Pemurnian Enzim Lengkap
Pemurnian Enzim Lengkap
PENDAHULUAN
Enzim adalah salah satu yang berfungsi sebagai biokatalisator. Enzim merupakan
senyawa protein yang dapat mengatalisi reaksi-reaksi kimia dalam sel dan jaringan makhluk
hidup. Enzim bersifat sangat spesifik baik jenis maupun reaksi substratnya.
Dalam tubuh manusia sendiri terdapat berjuta-juta enzim yang mana peran masing-
masing enzim tersebut sangat spesifik. Untuk itulah kemudian ada suatu system penamaan
enzim. Dalam tata cara penamaan enzim, biasanya diawali dengan nama substrat dan di akhiri
dengan akhiran –ase. Sebagai contoh enzim sucrose, enzim ini berperan secara spesifik dalam
menghidrolisis sukrosa. Lalu ada lagi enzim lipase, yang berperan dalam hidrolisis lemak (lipid).
Ada begitu banyak jenis enzim, masing-masing memiliki kecepatan bekerja yang
berbeda-beda. Hal yang berkaitan dengan sebebrapa cepat enzim bekerja inilah yang disebut
dengan Kinetika Enzim. Dalam makalah ini , kami berharap semoga pembaca dapat
lebih memahami apa yang dimaksud dengan kinetika enzim dan hubungannya dengan
persamaan Michaelis-Menten.
Enzim adalah molekul protein yang biasanya memanipulasi molekul lain - substrat
enzim. Ini target molekul mengikat ke situs aktif enzim dan diubah menjadi produk melalui
serangkaian langkah yang dikenal sebagai mekanisme enzimatik.Mekanisme ini dapat dibagi ke
dalam mekanisme tunggal-substrat dan multiple-substrat. Studi kinetik pada enzim yang hanya
mengikat satu substrat, seperti isomerase triosephosphate, bertujuan untuk mengukur afinitas
dengan enzim yang mengikat ini substrat dan tingkat turnover.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan
perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik.
Teknik ini dipelopori pada tahun 1937 oleh ahli kimia Swedia Arne Tiselius untuk pemisahan
protein. Sekarang telah meluas ke banyak pemisahan kelas yang berbeda lain dari biomolekul termasuk
asam nukleat, karbohidrat dan asam amino. Medan listrik dialirkan pada suatu medium yang mengandung
sampel yang akan dipisahkan.
Teknik ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul,
misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu
medium, kemudian dialiri arus listrik dari suatu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya maka
molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak molekul tersebut
tergantung pada muatan terhadap massanya serta tergantung pula pada bentuk molekulnya. Pergerakan ini
dapat dijelaskan dengan gaya Lorentz, yang terkait dengan sifat-sifat dasar elektris bahan yang diamati
dan kondisi elektris lingkungan:
F adalah gaya Lorentz, q adalah muatan yang dibawa oleh objek, E adalah medan listrik.Secara
umum, elektroforesis digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi, dan memurnikan fragmen DNA.
a. Jenis-Jenis Elektroforesis dan Cara Kerja
1. Elektroforesis Kertas
Kisah teknik pemisahan DNA/RNA ini berawal dari sekelompok ilmuwan biokimia di awal
tahun 1950-an yang sedang meneliti mekanisme molekular DNA/RNA hidrolisis. Saat itu,
tepatnya tahun 1952, Markham dan Smith mempublikasikan bahwa hidrolisis RNA
terjadi melalui mekanisme pembentukan zat antara (intermediate) posfat siklik, yang kemudian
menghasilkan nukleosida 2′-monoposfat dan 3′-monoposfat. Ternyata mereka menggunakan
suatu peralatan yang dapat memisahkan komponen campuran reaksi hidrolisis tadi, salah satunya
yaitu nukleotida ‘siklik’ yang membawa pada kesimpulan bahwa hidrolisis RNA terjadi melalui
pembentukan intermediate posfat siklik. Peralatan itu dinamakan ‘elektroforesis‘, yang dibuat
dari kertas saring Whatman nomor 3, sebuah tangki kecil dan berbagai larutan penyangga
(buffer). Nukleotida yang sudah terhidrolisis ditaruh di atas kertas saring, kemudian arus listrik
dialirkan melalui kedua ujung alat elektroforesis.
Arus listrik yang dialirkan ini ternyata dapat memisahkan campuran kompleks reaksi tadi
menjadi komponen-komponennya, ini akibat adanya perbedaan minor antara struktur molekul
RNA yang belum terhidrolisis, zat antara (intermediate) dan hasil reaksi (nukleosida 2′-
monoposfat dan nukleosida 3′-monoposfat) yang menyebabkan mobilitas alias pergerakan
mereka pada kertas saring berbeda-beda kecepatannya. Karena pada akhir proses elektroforesis
komponen tersebut terpisah-pisah, sehingga dapat mengisolasi dan mengidentifikasi setiap
komponen tersebut.
Elektroforesis kertas adalah jenis elektroforesis yang terdiri dari kertas sebagai fase diam
dan partikel yang terlarut sebagai fase gerak, terutama ion-ion kompleks. Pemisahan ini terjadi
akibat adanya gradasi konsentrasi sepanjang system pemisahan. Pergerakan partikel dalam kertas
tergantung pada muatan atau valensi zat terlarut, luas penampang, tegangan yang digunakan,
konsentrasi elektrolit, kekuatan ion, pH, viskositas, dan adsorbsivitas zat terlarut.
1. Di bidang kepolisian teknik ini digunakan nuntuk pemeriksaan DNA, setiap orang memiliki
karakteristik khusus, misalnya sidik jari. Sehingga membantu polisi dalam mengungkap sebuah
kasus.
2. Dalam kegiatan biologi molekuler, elektroforesis merupakan salah satu cara untuk
memvisualisasikan keberadaan DNA, plasmid, dan produk PCR.
B. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan
antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada
pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan
fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak
lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul
dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada pengelompokannya.
Contoh pada mekanisme pemisahannya kromatografi dibedakan menjadi berdasarkan pada alat
yang dignakn kromatografi dibedakan atas :
1. Kromatografi lapis tipis
2. Kromatografi penukar ion
3. Kromatografi Penyaringan Gel
4. Kromatografi Elektroforesis
5. Kromatografi kertas
6. Kromatografi gas
Macam-macam kromatografi :
1. Kromatografi Lapis Tipis
Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan
lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada
umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
2. Kromatografi Penyaringan Gel
Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran-molekul
polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk
susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya.
Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan.
Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena yang
berguna untuk pemisahan polimer.
3. Elektroforesis
Merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan tegak lurus aliran fasa gerak.
Senyawa bermuatan positif akan menuju ke katode dan anion menuju ke anoda. Sedangkan
kecepatan gerak tergantung pada besarnya muatan.
C. Imunokimia
Imunokimia adalah suatu kajian imunologi yang berfokus pada level kimia/ biokimia.
Imunokimia juga menerangkan secara rinci molekul -molekul dan reaksi- reaksi yang terlibat
dalam sistem kekebalan, ini berkembang pesat dengan adanya teknik laboratorium canggih (RIA,
ELISA, Immunochemistry, dll). imunokimia berfungsi menerangkan reaksi kimia masuknya
benda asing. contoh lewat pencernaan, urine, dan lain-lain. setelah itu, dibahas juga reaksi- reaksi
yang terjadi di dalamnya.
a. Pada organisme tinggi, sistem kekebalan merupakan salah satu dari tiga jajaran utama
pertahanan tubuh, yaitu :
1. Kulit dan berbagai epitel pelapis alat tubuh, berfungsi sebagai pelindung terhadap kontak
dengan lingkungan.
2. Mekanisme non spesifik pada tiap inang, yaitu untuk mengatasi mikroorganisme patogen seperti
pelepesan sel, pengaturan pH, bersin, dsb.
3. Sistem kekebalan tubuh itu sendiri.
b. Dalam sistem kekebalan tubuh akan melibatkan antibodi dan antigen, antigen yang masuk akan
ditolak oleh tubuh melalui 2 cara, yaitu:
1. Dengan membuat suatu protein khusus (antibodi) yang akan melekat pada bahan asing (antigen),
tanggapan ini disebut Respon Kekebalan Humoral.
2. Dengan peran sel limfosit khusus, yaitu sel T. Limfosit yang punya kemampuan untuk mengikat
antigen dan akan dimusnahkan, tanggapan ini disebut Respon Kekebalan Selular.
c. Kedua tanggapan tersebut berkaitan erat dengan sel darah putih. Dan yang terdapat dalam sel
darah putih antara lain:
1. Reaksi hypersensitive
2. Helper T- Cells
3. Killer T cells
4. Sel NK natural killer
5. Macrophages
6. Complement
7. Classical pathway
8. Lectin pathway
9. Alternate pathway
contoh peran imunokimia:
1. Antibodi dan immunoglobulin merupakan suatu glikoprotein. dalam biokimia adalah DNA,
suatu polinukleotida.
Tergantung pada kecepatan reaksi inisial kadar S dan Km dapat digambarkan dengan
mengevaluasi persamaan tersebut dibawah 3 keadaan:
1. Jika kadar S < kadar Km. v sesuai kadar S Maka untuk menentukan aktivasi enzim digunakan
substrat yang di bawah
2. Jika kadar S > kadar Km. v = V “Maka harus pada kondisi optimal”
3. Bagaimana kalau kadar S = Km. v = ½ V. Maka:
ES yang dapat diubah menjadi produk. Kedua, konstanta kesetimbangan untuk pembentukan
kompleks enzim-substrat tidaklah besar tanpa batas. Jika terdapat kelebihan substrat (titik A dan
B di Gambar 8-4), hanya sebagian enzim yang mungkin berada dalam bentuk kompleks ES.
Dengan demikian di titik A atau B, peningkatan atau penurunan [S] akan meningkatkan atau
menurunkan jumlah kompleks ES disertai perubahan yang sesuai di v1. Di titik C (Gambar 8-4),
pada hakikatnya semua enzim terdapat dalam bentuk kompleks ES. Karena tidak ada enzim
bebas yang tersedia untuk membentuk ES, peningkatan lebih lanjut [S] tidak dapat meningkatkan
laju reaksi. Dalam kondisi ini, v1 semata-mata bergantung pada—dan karenanya dibatasi oleh—
kecepatan disosiasi (penguraian) produk enzim tersebut sehingga enzim ini dapat mengikat lebih
banyak substrat.
TEKNIK PEMURNIAN DAN KINETIKA ENZIM
V1 =
Sebagaimana yang terlihat, persamaan Michaelis-Menten merupakan deskripsi kuantitatif dari
hubungan antara kecepatan reaksi enzimatis [V] dengan konsentrasi seubstrat [S] dan dua buah
konstanta yaitu Vmaks [kecepatan maksimum] dan Km [konstanta Michaelis-Menten].
Penyusunan ulang persamaan ini menghasilkan :
Km = [S] {[ ]-1}
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai Km sama dengan konsentrasi substrat pada
saat kecepatan reaksi sama dengan ½ Vmaks. Apabila dibuat plot antara v Vs [S] maka akan
diperoleh sebuah kurva hiperbola yang kita namakan kurva Michaelis-Menten sebagaimana yang
diperlihatkan gambar 3-4.
Titik-titik penting dalam kurva ini ditandai dengan huruf A, B, dan C. Pada konsentrasi
substrat yang tinggi, maka kecepatan reaksi, ditandai dengan titik C, hampir mencapai Vmaks.
Sejak titik ini, peningkatan konsentrasi substrat hanya sangat sedikit atau hampir tidak mengubah
kecepatan reaksi. Apabila kurva Michaelis-Menten diekstrapolasikan pada konsentrasi substrat
yang sangat tinggi [mendekati nilai tak terkira, ~], maka kecepatan reaksi (v) sama dengan
kecepatan reaksi maksimum (Vmaks). Jika kecepatan reaksi tidak atau hampir tidak dipengaruhi
oleh konsentrasi substrat, maka kecepatan reaksi dikatakan “order nol”.
Perbedaan kecepatan reaksi yang sangat kecil pada konsentrasi substrat di sekitar titik C
menunjukkan bahwa pada konsentrasi ini hampir semua molekul enzim sudah terikat pada
molekul substrat, sehingga walaupun ditambah substrat kecepatan reaksi sudah tak meningkat
lagi. Jadi pada keadaan ini kecepatan reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, alias
order nol.
Pada konsentrasi substrat yang rndah, yaitu sekitar titik A dan B, kecepatan reaksi yang
rendah menunjukkan bahwa pada setiap saat hanya ada sedikit substrat yang terikat pada
molekul enzim (karena jumlah substrat masih sangat sedikit). Pada konsentrasi substrat yang
ditunjukkan oleh titik B, tepat separuh dari molekul enzimyang ada dalam sistem reaksi
berikatan dengan substrat membentuk kompleks ES, sehingga kecepatan reaksinya saat itu (v)
separuh dari substrat dari sekitar titik A, kecepatan reaksi sangat dipengaruhi oleh konsetrasi
substrat, kecepatan reaksi saat ini dikatakan “order pertama”.
Untuk menghindari kurva hiperbola, maka biokomiawan Lineweaver dan Burk,
mengintroduksikan analisis kinetika enzim didasarkan pada persamaan baru yang disebut
persamaan Lineweaver-Burk. Persamaan Lineweaver-Burk merupakan bentuk 1/x (terbalik) dari
persamaan Michealis-Menten.
Persamaan Michealis-Menten
V1 =
Persamaan Lineweaver-Burk
=[ += ]
Jika dibuat plot antara 1/v Vs 1/[S], maka akan diperoleh kurva linier sebagaimana yang
disajikan dalam. Slope adalah nilai Km/Vmaks dan intercept pada ordinat merupakan nilai
1/Vmaks.
a. Mengukur Kadar Enzim
Enzim sebagai katalisator juga mempunyai sifat-sifat seperti katalisator pada umumnya,
seperti ikut bereaksi, tetapi padaakhir reaksi didapatkan kembali dalam bentuk semula. Hal
tersebut mengakibatkan enzim dapat dipakai kembali setelah melaksanakan aktivitasnya,
sehingga tubuh kita tidak membutuhkan enzim dalam jumlah yang besar. Jumlah/kadar enzim
yang kecil tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri bagi kita untuk mengukur kadar enzim,
sehingga memerlukan teknik yang rumit. Secara klinis pengukuran kadar enzim sangat penting
dilakukan. Disamping untuk mengetahui kadar suatu enzim pada seorang penderita, Enzim
plasma nonfungsinal dapat dijadikan sebagai petanda
adanya kerusakan organ tertentu. Pengukuran kadar enzim dapat dilkaukan denga dua
cara, yaitu: (1) dibandingkan dengan enzim murni; (2) Mengukur kecepatan reaksi yang
dikatalisisnya. Cara ke-1 dilakukan dengan membandingkan enzim yang ingin diukur kadarnya
dengan enzim murni yang sudah
diketahui kadarnya. Kadar enzim dinyatakan dengan satuan µg. Sebagai contoh misalnya
enzim murni dengan kadar 2 ug dapat mengkatalisis substrat dengan jumlah tertentu selama 10
detik. Jika memakai enzim yang ingin diukur kadarnya membutuhkan waktu 20 detik, maka
kadar enzim yang bersangkutan adalah 1 ug.
Pengukuran dengan cara diatas, jelas membutuhkan tersedianya enzim murni.
Kenyataannya banyak enzim yang belum tersedia bentuk murninya. Untuk mengatasi hal ini
digunakanlah cara ke-2. Satuan enzim dinyatakan dalam unit. Kadar enzim diukur berdasarkan
jumlah substrat yang bereaksi atau produk yang terbentuk per satuan waktu. Satu unit
internasional disepakati sebagai jumlah enzim yang perlukan untuk mengkatalisis pembentukan
1 µ mol produk per menit pada kondisi tertentu.
Pengukuran aktifitas enzim dapat pula dilakukan menggunakan alat spektrofotometer.
Sebagai contoh misalnya aktifitas enzim dehidrogenase yang bergantung NAD(P)+ diperiksa
secara spektofotometris dengan mengukur perubahan absorbsi nya pada 340 nm yang menyertai
oksidasi atau reduksi NAD(P)+/NAD(P)H. Oksidasi NADH menjadi NAD+ terjadi disertai
dengan penurunan densitas optik (OD, optical density) pada 340 nm, yang proporsional dengan
jumlah NADH yang dioksidasi. Demikian pula, kalau NAD+ direduksi, OD pada 340 nm akan
meningkat sebanding dengan jumlah NADH yang terbentuk. Perubahan OD pada 340 nm ini
dapat dimanfaatkan bagi pemeriksaan analisis kuantitatif setiap enzim dehidrogenase yang
bergantung NAD+ atau NADP+. Bagi enzim dehidrogenase yang mengatalitis oksidasi NADH
oleh substratnya yang teroksidasi, kecepatan penurunan OD pada 340 nm akan berbanding lurus
dengan konsentrasi enzim. Oleh karena itu, hasil pengukuran kecepatan penurunan OD pada 340
nm memungkinkan kita menyimpulkan kuantitas enzim.
b. Kecepatan Reaksi Enzimatik
Kecepatan reaksi enzimatik dapat diukur dengan mengukur jumlah substrat yang diubah
atau produk yang dihasilkan persatuan waktu, seperti yang diperlihatkan pada kurva perjalanan
reaksi enzimatik (progess curve). Pada awalnya grafik berupa garis lurus, kemudian berbelok
(Gambar 3.2). Grafik berbelok karena: (1) kadar substrat berkurang; (2) terdapat product
inhibition. Kecepatan reaksi enzimatik pada suatu waktu yang sangat pendek, atau pada satu titik
tertentu pada grafik diatas disebut kecepatan sesaat (instantaneus velocity). Kecepatan sesaat
merupakan tangens dari garis singgung terhadap grafik pada suatu titik tertentu. Kecepatan
sesaat pada waktu mendekati nol, yaitu saat grafik masih berupa garis lurus disebut kecepatan
awal (Vo). Pada reaksi enzimatis, jika disebut kecepatan, umumnya yang dimaksud adalah
kecepatan awal. Hal ini disebabkan karena pada keadaan awal reaksi, kita dapat mengetahui
kondisi/ keadaan dengan lebih tepat. Disamping kecepatan sesaat dan Vo, juga dikenal istilah
kecepatan rata-rata, yaitu perbandingan antara perubahan jumlah substrat terhadap waktu.