Anda di halaman 1dari 13

Tugas Individu

EKOLOGI DAN REKAYASA EKOLOGI TANAH

Oleh :

MUHAMAD REZA AFANDY D1D118024

JURUSAN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSIAS HALU OLEO

2020
IDENTIFIKASI PARAMETER INDIKATOR KUALITAS TANAH

Menurut Doran dan Safley (1997) kualitas tanah dapat dikuantifikasikan


melalui karakter fisik, kimia dan biologinya. Dari hasil pencarian 10 data jurnal
maupun penelitian disimpulkan penjelasan mengenai parameter kualitas tanah
adalah sebagai berikut :

A. Sifat Fisik Tanah

Tekstur

Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (diameter 2,00-


0,05 mm), debu (0,005-0,02 mm) dan liat (<0,002 mm) di dalam tanah. Tekstur
tanah sebagai parameter penting yang berkaitan antara lain dengan tata udara
(earase), tata air (drainase), kemampuan penyimpanan dan menyediakan air bagi
tanaman, responsive atau tidaknya bagi pemupukan. Tekstur tanah hutan lebih
berkembang dari lahan pertanian, yang salah satu penyebabnya adalah pengaruh
bahan organik tanah. Pada proses dekomposisi bah an organik akan menghasilkan
asam-asam organik yang merupakan pelarut efektif bagi batuan dan mineral-
mineral primer (pasir dan debu) sehingga lebih mudah pecah menjadi ukuran yang
lebih kecil seperti lempung selain itu, jumlah dan kerapatan akar lebih tinggi pada
hutan akan mempercepat penghancuran secara fisika sehingga fraksi yang lebih
halus akan cepat terbentuk.

Permeabilitas

Permeabilitas tanah adalah sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu


zat cair didalam tanah melalui media berpori-pori makro maupun mikro baik
daerah vertikal maupun horizontal (Maro’ah, 2011). Permeabilitas menyatakan
kemampuan media porus dalam hal ini adalah tanah untuk meloloskan zat cair (air
hujan) baik secara lateral maupun vertikal. Tingkat permeabilitas tanah (cm/jam)
merupakan fungsi dari berbagai sifat fisik tanah. Koefisien permeabilitas terutama
tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran
partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran
partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien
permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung
butiranbutiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dan pada tanah ini
koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya berlapis-
lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk
aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar dari
pada lempung yang tidak bercelah (unfissured).

Porositas

Porositas tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah
(terisi oleh udara dan air), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan
organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Porositas tanah mempengaruhi laju
infiltrasi terhadap tanah (Nugroho, 2009). Menurut Tolaka, (2013) porositas atau
ruang pori tanah adalah volume seluruh pori-pori dalam suatu volume tanah utuh,
yang dinyatakan dalam persen. Porositas terdiri dari ruang diantara partikel pasir,
debu dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah. Keberadaan ruang pori
tanah merupakan media untuk udara dalam menunjang pernafasan akar, aktivitas
mikro organisme, dan penyerapan unsur hara. Porositas tanah sangat dipengaruhi
oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah (Njurumana,
2008).

Bulk Density

Bobot volume atau Bulk density adalah suatu petunjuk tentang kepadatan
tanah yang menunjukkan perbedaan antara berat tanah kering dengan volume
tanah termaksuk volume pori-pori tanah, yang dinyatakan dalam g/cm3. Bobot isi
merupakan petunjuk kepadatan tanah, makin padat suatu tanah makin tinggi bobot
isi (Achmad 2003 dalam Manfarizah, (2011). Tanah yang belum mengalami
gangguan cenderung memiliki stabilitas keremahan dan porositas yang lebih
tinggi serta kepadatan masa tanah (Soil Bulk Density) yang lebih rendah di
banding yang sudah mengalami pembalakan (Annisah, 2014).

(Rustam, et all, 2016)


Konduktifitas Hidrolik

Perbedaan dari konduktifitas hidrolik dipengaruhi tekstur memiliki


kandungan pasir yang tinggi. Tanah-tanah berpasir cenderung lebih cepat
melewatkan air dibandingkan tanah-tanah yang bertekstur lempung, hal ini
disebabkan oleh kandungan pori-pori makro yang mendominasi pada tanah-tanah
pasiran. Secara umum semakin besar porositas tanah maka konduktivitas hidrolik
juga semakin besar (Asmaranto dkk, 2012). Bahan organik juga dapat berperan
dalam memperbaiki struktur tanah dengan cara mengikat partikel-partikel Tanah
sehingga terbentuk agregat yang mantap dan tanah yang sarang sehingga akan
menyerap air lebih cepat dan konduktifitas hidrolik tanah menjadi lebih tinggi.

Kadar Air Kapasitas Lapang

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya menahan air pada


kapasitas lapang antara lain tekstur, dan bahan org anik. Tinggi rendahnya kadar
air disebabkan kandungan bahan organik. Semakin tinggi bahan organik maka
semakin tinggi pula kapasitas lapang. Menurut Refliaty dan Marpaung (2010)
semakin curam lereng maka erosi yang terjadi semakin besar, hal ini disebabkan
oleh air hujan yang jatuh tidak dapat diserap sepenuhnya karena sebagian besar
menjadi aliran permukaan (run off) dan hanya sebagian kecil yang dapat diserap
oleh tanah sehingga laju infiltrasi rendah. Dengan demikian ketersediaan air di
dalam tanah rendah.

Kadar Air Jenuh

Rosyidah dan Wirosoedarmo (2013), menyatakan bahwa tanah yang


bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air yang kecil dari pada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih muda kekeringan dari pada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Riyanti dkk (1994), kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik
tanah. Makin tinggi kadar bahan organik tanah maka akan makin tinggi kadar air,
dan ruang pori-pori total pada tanah berpasir semakin rendah, tetapi sebagian
besar dari pori-pori itu terdiri pori-pori yang besar dan sangat efisien dalam lalu
lintas air. Persentase volume ditempati oleh pori-pori kecil, dalam tanah berpasir
adalah rendah yang menunjukan kapasitas memegang air rendah.

Batas Plastisitas

Berdasarkan hasil analisis batas plastisitas yang dihitung dalam indeks


umum atau indeks plastisitas pada beberapa penggunaan lahan memiliki plastisitas
yang berbeda dengan kriteria mulai dari rendah, sedang sampai tinggi. Pada tanah
dengan tingkat plastisitas diatas 30% merupakan tanah yang ekspansive dimana
kandungan lempungnya cukup tinggi. Tanah yang demikian mudah terpengaruh
terhadap perubahan kadar air, dimana jika kelebihan kadar air maka tanah akan
mengembang dan jika kekeringan air akan mengalami penyusutan (Virman,
2013).

(Delsiyanti, et all, 2016)

ErodibilitasTanah (K)

Erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah untuk tererosi, semakin


tinggi nilai erodibilitas maka semakin mudah tanah itu tereosi. Nilai
erodibilitastanah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : tekstur tanah,
struktur tanah, kandungan bahan organik tanah dan permeabilitastanah. Tanah
dengan partikel tanah berukuran besar akan tahan terhadaperosi karena sukar
diangkut, sedangkan tanah yang didominasi oleh partikel yangberukuran
haluspeka terhadap erosi karena adanya pengikisan bahan semen oleh hujan.Jadi
tanah yangmudahtererosi adalah tanah berdebu. Selain faktor erodibilitas tanah
faktor lainyang mempengaruhi besarnya laju kehilangan tanah adalah faktor
tanaman. Lahan hutan sengon memiliki tingkat keragaman dan kepadatan vegetasi
yang tinggi. Kepadatan vegetasi yang ada. tersebut dapat menekan laju erosi yang
dapat mengangkut lapisan tanah atas yang didominasi oleh humus. Disamping itu
kanopi tanaman yang lebar dan rapat juga dapat melindungi permukaan tanah dari
pukulan pukulan air hujan secara langsung.

(Arifin, 2010)
Kemantapan Agregat Tanah

Agregat tanah terbentuk jika partikel-paertikel tanah menyatu membentuk


unit-unit yang lebih besar. Agregat tanah didefenisikan sebagai kesatuan partikel
tanah yang melekat satu dengan lainnya, lebih kuat dibandingkan dengan partikel
sekitarnya. Agregat tanah yang mantap akan memperhatikan sifat-sifat tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman seperti porositas dan ketersediaan lebih lama
dibandingkan dengan agregat tanah tidak mantap. Atas dasar itu makin mantap
suatu agregat tanah makin rendah kepekaannya terhadap erosi.

(Undang Kurnia, dkk, 2006).

B. Sifat Kimia Tanah

Kandungan Unsur Hara

Unsur N dalam tanah berasal dari hasil dekomposisi bahan organik sisa-
sisa tanaman maupun binatang, pemupukan dan air hujan. N berfungsi dalam
pembentukan protein. hasil uji korelasi menunjukkan bahwa NTotal tanah
memiliki kecenderungan korelasi yang positif dengan kandungan liat di dalam
tanah (r = 0.507, r tabel 5 % = 0.514). Tekstur tanah menunjukkan adanya
hubungan korelatif terhadap ammonium dan nitrat terutama pada proporsi pasir
dan liat, semakin tinggi jumlah liat akan diikuti peningkatan N.

Fosfor (P) merupakan unsur hara kedua setelah nitrogen (N) yang sangat
dibutuhkan oleh tanamana untuk perkembangan akar, pertumbuhan, dan juga
pemasakan. Ketersediaan P dalam tanah sangat ditentukan oleh bahan induk
tanah, masukan bahan organik, pemupukan dan pengapuran, serta sifat kimia
tanah yang lain.

Unsur K yang digunakan oleh tanaman hanya sebagian kecil. Kalium yang
terlarut dan kalium yang dipertukarkan adalah kalium yang dianggap tersedia.
Herawati (2015) menjelaskan bahwa ion k tergolong unsur yang mudah bergerak
sehingga mudah sekali hilang dari tanah melalui pencucian, karena K tidak
ditahan kuat oleh permukaan koloid tanah. Sifak K yang mudah hilang dari tanah
menyebabkan efisiensinya rendah seperti halnya unsur N. Penyebab tinggi
rendahnya kalium dalam tanah dipengaruhi oleh bahan induk dan juga pH tanah.
pH tanah yang masam akan menyebabkan peningkatan fiksasi kalium sehingga
menyebabkan penurunan ketersediaan unsur K dalam tanah.

Selain unsur nitrogen, fosfor dan kalium unsur hara makro yang penting
lainnya adalah Calsium (Ca), Magnesiun (Mg) dan Natrium (Na) tersedia sangat
penting untuk pertumbuhan tanaman. Ketersediaan unsur hara Ca dan Mg bersifat
sinergis, semakin tinggi kelarutan Ca diikuti oleh kelarutan Mg yang tinggi juga.

(Darlita, et all, 2017)

pH Tanah

PH merupakan reaksi tanah yang menunjukkan kemasaman atau


alkalinitas tanah. pH tanah berperan penting dalam menentukan mudah tidaknya
unsur-unsur hara diserap oleh tanaman. Unsur hara pada umumnya dapat diserap
dengan baik oleh tanaman pada pH netral. Mikroorganisme tanah dan jamur dapat
berkembang dengan baik pada pH di atas 5.5 jika kurang maka akan terhambat
aktivitasnya. pH tanah yang rendah akan menyebabkan tanaman tidak dapat
memanfaatkan N, P, K, dan zat hara lain yang dibutuhkan. pH yang rendah juga
menyebabkan tersedianya unsur beracun seperti alumunium yang selalu meracuni
tanaman dan juga mengikat fosfor sehingga tidak bisa diserap oleh tanaman.

(Gunawan, et all, 2019).

Kapsasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas tukar kation (KTK) tanah adalah kemampuan koloid tanah


dalam menjerap dan mempertukarkan kation. KTK tanah dapat dipengaruhi oleh
tekstur tanah dan kandungan bahan organik tanah. Kapasitas tukar kation (KTK)
juga didefenisikan salah satu sifat kimia tanah yang berkaitan erat dengan
ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah. KTK
adalah kapasitas lempung untuk menjerap dan menukar kation. KTK dipengaruhi
oleh kandungan liat, tipe liat dan kandungan bahan organik. KTK tanah
menggambarkan kation-kation tanah seperti aktion Ca, Mg, Na, dan dapat ditukar
dan diserap oleh perakaran tanaman.

(Putri, et all, 2019)

C. Sifat Biologi Tanah

Sifat biologi tanah berhubungan dengan aktivitas makhluk hidup yang ada
didalam dan permukaan tanah. Berbagai jenis makhluk hidup berkembang dalam
tanah, baik berbagai jenis tumbuhan, hewan, atau makhluk hidup yang berukuran
besar (makro) maupun yang makhluk hidup yang ada di berukuran kecil (mikro).
Sifat sifat biologi tanah sangat penting dalam hal dekomposisi bahan organik,
proses mineralisasi, immobilisasi, daur hara serta proses proses lainya di dalam
tanah.

Aktivitas biologi ditentukan oleh faktor- faktor pada 3 tingkat yang berbeda.
Pertama pada skala organisme secara individu, aktivitas biologi ditentukan oleh
keadaan-keadaan seperti temperatur dan kelembapan dalam habitat
mikroorganisme. Kedua, pada skala populasi aktivitas biologi ditentukan oleh
jumlah keragamaan habitat, jenis penggangu habitat, dan keragamaan dan
interaksi-interaksi antara berbagai populasi tanah. Ketiga pada skala proses
biologi, fungsi-fungsi seperti siklus hara atau pengendalian dipengaruhi oleh
interaksi- interaksi populasi biologi dengan sifat- sifat kimia dan fisika tanah.

(Saridevi, et all, 2013).

Peranan Mikroorganisme Tanah pada Kesuburan Tanah

Menurut Paul dan Clark (1989), mikroorganisme tanah merupakan faktor


penting dalam ekosistem tanah, karena berpengaruh terhadap siklus dan
ketersediaan hara tanaman serta stabilitas struktur tanah. Biomassa
mikroorganisme merupakan bagian yang hidup dari bahan orgnik tanah yaitu
bakteri, fungi, algae dan protozoa, tidak termasuk akar tanaman dan hewan yang
berukuran lebih besar dari amuba (kira-kira 5 x 103 µm3) (Jenkinson dan Ladd,
1981 dalam Djajakirana, 1993). Biomassa mikroorganisme tanah mewakili
sebagian kecil fraksi total karbon dan nitrogen tanah, tetapi secara relatif mudah
berubah, sehingga jumlah, aktifitas, dan kualitas biomassa mikroorganisme
merupakan fakor kunci dalam menggendalikan jumlah C dan M yang
dimineralisasi (Hassink, 1994).

Menurut Lavahun (1995) biomassa mikro-organisme tanah merupakan


sumber bervariasi hara-hara tanaman dan juga sebagai agen pembentukan hara-
hara tersebut. Selain itu merupakan agen perombak dari semua bahan organik
yang masuk ke dalam tanah, me- ngubahnya ke dalam bentuk senyawa anorganik
sederhana, sehingga tanaman dapat mengguna- kannya lagi. Biomassa
mikroorganisme ini memegang peranan penting dalam memelihara kesuburan
tanah dan dalam siklus karbon, nitrogen, fosfor dan sulfur iklim, tanaman, dan
praktik pengelolaan tanah seperti rotasi tanaman, penggunaan pupuk, pengelolaan
limbah tanaman dan pengolahan tanah juga ikut mempengaruhi pembentukan
biomassa mikroorganisme.

(Susilawati, et all, 2013).

Peranan Mikoriza

Pengertian mikoriza adalah jamur yang hidup beersimbiose mutualistis


dengan tanaman inangnya, khususnya pada akar.

a. Peranan Mikoriza terhadap kesuburan Tanah Jamur mikoriza dapat


mengatur mobilitas unsur hara dalam tanah, misalnya unsur nitrogen,
phosphor dan hara lain. Salah satu contoh adalah nitrogen pada tanah
berpasir akan mudah mengalami pencucian, tetapi dengan adanya mikoriza
akan dapat meningkatkan serapan hara nitrogen sehingga nitrogen akan
tersimpan dalam tanaman, dalam bentuk N-organik. Disamping itu
mikoriza juga mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti Auxin,
Cytokinin dan Gibberellins ( Stiadi, 1992).
b. Peranan Mikoriza terhadap Ketersediaan N-tanah Pada respirasi mikoriza
akan dihasilkan asam karbonat. Dengan bertambahnya asam karbonat di
daerah perakaran, maka kelarutan unsur hara dalam rhizosfer akan
meningkat, sehingga lebih tersedia bagi tanaman. Asam karbonat yang
dihasilkan juga akan mempercepat proses pelapukan bahan organik dalam
tanah, sehingga akan dapat menambah cadangan unsur hara di dalam
tanah.
c. Peranan Mikoriza terhadap Ketersediaan P dan Struktur Tanah Mikoriza
dapat meningkatkan ketersediaan fosfor dan juga unsur hara lainnya.
Demikian juga terhadap struktur tanah, mikoriza berpengaruh secara
langsung dan tak langsung terhadap kemantapan struktur tnaha. Benang-
benang miselium dari jamur mikoriza akan menyebar dalam tanah dan
menjerat partikel-partikel tanah sehingga terbentuk struktur tanah yang
satbil. Secara tidak langsung mikoriza dapat menghasilkan bahan-bahan
sintetik (diduga polysaccharida & polyuronida) yang dapat berfungsi
sebagai bahan sementasi yang ikut membantu pembentukan struktru yang
mantap. Dari sini timbul untuk memanfaatkan mikoriza dalam usaha
pengawetan tanah, sehingga mengurangi kerusakan tanah akibat aliran air
pada permukaan tanah. Akibat lebih lanjut karena kehadiran mikoriza
dalam atanah adalah semakin meningkatnya jumlah air yang dapat masuk
ke dalam tanah. Hal ini dimungkinkan karena terlambatnya aliran air di
permukaan tanah dan terhindarnya kerusakan agregat tanah.

Peranan Cacing Tanah

a. Cacing tanah dapat meningkatkan ksebuburan tanah melalui N yang


termineralisasi. N Meningkat karena meneralisasi cacaing tanah yang telah
mati ( kurang lebih 3 % dalam bentuk senyawa organik ). Tubuh cacaing
tanah mengandung 72 % protein dari berat keringnya dan tubuh cacing
tanah yang mati dapat menghasilkan 10 mg mirat. Ekskresi cacing tanah
juga mengandung senyawa nitrogen. Diperkirakan bahwa total N yang
dikeluarkan cacaing tanah sebagai berikut :

 ½ dikeluarkan sebagai mukoprotein melalui sel-sela kelenjar pada


epidermis

 ½ lagi dalam bentuk amonia, urea dan allantoin dalam cairan urine yang
telah diekskresikan. Hal ini tergantung dari tingkat makanan cacing tanah.
Ini bisa mencapai 129 ppm NH4 dan NO3.

b. Cacing tanah dan kesuburan tanah. Dari berbagai hasil penelitian


dilaporkan bahwa aktivitas cacing tanah dapat berperan dalam :
 Memantapkan struktur tanah
 Meningkatkan stabilitas agregat
 Menghancurkan butir-butir tanah
 Membalikkan tanah
 Memperbaiki kondisi aerasi
c. Peranan Cacing Pada Perubahan Sifat Fisik Tanah terdiri dari Aktivitas
cacing tanah yang mempengaruhi struktur tanah meliputi : (1) pencernaan
tanah, perombakan bahan organik, pengadukannya dengan tanah, dan
produksi kotorannya yang diletakkan dipermukaan atau di dalam tanah, (2)
28 penggalian tanah dan transportasi tanah bawah ke atas atau sebaliknya,
(3) selama proses (1) dan (2) juga terjadi pembentukan agregat tanah tahan
air, perbaikan status aerase tanah dan daya tahan memegang air.

Rhizosphere ( Mitakat Perakaran)

Rhizosfer adalah selapis tanah yang menyelimuti permukaan akar tanaman


yang masih di pengaruhi oleh aktivitas akar. Permukaan akar tanaman disebut
rhizoplane. Jadi, rhizosfer adalah selapis tanah yang menyelimuti rhizoplane yang
masih dipengaruhi oleh aktivitas akar dan merupakan habitat yang sangat baik
bagi pertumbuhan mikroba oleh karenaakar tanaman menyediakan berbagai
bahan organik yang umumnya menstimulir pertumbuhn mikroba.
Beberapa keuntungan yang di peroleh dari mikroba rhizosfer yaitu mikroba
dapat melarutkan dan menyediakan mineral,menghasilkan vitamin, asam amino,
auksin dan giberelin yang dapat menstimulir pertumbuhan tanaman seperti
Pseudomonas. Mikroba juga dapat menghasilkan antibiotik. Akar rambut
mengabrorpsi hara dan air juga berfungsi sebagai organ sekresi tanaman. Bahan-
bahan yang dikeluarkan oleh akar tanaman disebut eksudat akar yang bervariasi
dalam jumlah maupun macam tanaman.

(Atmaja, 2017).
SUMBER REFERENSI

Arifin, Moch. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan
Dalam Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian
MAPETA, 12 (2) : 72-144.
Atmaja, I Wayan Dana. 2017. Sifat Biologi Tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Udayana. Denpasar.
Delsiyanti, Danang Widjajanto, Ulfiyah A. Radjamudin. 2016. Sifat Fisik Tanah
Pada Beberapa Penggunaan Lahan di Desa Oloboju Kabupaten Sigi. Jurnal
Agrotekbis, 4 (3) : 227-234.
Gunawan, Nurheni Wijayanto dan Sri Wilarso Budi R. 2019. Karakteristik Sifat
Kimia Tanah dan Status Kesuburan Tanah Pada Agroforesty Tanaman
Sayuran Berbasis Eucalyptus Sp. Jurnal Silvikultur Tropika, 10 (2) : 63-69.
Kurnia, Undang, Fahmuddin Agus, Abdurachman Amidihardja dan Ai Dariah.
2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang
Sumber Daya Pertanian. Bogor.
Putri, Oktari Hemira, Sri Rahayu Utami dan Syahrul Kurniawan. 2019. Sifat
Kimia Tanah Pada Berbagai Penggunaan Lahan di UB Forest. Jurnal Tanah
dan Sumber Daya Lahan, 6 (1) : 1075-1081.
Darlita, RR, Benny Joy dan Rija Sudirja. 2017. Analisis Beberapa Sifat Kimia
Tanah Terhadap Peningkatan Produksi Kelapa Sawit pada Tanah Pasir di
Perkebunan Kelapa Sawit Selangkun. Jurnal Agrikultura, 28 (1) : 15-20.
Rustam, Husain Umar dan Yusram. 2016. Sifat Fisik Tanah Pada Berbagai Tipe
Penggunaan Lahan di Sekitar Taman Nasional Lore Rindu (Studi Kasusu
Desa Toro Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah). Jurnal
Warta Rimba, 4 (1) : 132-138.
Saridevi, Gusti Agung ayu Ratih, I Wayan Dana Atmaja dan I Made Mega. 2013.
Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di
Tanah Andisol, Inceptisol, dan Vertisol. Jurnal Agroekteknologi Tropika, 24
(4) : 214-223.
Susilawati, Mustoyo, Eriandra Budhisurya, R.C.W. Anggono dan Bistok H.
Simanjuntak. 2013. Analisis Kesuburan Tanah Dengan Indikator
Mikroorganisme Tanah Pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Plateau
Dieng. Jurnal Agric, 25 (1) : 64-72.

Anda mungkin juga menyukai