilakukan pengkajian mengenai konsentrasi dan berhitung,
pasien tidak mampu menjawab, hanya mengatakan bahwa dirinya marah dan
jengkel. Saat diminta pasien untuk berhitung mundur, pasien tidak menjawab
Masalah/Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
13. Kemampuan penilaian
[√] Gangguan ringan [] Gangguan bermakna
Jelaskan: Saat dilakukan pengkajian, pasien tampak dapat mengambil
kesimpulan sederhana dengan bantuan perawat Masalah/Diagnosa
Keperawatan: Tidak Ada Masalah
[] Gangguan proses pikir :............... (jelaskan)
8. Penggunaan obat
Sistem pendukung
keluarga
terapis
teman sejawat
kelommpok sosial
jelaskan: Dalam sistem pemeliharaan Kesehatan pasien, pasien perlu dilakukan
perawatan lanjutan dan diberi dukungan oleh keluarga maupun terapis. Masalah /
Diagnosa Keperawatan : tidak ada.
Jelaskan : Dalam aktivitas sehari-hari pasien, diharapkan tetap dalam pantauan keluarga
pasien agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Tidak Ada Masalah
MEKANISME KOPING
Adaptif maladaptif
[] bicara dengan orang lain [] minum alcohol
[] mampu menyelesaikan masalah [] reaksi lambat/berlebihan
[] teknik relaksasi [] bekerja berlebihan
[] aktifitas konstruktis [√] menghindar
[] olah raga [√] menciderai diri
[] lain-lain……………… [] lain lain…….
jelaskan : mekanisme koping yang muncul dari pasien adalah pasien selalu berkata
kasar terhadap orang lain, menghindar jika diajak berkomunikasi dan memukul benda-
benda disekitarnya yang menyebabkan pasien bisa menciderai dirinya sendriri
masalah/diagnose Keperawatan : Mekanisme Koping Maladaptif.
ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Jelaskan: Pasien tidak mengetahui faktor presipitasi, mekanisme koping maupun penyakit
fisik yang dialami oleh pasien
Masalah/Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah
ASPEK MEDIS
Diagnosis medik : Retradasi Mental
Terapi medik : Depacote 250 mg 2 x ½ tablet
Halloperidol 5 mg 2x ½ tablet
Thihexipenidyl 2 mg 2 x1 tablet
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH / DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS : Resiko Perilaku Kekerasan
Pasien mengatakan marah atas hinaan orang
disekitarnya, pasien mengeluh tidak mampu
melakukan apa-apa dan ingin bunuh diri.
DO :
Pasien tampak mengamuk, berkata kasar,
mengancam dirinya maupun orang disekitarnya,
berteriak-teriak, kontak mata tajam, dan pasien
tampak mengepalkan tangannya.
2. DS : isolasi social
- Pasien mengatakan selalu diejek oleh orang lain
dan jika dirumah, pasien merasa malu karena
selalu direndahkan oleh orang lain.
- Menurut informasi dari keluarga pasien, sebelum
pasien masuk RSJ, pasien jarang mengikuti
kegiatan kelompok/masyarakat karena
keterbatasan mental yang dialaminya sejak smp.
DO :
- Pasien tampak menarik diri, tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain, merasa
ditolak dengan orang disekitarnya
- pasien tampak tidak pernah mengikuti kegiatan
bersih-bersih saat diruangan maupun kegiatan
lainnya
3. DS : Harga Diri Rendah Kronis
Pasien mengatakan malu,dan tidak ingin/menolak
untuk berinteraksi/berkomunikasi dengan orang lain
DO :
pasien tampak sulit untuk berkonsentrasi, kontak
mata kurang, pasien tampak menunduk jika ada
pertanyaan yang tidak bisa ia jawab
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Harga Diri Rendah Kronis berhubungan dengan kurangnya pengakuan dari orang lain,
gangguan psikiatri, ditandai dengan Pasien mengatakan tidak ingin/menolak untuk
berinteraksi/berkomunikasi dengan orang lain, pasien tampak sulit untuk
berkonsentrasi, kontak mata kurang, pasien tampak menunduk jika ada pertanyaan
yang tidak bisa ia jawab.
POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Effect
PRIORITAS MASALAH
1. Resiko Perilaku KekerasaN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Pasien tampak kontak mata tajam, tangan mengepal
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku
Kekerasan
3. Tujuan Umum
Pasien tidak melakukan tindakan kekerasan
4. Tujuan Khusus
TUK 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya
5. Tindakan Keperawatan
SP1P
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang dilakukan
5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. Membantu pasien mempraktekkan Latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik 1: Latihan nafas dalam dan fisik 2: Memukul Bantal
dan Kasur
7. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam kegiatan harian
B. Proses Pelaksaan Tindakan
Orientasi :
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu, perkenalkan saya Dinda Putri, Perawat yang bertugas pada
pagi hari ini di ruangan ini. Sebelumnya boleh saya tahu nama ibu siapa? Dan
ibu lebih suka dipanggil apa?”
2. Evaluasi dan validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini? Apakah ada keluhan?”
3. Kontrak
“Baiklah bu, maksud kedatangan saya kemari pada pagi ini, kita akan
berbincang-bincang mengenai perasaan marah yang saat ini ibu rasakan dan cara
mengontrol emosi yang ibu rasakan”
4. Waktu
“ibu, kira-kira berapa lama kita bisa berbincang-bincang mengenai perasaan
marah yang ibu rasakan saat ini? Bagaimana jika 10 menit bu? Apakah ibu
bersedia?”
5. Tempat
“ibu, untuk tempat kita berbincang-bincang apakah disini atau ibu ingin diteras
depan?”
Terminasi :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (Subkektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang ibu rasakan dan bagaimana perasaan ibu setelah saya ajarkan
cara mengontrol emosi ibu dengan Latihan nafas dalam dan memukul
bantal/kasur?”
b. Evaluasi perawat (Objektif setelah reinforcement)
“Bisa ibu jelaskan kembali kenapa ibu bisa marah? Dan bisa dipraktekkan
kembali cara mengolah emosi yang sudah saya ajarkan?” “Bagus sekali ya
ibu. ibu sudah bisa menjelaskan bagaimana rasa marah yang ibu alami dan
juga ibu sudah bisa melakukan Latihan nafas dalam dan memukul
bantal/Kasur yang saya ajarkan untuk mengontrol emosi yang ibu alami”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
“ibu, saya harapkan Latihan nafas dalam untuk mengontrol emosi yang ibu
rasakan ini bisa ibu lakukan setiap hari atau saat ibu merasa emosi. Saya
harapkan juga ibu bisa segera mampu mengontrol emosi yang ibu alami”
3. Kontrak topik yang akan
datang : Topik :
“ibu, besok saya akan kesini kembali untuk melihat perkembangan kondisi ibu,
melihat perkembangan Latihan yang sudah saya anjurkan tadi dan juga saya
akan megajarkan ibu bagaimana prosedur ibu terkait minum obat sehari-hari.
Apakah ibu bersedia?”
Waktu :
“Waktu yang kita perlukan masih sama seperti pada hari ini nggih ibu, kurang
lebih selama 10 menit, apakah ibu bersedia?”
Tempat :
“Tempatnya kita sepakati besok apakah ibu ingin kita berbincang-bincang di sini
atau ibu ingin keluar ruangan dan kita berbincang-bincang di taman”
“Sebelum saya tinggalkan, apakah ada yang ingin ibu tanyakan atau diskusikan
lagi?”
“Jika tidak, saya permisi kembali keruangan nggih ibu, selamat pagi dan selamat
beristirahat ibu”
UPAYA RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENGONTROL MARAH
PADA PASIEN RESIO PERILAKU KEKERASAN
Ria Desinta Sari1, Weni Hastuti2, Ika Kusuma Wardani3 1Mahasiswa Prodi
DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta 2Dosen Prodi DIII
Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta 3Dosen Prodi DIII
Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta JL.Tulang Bawang Selatan
No.26 Tegalsari RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta
Kata Abstrak
Kunci
Resiko Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
perilaku yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
kekerasan, Adapun tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan adalah marah, jengkel, bawel, muka
marah, merah, pandangan tajam, dan mata melotot. Untuk dapat mengontrol marah pada pasien
relaksasi resiko perilaku kekerasan maka bisa dilakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam.
nafas Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengatur emosi dan menjaga keseimbangan emosi,
dalam sehingga emosi marah tidak berlebihan. Dalam studi pendahuluan didapatkan 3 pasien
resiko perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa dr.Arif Zainudin Surakarta. Menyusun
resume asuhan keperawatan jiwa dalam upaya relaksasi nafas dalam untuk mengontrol
marah pada pasien resiko perilaku kekerasan. Penelitian studi kasus ini menggunakan
desain studi kasus. Tempat di Rumah Sakit Jiwa dr.Arif Zainudin Surakarta, waktu studi
kasus bulan Januari-April 2019. Subyek studi kasus dilakukan pada 3 pasien dengan resiko
perilaku kekerasan. Metode pengumpulan menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Instrumen menggunakan format asuhan keperawatan jiwa dan standar
operasional prosedur (SOP) teknik relaksasi nafas dalam. Analisis data menggunakan
perbandingan antara kasus dengan penelitian terdahulu atau sumber lain. Sejumlah 3
responden sudah mampu melakukan latihan relaksasi nafas dalam dan pasien terlihat
tenang dan rileks. Teknik relaksasi nafas dalam bermanfaat untuk mengontrol marah dan
menciptakan rasa nyaman.
Keyword Abstract
s
Risk of Risk of violent behavior is a situation where a person takes actions that can be physically
violent harmful to both himself and others. The signs and symptoms of the risk of violent
behavior, behavior are anger, annoyance, nagging, red face, sharp eyes, and bulging eyes. To be
anger, able to control anger in patients at risk of violent behavior, it is possible to practice deep
deep breathing relaxation techniques. Deep breathing relaxation techniques can regulate
breathing emotions and maintain emotional balance, so that emotions are not excessive anger. In
relaxation the preliminary study, 3 patients were at risk of violent behavior at the Dr. Ir. Zainudin
Surakarta Mental Hospital. To develop mental nursing care resumes in an effort to deep
breathing to control anger in patients at risk of violent behavior. This case study study
uses a case study design. Place in Dr. Arif Zainudin Surakarta Mental Hospital, time of
case study from January to April 2019. Subjects of case studies were carried out on 3
patients at risk of violent behavior. The collection method uses observation, interviews,
and documentation. The instrument uses the mental nursing care format and standard
operating procedures (SOP) in deep breathing techniques. Data analysis uses
comparisons between cases with previous research or other sources. A total of 3
respondents were able to do deep breathing relaxation exercises and the patient seemed
calm and relaxed. Deep breathing relaxation techniques are useful for controlling anger
and creating a sense of comfort.
2
1. PENDAHULUAN emosional (seperti, ketidakberdayaan, putus asa,
Di era globalisasi ini seringkali kita dan marah), masalah pekerjaan (seperti,
jumpai masalah-masalah yang harus kita menganggur dan kehilangan pekerjaan), riwayat
hadapi, masalah tersebut biasa berasal dari upaya bunuh diri yang dilakukan berkali-kali, ide
berbagai faktor internal maupun faktor bunuh diri, rencana bunuh diri. Kedua resiko
eksternal. Tidak semua individu mempunyai perilaku kekerasan terhadap orang lain contohnya
cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, memukul sesorang, menendang seseorang,
tapi jika ada manusia yang tidak bisa menggigit seseorang, kejam pada hewan, riwayat
menyelesaikan masalahnya sendiri akan penganiayaan pada anak-anak, riwayat
mengakibatkan gangguan jiwa. Adapun definisi melakukan kekerasan tak langsung (seperti,
dari gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah merobek pakaian, membanting objek yang ada di
sindrom pola perilaku seseorang yang secara dinding, berteriak, dan memecahkan jendela),
khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan riwayat menyaksikan perilaku kekerasan dalam
(distress) di dalam satu atau lebih fungsi yang keluarga,
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, Cara untuk menangani masalah perilaku
perilaku, biologik, dan gangguan itu hanya kekerasan salah satunya dengan menggunakan
terletak di dalam hubungan antara orang itu teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi
tetapi juga dengan masyarakat (Ikhsan, 2016). nafas dapat mengatur emosi dan menjaga
Menurut data WHO (World Health keseimbangan emosi, sehingga emosi marah
Organization) pada tahun 2016, sekitar 35 juta tidak berlebihan. Penelitian yang di lakukan
orang terkena depresi, 47.5 juta terkena (Zelianti, 2011) tentang pengaruh teknik relaksasi
dimensia, serta 21 juta terkena gangguan jiwa. nafas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan januari Amino Gondohutomo Semarang, menyatakan
2016, pasien yang didiagnosa perilaku ada pengaruh yang signifikan antar tenik
kekerasan ada 2.871 klien, Februari 1.970 relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi
klien, Maret 2.387 klien, April 1.973 klien, Mei klien perilaku kekerasan dengan nilai p=0,000.
1.726 klien, juni 1.666 klien juli 1.835 klien Relaksasi nafas dalam dipercaya dapat
(Rekam Medik, 2015). Salah satu masalah dari menurunkan ketegangan dan memberikan
gangguan jiwa yang menjadi penyebab dibawa ketenangan. Relaksasi nafas dalam merangsang
ke rumah sakit jiwa adalah perilaku kekerasan. tubuh untuk melepaskan opiod endogen yaitu
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di endorphin dan enkefalin. Dilepaskannya hormone
mana seseorang melakukan tindakan yang dapat endorphin dapat memperkuat daya tahan tubuh,
membahayakan secara fisik, baik kepada diri menjaga sel otak tetap muda, melawan penuaan,
sendiri maupun orang lain. Sering juga di sebut menurunkan agresifitas dalam hubungan antar
amuk dimana seseorang marah berespon terhadap manusia, meningkatkan semangat, daya tahan
suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak tubuh, dan kreativitas.
terkontrol (Yosep, 2010). Penyebab perilaku Berdasarkan latar belakang di atas maka
kekerasan adalah kemarahan yang peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh
dimanifestaskan dalam bentuk fisik. Kemarahan relaksasi nafas dalam untuk mengontrol marah
tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan pada klien perilaku kekerasan.
proses penyimpangan pesan dari individu. Orang Bab ini akan menjelaskan asuhan
yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin keperawatan pasien dengan resiko perilaku
menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju”, kekerasan khususnya untuk mengontrol marah
tersinggung, merasa tidak dianggap, dan merasa dengan teknik relaksasi nafas dalam pada
tidak dituruti atau diremehkan. tanggal 1 April 2019 di bangsal Abimanyu RSJ
Adapun tanda dan gejala perilaku dr Arif Zainudin Surakarta didapatkan data dari
kekerasan berdasarkan emosi meliputi tidak hasil wawancara dan observasi langsung.
aman, rasa terganggu, marah, jengkel. Nama Tn. E, berusia 37 tahun, pendidikan SD,
Berdasarkan intelektual meliputi bawel, pekerjaan wiraswasta, alamat Sukoharjo. Nama
berdebat, meremehkan. Berdasarkan fisik Tn. S, berusia 48 tahun, pendidikan SD,
meliputi muka merah, pandangan tajam, pekerjaan pedagang, alamat Madiun. Nama
tekanan darah meningkat (Yusuf, 2015). Sdr. A, berusia 29 tahun, pendidikan SMA,
Faktor resiko menurut NANDA-I (2012- pekerjaan Swasta, alamat Boyolali.
2014), pertama resiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri contohnya masalah
3
2. PENGKAJIAN Hasil pengkajian yang dilakukan
pada pasien I : yaitu Tn. E (37 tahun),
saat ditanya pasien memiliki riwayat kekerasan dengan cara fisik pertama yaitu
mengamuk dengan mambanting piring karena latihan nafas dalam.
sedang ada masalah dengan istrinya, tangan
mengepal saat ditanya, muka merah, sebelum Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
di bawa ke RSJ. Pasien mengatakan anggota Perawat telah melakukan bina hubungan
keluarganya tidak ada yang menderita sakit saling percaya kepada pasien Tn.E, Tn.S, dan
jiwa seperti pasien, pasien mengatakan belum Sdr.A. Implementasi terhadap Tn.E didapat
pernah dirawat di RSJ sebelumnya. repons secara subyektif pasien mengatakan
Hasil pengkajian yang dilakukan pada marahnya sedikit berkurang dan sedikit tenang,
pasien II: yaitu Tn. S (48 tahun), saat ditanya secara obyektif pasien terlihat tenang dan muka
pasien memiliki riwayat mengamuk dengan tidak merah, assessment pasien mampu
berkata kasar dan marah-marah, disebabkan mengidentifikasi marah dan pasien mampu
karena ada tetangga yang tidak suka, jika pasien mempraktekkan teknik relaksasi nafas dalam.
tersebut berjualan dan banyak pembeli, mata planning perawat telah melakukan rencana tindak
melotot. Pasien mengatakan anggota lanjut untuk melakukan evaluasi SP 1, lanjut SP
keluarganya tidak ada yang menderita sakit 2. Pasien Tn.S secara subyektif pasien
jiwa. Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu mengatakan lebih tenang dan sudah bisa
pernah di rawat di RSJD Surakarta. mengendalikan marahnya, secara obyektif pasien
Hasil pengkajian yang dilakukan pada terlihat tenang dan mata tidak melotot,
pasien III: yaitu Sdr. A (29 tahun), saat ditanya assessment pasien mampu mengidentifikasi
pasien memiliki riwayat mengamuk dengan marah dan mampu mempraktekkan teknik
membanting gayung, disebabkan karena relaksasi nafas dalam, planning perawat
merasa kesal, melihat kedua orang tuanya melakukan rencana tindak lanjut untuk evaluasi
sering berantem pasien terlihat marah saat kemampuan melakukan SP 1 yaitu melatih
ditanya. Pasien mengatakan dalam anggota relaksasi nafas dalam, lanjut SP 2
keluarganya tidak ada yang menderita sakit (mengendalikan marah dengan pukul bantal dan
jiwa. Pasien mengatakan 1 tahun yang lalu kasur). Pasien Sdr.A secara subyektif pasien
pernah dirawat di RSJD Surakarta. mengatakan sudah mampu melakukan teknik
relaksasi nafas dalam secara mandiri dan lebih
Diagnosa Keperawatan tenang, secara obyektif pasien terlihat tenang dan
Berdasarkan data subjektif dan objektif marahnya sedikit berkurang, assessment pasien
dari ketiga pasien muncul masalah keperawatan mampu mengidentifikasi marah dan mampu
resiko perilaku kekerasan. mempraktekkan teknik relaksasi nafas
dalam, planning evaluasi kemampuan
Intervensi Keperawatan melakukan SP 1 yaitu melatih relaksasi nafas
Intervensi untuk pasien dengan resiko dalam, lanjut SP 2 (mengendalikan marah
perilaku kekerasan diantaranya dengan dengan pukul bantal dan kasur).
melakukan strategi pelaksanaan (SP) 1 yaitu
Membina hubungan saling percaya, 3. PEMBAHASAN
mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan Bab ini akan membahas upaya
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang mengontrol marah dengan teknik relaksasi
dilakukan, akibat dan melatih cara nafas dalam pasien resiko perilaku kekerasan
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara pada asuhan keperawatan jiwa di bangsal
fisik pertama (latihan nafas dalam). Setelah Abimanyu RSJD dr.Arif Zainudin Surakarta
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
pertemuan, diharapkan pasien mampu implementasi, dan evaluasi.
mengontrol marah. Dengan kriteria hasil wajah Pengkajian merupakan tahap awal dan
tenang, keadaan pasien rileks, dan dapat dasar dari proses keperawatan. Tahap
mengidentifikasi marah. Dengan tindakan bina pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
hubungan saling percaya, mengidentifikasi perumusan kebutuhan atau masalah pasien.
penyebab marah, tanda dan gejala yang Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, psikososial, dan spiritual. Hasil pengkajian
akibat dan melatih cara mengendalikan perilaku Tn.E didapatkan data pasien mengamuk
dengan membanting piring, muka merah, dan
4 tangan mengepal. Hasil pengkajian dari Tn.S
didapatkan data pasien mengamuk, mata
melotot, marah-marah, dan berkata kasar. tanda dan gejala resiko perilaku
Hasil pengkajian dari Sdr.A didapatkan data kekerasan adalah mengamuk, marah-
pasien mengamuk dengan membanting gayung, marah, berkata kasar, mata melotot, mata
marah, dan merasa sebal. Menurut Yosep (2010), merah, dan tangan mengepal. Dari data
ketiga pasien dapat disimpulkan bahwa ketiga lentur. Nafas dalam yaitu bentuk bentuk latihan
pasien tersebut memiliki tanda dan gejala resiko nafas yang terdiri atas pernafasan abdominal
perilaku kekerasan. (diagfragma). Teknik relaksasi nafas dalam
Intervensi untuk SP 1 adalah membina sebuah teknik latihan nafas yang telah lama
hubungan saling percaya, penyebab marah, diperkenalkan dan dapat dipakai untuk
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku menciptakan ketenangan menguragi tekanan
kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara supaya pasien nyaman (Zelianti, 2011).
mengendalikan marah dengan cara fisik Penelitian ini sebanding dengan penelitian
pertama (latihan teknik relaksasi nafas dalam). yang dilakukan oleh (Agung, 2013), bahwa
Bina hubungan saling percaya dalam intervensi teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang
ini agar pasien merasa aman, nyaman saat tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu
berinteraksi dengan perawat dan membantu endorphin dan enfekalin. Hormon endorphin
mempermudah kerjasama agar pasien lebih merupakan substansi sejenis morfin yang
kooperatif. Tindakan yang harus dilakukan berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls
dalam membina hubungan saling percaya ke otak. Dilepaskan hormon endhorphin dapat
adalah megucapkan salam terapeutik, berjabat menurunkan agresivitas meningkatkan semangat,
tangan, kerahasiaan pasien tetap terjaga, dan kreativitas. Cara mengontrol marah dengan
menjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak cara fisik kedua yaitu denga pukul bantal dan
waktu dan tempat setiap bertemu pasien. kasur dimaksudkan untuk memulihkan gangguan
Implementasi dari ketiga pasien yaitu perilaku yang terganggu (maladaptif) menjadi
Tn.E, Tn.S, dan Sdr.A adalah dengan perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan
melakukan strategi (SP) 1 pasien RPK. diri). Teknik ini digunakan agar energi marah
Implementasi dilakukan dengan terlebih dahulu yang dialami oleh pasien dapat tersalurkan
kontrak dengan pasien. Saat implementasi dengan baik sehingga tidak mencederai diri
pasien mampu mengidentifikasi perilaku sendiri dan orang lain (Videback, 2008).
kekerasan dan mampu melakukan teknik Penelitian ini sebanding dengan penelitian yang
mengontrol marah dengan cara fisik nafas dilakukan oleh (Retno, 2011), bahwa teknik
dalam dan pukul bantal. Pasien tampak memukul bantal dan kasur dapat berguna
kooperatif, pembicaraan pelan, dan tenang. meluapkan energi marah secara konstruktif agar
Teknik yang dapat dilakukan untuk perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang
mengurangi perilaku kekerasan diantaranya adaptif.
dengan teknik relaksasi. Teknik relaksasi
merupakan tindakan eksternal yang 4. REFERENSI
mempengaruhi tindakan internal individu. Abdul, M. 2015. Buku Teori dan Aplikasi
Contoh relaksasi yaitu biofeedback, yoga, dan Pendidikan Keperawatan Jiwa:
latihan relaksasi nafas dalam. Relaksasi adalah Yogyakarta
status hilang dari ketegangan otot rangka
Damaiyanti, M & Iskandar. 2014. Asuhan
dimana individu mencapai melalui tenik yang
Keperawatan Jiwa. Bandung: PT.Refika
disengaja (Ikhsan, 2016). Kegiatan yang
Aditama
dilakukan dalam kondisi dan situasi yang
rileks, maka hasil dan prosesnya akan optimal. Ikhsan, N.A. 2016. Upaya Peningkatan
Relaksasi merupakan upaya untuk mengendurkan Kemampuan Mengontrol Emosi dengan
ketegangan jiwa. Salah satu cara terapi relaksasi Cara Fisik Pada Klien Resiko Perilaku
adalah bersifat respiratoris, yaitu dengan Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
mengatur aktivitas nafas. Pelatihan relaksasi dr.Arif Zainuddin Surakarta. Tugas
pernafasan dilakukan denga mengatur mekanisme Akhir. Universitas Muhammadiyah
pernafasan baik tempo atau irama dan intensitas Surakarta
yang lebih lambat dan dalam. Keteraturan dalam
Lela, Aini. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
bernafas menyebabkan otot
Dalam Pada Klien Resiko Perilaku
Kekerasan. Jurnal Kesehatan
5 Keperawatan. ISNN. Vol 9 No. 2/
Agustus 2018
Keliat, B.A. 2010. Model Praktik Keperawatan
Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Kinandika, R. 2014. Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas Dakam Terhadap
Penurunan Tingkat Emosi Pada Asuhan
Keperawatan Tn.F Dengan Perilaku
Kekerasan di Ruang Puntadewa Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr.Arif Zainuddin
Surakarta.Tugas Akhir.Stikes Kusuma
Husada Surakarta
Nanda I. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta
Retno, Yuli. 2011. Efektifitas Teknik Memukul
Bantal Terhadap Perubahan Status
Emosi Marah Pada Klien Skizofrenia di
Ruang Amarta Rumah Sakit Jiwa
Daerah dr.Arif Zainudin Surakarta. Tugas
Akhir. Stikes Muhammadiyah Klaten
Videbeck. 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Wiramiharja. 2007. Pengantar Psikologi Klinis.
Bandung: PT Rafika Aditama
Yosep, I. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa
dan Advance Mental Health Nursing.
Bandung: PT Rafika Aditama
Yosep, I & Sutini, T. 2014. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rafika
Aditama
Yusuf, A. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika
Zelianti. 2011. Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Tingkat Emosi
Klien Perilaku Kekerasan di Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr.Amino
Gondohutumo. Semarang: Skripsi.
Politeknik Kesehatan Denpasar
ANALISA JURNAL
JUDUL JURNAL : UPAYA RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENGONTROL MARAH PADA
PASIEN RESIO PERILAKU KEKERASAN
NAMA PENELITI : Ria Desinta Sari, Weni Hastuti, Ika Kusuma Wardani
ANALISA PICOT:
1. P (Population)
penelitian ini menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan resiko perilaku
kekerasan khususnya untuk mengontrol marah dengan teknik relaksasi nafas dalam.
didapatkan data dari hasil wawancara dan observasi langsung. Nama Tn. E, berusia 37
tahun, pendidikan SD, pekerjaan wiraswasta, alamat Sukoharjo. Nama Tn. S, berusia 48
tahun, pendidikan SD, pekerjaan pedagang, alamat Madiun. Nama Sdr. A, berusia 29
tahun, pendidikan SMA, pekerjaan Swasta, alamat Boyolali
2. I (Intervention)
Intervensi untuk SP 1 adalah membina hubungan saling percaya, penyebab marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara
mengendalikan marah dengan cara fisik pertama (latihan teknik relaksasi nafas dalam).
Bina hubungan saling percaya dalam intervensi ini agar pasien merasa aman, nyaman
saat berinteraksi dengan perawat dan membantu mempermudah kerjasama agar pasien
lebih kooperatif.
3. C (Comparison)
Penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh (Agung, 2013),
bahwa teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid
endogen yaitu endorphin dan enfekalin. Penelitian ini sebanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Retno, 2011), bahwa teknik memukul bantal dan kasur dapat berguna
meluapkan energi marah secara konstruktif agar perilaku yang maladaptive menjadi
perilaku yang adaptif.
4. O (Outcome)
teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid
endogen yaitu endorphin dan enfekalin. Hormon endorphin merupakan substansi
sejenis morfin yang berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls ke otak.
Dilepaskan hormon endhorphin dapat menurunkan agresivitas meningkatkan semangat,
dan kreativitas. Cara mengontrol marah dengan cara fisik kedua yaitu denga pukul
bantal dan kasur dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu
(maladaptif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri). Teknik ini
digunakan agar energi marah yang dialami oleh pasien dapat tersalurkan dengan baik
sehingga tidak mencederai diri sendiri dan orang lain (Videback, 2008).
5. T (Time)
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 April 2019 di bangsal Abimanyu RSJ dr Arif
Zainudin Surakarta.