Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SETELAH TAHUN 1972 – SEKARANG

Dosen Mata kuliah Bahasa Indonesia : Ibu Sary Sukawaty, S.Pd, M.Pd
Disusun oleh :

Suciany Fadilah (P17334120079)

Nursyaidah (P17334120055)

Putri Lembayung (P17334120059)

Murni Widayanti H (P17334120047)

Siva Nur Fauzi (P17334120075)

Trie Sendi M (P17334120083)

Yossi Zaskia Mulyana (P17334120087)

Nindia Yuniarita (P17334120051)

Salsa Rainnisa Almaida W (P17334120071)

Rikeu Nur Fadilah (P17334120067)

Raihan Falih Dwi S (P17334120062)

Tahun Ajaran 2020 – 2021


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja serta puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah mata kuliah Bahasa Indonesia ini, dalam Makalah
tersebut kami membahas tentang “Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Tahun 1972 -
Sekarang . Tidak lupa kami pun menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dosen mata mata kuliah yang kami hormati yaitu Ibu Sary Sukawaty, S.Pd, M.Pd yang
dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengetahuan serta
bimbingan kepada kami dalam proses pembuatan makalah mata kuliah Bahasa Indonesia
mengenai “Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Tahun 1972 – Sekarang ini.

2. Teman-teman yang secara online telah bersama-sama menyelesaikan Makalah ini dengan
penuh kesungguhan.

Kami sangat menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
teknik penulisan, oleh sebab itu, kritik, saran dan pendapat dari pembaca sangat kami
harapkan. Dan kami pun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis umumnya bagi semua pembaca. Amin

Bandung, 18 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….

DAFTAR ISI ...……………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………...………………................

A. Latar Belakang Masalah……………………………....


B. Rumusan Masalah…………………………………….
C. Tujuan Masalah……………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………...………………………………...

A. Pengertian Bahasa Indonesia……………………….....


B. Fungsi Bahasa Indonesia……………………....………
C. Kedudukan Bahasa Indonesia ……………………
D. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia setelah
tahun 1972 - Sekarang………………………...………
BAB III PENUTUP …………………………….……………………

A. Kesimpulan………………………………………......
B. Saran………………………………………………....

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………....

LAMPIRAN ……………………………………………………………………….......
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang
lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya Bahasa
sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap
pemakaian Bahasa dalam kehidupan masyarakat sehari hari. Bahasa mengambil peran
penting untuk hubungan sosial ,manusia dapat mengungkapkan apa yang ada dibenak
mereka sehingga manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.

Bahasa merupakan salah satu unsur Identitas Nasional. Bahasa dipahami sebagai
sistem perlambangan yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia
dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam Bahasa
daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.

Setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai Bahasa Nasional.


Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan Bahasa melayu yang merupakan Bahasa
perhubungan antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain manjadi Bahasa
perhubungan antar suku-suku, Bahasa melayu juga menjadi Bahasa transaksi perdagangan
Internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa
Indonesia dengan para pedagang asing.

Mulai tanggal 16 Agustus 1972, Pemerintah Indonesia menerapkan ejaan baru


yaitu Ejaan LBK yang telah disempurnakan . kemudian ejaan ini dikenal sebagai ejaan yang
disempurnakan (EYD). Ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan Bahasa
Indonesia. Selain perkembangan dalam ejaan,Bahasa Indonesia juga mengalami
pembaharuan dalam teknologi yaitu mudahnya mencari tahu tentang KBBI dan EBI karena
sudah dibuat versi daring.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang teesebut, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut.

1. Apa pengertian dari Bahasa Indonesia?

2. Bagaimana fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia?

3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia setelah tahun 1972 - sekarang?

4. Bagaimana proses perkembangan ejaan bahasa Indonesia sampai saat ini?

C. Tujuan

Tujuan tulisan ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui pengertian dari Bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia.

3. mengetahui Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia yang terjadi setelah tahun 1972 -
sekarang.

4. Untuk mengetahui proses terjadinya perkembangan ejaan bahasa Indonesia sampai saat ini.
BAB 1

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa

Ada beberapa pengertian bahasa secara umum dan menurut para ahli
bahasa.Pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan
untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.

Bahasa (berasal dari bahasa Sanskerta भाषा , Bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang
ada pada manusia untuk dapat memperoleh serta menggunakan sistem komunikasi yang
kompleks, serta sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut.

Dan berikut ini adalah definisi bahasa menurut para ahli:Menurut Gorys Keraf (1997),
bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Menurut Felicia (2001), bahasa adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi
sehari-hari, baik bahasa lisan atau pun bahasa tulis.

Menurut Sunaryo (2000), bahasa di dalam struktur budaya ternyata memiliki


kedudukan, fungsi serta peran ganda, bahasa sendiri adalah sebagai akar serta produk budaya
yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Owen, bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial
atau pun sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol
yang dikehendaki serta kombinasi simbol-simbol yang telah diatur oleh ketentuan.

Tarigan (1989) memberikan 2 definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem
yang sistematis, barang kali juga sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat
lambang-lambang mana suka atau pun simbol-simbol arbitrer.

Menurut Santoso (1990), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia secara sadar.

Menurut Mackey (1986), bahasa salah suatu bentuk serta bukan suatu keadaan (Language
may be Form and Not Matter) atau pun sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau
suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau pun suatu
tatanan dalam sistem-sistem.

Menurut Wibowo (2001), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna serta
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang mempunyai sifat arbitrer serta konvensional,
dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan
serta pikiran.

Menurut Walija (1996), bahasa adalah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk
menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan serta suatu pendapat kepada orang lain.

Syamsuddin (1986) juga memberikan 2 definisi bahasa. Pertama, bahasa merupakan alat
yang dipakai untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, serta
alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari suatu
kepribadian entah itu yang baik maupun yang buruk, sebuah tanda yang jelas dari keluarga
serta bangsa dan tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.

Menurut Pengabean (1981), bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan serta melaporkan
apa yang terjadi pada sistem saraf.

Menurut Soejono (1983), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang teramat
penting dalam hidup bersama.

B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Fungsi bahasa yang utama yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua
bahasa apapun dan dimanapun.

Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa
berikut:
1. fungsi ekspresi dalam bahasa
2. fungsi komunikasi dalam bahasa
3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa
4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)

Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi


lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah:
1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri.
2. Fungsi lebih memahami orang lain
3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.
4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan
logis;
5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik
6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda:

Fungsi ekspresi
Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan
disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud :
a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),
b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,
c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,
d. Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.
Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu,
prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.

Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi
diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri.
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan
sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi
tercapai dengan baik bila ekspresi berterima, dengan kata lain, komunikasi berprasyarat
pada ekspresi diri.

Fungsi integrasi dan adaptasi sosial


Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu
lingkungan merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri
maupun dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan
sebagai sarana mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat).
Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan
kekuatan orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan
aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan
menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat.

Fungsi kontrol sosial


Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan
orang dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling
memahami.
Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif
itu terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam
dapat berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikapbaik memberikan kesan
yang tulus tanpa prasangka.
Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat
seperti keahlian bicara, penerus tradisi atau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan
penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.

Fungsi membentuk karakter diri


Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri
Fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru (Widiono, 2005: 11-18)
Masih banyak fungsi bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya, fungsi bahasa
dapat dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan atau posisi bahasa
Indonesia.

C.Kedudukan Bahasa Indonesia

Kedudukan Bahasa Indonesia diidentifikasikanmenjadi bahasa persatuan, bahasa


nasional, bahasa negara, dan bahasa standar. Keempat posisi bahasa Indonesia itu
mempunyai fungsi masingmasing seperti berikut:

Bahasa Persatuan
Bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama,
rasa dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai
Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam
Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928.

Bahasa Nasional
Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila berkomunikasi
pada dunia luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut:
1.Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia
2.Identitas nasional dimata internasional
3.Sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan
4. Pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan bahasa.
Bahasa negara
Bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk
berbagai aktivitas dengan rincian berikut:
1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,
2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi,
3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bagai negara
Indonesi sebagai negara berkembang
4. Fungsi bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi (ILTEK)
Bahasa Baku
Bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan dalam
pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu berfungsi sebagai berikut:

1. Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,


2. Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
3. Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
4. Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi
keterkaitan antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa
Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri.
Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di mata dunia, khususnya tingkat
regional ASEAN, dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia,
eksistensi bahasa Indonesia diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan
argumentatif.

D.Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia setelah tahun

1972 – Sekarang

Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga eksistensi bahasa Indonesia menjadi bahasa
nasional. Upaya pemerintah dan para tokoh bahasa yang memiliki komitmen terhadap
pelestarian bahasa Indonesia mengadakan kongres-kongres dalam rangka membahas
perkembangan bahasa Indonesia, Pertemuan yang rutin dilaksanakan ini diberi nama kongres
bahasa Indonesia. Keberlngsungan Kongreskongres tersebut sangatlah penting bagi proses
perkembangan bahasa Indonesia. Oleh karena dengan adanya kongres bahasa Indonesia,
muatan dari bahasa Indonesia menjadi lebih komprehensif dan di sesuaikan dengan
perkembangan zaman. Berikut ini kongres bahasa Indonesia yang sudah dilaksanakan:

1. . Kongres Bahasa Indonesia I (Pertama)


Kongres bahasa Indonesia yang pertama dilaksanakan pada tanggal 25-28 Juni
tahun 1938 di kota Solo, Jawa Tengah. Kongres pertama ini menghasilkan beberapa
kesepakatan dan kesepahaman yakni urgensi dari usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh para cendikiawan
dan budayawan Indonesia pada waktu itu. Sampai pada akhirnya pada 18 Agustus
1945 disyahkannya Undang -Undang Dasar 1945, pada Pasal 36 menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara. Diresmikannya penggunaan Ejaan Republik sebagai
pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya, peresmian ini terjadi pada
tanggal 19 Maret 1947
2. Kongres Bahasa Indonesia II
Kongres bahasa Indonesia yang kedua dilaksanakan pada 28 Oktober-1
November 1954 di Kota Medan, Sumatra Utara,. Kongres bahasa Indonesia ini
merupakan sebuah tindakan rasionalisasi dari keinginan yang kuat dan keras dari
bangsa Indonesia untuk selalu menyempurnakan bahasa Indonesia yang dijadikan
bahasa nasional. Pemerintah pada 16 Agustus 1972, meresmikan penggunaan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) yang diperkuat dengan adanya Keputusan Presiden No.
57 Tahun 1972. Mentri Pendidikan dan Kebudayaan pada 31 Agustus 1972,
menetapkan Pedoman Umum Bahasa Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia
(Wawasan Nusantara).
3. Kongres Bahasa Indonesia III
Kongres bahasa Indonesia ketiga dilaksanakan pada 28 Oktober-2 November
1978 di Ibukota Jakarta. Hasil yang didapat dari kongres bahasa Indonesia ketiga ini
yaitu memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia
sejak tahun 1928 dan selalu berusaha dengan optimal untuk memantapkan kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia.

4. Kongres Bahasa Indonesia IV


Kongres bahasa Indonesia keempat diselenggarakan pada tanggal 21-26
November 1983 di Jakarta. Pada pelaksanaan kongres bahasa Indonesia ke empat
bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda yang ke-55 yang menghasilkan kesepakatan
bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan
sehingga amanat yang tercantum di dalam GBHN, yang mewajibkan kepada seluruh
warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
tercapai seoptimal mungkin

5. Kongres Bahasa Indonesia V


Kongres bahasa Indonesia yang kelima dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-
3 November 1988 di Jakarta.. Pada kongres bahasa Indonesia kelima ini, dilahirkan
karya monumental yaitu sebuah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.

6. Kongres Bahasa Indonesia VI


Kongres bahasa Indonesia yang keenam dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober-2 November 1993 di Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia kelim
diantaranya yaitu pengusulan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, di samping mengusulkan
disusunnya UndangUndang Bahasa Indonesia.

7. Kongres Bahasa Indonesia VII


Kongres bahasa Indonesia ketujuh dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober
1998 di Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia ke tujuh yaitu mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa Indonesia

8. Kongres Bahasa Indonesia VIII


Kongres bahasa Indonesia kedelapan diselenggarakan pada tanggal 14-17
Oktober 2003 di Jakarta. Pada kongres bahasa Indonesia ke tujuh menghasilkan
kesepakatan pengusulan bulan Oktober dijadikan bulan bahasa. Agenda pada bulan
bahasa adalah berlangsungnya seminar bahasa Indonesia di berbagai lembaga yang
memperhatikan bahasa Indonesia.

9. Kongres Bahasa Indonesia IX


Kongres bahasa Indonesia kesembilan dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-
1 November 2008 di Jakarta. Kongres bahasa Indonesia ke lima membahas lima hal
utama, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran
bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala
internasional yang menghadirkan pembicara-pembicara dari dalam dan luar negeri
10. Kongres Bahasa Indonesia X
Kongres bahasa Indonesia yang kesepuluh dilaksanakan pada tanggal 28-31
Oktober 2013 Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia ke sepuluh
merekomendasikan yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud),
merekomendasikan hal-hal yang perlu dilakukan pemerintah.

Di dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia, terjadi beberapa kali perubahan


ejaan.
Ejaan di Indonesia diawali dengan Ejaan Van Ophuijsen (1901). Pada 19 Maret 1947,
Ejaan Van Ophuijsen digantikan dengan Ejaan Soewandi/Republik. Pada akhir 1959,
dirumuskan Ejaan Melayu-Indonesia (Melindo). Namun, ejaan itu tidak sempat diresmikan
oleh pemerintah karena keadaan politik di Indonesia yang sedang kacau. Kemudian, pada 16
Agustus 1972, berlakulah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) berdasarkan Keputusan
Presiden No. 57.Tahun 1972. Sesuai dengan namanya, EYD beberapa kali mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengeluarkan Keputusan Menteri No. 054a/U/1987 tentang Penyempurnaan “Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Selain itu, Menteri Pendidikan
Nasional juga mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009
tentang “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Selanjutnya, pada
26 November 2015 lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan,
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Berdasarkan ketetapan tersebut, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia merilis Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) sebagai pengganti EYD. Dengan disahkannya ketetapan itu, nama ejaan
yang berlaku di Indonesia bukan lagi EYD, melainkan PUEBI. Perubahan nama EYD
menjadi PUEBI ini, menurut Kepala Bidang Pemasyarakat Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Indonesia, Drs. Mustakim, M.Hum., dilakukan karena banyaknya kritik
yang muncul dari masyarakat mengenai nama EYD. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi
perubahan ejaan bahasa Indonesia ini. Pertama, dampak kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni yang telah menyebabkan penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai
ranah pemakaian, baik secara tulis maupun tulisan, menjadi semakin luas. Hal ini membuat
diperlukannya perubahan pada ejaan bahasa Indonesia. Kedua, perlunya menyempurnakan
PUEBI untuk memantapkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara juga menjadi
alasan dilakukannya perubahan. Namun, perubahan atau perkembangan ejaan yang berlaku di
Indonesia ini jarang sekali disosialisasikan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa Indonesia. Karena itu, masyarakat pengguna bahasa sering kali tidak mengetahuinya,
padahal sosialisasi ini tentu menjadi hal yang teramat penting karena pemahaman akan ejaan
merupakan satu aspek yang penting dalam mendukung penggunaan bahasa Indonesia yang
benar, terutama dalam hal penulisan karya ilmiah dan tulisan formal lainnya. Untuk itulah,
penelitian ini dilakukan. Selain untuk memperoleh perbandingan antara EYD dan PUEBI,
makalah ini sekaligus juga diharapkan dapat menyosialisasi Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia.

Adapun butir-butir perubahan dariPedoman Umum EYD (lampiran Permendiknas RI


No. 46 Tahun 2009) ke PUEBI (lampiran Permendikbud RI No. 50 Tahun 2015) ialah
sebagai berikut.

1. Pada PUEBI halaman 5-6 diberi penambahan informasi pelafalan penggunaan diakritik
é dan è, seperti dapat dilihat pada bagian keterangan di bawah ini. Keterangan:
* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat digunakan
jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e].
Misalnya: Anak-anak bermain di teras (téras).
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ].
Misalnya: Kami menonton film seri (sèri).
Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə].
Misalnya: Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.
Kecap (kêcap) dulu makanan itu.

2. Pada bagian keterangan mengenai “Huruf Konsonan” terdapat dua perbedaan, yaitu
a. Penghilangan keterangan: * Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.
b. Penambahan keterangan: Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].

3. Pada EYD, hanya terdapat tiga diftong (ai, au, dan oi), sedangkan pada PEUBI terdapat
empat diftong (ai, au, ei, dan oi). Berarti, ada penambahan diftong “ei”, misalnya pada
kata “survei”.

4. Catatan pada bagian “Gabungan Huruf Konsonan” EYD yang menyatakan bahwa
“Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus”
dihilangkan.
5. Pada bagian penulisan “Huruf Kapital” terdapat enam perbedaan, yaitu:
a. Penambahan penjelasan unsur nama orang, yaitu yang termasuk julukan ditulis
dengan huruf kapital, misalnya: Jenderal Kancil dan Dewa Pedang.
b. Penambahan penjelasan unsur nama orang yang bermakna „anak dari‟ (seperti bin,
binti, boru, dan van) tidak ditulis dengan huruf kapital.
Catatan:
1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:

ikan mujair mesin diesel 5 ampere 10 volt

2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna
„anak dari„, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini Siti Fatimah binti Salim Indani boru Sitanggang Charles
Adriaan van Ophuijsen Ayam Jantan dari Timur Mutiara dari Selatan

c. Penambahan cara pembedaan unsur nama geografi yang menjadi bagian nama diri
dan nama jenis. Seperti terlihat pada kutipan berikut:
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan
atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya: Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula
aren, dan gula anggur. Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang
berbeda. Contoh
berikut bukan nama jenis. Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik
Yogyakarta, dan batik Madura. Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film
Korea, dan film Jepang. Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan,
tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.

d. Penambahan contoh gelar lokal, seperti terlihat pada kutipan di bawah ini.
K.H. kiai haji
Hj. hajah
Mgr. monseigneur
Pdt. pendeta
Dg. daeng
Dt. datuk
R.A. raden ayu
St. sutan
Tb. tubagus
Dr. doktor
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. Saudara

e. Penambahan penjelasan penulisan kata atau ungkapan lain yang digunakan sebagai
penyapaan ditulis dengan huruf kapital, misalnya: “Hai, Kutu Buku, sedang menulis apa?”

f. Penghilangan klausul “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti
keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh
paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.

6. Pada bagian penulisan “Huruf Miring” terdapat tiga perbedaan, yaitu:


a. Perubahan “bukan bahasa Indonesia” menjadi “dalam bahasa daerah atau bahasa asing”
ditulis dengan huruf miring.Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan
dalam bahasa daerah
atau bahasa asing.
Misalnya: Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang
berkunjung ke Aceh. Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'. Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan
semboyan negara Indonesia.

b. Penambahan catatan bahwa nama diri dalam bahasa daerah atau bahasa asing tidak
perlu ditulis dengan huruf miring.
Catatan:
1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau
bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.

2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan
dicetak miring ditandai dengan garis bawah.

3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara
langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
c. Penghilangan bagian 3c, yaitu klausul “Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam
bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.

7. Pada bagian penulisan “Huruf Tebal” terdapat empat perbedaan, yaitu sebagai berikut.
a. Penghilangan klausul bahwa bukan huruf tebal yang dipakai untuk menegaskan,
melainkan huruf miring.

b. Penghilangan klausul penggunaan huruf tebal dalam kamus.

c. Penambahan klausul “Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah
ditulis dengan huruf miring”.
Misalnya:

Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti „dan‟

d. Penambahan contoh bagian karangan yang ditulis dengan huruf tebal.


Misalnya:

1.1 Latar Belakang dan Masalah Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh satu
bahasa standar dan ratusan bahasa daerah-ditambah beberapa bahasa asing, terutama bahasa
Inggris-membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas,
latar belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan
berikut.

1.1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap
yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga
terhadap
bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap
bahasa Indonesia.

1.1.2 Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat Kalimantan terhadap
ketiga bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan digunakan sebagai
formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa masyarakat
Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar terhadap bahasa Indonesia, bahasa daerah,
dan bahasa asing.

8. Pada bagian penulisan kata, terdapat enam perubahan, yaitu


a. Penambahan catatan pada butir B1.
Catatan: Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
sukuisme seniman
kamerawan
gerejawi

b. Penghilangan bagian B.1.b, yaitu klausul “Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung
jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall”

c. Pemindahan bagian B.2. yaitu klausul “Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan
atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya” ke
bagian D.3. (Gabungan Kata).

d. Pemindahan bagian B.3. yaitu klausul “ Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai” ke bagian
D.4. (Gabungan Kata).

e. Penghilangan klausul “Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.Mereka memperlihatkan sikap
anti terhadap kejahatan.”

f. Penghilangan klausul “Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis
serangkai denganbentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh
bentuk berimbuhan.
Misalnya:
taklaik terbang
taktembus cahaya
tak bersuara
tak terpisahkan”

9. Penambahan klausul “Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih
tidak dipenggal”. Selain itu juga ditambahkan contoh dan catatan.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLL-
AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga Warsita.

10. Pada Bag II.F. terdapat perubahan judul. Jika pada EYD, judul pada bagian ini ialah
“Kata Depan di, ke, dan dari”, pada PUEBI judulnya diubah menjadi “Kata Depan”Seperti
terlihat pada PUEBI berikut ini:
F. Kata Depan

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana mencarinya.
Ia berasal dari Pulau Penyengat.
Cincin itu terbuat dari emas.

11. Penambahan keterangan “Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis
serangkai” dan dilengkapi pula dengan contoh pemakaiannya dalam kalimat, seperti berikut
ini.
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.

12. Pada bagian “Angka dan Bilangan” terdapat penambahan klausul “Bilangan yang
digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf”, seperti terlihat pada contoh di
bawah ini.
Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Kelapadua
Kotonanampek
Rajaampat
Simpanglima
Tigaraksa

13. Penghilangan klausul “Kata ganti itu (-ku, -mu, dan –nya) dirangkaikan dengan tanda
hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali
dengan huruf kapital”.

14. Pada bagian pemakaian tanda baca “Tanda Hubung” terdapat tiga perbedaan, yaitu
sebagai berikut.
a. Penambahan klausul penggunaan tanda hubung antara (1) kata dengan kata ganti Tuhan,
(2) huruf dan angka, dan (3) kata ganti dengan singkatan.

Tanda hubung dipakai untuk merangkai


1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa
Barat);
2) ke- dengan angka (peringkat ke-2);
3) angka dengan –an (tahun 1950-an);
4) kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP,
di-SK-kan);
5) kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
6) huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
7) kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-
nya, STNK-ku).
Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan
jumlah huruf.
Misalnya:
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)

b. Perubahan klausul “Tanda hubung- dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing” dari hanya “bahasa asing” pada EYD.

Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah
atau bahasa asing.
Misalnya:
di-sowan-i (bahasa Jawa, ‗didatangi„)
ber-pariban (bahasa Batak, ‗bersaudara sepupu„)
di-back up
me-recall
pen-tackle-an

c. Penambahan klausul “Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang
menjadi objek bahasan. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang
menjadi objek bahasan.
Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.

15. Pada bagian pemakaian tanda petik terdapat penambahan klausul “Tanda petik dipakai
untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat”.
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
Film “Ainun dan Habibie” merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam
buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.”

16. Perubahan klausul “Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan” menjadi “Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang
digunakan sebagai penanda pemerincian”. Kemudian, dilanjutkan dengan
pemberian contoh:
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan

17. Pada EYD, penggunaan garis miring (/) hanya terdapat 2 butir, sedangkan pada PUEBI
ada tiga butir, Penambahan klausul pada pemakaian garis miring miring pada PUEBI ialah
“Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain”.
Selain itu, bagian ini juga disertai dengan contoh seperti berikut ini.
Misalnya:
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.Asmara/n/dana merupakan
salah satu tembang macapat budaya Jawa. Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

18. Pada bagian tentang penulisan unsur serapan terdapat penambahan atau pendetailan
banyak unsur serapan dari bahasa Arab (berikut huruf Arabnya).

a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)


mazhab) ‫ )مذ هة‬mażhab
kadar ) ‫ )در ق‬qadr
sahabat ) ‫ ) صحا ة ب‬ṣaḥābat
hakikat ) ‫ )ق ة ي ق ح‬haqīqat
„umrah (‫ ( عمزة‬umrah
gā‟ib (‫ ( غائ ب‬gaib
ikamah ) ‫ )امة إق‬iqāmah
khātib (‫ ( خاطة‬khatib
rida ) ‫„ ) ضاء ر‬riḍā
zalim ) ‫ )م ظال‬ẓālim
„ain (‫ ع‬Arab) pada awal suku kata menjadi a, i, u
„ajā‟ib (‫ ( عجائ ب‬ajaib
sa„ādah (‫ ( س عادة‬saadah
ilmu ) ‫ )ل م ع‬ilm„
qā„idah (‫ ( ق اعدة‬kaidah
„uzr (‫ ( عذر‬uzur
ma„ūnah (‫ ( م عون ة‬maunah
„ain (‫ ع‬Arab) di akhir suku kata menjadi k
iktikad ) ‫ )ق اد ت إع‬tiqād„ i‟
mu„jizat (‫ ( معجزة‬mukjizat
ni„mat (‫ ( ن عمة‬nikmat
rukuk ) ‫‟ )وع رك‬rukū
simā„ (‫ ( سماع‬simak
takrif ) ‫ )ف عزي ت‬rīf„ta
i (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi i
iktikad ) ‫ )ق اد ت إع‬tiqād„ʼi
muslim ) ‫ )ل م س م‬Muslim
nasihat ) ‫ )ي حة ص ن‬naṣīḥah
sahih ) ‫ )ي خ صخ‬ṣaḥīḥ
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bahasa (berasal dari bahasa Sanskerta Bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada
manusia untuk dapat memperoleh serta menggunakan sistem komunikasi yang kompleks,
serta sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut.Pengertian bahasa secara
umum adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya.

Fungsi bahasa yang utama yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi
semua bahasa apapun dan dimana pun. Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis)
bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut:

1. Fungsi ekspresi dalam bahasa


2. Fungsi komunikasi dalam bahasa
3. Fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa
4. Fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)
Kedudukan Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi :
1. bahasa persatuan, adalah pemersatu bagi sukubangsa Indonesia
dariSabangsampaiMerauke.
2. bahasa nasional, berfungsi sebagai jati diri dan identitas Bangsa Indonesia
3. bahasa negara, adalah bahasa yang digunakan
dalamadministrasiNegarauntukberbagaiaktivitas
4. bahasa standar adalah bahasa yang digunakan dalam pertemuan sangat resmi
Upaya pemerintah dan para tokoh bahasa yang memiliki komitmen terhadap
pelestarian bahasa Indonesia mengadakan kongres-kongres dalam rangka membahas
perkembangan bahasa Indonesia, Pertemuan yang rutin dilaksanakan ini diberi nama kongres
bahasa Indonesia. Kongres bahasa indonesia sudah dilaksanakan sebanyak 10 kali dimulai
sejak tahun 1938 sampai tahun 2013. Hasil dari kongres kongres tersebut sudah melahirkan
banyak perubahan terhadap perkembangan Bahasa Indonesia. Kongres terakhir pada tanggal
28-31 Oktober 2013 yang dilaksanakan di Jakarta merekomendasikan yaitu Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), merekomendasikan hal-hal yang perlu dilakukan
pemerintah.
Di dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia, terjadi beberapa kali perubahan ejaan.
Ejaan di Indonesia diawali dengan Ejaan Van Ophuijsen (1901). Pada 19 Maret 1947, Ejaan
Van Ophuijsen digantikan dengan Ejaan Soewandi/Republik. Pada akhir 1959, dirumuskan
Ejaan Melayu-Indonesia (Melindo). Namun, ejaan itu tidak sempat diresmikan oleh
pemerintah karena keadaan politik di Indonesia yang sedang kacau. Kemudian, pada 16
Agustus 1972, berlakulah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) berdasarkan Keputusan
Presiden No. 57.Tahun 1972. Selanjutnya, pada 26 November 2015 lalu, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia merilis Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) sebagai pengganti EYD.
Saran

Bahasa indonesia telah melewati berbagai fase dan tahapan dalam penyempurnaan dan
perbaikannya. Sebagai generasi penerus bangsa yang akan memimpin negeri ini, sudah
sepatutnya kita menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah
yang ditentukan. Dengan mempelajari bahasa Indonesia secara detail dan mendalam akan
tertanam rasa kecintaan dan kesenangan untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Selain itu,
dengan menerapkan Bahasa Indonesia secara tepat dan benar maka akan mempererat Negara
Indonesia dari berbagai ragam bahasa dan dapat mempersatukan antar sesama bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Julia Anjarwati. (2019, April 24). Bahasa Indonesia: Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Sejarah.
foresteract.com. Diakses dari
https://bahasa.foresteract.com/bahasa-indonesia/

Dra.Hj.Roisah, MM.Pd. (2017, Juli 09). Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia.
webbly.com. Diakses dari

http://roisah.weebly.com/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia.html

Sukartha, I Nengah, dkk. 2010. Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan

Tinggi. Bali: Udayana University Press

Nasucha, Yakub. 2010. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta:

Media Perkasa.

Lawson, F.R 1981. Conference, Convention & Exhibition Facilities. London

Mestika, Zed. 2004. Metode Penelitihan Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Bogor Indonesia.

Alek A. dan H. Achmad H. P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015

tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Pusat Bahasa. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia IV Daring.


LAMPIRAN
Biodata

1 Nama : Suciany Fadilah


NIM : P17334120079

Motto : Jangan letakkan dunia di hati, tetapi


genggamlah dunia

2 Nama : Nursyaidah
NIM : P17334120055
Motto : Berfikir positif,perhatikan lalu buktikanlah

3 Nama: Putri Lembayung


NIM: P17334120059
Motto: Berbuat baiklah tanpa perlu alasan

4 Nama:Siva Nur Fauzi


NIM : P17334120075
Motto : Man Jadda Wa Jadda
5 Nama : Trie Shendi Mulyani
NIM : P17334120083
Motto : Ikhtiar, Doa, dan Tawakal

6 Nama : Yossi Zaskia Mulyana


NIM : P17334120087

Motto : Jangan jadikan kekurangan sebagai alasan


untuk berhenti berjuang

7 Nama : Nindia Yuniarita Safitri


Nim : P17334120051
Motto : Tidak ada perjuangan Tidak ada kemajuan

8 Nama : Salsa Rainnisa Almaida Wiguna


NIM : P17334120071
Motto : Menjadi lebih baik dari hari kemarin
9 Nama : Murni Widayanti Herlina
NIM : P17334120047

Motto : It's nothing impossible in the world

10 Nama : Rikeu Nur Fadilah

NIM : P17334120067

Motto : Jalani,nikmati,dan syukur

11 Nama : Raihan Falih Dwi Saputra

NIM :17334120062

Motto : Butuh jiwa yang besar untuk mengakui


kesalahannya sendiri

Anda mungkin juga menyukai